AKU BENCI AYAHKU 32
(Tien Kumalasari)
Desy kebingungan mendengar pertanyaan ayah Tomy. Selama ini dia sudah kehilangan cinta. Dia tak ingin memikirkannya lagi, karena kecewa terhadap sikap Tomy yang sama sekali tak peduli kepada situasi sulit yang mereka hadapi ketika itu. Ia bahkan membiarkan dirinya bekerja sementara dia hanya berdalih belum mendapatkannya. Terlebih kemudian sikap ibunya yang seperti memperbudak dirinya, dan Tomy tak bisa melakukan apa-apa. Lalu cinta itu sudah luntur. Sekarang bahkan sudah punah. Keberuntungan ketika kemudian diterima ayah Tomy, membuatnya bersemangat dan menemukan kehidupan yang nyaman sampai sekarang.
“Desy, aku bertanya, apa kamu tidak mau menjawabnya?”
Desy menghela napas panjang terlebih dulu sebelum menjawabnya.
“Saya minta maaf. Sesungguhnya saya sudah tidak bisa mencintainya lagi.”
“Kamu?”
“Saya minta maaf. Barangkali lebih baik Tomy kembali kepada Monik, lebih baik saya menjauh. Tak apa hanya menjadi saudara. Toh secara hukum saya bukan siapa-siapanya dia.”
Ayah Tomy menatap Desy dengan rasa sayang. Sesungguhnya Desy wanita yang baik. Pekerja keras, tekun, cakap dan pintar. Kalau memang mau, ia akan menikahkan Desy dan Tomy.
Tapi ternyata Desy justru memikirkan Monik. Baiklah, mengapa tidak? Ayah Tomy memang bermaksud menyatukan Monik kembali. Bukankah mereka masih resmi suami istri, bukan hanya istri siri seperti Desy?
Tadinya ia akan membiarkan dua-duanya menjadi menantu. Toh Desy pernah mengatakan bahwa dia berhubungan baik dengan Monik, tak ada rasa benci.
Tapi Desy sudah menolaknya. Karena kesibukannya, ayah Tomy justru lupa menanyakan, di mana Monik berada.
“Apa Bapak marah karena saya tidak lagi mencintai Tomy?” tanya Desy yang merasa khawatir, kalau-kalau jawabannya membuat ayah Tomy marah. Tenyata tidak. Tak ada raut muka kesal atau marah. Desy merasa sedikit lega.
“Tidak, bukankah setiap orang berhak mengutarakan bagaimana perasaannya? Kamu tahu di mana Monik tinggal?” tanya ayah Tomy kemudian.
“Tidak Pak, tapi kalau di mana dia bekerja, saya tahu, karena saya bekerja di satu salon waktu itu.”
“Catatkan untuk aku, alamat salon itu,” katanya singkat, kemudian beranjak pergi.
Desy segera menuliskan alamat salon itu, lalu dikirimkannya kepada ayah Tomy.
***
Desy termenung sendirian. Lalu ia menimbang-nimbang, benarkah dia tak lagi mencintai Tomy? Tidak. Cinta itu sudah terkikis habis oleh jalannya waktu, oleh kekecewaan demi kekecewaan yang mendera hatinya. Ia justru memikirkan Monik, yang resmi adalah istri Tomy. Walau Monik berkali-kali mengatakan ingin bercerai, tapi kenyataannya dia belum juga bercerai.
Kalau ayah Tomy ingin mempersatukan Monik dan Tomy, itu lebih baik.
“Tapi Monik sendiri seperti tak ingin lagi bersatu dengan suaminya. Ia selalu sembunyi setiap kali melihat Tomy,” gumam Desy sambil membuka berkas pekerjaannya kembali. Ia tak harus larut dalam kebimbangan tentang perasaannya terhadap Tomy. Tampaknya ia sudah mantap ingin lepas dari Tomy.
“Biarlah aku begini saja. Ada Indi yang selalu dekat denganku, dan ada ayah Tomy yang mencintai Indi sepenuh hati. Apa yang kurang dari hidupku ini?”
Ketika itulah tiba-tiba dia ingin menelpon Monik. Setelah kepergiannya, sama sekali dia belum pernah berhubungan dengan madunya, yang sudah menjadi sahabatnya itu.
“Ini kamu Desy?”
“Syukurlah, kamu masih mengenali suaraku, Monik.”
“Biarpun nomor kontak kamu berbeda, tapi suaramu tetap bisa aku kenali.”
“Senang mendengarnya. Apa kabar kamu?”
“Saya baik, dan masih bekerja di tempat kita bekerja dulu.”
“Syukurlah. Mencari pekerjaan itu kan tidak mudah. Bagus sekali kalau kamu masih bekerja.”
“Kamu ada di mana?”
“Coba tebak aku di mana.”
“Nggak tahulah, kalau tahu pasti aku tidak bertanya. Pulang kampung? Ke rumah orang tua kamu?”
“Tidak, aku ada bersama Indi, anakku.”
“Ah, aku ikut senang. Hidup bersama anak memang satu-satunya kebahagiaan yang tak ada duanya. Syukurlah kamu mendengarkan anjuran aku. Sikap ayah Tomy baik kan?”
“Tadinya tidak, tapi lama-lama dia menyayangi aku. Ia meminta aku bekerja di kantornya.”
“Itu menyenangkan. Ayah Tomy itu kalau sudah marah, susah diendapkan kemarahannya. Kalau kamu bisa membuatnya menyayangi kamu, berarti kamu luar biasa. Sungguh aku ikut senang.”
“Monik, ada yang ingin aku katakan sama kamu.”
“Apa tuh?”
“Tadi ayah Tomy menanyakan, apakah aku mencintai Tomy.”
“Oh ya, berarti dia akan menyatukan kamu dengan Tomy,” kata Monik sedikit getir.
“Mungkin, tadinya begitu. Tapi aku menjawab tidak.”
“Tidak? Kamu tidak mencintai Tomy lagi?”
“Rasa cinta itu sudah pupus sejak lama. Aku tak ingin memikirkannya lagi. Aku justru mengusulkan ayah Tomy agar mencari kamu dan membuat kamu bersatu lagi dengan Tomy.”
“Apa? Kamu …. “
“Mengapa tidak, Monik? Bukankah kamu masih suami istri? Sedangkan aku hanyalah istri siri. Kalau tidak salah Tomy sudah berubah dan mau bekerja. Barangkali nanti kalian akan bisa hidup berbahagia.”
“Entahlah, aku tidak mau berandai-andai. Yang jelas, Boy tidak suka pada ayahnya. Dia pasti akan menolak kalau aku kembali kepada ayahnya.”
“Kamu kan bisa membujuknya. Masa kalah sama anak kecil?”
“Kamu belum tahu Boy. Dia itu keras kepala. Barangkali menurun dari ayahnya.”
“Ya sudah, pokoknya aku mendoakan yang terbaik untuk kamu. Sekarang aku bekerja dulu ya.”
Sambil meletakkan ponselnya, Monik termenung. Memikirkan untuk kembali kepada suaminya? Sepertinya sulit.
“Moniiik, ada yang mau potong rambut nih! Yang lain lagi sibuk,” tiba-tiba teriakan temannya mengejutkannya. Ia segera bergegas ke depan, lalu menghampiri pelanggan yang sudah menunggu.
***
Rohana belanja baju bersama temannya. Tapi karena yang dipilih adalah baju yang harganya mahal, Rohana merasa bahwa uangnya kurang.
“Lisa, boleh aku pinjam sama kamu sepuluh juta saja? Uangku kurang nih, aku mau mengambil yang ini. Lihat, bagus kan?”
“Sepuluh juta? Kemarin yang lima juta belum kamu kembalikan lhoh, kamu lupa ya?”
“Nggak, aku nggak lupa, sekalian sepuluh juta lagi deh, besok aku kembalikan. Soalnya uangku masih dibawa orang limapuluh juta. Besok aku akan mengurusnya.”
“Sebentar, aku lihat dulu, uangku masih ada nggak. Soalnya suami lagi di luar negri, mau minta uang lagi takut dia marah, soalnya dia belum lama ini sudah mengirimi aku uang. Justru aku akan menagih yang lima juta itu dulu sama kamu.”
“Ya ampun Lisa, hanya lima juta saja kamu ingat-ingat. Besok aku kembalikan semuanya sama yang sepuluh juta itu sekalian.”
“Ya sudah, ini ada nih. Tapi jangan lupa besok kamu kembalikan ya, uangku sudah menipis nih.”
“Iya … iya … jangan khawatir deh. Pasti aku kembalikan.”
Rohana belanja sesuka hatinya. Kekurangan dari apa yang dibelinya sudah didapat dari meminjam, dengan janji besok akan dikembalikan. Ketika meminjam, yang penting bisa mendapat pinjaman, dan lupa, dengan apa dia akan mengembalikan.
“Mereka kembali sudah sore. Rohana pulang ke rumah dan mencoba baju-baju mahal yang dibelinya. Ada baju renang yang membuatnya semakin seksi, yang akan digunakannya besok ketika ke pantai bersama teman-temannya.
Rohana senang karena dia akan tampil elegan dan tidak memalukan.
Tapi pagi harinya, begitu dia bangun, kemudian Lisa menagihnya, Rohana gelagapan menjawabnya.
“Rohana, kamu janji besok kan, ini sudah besok, jangan ingkar, aku memerlukan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Lisa ketika menelpon.
“Ya ampun LIsa, aku baru bangun tidur, dan kamu sudah menagihnya.”
“Kamu bilang besok, ini sudah besok.”
“Besok itu ya besok, aku juga sedang mau menagih uangku sama orang nih, nanti kalau sudah dapat pasti aku kembalikan.”
“Apa bisa hari ini kamu memenuhi janjimu?”
“Semoga saja bisa. Kalaupun tidak, tunggulah sampai beberapa hari, tergantung kapan dia akan mengembalikan uangku.”
“Lhoh, kamu sendiri yang janji hari ini kok.”
“Sabar Lisa, Aku juga sedang mau menagih uangku nih, tunggu deh, nanti aku kabari.”
Rohana menutup ponselnya dengan kesal. Mengapa kemarin dia bilang besok sih? Lisa itu terkenal galak dan disiplin. Ia bingung, sebenarnya ia hanya ingin membeli baju yang diinginkannya, dan uangnya kurang. Ia selalu begitu. Tak pernah perhitungan dan akhirnya kebingungan sendiri. Menagih uang yang dipinjam limapuluh juta? Itu kan hanya khayalan Rohana saja. Tapi tiba-tiba dia teringat uang anak-anaknya yang sudah dibayarkan kepada pak Ratman. Bolehkah dia meminta dulu yang separonya? Memalukan sih, tapi mau bagaimana lagi, dari pada Lisa mengomel, lalu menceritakan kepada semua orang bahwa dirinya berhutang dan tidak bisa membayar, lebih memalukan tuh.
Rohana bergegas mandi. Rumah berantakan tak dihiraukan setelah kemarin belanja seharian dan tak sempat beres-beres rumah. Sekarangpun dia membiarkannya. Ia ingin menemui pak Ratman, seperti keinginannya semula. Kali ini bukan tentang hutangnya, tapi tentang ia yang butuh uang dan tak perlu malu untuk merayu pak Ratman agar yang separo boleh diminta terlebih dulu. Apa boleh buat. Hanya itu satu-satunya jalan, demi harga diri di depan teman-temannya, walau harga dirinya jatuh didepan laki-laki yang akan dirayunya.
Ia bergegas mandi, memakai baju yang bagus, tapi yang sedikit sexy. Memoles wajahnya sehingga kerut di wajahnya menjadi tersamar. Dibuatnya bibirnya merona dan matanya yang sebenarnya sudah bagus, dipasangi bulu mata yang melambai seperti daun nyiur tertiup badai.
Rohana berputar beberapa kali di depan cermin dan merasa puas dengan penampilannya.
“Ternyata aku masih cantik. Sayang sekali kalau aku harus membiarkan kulitku yang halus ini dijamah Ratman yang sudah tampak tua. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah begitu baik dan bersedia meminjamkan aku uang, yang sebenarnya pada akhirnya akan memberinya keringanan. Dasar anak-anakku itu yang lancang. Mengapa uang sebanyak itu dibayarkan semua. Bodoh!
Rohana mengambil botol minyak wangi yang hampir kosong, menyemprotkannya pada seluruh tubuh. Sekali lagi ia berputar di depan cermin, lalu keluar dari kamar, meraih ponselnya lalu memanggil taksi.
***
Seorang petugas salon sedang menemui seorang laki-laki setengah tua, yang masuk dan menyapa mereka dengan ramah.
“Selamat siang.”
“Selamat siang Pak. Ada yang bisa kami bantu?”
“Bukankah ini salon?”
“Ya, tapi salon kecantikan khusus untuk wanita. Bapak mau potong rambut? Di depan itu Pak, kalau mau potong. Di situ salon rambut khusus pria.”
“Oh, ya sudah, tidak apa-apa. Sebenarnya saya ingin ketemu Monik. Ada kah?”
“Oh, Monik? Ada pak.”
Salah seorang karyawan berteriak sambil beranjak ke belakang.
“Moniiik, ada tamu tuh.”
Monik berdebar. Apakah Tomy yang datang menemuinya? Sebelum keluar dia mengintip, tapi saat mengintip itu laki-laki yang mencarinya justru sedang menatap ke arah di mana dia mengintip.
Monik terkejut, tak berkutik dia langsung keluar dan menubruk laki-laki gagah itu serta memeluknya erat.
“Bapak, maafkan saya,” lirihnya.
“Monik, kenapa kamu lari dari rumah?”
“Apakah Bapak marah?”
“Tentu saja aku marah. Semua persoalan kamu pendam sendiri. Lalu kamu menjadi menderita begini.”
“Maafkan Monik. Bapak tak pernah mempercayai Monik.”
“Baiklah, mana Boy?”
“Boy Monik titipkan di tetangga.”
“Ya Tuhan, ada aku kakeknya, dan kamu menitipkannya pada tetangga?”
“Maaf.”
Monik terisak. Pada dasarnya ayah Tomy amat menyayangi Monik. Apalagi Boy, cucunya. Tapi ia tahu bahwa kepergian Monik adalah karena Tomy yang tidak memperhatikannya.
“Kamu masih harus bekerja, nanti sore aku akan menjemputmu dan mengajak kamu bicara.”
Monik mengangguk. Ia mengusap air matanya ketika mengantarkan ayah mertuanya pergi.
***
Ayah Tomy menelpon pak Ratman, mengajaknya ketemu di sebuah rumah makan. Tentu saja pak Ratman menyambutnya dengan gembira. Ia sengaja mencari sopir lain, dan bukan Tomy, untuk mengantarkannya menemui sahabatnya.
Ketika sudah sampai di rumah makan yang dijanjikan, pak Ratman turun dari mobil. Dari jauh pak Drajat melambaikan tangannya.
Tapi tiba-tiba seseorang menggandeng tangannya, dan berbisik manis.
“Mau makan Pak, boleh saya temani?”
“Lhoh, bu Rohana ada di sini?”
“Saya memang sedang dalam perjalanan ke kantor pak Ratman untuk bicara, lalu saya melihat pak Ratman ada disini, jadi saya turun dari taksi langsung menemui Bapak.”
Tapi tiba-tiba sebuah sentakan mengejutkan Rohana. Seorang laki-laki ganteng tinggi besar melepaskan pegangannya pada lengan pak Ratman.
Matanya menatap marah. Rohana langsung gemetar.
***
Besok lagi ya.
🌻🐞🌻🐞🌻🐞🌻🐞
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
AaBeAy_32 sdh hadir.
Manusang nggih, doaku
semoga Bu Tien &
kelg slalu sehat & bahagia
lahir bathin. Aamiin.
Salam seroja...😍🤩
🌻🐞🌻🐞🌻🐞🌻🐞
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Salam aduhai
Boy
ReplyDeleteHallooww
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteABeAy episode 32..sudah tayang
Matur nuwun Mbak Tien
Salam sehat
Salam ADUHAI..dari Bandung
🙏🥰🤗🩷🌹🌸
Sami2 jeng In
DeleteADUHAI dari Solo
Trmksh mb Tien
ReplyDeleteHore...... Yangtie diselip bojoku.
DeleteTak tunggu lho kok ora japri²
Siapakah dirimu, Yangtie???
Bikin aku dan teman² penasaran lho, termasuk bu Tien ikut penasaran...
Maaf pak Kakek, lg ada kegiatan 17 an
DeleteSy jauh nun disana di pelosok desa, kadang ada sinyal kadang blank , 🙏
Sami2 Yangtie
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAduhai.....sudah tayang di tunggu² semua pembaca
ReplyDeleteMatur nuwun ....
Syukron....
ABeAy_32 sampun tayang
Sami2 mas Kakek
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien...
Komen singkat ,biar no satu ..eh tetep kalah cepet dg bu Sari ☺️🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteMaturnuwun bu Tien ..salam hangat dan aduhai aduhai ibuku sayang
ReplyDeleteAduuuh siapa laki laki yg merenggut tangan rohana, apakah satria atau ayah tomy? Seruuuuuu
DeleteSami2 ibu Sri
DeleteAduhaiaduhai deeh
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillaah tayang makasih bunda salam merdekaaa!!!
ReplyDeleteMerdeka!!
DeleteMatur nuwun ibu🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Butut
Deletealhamdulillah
ReplyDeletematurnueun bunda
Sami2 ibu Nanik
DeleteAlhamdulillah 👍🌷
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏
Sami2 pak Herry
DeleteAlhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~32 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah "ABeAy~ 32" sdh datang mwtursuwun Bu Tien, semoga sehat selalu..,salam hangat yg ADUHAI💖🌷
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Wah...gayeng kiyi.... Rohana akan menemui pak Ratman sekaligus ketemu pak Drajat. Bagaimana pinjaman kepada temannya, dapatkah dilunasi...
ReplyDeleteDesy memang baik, sadar bahwa ia hanya siri, mengalah kepada yang lebih berhak, Monik.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSemiga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah Aku Benci Ayahku- 32 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
DeleteSami2 ibu Yati
DeleteAlhamdulillah. Aku Benci Ayahku 32 telah hadir.
ReplyDeleteHatur nuhun Bu Tien ..
Semoga Bu Tien sehat Selalu bersama Keluarga
Amiin 🥰
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Utinah
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *Aku Benci Ayahku 32* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Penasaran bagaimana sikap pak Ratman setelah tau bahwa Rohana istri sahabatnya??
ReplyDeleteTunggu besok ya... Terimakasih bunda Tien,salam sehat, bahagia dan wemakin aduhaiii
Sami2 ibu Komariyah
DeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeletePenasaran nih..gimana yaa pertemuan Rohana, Drajat dan Ratman?
Sami2 ibu Sul
DeleteMatur nuwun Bu Tien, ceritanya tambah seru. Tetap sehat njih Ibu...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰
ReplyDeleteWaduh bgm ini ,, ketahuan ya dg pak Drajat,, kena semprot deh Rohana ,,,,,,😁🤭
Bgm dg Tomy apakah akan memilih Monik
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Matur suwun ibu
ReplyDeleteSami2 ibu Windari
DeleteHamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -31 telah hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,
Sehat dan ⁷bahagia selalu bersama amancu. Aamiin
Apes Rohana...ketangkaap tangan sama KPK, eh....salah ketangkap basah sama pak Drajat, mantan suami nya sendiri. Di omelin habis2 an nih sama pak Drajat krn jadi sang Penggoda suami orang...😁😁
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bu tien tayangan cerbungnya di malam 17 agts 2024
Semoga bu tien sehat² selalu n bahagia
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Arif
Pak Drajat kah yg bikin Rohana gemetar? Ga sabar tunggu besok...😀
ReplyDeleteTerima kasih, bu Tien. Sehat selalu...🙏🙏🙏
Sami2 ibu Nana
DeleteSetiap akhir seri cerita selalu ada kejutan...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien...
Sami2 MasMERa
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTrims ABA 32
ReplyDeleteNuwun pak
DeleteTop
ReplyDelete