RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 27
(Tien Kumalasari)
Hasto merasa sangat senang ketika Alisa dan Sinta mau diajak naik ke atas. Ia akan bisa mengatakan banyak hal tentang hubungan Alvin dengan gadis lain, dan Hasto yakin, hal itu akan membuat banyak peluang baginya untuk diterima Kenanga sebagai calon suami.
Jalan setapak yang mereka lalui membuat Sinta dan Alisa sering memekik-mekik karena terpeleset atau menyentuh pohon perdu yang berduri.
“Minta ampuun, untuk bertemu saja susah amat, bagaimana mungkin Alvin bisa tergila-gila dengan gadis hutan itu?” keluh Sinta yang berjalan berpegangan dengan Alisa.
Hasto hanya tertawa mendengar keluhan kedua gadis itu. Ia tak tahu, perjuangan yang begini sulit belum tentu bisa mendapatkan apa yang diinginkannya,
“Masih jauhkah?” Alisa kelihatan sangat kecapekan.
“Iya, aku lelah …" kata Sinta yang mulai terengah-engah.
“Kalau begitu berhenti dulu di depan situ, ada batu besar, bisa duduk beberapa saat sebelum melanjutkan,” kata Hasto.
“Masih jauh ya Mas?”
“Nggak juga, sebentar lagi rumah Kenanga sudah akan kelihatan.”
“Kalau begitu nggak usah berhenti, biar cepat sampai,” kata Alisa yang sesungguhnya juga sudah terengah-engah.
“Benar, terus saja, pelan-pelan supaya nggak terlalu terengah-engah,” sambung Sinta.
Sebenarnya memang benar, pemandangan di lereng bukit itu memang indah. Agak ke bawah tampak hamparan sawah yang padinya mulai menguning. Beberapa petak sawah tampak sedang dipanen. Wanita-wanita berlalu lalang membawakan makanan dan minuman yang kemudian diletakkan di pematang. Hari masih pagi, sarapan sudah di siapkan. Alisa melihat kegiatan orang di persawahan yang tak pernah dilihat sebelumnya.
Mereka terus menanjak naik, lalu dari jauh kelihatan sebuah rumah kecil dengan atap dari daun-daun nipah.
“Itukah rumahnya?”
“Ya, benar. Itu rumahnya,” kata Hasto semakin bersemangat.
“Syukurlah, ya ampuun aku haus, mengapa tadi tidak membawa minuman dalam botol? Kita sudah siapkan di mobil kan Sa?” kata Sinta.
“Iya, kelupaan.”
“Tidak apa-apa, nanti Kenanga akan menyuguhkan minuman yang enak. Kalian pasti belum pernah merasakannya.”
“Minuman apa itu?”
“Aku tidak tahu namanya, pokoknya enak.”
Hasto melihat bayangan Kenanga yang menyapa beberapa wanita yang mondar -mandir di depan rumah Kenanga.
“Siapa mereka?”
“Yang menghadap kemari itu Kenanga. Ia sedang bersama orang-orang dusun di bawah yang sedang menemani Kenanga setelah ayahnya meninggal,” terang Hasto.
“O, itu yang namanya Kenanga?” tanya Sinta.
“Memang cantik sih, tapi lihat saja pakaiannya, buruk sekali.”
“Itu pakaian dia sehari-hari. Menurut aku, dia kelihatan cantik dengan pakaian seperti itu,” puji Hasto.
“Kamu suka juga sama dia To?” tanya Sinta kepada Hasto.
Hasto hanya tertawa.
“Kamu benar suka juga sama dia, Mas?” sambung Alisa.
“Dia berbeda dengan gadis biasa,” kata Hasto sambil mempercepat langkahnya. Ia berteriak ketika sudah semakin dekat.
“Kenanga!”
Kenanga terkejut dan menoleh. Wajahnya muram ketika melihat Hasto, tapi Hasto mengira rona wajah Kenanga disebabkan oleh masih saatnya Kenanga berduka.
“Kamu sudah sampai di sini lagi Mas? Itu siapa?” tanya Kenanga setelah dekat.
“Oh, iya … sini,” Hasto melambaikan tangan ke arah Sinta dan Alisa yang berjalan agak jauh di belakangnya.
“Ini Alisa, adiknya Alvin.”
“Oh, iya mbak, saya Kenanga,” kata Kenanga ramah sambil menyalami Alisa.
“Ini namanya Sinta.”
Keduanya kemudian bersalaman. Kenanga agak kikuk menerima dua gadis cantik yang membuatnya bertanya-tanya mengapa mau datang kenemuinya.
“Sinta ini adalah tunangan Alvin,” lanjut Hasto.
Wajah Kenanga agak berubah, tapi ia berusaha menenangkan diri.
“Terima kasih telah datang ke gubug saya. Tapi saya hanya punya tikar untuk mempersilakan kalian duduk,” kata Kenanga sambil menunjuk ke arah tikar yang sudah di gelar sebelum mereka datang,
Hasto mendahului duduk, diikuti oleh Sinta dan Alisa dengan alis berkerut. Tak lama kemudian seorang wanita datang dengan membawa nampan. Selama mereka menemani Kenanga, mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Sudah menjadi kebiasaan orang di kampungnya, kalau ada tamu datang maka biarpun hanya air, selalu segera disuguhkan.
Sinta dan Alisa menatap tiga buah cangkir kaleng yang terhidang dengan alis semakin berkerut. Tapi kemudian Hasto dengan nikmat meneguknya.
“Ini minuman yang sangat enak. Kalian tak akan bisa mendapatkannya di kota,” katanya sambil meneguknya nikmat.
“Silakan diminum, hanya itu yang bisa kami suguhkan,” kata Kenanga lembut.
Alisa dan Sinta meraih cangkir-cangkir mereka, mencecapnya sambil menahan napas. Barangkali ada aroma yang tak sedap menguar dari minuman itu. Tapi lidah mereka mengatakan lain. Itu minuman yang entah terbuat dari apa, rasanya sedap, manis, aromanya segar, dan tak urung karena haus, secangkir minuman itu mereka habiskan.
“Terima kasih,” akhirnya kata Sinta, Alisa mengangguk mengikuti ucapan Sinta.
“Hanya itu. Saya tidak pernah membeli bahan minuman seperti di kampung-kampung.”
“Itu dibuat dari daun-daun yang ada di sekitar sini. Manisnya juga bukan dari gula,” terang Hasto dengan bangga karena ia banyak tahu tentang minuman itu.
“Tapi kami tak bisa lama ya, tadi kami hanya ingin jalan-jalan, lalu ketemu Hasto, kemudian diajak kemari,” kata Sinta.
Mereka berbincang hanya sebentar.
“Terima kasih sudah sudi mampir di gubug saya. Mohon maaf kalau cara menerima tamu kami dianggap tidak pantas.”
“Senang disuguhin minuman enak. Terima kasih .”
“Kalian benar, mau pulang? Tapi aku masih akan di sini, apa kalian perlu aku antar sampai ke bawah?”
“Kami sudah tahu jalannya, biar kami turun sendiri, nanti mengganggu kamu,” kata Sinta sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Hasto, yang menerimanya dengan cengar cengir.”
Alisa dan Sinta berdiri, kembali menyalami Kenanga, sambil berpamit.
“Mengapa tidak diantarkan?” tegur Kenanga yang heran melihat sikap Hasto.
“Kan kamu mendengar sendiri, bahwa mereka bisa turun sendiri? Jalannya nggak sulit kok, tinggal mengikuti jalan naik tadi.”
Kenanga terdiam. Ia mengambil cangkir-cangkir yang telah kosong, tapi kemudian Hasto ikut membantu.
“Itu tadi tunangan Alvin,” kata Hasto mengulang keterangannya saat pertama datang. Ia harus menegaskan kepada Kenanga bahwa Alvin sudah punya tunangan.
Kenanga tak menjawab, walau dihatinya timbul rasa yang tak enak.
Apakah dia cemburu? Sesungguhnya Kenanga bisa mengerti kalau dirinya tidak pantas untuk Alvin. Wanita yang katanya adalah tunangan Alvin, sangat cantik seperti pualam yang dipahat. Bersinar dan sangat mempesona. Begitukah wajah bidadari yang sesungguhnya? Kenanga ingat pada dongengan ayahnya saat dirinya masih kecil, lalu sebelum tidur sang ayah bercerita tentang bidadari yang sangat cantik, yang rumahnya ada di atas sana. Sang ayah almarhum menyebutnya sebagai negeri Kahyangan.
Kenanga diam-diam tersenyum. Menyadari siapa dirinya akan membuatnya lebih tenang.
“Bolehkah aku membantu sesuatu?”
“Membantu apa? Mereka tetangga dusun di bawah, selama beberapa hari akan berkumpul di sini setiap malam. Mereka tak akan suka dibantu.”
“Tapi nggak enak aku duduk-duduk saja sementara mereka bekerja.”
“Sebenarnya mengapa Mas datang kemari lagi?”
“Kenanga, mengapa kamu bertanya begitu? Bukankah kamu tahu kalau aku menaruh perhatian atas keadaanmu yang seperti ini?”
“Aku sudah bisa menerima keadaan ini. Ternyata aku tidak sendiri. Mereka itu sangat memperhatikan aku. Mereka akan selalu menemani aku.”
“Kenanga, setelah kakek tidak ada, aku tetap ingin mengajakmu ke kota, seperti yang pernah aku katakan.”
“Aku belum memikirkan apapun, apalagi meninggalkan bapakku sendirian di tempat ini.”
“Kakek sudah tidak ada.”
“Bagiku bapak masih tetap ada.”
“Kenanga, aku mencintai kamu. Apakah kamu menolaknya?”
Kenanga tak menjawab. Sebelum ayahnya meninggal, ia mendengar sendiri bahwa sang ayah menitipkan dirinya kepada Alvin. Tapi Alvin sudah punya tunangan, cantik sekali, Kenanga merasa tak pantas memimpikannya.
“Apakah kamu mengharapkan Alvin? Kamu harus ingat, Alvin sudah punya tunangan. Jangan sampai nanti kamu dipermainkan.”
Kenanga tak menjawab, ia seperti merasakan sesuatu yang aneh, tentang kedua gadis yang baru saja meninggalkan rumahnya.
“Sebaiknya Mas menyusul kedua teman Mas tadi, lupakan tentang aku, aku belum bisa memikirkannya.”
“Kamu mengusir aku?”
“Tidak, aku takut terjadi sesuatu atas mereka. Jalanan itu tidak mudah dilalui bagi yang belum terbiasa.”
***
“Kenanga memang cantik ya?” kata Sinta dalam perjalanan turun dari bukit.
“Cantik, cara berpakaiannya juga unik.”
“Kata kamu gadis hutan tidak punya tata krama? Tadi dia bersikap sangat santun,” kata Sinta.
“Aku juga heran, dia punya tata krama yang baik. Padahal hanya gadis hutan. Walau begitu aku tetap tidak suka kalau sampai mas Alvin menjadikannya istri. Mana pantas? Coba saja Mbak lihat cara dia berpakaian. Benar-benar gadis dusun yang primitif.”
“Kenanga sudah tahu kalau Alvin punya tunangan aku. Walau Hasto bohong, tapi ucapannya pasti termakan juga oleh dia. Mana mungkin dia masih mau sama Alvin.”
”Bagus sekali, dengan demikian mas Alvin akan tertarik pada Mbak Sinta.”
“Entahlah, Alvin itu sulit. Tampaknya dia mencintai Kenanga.”
“Mbak Sinta harus pintar-pintar mengambil hatinya. Jangan kelihatan kalau Mbak mengejarnya. Kalau itu Mbak lakukan, maka yang terjadi adalah justru dia semakin menjauhi.”
“O, begitu ya. Baiklah, aku akan memperhatikan peringatan kamu, semoga aku berhasil mendekatinya.”
Karena asyik bicara, maka mereka tidak memperhatikan jalan yang harus mereka lalui. Yang harusnya berbelok kekiri, kaki mereka justru melangkah kedepan. Tak lama kemudian terdengar jeritan-jeritan, karena keduanya jatuh berguling-guling ke bawah, dan itu adalah jurang.
***
Besok lagi ya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteeRKaDeBe_27 sudah ditayangkan.
Matur nuwun Bu Tien.....
Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.
Salam dari mBandung.
Sami2 mas Kakek
DeleteADUHAI dari Solo
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng Ning
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 27 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Herry
Trmksh mb Tien, sy sll mengikuti trs… dr dulu, smg sht sll, bahagia bersama kelg, aamiin π€²
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun Yangtie
Alhamdulilah sampun tayang... maturnuwun bu Tien, semoga bu Tien dan.pak Tom serta amancu selalu sehat wal afiat aamiin yra ... salam aduhai aduhai bun
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteSadarlah alisa dan sinta...
Syukron nggih Mbak Tien❤️πΉπΉπΉπΉπΉ
Sami2 jeng Susi
DeleteMatur nuwun, Kenanga dah tayang, Sehat sll Ibu ….π€π
ReplyDeleteSami2 Mbah Wi
DeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteHatur nuhun Bunda Tien
Semoga sehat selalu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun bapak Endang
Alhamdulillah, Rumah Kenanga di Tengah Belantara 27 sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien π
ReplyDeleteSami2 pak Sis.
DeleteAlhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~27 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.π€²
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Matur nwn bu Tien, salam sehat
ReplyDeleteSami2 pak Bam's
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai hai
Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah,kenanga sudah hadir, ceritanya makin menarik, bikin hati kesengsem,... maturnuwun Bu Tien ,semoga ibu tetap sehat semangat bahagia bersama Kel tercinta...π
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Tatik
π‘ππ‘π΄π‘π π‘π΄
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eRKaDeBe_27
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
π‘ππ‘π΄π‘ππ‘π΄
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Alhamdulillaah "Rumah Kenanga Di Tengah Belantara - 27" sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Yaa Robnal' Aalaamiinπ€²
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....27...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Hasto gegabah, tdk menemani Alisa dan Sinta turun bukit. Akhirnya mereka jatuh ke jurang, bisa jadi nanti ketemu penghuni Bukit Angker. Hi hi hi ππ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteSalam hangat, semoga sehat bahagia selalu dg keluarga ππ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Nah... Benar kan kata Kenanga, belum terbiasa dengan jalan yang rumpil bisa berbahaya.
ReplyDeleteHasto yang mengatakan Alvin sudah punya pacar, sedangkan dia sendiri punya minat memiliki. He he he..
Salam sukses mbak Tien yang Aduhai, semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Latief..
Seneng komennya panjang
Matur nuwun Bu Tien, ceritanya tambah aduhai. Semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Hasto curang, berbohong untuk mendapatkan cinta Kenanga.... Terima kasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bunda Tien sekeluarga....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Komariyah
Mks bun kenanga sdh tayang....selama mlm smg sehat sll
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Nah kan kepleset, tersesat, gadis kota ke hutan...besok ditolong Kenanga ya? Makanya jangan bicara yang jelek2 di wilayah orang lain.π
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Sehat selalu.ππ»π
Hatur nuhun bunda ππ₯°❤️
ReplyDelete