ADA MAKNA 06
(Tien Kumalasari)
Emmi menatap ibunya dengan heran.
“Ibu mengenalnya?”
“Entahlah, nama itu serasa tidak asing ketika ibu masih muda. Zaki … di makam mana kamu menemukan nama itu?”
“Itu makam ayah teman Emmi. Letaknya di sebelah timur kampus Emmi. Setiap kuliah Emmi pasti lewat tempat itu.”
Kinanti masih ingat, berita tentang Zaki punya anak yang dikandung Wanda sebelum meninggal. Hal itu bukan rahasia umum, semua teman-teman Kinanti mengerti. Wanda hamil ketika Zaki meninggal. Dan dia anak Zaki? Apakah dia anak Wanda?
“Ibu mengenalnya?” Emmi mengulangi pertanyaannya, ketika melihat ibunya seperti sedang mengingat-ingat.
“Siapa ibu dari temanmu itu?”
“Aduh, Emmi tidak tahu, Bu. Belum pernah menanyakannya.”
Wajah Kinanti menjadi gelap.
“Sedekat apa kamu dengan temanmu itu?”
“Dia namanya Wahyu.”
Entah siapa nama anaknya, tapi kalau benar dia anak Zaki, berarti dia anak Wanda. Bahkan mungkin Zaki belum pernah tahu bahwa Wanda mengandung anaknya, apalagi menikahinya, karena Zaki keburu meninggal dalam kecelakaan. Tapi yang lebih membuatnya kesal adalah karena Wanda adalah penyebab keretakannya dalam berumah tangga. Penyebab berpisahnya Emmi dan Emma dengan ayah kandungnya. Ingatan itu membuat luka yang sudah kering kembali menganga.
“Maksud ibu, sedekat apa kamu sama dia, Wahyu atau entah siapa itu,” sikap Kinanti berubah dingin.
“Yaa, cuma dekat saja.”
“Kamu pacaran?”
“Belum.”
“Apa maksudnya belum? Kamu berharap bisa menjadi pacarnya? Dan itu serius?”
“Entahlah. Dia hanya baik. Kami bertemu baru beberapa kali. Tapi kami sudah saling kenal baik, hanya saja dia belum pernah sempat datang ke rumah. Saat ini masih kuliah dan hampir selesai, di sebuah universitas di Semarang,” kata Emmi panjang lebar.
“Ibu tahu? Besok dia mau ke Balikpapan untuk mencari ayahnya,” lanjut Emmi seakan sedang mempromosikan teman dekatnya.
“Apa maksudnya? Katamu ayahnya sudah meninggal, dan kamu juga ikut menaburkan bunga untuknya?”
“Yang meninggal itu ayah kandungnya. Yang akan dia cari itu ayah dari adiknya. Ibu dan ayah sambungnya sudah bercerai ketika adiknya masih bayi. Kabarnya dia menjadi dokter di sebuah rumah sakit di Balikpapan.”
Jadi sudah jelas, Wahyu anak Wanda. Kinanti tahu kalau Guntur sudah tidak lagi di luar Jawa, tapi dia enggan mengatakannya. Toh semua itu baru katanya.
“Jangan memikirkan dekat sama dia, apalagi pacaran.”
“Kenapa Bu?”
“Pikirkan dulu kuliah kamu,” kata Kinanti sambil menjauh, membuat Emmi terheran-heran. Ia merasa, secara tersamar, ibunya tidak suka kalau dia dekat dengan Wahyu. Apa yang terjadi antara sang ibu dan orang tua Wahyu?
Karena penasaran, Emmi mengejarnya.
“Bu, Ibu … apa maksud Ibu?”
“Mengapa bertanya begitu? Ibu suruh kamu memikirkan kuliah kamu. Apa salah?”
“Ibu melarang Emmi berteman dengan Wahyu?”
“Sebaiknya ya. Jangan sampai kuliah kamu terganggu,” kata Kinanti sambil masuk ke ruang kerja suaminya.
Emmi berhenti mengejarnya. Selamanya sang ibu tidak pernah berkata begitu pedas. Kali ini sangat pedas. Halus, tapi terasa menggigit. Apa hanya perasaan Emmi saja karena Emmi sedikit tersinggung? Apa salah Wahyu? Laki-laki tampan yang baik hati dan bersikap manis kepadanya?
Emmi membalikkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri dengan perasaan yang mengharu biru.
***
Ardi terkejut melihat istrinya masuk ke ruang kerjanya, sementara tadi dia sudah berpesan agar tidak mengganggunya terlebih dulu.
“Ada apa?”
“Apa aku mengganggu?”
“Tidak, aku hampir selesai,” kata Ardi sambil tersenyum.
“Baiklah, aku akan menunggu,” kata Kinanti sambil duduk di sofa, tak jauh dari meja kerja sang suami.
Hanya beberapa menit menunggu, lalu Ardi sudah menyusulnya, duduk di sampingnya.
“Ada masalah? Wajahmu kusut begitu sih Bu.”
“Teman Emmi yang kemarin Bapak bilang sering menelpon itu, ternyata anak Wanda.”
Ardi terkejut.
“Masa?”
Lalu Kinanti menceritakan semuanya. Tentang makam yang bertuliskan nama Zaki, tentang temannya yang akan mencari ayahnya, seorang dokter di Balikpapan.
“Kamu yakin?”
“Anak itu yang katanya bernama Wahyu, adalah anak Zaki. Bukankah sudah bukan rahasia lagi kalau dulu Wanda hamil anak Zaki?”
“Tahunya dari mana?”
“Emmi bertemu dia ketika dia mau berziarah ke makam ayah kandungnya. Ayah kandung secara biologis karena mereka belum pernah menikah. Emmi menceritakan bahwa ayah Wahyu itu namanya Zaki. Lalu dia juga mengatakan kalau Wahyu mau mencari ayah kandung adiknya, seorang dokter, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Balikpapan.”
“Begitu ya? Lalu kamu menjadi kesal? Kamu masih mengingat masa lalu?”
“Aku ini manusia, Pak. Aku sudah melupakannya, tapi aku tidak bisa berhubungan lagi dengan Wanda, seandainya mereka benar-benar jadian. Tidak mau. Bapak tidak merasakan bagaimana sakitnya ketika dia merusak rumah tanggaku.”
“Bukan tidak merasakan. Kesedihan kamu adalah kesedihanku, seperti juga bahagiamu adalah bahagiaku.”
“Kalau begitu bantu aku mencegah mereka berhubungan.”
”Tenanglah, dia bilang baru berteman.”
“Kalau dibiarkan, dan keterusan ... bagaimana?”
“Baiklah, kamu tidak usah merasa kacau begitu. Nanti kita atur, dan kita lakukan mana yang terbaik. Mereka masih sangat muda, belum tentu yang sekarang menarik, akan selamanya membuat terpesona.”
“Pokoknya aku tidak mau mereka jadian.”
“Iya, aku tahu, Ibu, tenanglah. Jangan panik begini,” kata Ardi sambil merangkul istrinya.
***
Emmi berbaring di ranjangnya, berusaha untuk tidur. Tapi sang mata rupanya belum hendak terpejam. Wajah ibunya yang tampak masam ketika berbicara tentang Wahyu, masih terbayang-bayang. Ia tak pernah melihat wajah ibunya semasam itu. Ibunya yang selalu lembut dan penuh perhatian, bahkan tak pernah memarahi anak-anaknya. Tapi sore tadi, sangat membuatnya heran. Apakah ada sesuatu yang luar biasa tentang orang tua Wahyu sehingga ibunya sangat membencinya? Sebuah dendam, misalnya? Atau … ibunya Wahyu pernah menjadi selingkuhan ayahnya?
Ia ingin bertanya apa sebabnya, tapi tampaknya sang ibu tak hendak mengatakan apapun. Yang terasa tandas ialah ketika ia dilarang berhubungan dengan Wahyu. Padahal mereka baru berteman. Ada kekhawatiran dari ibunya apabila pertemanan itu berlanjut. Bukan sekedar takut pelajarannya akan terganggu. Padahal Emmi sangat menyukai Wahyu. Cintakah dia? Entahlah. Emmi hanya merasa suka karena Wahyu dianggapnya baik.
Karena tak bisa tidur, kemudian dia keluar dari kamarnya, lalu duduk menuju teras. Namun Emmi terkejut melihat ayahnya sedang duduk juga di teras, sendirian.
“Kamu belum tidur?” tanya sang ayah.
“Nggak bisa tidur, lalu mencoba keluar dulu. Bapak kenapa juga belum tidur?”
“Bapak sedang menunggu laporan orang kantor, tentang pembukaan cabang baru. Kalau tiba-tiba menelpon di kamar, takut mengganggu ibumu.”
“Bapak sangat perhatian pada ibu,” kata Emmi sambil duduk di depan ayahnya.
“Ibumu adalah istri bapak, sudah selayaknya bapak penuh perhatian pada dia.”
“Bapak sangat mencintainya?”
“Ibumu adalah satu-satunya wanita yang sangat dicintai bapak.”
“Bukan main. Padahal waktu itu kan ibu sudah punya aku dan Emma?”
“Bapak mencintainya sejak bapak dan ibumu masih sangat muda.”
Emmi beringsut agak maju, karena dia ingin mendengar tentang kisah cinta ibunya dan sang ayah sambung.
“Mengapa tidak menikah saat ibu masih gadis?”
“Ibumu mencintai ayahmu. Bukan aku.”
“Pasti Bapak merasa sakit hati, kecewa, eh … patah hati dong.”
“Tidak juga. Ayahmu adalah sahabatku. Dan dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku hanya ingin melihat ibumu bahagia.”
“Indah sekali.”
”Aku sangat marah ketika ayahmu mengkhianati cinta ibumu.”
“Bapak hajar dia?”
“Ya, dengan kata-kata. Bukan dengan kepalan tangan,” kata Ardi tertawa.
“Mengapa Bapak tidak mengingatkan ayahku agar sadar lalu kembali kepada ibu?”
"Perempuan itu menguasai hati ayahmu saat itu, atau entah dengan pertimbangan apa, akhirnya mereka bercerai. Ayahmu menikahi selingkuhannya."
“Tapi kemudian mereka bercerai juga kan? Bapak pernah menceritakannya.”
“Sesungguhnya ayah dan ibumu masih saling mencintai. Tapi perjalanan hidup manusia itu kan tidak seorangpun bisa menduganya. Barangkali memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, kalau kemudian mereka tidak lagi bisa bersatu.”
“Lalu Bapak mendekati ibu?”
“Bapak selalu dekat dengan ibumu. Barangkali ibumu tidak pernah menyadari bahwa bapak sangat mencintainya.”
“Akhirnya luluh juga?”
“Setengah mati bapak berjuang mendapatkannya. Dia menerima bapak ketika duka demi duka melandanya.”
“Dan bahagia?”
“Sangat bahagia, karena di rumah ini banyak cinta. Cinta ibumu, cinta kamu, cinta Emma, cinta Nuri.”
“Pak, bolehkah Emmi bertanya?”
“Tanya saja. Tentang apa? Jangan tentang cinta, karena bapak ini sangat bodoh dalam hal mencintai seseorang.”
“Masa? Sepertinya Bapak sangat romantis.”
“Bohong. Kalau bapak pintar, maka pasti ibumu sudah bapak dapatkan sebelum orang lain merebutnya. Tapi tidak apa-apa, ini sebuah perjalanan. Sebuah warna kehidupan. Tak perlu disesali. Oh ya, tadi kamu mau bertanya tentang apa?”
“Siapakah wanita yang telah merusak rumah tangga ibu ketika itu?”
“Seorang wanita yang sangat menyebalkan. Kamu tidak usah tahu, karena kalau kamu tahu, maka kamu akan terlibat dalam sebuah dendam yang berkepanjangan.”
“Apakah Bapak mengenal seseorang bernama Zaki?”
Ardi terkejut. Rupanya kesitu arah pertanyaan Emmi. Kinanti sudah mengatakannya tadi, tentang teman Emmi yang kemungkinan besar adalah anak Wanda. Rupanya Emmi selalu memikirkan larangan ibunya untuk tidak berhubungan lagi dengan Wahyu. Pasti Emmi sedang memancing-mancing, apakah yang menjadi penyebab sang ibu melarangnya. Dan yang dipikirkannya adalah ibu Wahyu itulah yang kemungkinan besar adalah orang yang merusak rumah tangga orang tuanya waktu itu. Kalau tidak, lalu apa? Ardi tidak bisa menjawabnya sekarang, karena ia tak ingin anaknya terlibat dalam dendam itu. Tapi ketika ada hubungannya dengan sang anak yang mungkin saling menyukai? Ini sangat rumit.
“Kenal nggak?” ulang Emmi karena sang ayah tampak seperti melamun.
“Zaki … itu seorang penyanyi … pemain band pada masanya.”
“Dia ayah Wahyu.”
Kinanti sudah mengatakannya. Ardi kebingungan menjawabnya.
“Siapa yang membuat ibu tidak suka? Zaki, atau ibunya Wahyu?”
“Apakah kamu sangat bergantung pada teman kamu yang bernama Wahyu?”
“Apa maksud Bapak?”
“Kamu sangat ingin tahu tentang Wahyu dan keluarganya.”
“Oh ya, besok pagi Wahyu akan ke Balikpapan. Ia ingin menemui ayah sambungnya, yang menurutnya bekerja di sebuah rumah sakit di sana. Dia seorang dokter."
Astaga. Bukankah yang dimaksud adalah Guntur? Ini benar-benar membuat bingung.
Tiba-tiba ponsel Ardi berdering.
“Ini dia, laporan anak buah yang walaupun malam tetap bapak tunggu,” kata Ardi sambil meraih ponselnya.
“Emmi tiba-tiba merasa sangat pusing. Emmi ke kamar dulu ya?” katanya sambil bangkit. Ardi hanya mengangguk, lalu mulai berbicara dengan anak buah yang menelponnya.
***
Reihan sedang makan siang bersama ibunya, sepulang dari sekolah.
“Mas Wahyu jadi berangkat?"
“Iya, sudah pagi tadi. Ibu sedang menunggu berita darinya.”
“Benarkah ayahku ada di sana?”
“Itu berita yang ibu dengar. Semoga kakakmu bisa menemukannya.”
“Kata mas Wahyu, kalau saya libur hari ini, maka saya akan diajaknya serta. Sayangnya nggak libur.”
“Dan kakakmu hanya bisa berangkat hari ini. Ya sudah, tidak usah disesali. Kalau kakakmu bisa bertemu ayahmu, pasti kamu juga akan senang.”
“Semoga mas Wahyu pulang membawa hasil. Syukur-syukur bapak mau diajak pulang kemari.”
“Kasihan kamu Rei, kamu sangat kangen pada ayahmu ya?”
Reihan mengangguk sambil tersenyum.
“Sekarang ibu mau belanja sebentar, ada yang harus ibu beli. Kamu mau ikut?”
“Tidak, Reihan capek. Mau istirahat saja.”
“Ya sudah, kamu istirahat. Ibu juga hanya sebentar. Sambil menunggu berita dari kakakmu nih. Kenapa sudah sore begini belum juga memberi kabar.”
***
Wanda belanja sendirian. Ada bahan dapur yang habis dan harus dibelinya. Ia selalu menggenggam ponselnya, agar kalau sewaktu-waktu Wahyu mengabari, dia bisa langsung menerimanya.
Ketika sedang menuju ke arah counter sayur, dilihatnya seorang gadis cantik sedang melihat-lihat di counter baju wanita. Wanda berhenti karena mendengar nama Wahyu di sebut.
“Ya ampun Wahyu, aku kan sudah bilang kalau aku sedang tugas di Semarang. Aku pikir mau mampir ke rumah kamu, ternyata kamu sedang pergi ya? Balikpapan? Jauh amat? Baiklah … sedang jadi detektif ya? Tidak apa-apa, kangennya ditahan dulu ya, aku balik masih besok pagi. Bisa ketemuan? Iya … ini sedang mau beli baju ganti, soalnya tidak menyangka harus menginap nih, karena urusan belum selesai. Baiklah, nanti aku tunggu kamu di penginapan, semoga tugasku cepat kelar. Baiklah.”
Wanita cantik itu menutup ponselnya.
“Nak, Anda mengenal Wahyu? Anda temannya Wahyu?”
“Ibu ini siapa?”
“Saya ibunya Wahyu , yang sedang pergi ke Balikpapan.”
“Oh, bukan main, malah bisa ketemu Ibu di sini. Saya dari Solo Bu, sedang tugas. Dulu teman kuliah Wahyu, tapi saya selesai setahun lebih awal.”
“Anda pacarnya? Cantik sekali, namanya siapa Nak?”
“Saya Tia, Bu.”
***
Besok lagi ya.
🍅🥝🍅🥝🍅🥝🍅🥝
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung ADA MAKNA_06
sudah tayang.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat terus, banyak berkah
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam seroja 💐🦋
🍅🥝🍅🥝🍅🥝🍅🥝
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 06 "
ReplyDelete🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda selalu sehat wal afiat 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Ada Makna 06" sampun tayang, Semoga bu Tien sekeluarga sll sehat, selamat berbuka puasa dan selamat menjalankan ibadah Teraweh. aamiin yra 🤲🤲
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai 2x
Alhamdulillah, dah dinanti 2 hr..semoga bu Tien tetap sehat, tetap berkarya
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Rini
Matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu 🤲
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bams
Ternyata Wahyu kok niru bapaknya? Zaki kan playboy. Sudah pacaran sama Tia kok masih kasih hati sama Emma ya......
ReplyDeleteHeheee.
DeleteIya mas Antok. Biar pepak
Alhamdulillah "Ada Makna 06" sdh hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien🙏
Sugeng ndalu, mugi Bu Tien & kelg tansah pinaringan sehat 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Sis
Sugeng dalu
Wah..mbulet kiyi... Wahyu seperti dekat dengan Tia dan juga Emmi.
ReplyDeleteWanda pasti tertarik kepada Tia, meski usia sudah lebih dari anaknya.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah ADA MAKNA~06 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
Aamiin YRA 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Matur suwun Bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
Delete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 06* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda cerbung dah tayang
Semoga bunda sehat walafiat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Terima ksih Ada Makna 06 nya bundaqu..slmt mlm dan salam seroja unk bunda sekeluarga🙏🥰🌹❤️
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteSelamat malam
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien "Ada Makna 06" sdh tayang. Salam hagat , smg sehat selalu dan *selamat menjalankan ibadah shoum Romadhon 1446 h hari ke 11*
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah...
ReplyDeleteJd cinta segi lima ...
Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 jeng Susi
DeleteAlhamdulillah, ADA MAKNA (AM),06 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Wedeye
Setujuh ndak y kalau Kinanti besanan sama Wanda??
ReplyDeleteBen wis Wahyu sama Tia saja...😁
Matur nuwun bunda Tien..🙏
Sehat selalu kagem bunda.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Padma Sari
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Latief
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun mas Kakek
Mengapa sikap Ardi tak konyol lagi ketika berhadapan dengan Kinanti, karena Ardi telah mendapatkan Kinanti. Ardi bersikap konyol hanya sekedar menutupi rasa gugupnya pada Kinanti.
ReplyDeleteSekarang Mbak Tien sedang membuat cinta bersegi-segi karena Wahyu anaknya Zaki kemana lagi sifat playboy itu turunnya?
Terimakasih Mbak Tien..
Sami2 Mas MERa
DeleteTerima kasih yaa penyemangatnya
Guntur mencoba bersibuk ria di luar Jawa melunturkan kesesalannya, setelah menjalani hidup bersama Wanda berujung kecewa, untung dibalikpapan coba nyeberang ketimur bisa dipalu.
ReplyDeleteSesal dan penasaran Emmi siapa Zaki sampai ibunya seperti khawatir kalau jadian sama Wahyu.
Walau hanya berkata kata tapi Kinanti tandas sikapnya tentang pertemanan itu terlarang apalagi berlanjut.
Kenapa sama-sama setujuan pencarian ayah kandung, ada kesan sama perceraian itu dilakukan setelah mereka mendapatkan bayinya.
Bukan kah itu menyia-nyiakan karunia-Nya menuntut sebuah keinginan memerdekakan diri dari wajib yang tersandang.
Berharap melegakan Reihan bertemu ayahnya, yang juga ada di hati Wanda, betapa tidak dari masa remaja selalu mendambakan bahagia hidup bersamanya.
Harapan bertemu itu juga ada dari seorang Tia yang dalam pembicaraan teleponnya terdengar kata Wahyu, balikpapan, pencarian seorang ayah demi Reihan adiknya.
Bersegera harapan itu tersambung jadi bincangan hangat antara Wanda dan Tia.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Ada Makna yang ke enam sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Aamiin
DeleteMatur nuwun mas Crigis
Terima kasih, ibu. Wah, Wahyu parah. Sudah punya, Tia. Masih juga memberi harapan untuk Emmi. Betapa kecewanya, Emmi. Kalau tahu, Wahyu sudah punya kekasih.
ReplyDeleteMulai
ReplyDelete