ADA MAKNA 37
(Tien Kumalasari)
Reihan menatap kakaknya tak berkedip. Tak yakin akan apa yang diucapkannya. Tapi sambil tersenyum-senyum Wahyu mengangguk.
“Mas Wahyu aneh. Aku nggak percaya … nggak percaya …” kata Reihan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa maksudmu?”
“Mas itu pantasnya sama mbak Tia, bukan mbak Emma.”
“Kok kamu bisa menilai begitu? Ini masalah rasa. Rasa yang ada pada hatiku ini. Gimana sih?”
“Mas Wahyu suka sama mbak Emma, hanya karena dia mirip mbak Emmi, yang pernah Mas Wahyu sukai.”
“Masa? Begitukah menurutmu?”
“Ya, aku kira aku benar. Itu bukan suka sejatinya suka. Suka karena wajahnya mirip. Itu tidak akan abadi.”
“Sok tahu, kamu. Anak kecil ngomong tentang cinta? Memang kamu tahu, apa artinya cinta?”
“Mas, aku ini bukan anak kecil lagi, aku sudah dewasa.”
“Bukan berarti kamu bisa menilai sebuah rasa tentang cinta. Kamu hanya mengira-ira, atau jelasnya mengada-ada.”
“Mas tidak usah ingkar, kalau itu benar. Coba Mas tanya kedalam hati Mas yang paling dalam. Benarkah itu cinta, atau hanya suka karena ada bayangan dari orang yang pernah Mas sukai.”
Wahyu menatap sang adik dengan heran. Dari mana ‘anak kecil’ itu tahu tentang apa yang sedang dirasakannya? Reihan memiliki kecerdasan yang menurun dari sang ayah. Itu yang Wahyu tidak menyadarinya. Lalu Wahyu mulai menghitung-hitung, seberapa besar rasa cinta yang dikatakannya, dan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya untuk Emma. Lalu untuk Tia, bukankah dia sudah merasa rendah di depan Tia karena ulah sang ibu beberapa waktu lalu? Ketika ibunya menebarkan berita bohong, ketika ibunya merengek-rengek di hadapan pak Suryawan dan merasa yakin bahwa Tia adalah calon menantunya.
Wahyu yakin bahwa dirinya sudah kehilangan harga diri di hadapan Tia. Sikap Tia yang baik hanya karena mereka bekerja di perusahaan yang sama. Masa dia berani jatuh cinta padanya? Berani? Bukankah cinta bersemayam tanpa bertanya tentang keberanian? Tiba-tiba saja dia ada, dan terkadang tidak disadari oleh yang empunya rasa.
Wahyu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dan Reihan menatapnya dengan tatapan lucu.
“Terkadang orang malu mengakui perasaannya.”
“Omong kosong kamu,” kata Wahyu kesal.
“Ketika Rei merasa bahwa jatuh cinta pada mbak Emma, Rei juga berani mengatakannya. Bahwa cinta itu ternyata cinta kepada saudara, kemudian Rei mamahaminya.”
“Ya sudah, sekarang berhenti mengulas perasaan mas. Fokus kuliah dan jangan dulu punya pacar sebelum kamu berhasil menjadi dokter.”
“Siap,” kata Reihan sambil masih tersenyum lucu.
***
Hari-hari berlalu, dan Wahyu serta Reihan yang berkali kali bermaksud menemui sang ibu yang sudah ada di balik terali besi tidak pernah berhasil ditemui, karena sang ibu selalu menolak kedatangan anak-anaknya. Ia mengira tidak ada yang peduli pada dirinya. Karenanya Wanda sakit hati dan membenci mereka.
Ia juga tidak tahu bahwa Reihan telah membayar uang kas sekolah yang dipakainya untuk berjudi, karena mereka memang merahasiakannya.
Akhirnya Wahyu dan Reihan membiarkannya.
Membiarkan hari-hari berlalu dengan perasaan prihatin yang ditahannya.
Bahkan dua tahun berlalu mereka tak pernah lagi mencoba untuk menemui sang ibu. Mereka hanya merasa lega ketika mendengar sang ibu sudah dibebaskan.
Tapi rasa khawatir karena sang ibu sudah tidak lagi punya penghasilan, kemudian mereka ingin menemuinya di rumah.
Wahyu sudah mempersiapkan sebagian gajinya untuk menghidupi sang ibu, apabila sang ibu berhenti melakukan hal-hal buruk yang pernah dilakukannya, termasuk menghambur-hamburkan uang, apalagi berjudi. Reihan berjanji bersedia membantu, karena dia juga bekerja sambilan dengan berjualan online yang ternyata juga bisa menghasilkan.
Tapi ketika mereka sampai di rumah sang ibu, rumah itu sudah ditempati orang lain. Wahyu dan Reihan terkejut, karena ternyata sang ibu telah menjual rumahnya. Satu-satunya harta yang tersisa dan memang tidak dipertaruhkannya untuk menebus kesalahannya saat terjerat kasus pemakaian uang kas untuk berjudi, dengan menjualnya demi tetap memiliki tempat untuk bernaung. Tapi sekarang benar-benar sudah terjual. Lalu dimana Wanda sekarang berada?
Wahyu dan Reihan kebingungan, karena tidak ada keterangan di mana sang ibu berada, atau pindah ke mana.
“Aku khawatir sekali Mas, jangan-jangan ibu mempergunakan uang penjualan rumahnya untuk kembali berjudi,” kata Reihan sedih.
“Masihkah ibu berani melakukannya setelah kelakuan itu membuatnya masuk penjara?”
“Semoga saja tidak. Tapi aku tetap merasa khawatir.”
Mereka bertanya kepada teman-teman sang ibu yang diketahui alamatnya, tapi tak seorangpun tahu tentang keberadaannya.
Mereka juga memasang iklan di mana-mana untuk bisa menemukannya, tapi tanpa hasil.
Akhirnya mereka menyerah, dan fokus kepada aktifitas masing-masing, dengan selalu berharap agar sang ibu berjalan di jalan yang benar.
***
Pada suatu malam, Suryawan mengajak Tia berbicara empat mata. Suryawan sudah semakin tua, dan berharap bisa mengentaskan anak-anaknya, serta berharap segera memiliki cucu-cucu yang lucu.
Tia hanya tertawa ketika sang ayah mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.
“Bapak masih muda dan gagah. Pastilah Bapak akan bisa menikmati hari tua bersama anak cucu.”
“Tia, kamu jangan menganggap enteng permintaan bapak ini. Kamu sudah cukup umur. Bahkan sudah lewat dari masa seorang gadis untuk menikah. Kamu harus memikirkan itu, jangan hanya menghibur bapak dengan ungkapan-ungkapan palsu,” kesal Suryawan.
Tia malah menjawabnya sambil tertawa.
“Apa maksud Bapak dengan ungkapan palsu itu?”
“Jelas palsu. Bapak sudah tua. Kulit sudah keriput, rambut sudah memutih, berjalan tak lagi bisa secepat dulu. Tapi kamu selalu mengatakan bapak masih gagah. Apa itu bukan palsu?”
“Bapak, yang namanya gagah itu tidak harus muda belia. Biarpun tua, keriput, atau rambut putih, tapi_”
“Sudah, diam. Bapak tidak mau omong bertele-tele.”
“Bapak jangan marah dong.”
“Tia, bapak serius. Kamu sudah menjadi perawan tua. Segeralah menikah. Kalau kamu tidak bisa menemukan orang baik yang bisa menjadi pendamping kamu, maka bapak akan mencarikannya. Banyak teman-teman bapak yang dulu pernah ingin berbesan dengan bapak, dan sekarang masih menunggu.”
“Jangan Pak.”
“Jadi kamu sudah punya pilihan? Kalau begitu katakan, dan suruh segera menemui bapak,” kata Suryawan tandas.
Tia tampak terdiam. Ada keraguan ketika ia ingin mengatakannya. Bayangan Wahyu melintas. Sesungguhnya dia tidak bisa melupakan Wahyu yang dulu pernah dekat dengannya. Tapi dia tidak yakin, apakah Wahyu masih memiliki perasaan itu? Ia tahu Wahyu tertarik kepada gadis lain. Ataukah itu hanya perasaannya? Kalau memang Wahyu suka, mengapa tidak terus terang saja mengatakan kepada dirinya? Lalu gadis bernama Emma yang saudara rumitnya itu, bukankah Wahyu sepertinya suka? Ia melihat cara Wahyu memandang gadis itu. Ada rasa cemburu ketika itu. Tapi sikap Wahyu kepada dirinya tetap saja baik dan manis.
“Tia, bapak sedang menunggu jawaban kamu,” kata Suryawan yang tak tak sabar menunggu.
Tia terkejut, tersadar dari lamunan.
“Diajak bicara malah melamun,” gerutu Suryawan.
“Bapak, apakah Bapak kurang suka pada Wahyu?” tanya Tia setelah menata batinnya.
“Wahyu?”
Tia mengangguk.
“Anak muda teman kamu yang ibunya pernah datang kemari?”
Tia lagi-lagi mengangguk.
“Bapak tidak suka ibunya.”
“Kalau pada anaknya?” pancing Tia, walaupun dia tidak yakin benar kalau Wahyu menyukainya.
“Anak itu sebenarnya baik.”
“Dia memang baik.”
“Karena kamu suka?”
“Karena Tia memang melihatnya dia baik.”
“Iya, kalau orang lagi suka kan semua yang dilihat kelihatan baik.”
“Dia itu bekerja sekantor dengan Tia, karena prestasinya baik, diangkat jadi wakil manager.”
“O iya, dia sudah lulus ya? Ibunya pernah mengatakan kalau dia sudah hampir lulus waktu itu. Lalu dia melamar ke perusahaan kamu, supaya bisa sering ketemu kamu?”
“Tidak. Dia hanya melamar dan tidak tahu kalau perusahaan kami itu satu atap.”
“O, begitu?”
“Mengapa Tia mengatakan bahwa dia baik, karena dia itu bekerja sambil membiayai adiknya kuliah di fakultas kedokteran.”
“Hebat juga.”
“Yang lebih hebat adalah walaupun dia wakil manager yang gajinya lumayan besar, dia rela menyewa kamar kost yang sederhana dan murah, hanya agar bisa menghemat pengeluaran, demi kuliah adiknya itu.”
“Lalu ….?”
“Itu alasan Tia mengatakan bahwa dia baik.”
“Kalian saling menyukai?”
“Entahlah,” jawab Tia yang memang ragu untuk mengatakannya.
“Pikirkan masak-masak sebelum kamu melangkah. Bapak berharap kamu menemukan jodoh yang baik. Dan ingat, pengaruh orang tuanya juga akan berperan dalam kehidupan rumah tangga kalian seandainya kalian berjodoh, nantinya.”
Tia terdiam. Ia tahu ayahnya tidak langsung setuju seandainya dia berhubungan dengan Wahyu. Itupun Tia belum mengatakan bahwa ibu Wahyu pernah masuk penjara karena judi.
Dan sampai malam dan Suryawan kelelahan, belum terdengar ungkapan suka dari mulut Suryawan. Tapi setidaknya Tia sudah menyiratkan sesuatu, dan sesuatu itu adalah kemungkinan seandainya dia berjodoh dengan Wahyu. Entah bagaimana nanti sikap yang ayah.
***
Siang itu ketika makan siang di kantin, seperti biasa Wahyu duduk berduaan dengan Tia. Tapi siang hari itu Tia tampak murung. Tidak ceria seperti biasanya.
Wahyu tiba-tiba merasa iba. Ada yang ikut dirasakannya. Ada perasaan, janganlah gadis di depannya itu menderita ataupun kesusahan.
“Tia,” panggil Wahyu karena melihat Tia menyendok makanannya sambil menunduk.
Tia mengangkat wajahnya, menatap Wahyu. Mata itu tampak sendu.
“Ada apa?” tanya Wahyu lagi.
“Apanya?”
“Kamu kelihatan berbeda dari hari-hari biasa. Seperti orang patah hati,” canda Wahyu.
Tia tersenyum tipis. Patah hati? Tersambung juga belum, kata batinnya.
“Kalau ada sesuatu, katakan pada aku, siapa tahu aku bisa membantu.”
“Semalam, bapak meminta agar aku segera menikah.”
“Oh ya? Bukankah calonnya sudah disiapkan oleh ayah kamu?”
“Calon? Itu kan hanya omong kosong. Yang ada adalah, bapak mengancam akan mencarikan jodoh kalau aku tidak menemukan orang yang aku sukai.”
“Bagus sekali. Apa yang membuat kamu sedih?”
“Entahlah. Aku tidak mau dicarikan.”
“Kalau begitu harus mencari sendiri bukan?”
“Itulah susahnya. Aku ingin kamu dulu yang menikah,” kata Tia.
“Apa? Aku menikah dengan siapa?”
“Terserah kamu, mengapa bertanya sama aku? Sepertinya kamu cocok dengan gadis itu,” pancing Tia.
“Gadis yang mana?”
“Yang saudara rumitmu itu.”
Wahyu tersenyum. Ia teringat apa yang dikatakan Reihan. Itu tentang Emma. Benarkah dia suka hanya karena wajahnya mirip Emmi?
“Tidak. Mana mungkin,” jawab Wahyu pelan.
“Mengapa tidak mungkin? Tak ada ikatan darah diantara kalian, bukan?”
“Entahlah, rasanya tidak.”
“Aku melihat caramu menatap gadis itu,” kata Tia sambil menyuapkan suapan terakhirnya, dan Wahyu menangkap ada nada cemburu di situ, membuat hatinya berdebar.
Sampai selesai makan siang, pembicaraan tentang jodoh itu tak pernah sampai ke ujungnya. Masing-masing masih saling menutupi apa yang ada dalam perasaan mereka.
***
Tapi sesampainya di rumah, Wahyu tahu bahwa dia juga memikirkan Tia. Wajah sendu Tia selalu terbayang. Disuruh menikah, sampai sedih, karena belum menemukannya.
Lalu nada cemburu yang diungkapkan Tia ketika mengingatkan saat makan bersama Emma dan Reihan waktu itu, juga sangat mengganggunya.
Apakah Tia menyukainya? Setidaknya setelah mengetahui bagaimana keadaan ibunya? Lalu apa yang harus dilakukannya?
“Hayoo, melamun,” pekik Reihan pelan ketika pulang dari mengirimkan pesanan.
“Nggak sopan. Nyelonong sambil membuat orang terkejut,” gerutu Wahyu.
Reihan terkekeh.
“Kalau pulang kerja itu ganti baju dulu, cuci kaki tangan dulu, baru melamun. Yang ini, masih berpakaian dinas, duduk bertopang dagu sambil melamun.”
Wahyu berdiri meninggalkan adiknya dengan kesal, lalu melepas baju dinasnya kemudian nyelonong ke kamar mandi.
“Aku tadi bertemu mbak Tia, sedang bersama seorang pemuda ganteng,” pekik Reihan, membuat langkah Wahyu terhenti.
***
Besok lagi ya.
🍄🍂🍄🍂🍄🍂🍄🍂
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung ADA MAKNA 37
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien & kelg
selalu sehat, tetap
smangats berkarya &
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam aduhai 💐🦋
🍄🍂🍄🍂🍄🍂🍄🍂
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Akhirnya yg kita tunggu2 sudah hadir kembali.tambah seru ceritanya.semoga pak Tom lekas sehat ,dan ibu sehat selalu
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteAda Makna_37 yang kita tunggu2 sdh hadir.
Semoga Bu Tien yang sdg berduka dan prihatin karena "belahan jiwa" sedang dirawat-inap di HCU RS Dr. Muwardi, semoga Allah memberikan kekuatan lahir batin buat bu Tien, dan pa Tom segera sembuh dari sakitnya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin 🤲🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur suwun Bu Tien salam sehat selalu utk keluarga...Aamiin 🙏
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Indroyanto
Masyaa Allah bu Tien masih nyempatkan nulis, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 37" sampun tayang, Semoga pak Tom segera sehat kembali , bu Tien juga jaga kesehatan, jangan capek capek ya bun ... doa kami semua utk bapak dan ibu Tien smg sll dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri Maryani
Aduhai 2x
Alhamdulillah, matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap sehat dan Pak Tom semakin baik kondisinya....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Semoga Allah SWT, mengangkat semua penyakit Bapak Tom Widayat cepat sembuh,pulih kembali pasca Operasi usus dan Bunda tetap sehat semangat.Aamiin yaa Mujibasailliin 🤲🙏Maturnuwun Cerbung Ada Makna 37 tetap tayang 👍🌷🌹💐
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah..
ReplyDeleteADA MAKNA 37 sampun tayang..
Matur nuwun bunda..
Semoga bunda Tien diparingi sehat, tetap semangat..
Semoga bpk Tom enggal pulih seperti sedia kala..
🤲🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Padma Sari
Alhamdulillah ADA MAKNA~37 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan Bp. Tom Widayat cepat sembuh pulih kesehatannya seperti sediakala.
Aamiin YRA 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Kami doakan Pak Tom cepat TUHAN PULIHKAN
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Harry Setiawan
Alhamdulillah ADA MAKNA 37 telang tayang,,terima kasih Bunda Tien,,dikala masih sibuk mengurus suami yg sakit masih sempat berbagi kebahagiaan dgn kami pecinta Cerbung ,,In Syaa Allah Bunda Tien diberikan kesehatan oleh Allah SWT Aamiin Allahumma Aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Wiwin
Alhamdulillah,Bunda kok sempat² nya nulis,ssmoga Bpk Tom segera sehat dsn pulih,terima kasih Bubda Tien sehat terus.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Isti.
🙏Semoga ibu Tien dan kel.dlm lindungan Allah yg Mahakuasa.
ReplyDeleteTrima kasih untuk Ada Makna boleh mengudara.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Rosie
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMatur nuwun
Moga sehat selalu bu Tien....
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Apip
Alhamdulillah ... terimakasih, ..... semoga sehat selalu Bunda... dan semoga bapak lekas pulih kembali..Aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tutus
Alhamdulillaah tayang juga walaupun pa tom sedang sakit... Cepat sembuh ya pa tom, Bunda Tien dan keluarga sehat terus
ReplyDeleteAlhamdulillaah, kembali tayang AM 37
ReplyDeleteSehat wal'afiat ya Bu Tien, ,,🤗🥰
Semoga pak Tom Widayat, semakin membaik & sehat wal'afiat , Aamiin Ya Rabbal 'aalamiin
Bikin penasaran , bisa² nya Reihan menggoda kakaknya Wahyu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Alhamdulillah, matur nuwun sanget Bunda Tien Kumalasari, di tengah kesibukan Bunda menjaga dan merawat Bp Tom, Bunda masih menyempatkan menghibur kami, semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Mundjiyati
Mks bun AM 37 sdh tayang.....smg bpk cpt sembuh total bun, dan bunda jaga kesehatan ya....jangan terlalu capai, ...jangan lupa dahar dan istirahat yg cukup
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Alhamdulillah, Adma 37 sudah tayang, semoga bu Tien dan keluarga selalu dikaruniai kesehatan 😪
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bam's
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAda Makna_37 yang kita tunggu2 sdh hadir.
Semoga mbakyu Tienkumalasari yang sdg berduka dan prihatin karena "belahan jiwa" mas Tom Widayat sedang dirawat-inap di HCU RS Dr. Muwardi, semoga Allah memberikan kekuatan lahir batin buat jenengan inggih, dan mas Tom segera sembuh dari sakitnya & kembali sehat Aamiin Yaa Robbal'alamiin 🤲🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sis
Alhamdulillah Ada Makna sudah tayang , semoga bunda Tien sehat walafiat kuat dan diberi kesabaran merawat suami tercinta bapak Tom Widayat yg sedang sakit semoga lekas sembuh sehat bisa beraktifitas lagi seperti semula . Aamiin YRA
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAda Makna_37 yang di tunggu2 sdh hadir.
Semoga Allah SWT memberi kesabaran, kekuatan dan kesehatan pada bunda Tien dan keluarga. Pak Tom segera sembuh dari sakitnya & kembali sehat wal'afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ermi
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 37* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Terima kasih Bunda Tien... cerbung Ada Makna 37..sampun tayang.
ReplyDeleteSehat selalu Bunda, semoga Allah selalu memberikan kekuatan, rosa dan semangat kepada Bunda.
dan
Syafakallah...semoga Allah memberikan kesembuhan kepada Pakdhe Tom Widayat dan segera pulih kembali seperti semula. Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Dialog terakhir antara Wahyu dan Tia itu luar biasa. Tia sudah membuka Tirai. Akankah Wahyu membantu membukanya lebih lebar lagi atau tertutup lagi karena kelamaan?
ReplyDeleteKalau masih tertutup diketuk pintu hatinya, Mas MERa
DeleteHik hik hik
DeleteSehat selalu mbak Tien..
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ani
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Engkas
Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),37 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Matur Nuwun Bunda Tien, barokalloh. semoga Pak Tom segera sembuh , dan bunda Tien selalu sehat aamiin YR'A
ReplyDeleteMasyaallah tabarakallah, sudah ada obat penawar rindu menjadi temanku dikala menunggu suami di rsud.
ReplyDeleteBarakallah fiikum buat bu Tien, pak Tom, juga suamiku yang sedang sakit.
Alhamdulillah, Ada Makna tayang lagi. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan yang sempurna kepada p. Tom, dan memberikan perlindungan dan kesehatan kepada b. Tien dan keluarga, Aamiin ya rabbal alamin.
ReplyDeleteWaah... Telat baca berita...
ReplyDeleteTapi doa tetap terpanjatkan buat kesehatan pak Tom...
Matur nuwun b Tien saya bisa ngikuti kembali lanjutan cerbung Ada Makna.
Tetap jaga kesehatan b Tien....
Matursuwun b Tien semoga selalu dalam lindungan Alloh SWT, sehat, sabar dan ikhlas
ReplyDeleteAh paling "pemuda ganteng" yg bersama Tia itu Wahyu sendiri...Reihan lucu ya, bisa-bisanya nggodain kakaknya.😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...semoga sehat selalu dan pak Tom makin membaik, pulih kesehatannya.🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Hatir nuhun bunda..salamsehat sll unk kel bunda 🙏🥰❤️🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah.... Semoga progres keng roko membaik aamiin
ReplyDelete