RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 28
(Tien Kumalasari)
Jeritan keduanya seakan membelah kesunyian yang ada disekitar bukit. Kenanga berdiri dari tempat duduknya.
“Itu suara teman-teman kamu Mas. Coba lihat.”
“Benarkah?”
“Aku sudah memperingatkan tadi,” kata Kenanga yang mendahului pergi, setengah berlari. Barulah Hasto mengikuti.
Dari bawah bukit, seorang laki-laki sedang beranjak naik. Jeritan itu juga terdengar olehnya. Maka iapun bergegas melangkah lebih cepat.
Sambil naik matanya mencari-cari, dari mana arah jeritan itu. Tiba-tiba terdengar keluhan kesakitan, dari arah bawah. Laki-laki itu adalah Alvin yang juga ingin mengunjungi Kenanga.
Langkahnya terhenti di sebuah tempat, di mana pohon-pohon perdu seperti bekas tersibak. Tampaknya ada orang jatuh dari arah itu. Alvin melongok kebawah. Keluh kesakitan semakin jelas terdengar.
“Tolooong … tolooong …”
“Kakikuuuu …. tolooong.”
Alvin tertegun. Ia seperti mengenal suara-suara itu.
“Suara Alisa? Benarkah? Apa yang dilakukannya di sini?”
“Tolooong…”
”Alisaaa!” Alvin berteriak memanggil.
“Tolooong aku….”
Alvin bergayut pada ranting-ranting yang berjuntai, merosot turun. Jurang itu tak begitu dalam, tapi penuh onak dan dasarnya berbatu-batu.
Kalau jatuhnya meluncur akan langsung beradu dengan batu, berbeda kalau tubuhnya agak tertahan oleh pohon-pohon perdu di lereng jurang.
“Kamu Alisa?” Alvin terteriak lagi.
“Mas Alvin? Maaaas … tolong Maaas …”
Alvin sudah hampir sampai di dasar jurang. Matanya menatap dua sosok tubuh yang terbaring di atas batu.
“Alisa, apa yang kamu lakukan?”
Tiba-tiba dari atas terdengar teriakan.
“Sinta …! Alisaa!!"
Alvin sudah sampai di bawah. Ia heran, ada Sinta juga bersama Alisa. Ia menolong membangunkan mereka. Kaki Alisa tak bisa digerakkan, Tadi tertindih tubuh Sinta yang jatuh belakangan. Keduanya terluka di kepala dan kaki tangan yang walau tak tampak ada darah, tapi pasti patah atau semacamnya.
Tiba-tiba ada tali terulur. Alvin bisa bergayut lalu memanjat naik. Tapi Sinta dan Alisa tak akan mampu melakukannya. Bisakah dia naik sambil menggendong salah satu diantaranya?
“Alisa, kamu bisa memegang tali itu dan memanjat naik?” yang berteriak adalah Hasto. Alvin tentu saja mengenalinya.
“Kaki kiriku sakit sekali. Tertimpa tubuh mbak Sinta tadi. Tanganku juga tak bisa digerakkan,” kata Alisa setengah menangis.
“Kamu bisa naik Sinta?”
“Tangan kananku sakit ketika digerakkan. Tapi akan aku coba.”
“Ada yang bisa membantu turun?” Alvin terteriak. Hasto mengenalnya.
“Alvin?”
Sinta mencoba memegangi tali, tapi tangan kanannya tak mampu digerakkan.
“Alvin mendorong tubuhnya, tanpa hasil.”
“Bisa naik?” teriak Hasto dari atas.
“Tidak bisa. Mereka luka parah,” jawab Alvin. Ada tali yang lain untuk mengikat tubuh mereka?”
Tiba-tiba terdengar suara banyak orang mendekat. Entah siapa yang mengabari, tapi mereka datang sudah membawa tali.
“Siapa yang jatuh?”
“Teman-teman saya Pak,” jawab Hasto.
“Tebing ini curam. Aku akan turun, ayo bantu aku,” kata seseorang sambil mengajak temannya turun.
Mereka turun, dan terpaksa mengikat tubuh kedua gadis itu dengan tali, baru ditariknya naik, dengan susah payah. Hanya itu satu-satunya cara.
“Bawa ke rumah dulu Pak,” kata Kenanga yang sejak tadi sudah datang di tempat itu.
***
Alisa dan Sinta terbaring di tikar. Masing-masing luka di kaki dan tangannya. Wajah Sinta berdarah, ada luka di dekat hidungnya.
Mereka merintih kesakitan. Wajah Alvin muram. Ada adiknya, ada Sinta menaiki bukit, ada pula Hasto. Apa Hasto yang mengajak mereka?
Kenanga keluar dari dalam rumah, membawa dua mangkuk cairan kental berwarna kehijauan.
Ia duduk di samping kedua gadis yang terbaring. Ada lap basah yang dibawanya, lalu dipakai untuk membersihkan kaki dan tangan mereka.
“Mas Alvin, tolong bantu bersihkan tangan tunangan Mas ini, yang satunya biar aku,” kata Kenanga yang sangat mengejutkan Alvin. Tunangan?”
“Mas, tolong,” ulang Kenanga.
“Tunangan?” bukannya menerima lap basah hangat yang diberikan Kenanga, ia malah mengulang perkataan ‘tunangan’ tadi.
“Tolonglah.”
“Dia bukan tunangan aku,” bantah Alvin sambil menatap Kenanga yang keheranan mendengar perkataannya.
Seorang wanita mengambil lap di tangan Alvin, lalu menjalankan perintah Kenanga. Mereka sudah tahu bahwa Kenanga akan mengobati dua orang gadis yang tadi jatuh ke dalam jurang.
Alvin justru terpaku. Bagaimana Kenanga bisa mengatakan bahwa Sinta adalah tunangannya? Dilihatnya Kenanga yang sudah selesai membersihkan tangan Alisa, kemudian membalurkan obat berwarna hijau yang aromanya menyengat. Bau daun-daun dan entah apa.
“Ini apa? Kotor sekali,” pekik Alisa.
“Ini obat. Kalau tidak segera diobati, sampeyan tidak akan bisa segera turun,” kata Kenanga.
“Diam dan menurutlah!” sentak Alvin yang kesal dengan situasi yang tiba-tiba membuatnya tak enak. Alvin duduk menjauh, tak enak melihat dua gadis sedang tertidur dan tubuhnya dibalur ramuan yang entah terbuat dari apa.
Sinta mendapat perlakuan yang sama. Alvin segera pergi. Ia mendekati Hasto yang duduk menghadap ke arah lain.
“Apa kamu tahu, mengapa Kenanga menyebut Sinta adalah tunanganku?” tegurnya tiba-tiba, membuat Hasto sedikit tersentak.
“Itu … bukankah … Sinta … mengakuinya?”
“Bagaimana mereka bisa ada di sini, dan ada kamu juga?”
“Tadi … ketika aku mau naik, Sinta dan Alisa memanggilku. Lalu mereka mengikuti aku,” kata Hasto memberi alasan.
Alvin terdiam. Sudah jelas ada konspirasi untuk menjauhkan dirinya dari Kenanga. Entah ide itu berasal dari mana, Alvin tak akan sembarangan menuduhnya. Hasto pasti tahu kalau dirinya sudah merasakan hal itu, sejak Kenanga mengatakan bahwa Sinta tunangannya.
Beberapa saat lamanya mereka berdiam diri, walau duduk berdekatan.
“Aku minta maaf,” kata Hasto tiba-tiba.
“Mengapa minta maaf.”
“Sesungguhnya aku tadi hanya bergurau.”
“Bergurau soal apa?”
“Mengatakan bahwa Sinta adalah tunangan kamu.”
“Tidak apa-apa. Kenanga tahu karena aku sudah menyangkalnya.”
“Sinta sendiri juga mengakuinya.”
“Tidak apa-apa. Yang jelas kita harus bermain bersih, tidak menjegal dengan cara yang memalukan,” kata Alvin tandas, membuat Hasto kena pukulan telak. Bermain bersih, benar, dan dia sudah bermain kotor. Semua itu demi mendapatkan Kenanga. Barangkali dia akan berhasil, karena ia melihat perubahan pada raut wajah Kenanga ketika dirinya mengatakan tentang tunangan Alvin, kalau saja tidak ada kejadian Sinta dan Alisa terperosok ke jurang.
Hasto harusnya sadar, bahwa bermain kotor tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sekarang dia merasa terpojok, dan ketahuan belangnya. Kenanga akan menganggapnya berbohong, dan pembohong adalah sifat yang tidak disukai banyak orang.
Hasto menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia sangat takut Kenanga tak akan peduli lagi padanya. Susah payah ia membangun kebersamaan selama ini. Kalau Kenanga ternyata memilih Alvin, semuanya akan sia-sia.
***
Sementara itu Alisa dan Sinta masih terbaring di atas tikar. Seorang perempuan menyajikan lagi dua cangkir kaleng minuman, yang diletakkan di dekat mereka.
Kenanga menutupi tubuh mereka dengan kain, karena seluruh tubuh dibalur ramuan yang entah terbuat dari apa. Mereka diobati di pelataran, karena rumah Kenanga sangat sempit. Tak masalah walau di pelataran, karena saat siang para lelaki bekerja di sawah. Mereka hanya berhenti ketika mengangkat Sinta dan Alisa, kemudian kembali lagi ke sawah. Ada dua laki-laki yang kemudian menjauhi tempat di mana Kenanga membalurkan obat ketubuh Sinta dan Alisa. Ia adalah Alvin dan Hasto.
Sinta dan Alisa heran, rasa sakit yang semula menggigit, sudah banyak berkurang. Sedikit demi sedikit mereka bisa bergerak.
“Sebentar lagi kalian bisa bangun dan membetulkan lagi baju-baju kalian. Tapi kalian belum bisa pulang hari ini.”
“Apa? Lalu aku harus menginap di sini?”
“Benar, setelah kering, obatnya akan aku balurkan lagi. Saat ini tulang yang patah belum tersambung sempurna,” kata Kenanga yang kemudian meninggalkan keduanya.
Ia mendekati tempat di mana Alvin dan Hasto duduk berdua tanpa suara.
“Mereka sudah tertolong, tapi tidak bisa pulang sekarang.”
“Tidak bisa pulang sekarang?” kata Alvin yang sangat khawatir, bagaimana kalau sang ibu tahu tentang kecelakaan itu.
“Tulang yang patah belum tersambung sempurna. Harus diam semalam, baru bisa bergerak. Itupun nanti harus dibebat dengan kuat.”
“Kalau begitu aku akan turun lebih dulu, untuk memberi tahu orang tuaku.”
“Ya, kasihan kalau mereka menunggu. Ini sudah sore, apa Mas akan pulang sekarang?”
“Ya, lebih baik begitu.”
“Pamit dulu pada adik dan tunangan Mas, supaya mereka tidak cemas.”
“Aku tidak punya tunangan,” kata Alvin tandas.
“Tap …pi … mas Hasto bilang ….”
“Hasto berbohong. Nanti setelah semuanya selesai, aku akan bicara. Ini tentang amanah dari kakek sebelum dia meninggal,” kata Alvin agak keras, agar Hasto mendengarnya, lalu yakin bahwa dirinya tidak mengada-ada.
Kenanga tersenyum tipis. Ia belum sepenuhnya percaya. Mungkin Alvin yang berbohong, siapa tahu.
Kenanga mengikuti Alvin yang sedang mendekati kedua gadis itu.
“Alisa, aku harus pulang dulu, untuk memberi tahu bapak dan ibu, bahwa kamu belum boleh pulang. Bagaimana sekarang rasanya tubuhmu? Masih terasa sakit?”
“Sebenarnya sudah banyak berkurang sakitnya, tapi kata Kenanga kami belum boleh banyak bergerak,” kata Alisa.
“Tidak adakah tandu? Aku akan membayarnya, kalau bisa membawa kami turun," kata Sinta.
“Supaya sembuhnya sempurna, aku harus mengobati lagi dua kali atau tiga kali. Tapi kalau mau nekat turun, terserah saja.”
“Menurutlah apa yang dikatakan Kenanga. Dia ahli dalam pengobatan, dengan caranya.”
“Ya, Mas pulang dulu saja, jangan bilang pada ibu kalau aku kecelakaan," kata Alisa.
“Aku tak bisa berbohong,” kata Alvin yang sebenarnya bermaksud menyindir Sinta yang sudah berbohong dengan mengakui dirinya sebagai tunangan.
“Sinta hanya diam, tak tahu harus bicara apa.”
Setelah pamit pada Hasto yang tampaknya belum beranjak, Alvin segera turun dari bukit.
***
Semakin lama rasa sakit itu semakin berkurang, dan nyaris hanya tinggal nyeri-nyeri sedikit. Luka luka kulit atau lecet sudah mengering, tapi ada tulang patah yang penyembuhannya memakan waktu.
“Sa, ternyata Kenanga pintar dalam hal pengobatan ya,” kata Sinta pelan.
“Iya, kalau di rumah sakit, kaki tangan kita pasti sudah dioperasi.”
“Kita berhutang nyawa. Menyesal telah berbohong pada dia.”
“Benar. Kita harus meminta maaf, dan mengatakan yang sebenarnya pada Kenanga,” kata Alisa..
“Kalian tidak perlu meminta maaf. Kalau memang Sinta suka pada mas Alvin, aku akan mendoakan yang terbaik.”
“Tapi mas Alvin suka sama kamu.”
“Aku dan mas Alvin sangat berbeda. Keluarga kalian adalah keluarga terhormat. Jadi aku memilih mundur,” kata Kenanga pelan. Ia sudah menimbang-nimbang. Walau suka tapi ada perbedaan kasta. Kenanga harus tahu diri.
Hasto yang sebenarnya ingin mendekat, mendengar perkataan Kenanga, lalu diam-diam tersenyum lebar.
***
Besok lagi ya.
Suwun mb Tien
ReplyDeleteSmg sht sll
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun Yangtie
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien..๐๐ฅฐ
Sami2 jeng Ning
DeleteeRKaDeBe_28 sudah hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien... Salam sehat
Kenanga tlaten mengobati dua gadis yang patah tulang dengan ramuannya....
Sami2 mas Kakek.
DeleteSalam sehat juga
Hamdallah sampun tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~28 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.๐คฒ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulilah. Episode yg ke 28 sudah tayang.
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien. Semoga sehat selalu.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Endang
Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Rumah Kenanga di Tengah Belantara 28 sdh hadir. Matur nuwun & sugeng ndalu Bu Tien ๐
ReplyDelete๐๐ด๐๐ณ๐๐ด๐๐ณ
ReplyDeleteAlhamdulillah ๐๐ฆ
Cerbung eRKaDeBe_28
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin๐คฒ.Salam seroja ๐
๐๐ด๐๐ณ๐๐ด๐๐ณ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai hai
Alhamdulillah, matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu bersama keluarga tercinta ๐คฒ
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bam's
Matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Sis
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 28 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 28" sampun tayang,
ReplyDeleteSemoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun ๐คฒ๐๐ฉท๐ฉท
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien...
Alvin Kenanga nggih❤️๐น๐น๐น๐น๐น๐น
Sami2jeng Susi
DeleteAlhamdulillah yg ditunggu sdh tayang trimakasih Bu Tien smg sekeluarga sehat sll
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ida
Matur suwun Bu Tien salam sehat buat keluarga di Solo
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteSalam srhat dari solo
Alhamdulillah kenanga telah hadir, semoga amanah kakek bisa terwujud, maturnuwun Bu Tien kehadiran Alvin cs, semoga Bu Tien sehat dan semangat menulis cerbung๐
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tatik
Mks bun kenanga sdh tayang,...selamat mlm , salam sehat salam sejahtera sll๐๐น๐ท
ReplyDeleteSami2 ibu Supriyati
DeleteSalam sehat kembali
๐
ReplyDeleteTerima kasih ibu Sriati
DeleteApa kabar?
Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....28...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Alisa dan Sinta yang sdh berhutang nyawa, tentunya akan meminta maaf kpd Kenanga, mengatakan yang sebenarnya dan tentunya mendukung hubungannya dengan Alvin, krn antara Alvin dan Kenanga sdh sama2 menaruh hati.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillah , matursuwun Bu Tien... k
ReplyDeleteKenanga sdh tayang. Salam hangat, sehat bahagia selalu nggih Bu bersama keluarga
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Yerima ksih bunda..slm sht sll unk bunda beserta pak Tom ๐๐ฅฐ๐น
ReplyDeleteSemoga sehat selalu.
ReplyDelete