Monday, August 19, 2024

AKU BENCI AYAHKU 34

 AKU BENCI AYAHKU  34

(Tien Kumalasari)

 

Monik tak mengira, bahwa Boy akan menolak kedatangan kakeknya. Bukankah sang kakek selalu baik dan menyayanginya? Bergegas dia mendekat ke rumah, sambil memanggil-manggil anaknya.

“Boy, kakek sangat kangen sama Boy, keluarlah nak.”

Tapi Boy sama sekali tidak mau keluar. Yang keluar justru Bu Lany diikuti Mia.

“Bu Monik, ada apa? Boy bersembunyi di kamar. Dia takut sesuatu?”

“Ada kakeknya, dia takut diajak pergi kakeknya. Maaf Bu Lany, biarkan saya masuk dan membujuknya."

Mia hanya menatapnya tak mengerti.

“Silakan Bu, barangkali Boy butuh dibujuk dengan lembut,” kata bu Lany yang khawatir Monik akan memarahinya.

Ia mempersilakan pak Drajat masuk ke rumah, membiarkan Monik menemui anaknya. Tapi pak Drajat hanya mengucapkan terima kasih, lalu kembali masuk ke dalam mobil, menunggu di dalam.

Monik bergegas masuk. Mia menunjukkan di mana Boy berada.

“Boy, sayang. Keluarlah.”

“Boy tidak mau pulang!” teriak Boy dari dalam kamar.

“Kakek hanya ingin bertemu Boy. Kakek kangen sama Boy.”

“Nanti Boy diajak pulang kan? Boy tidak mau.”

“Tidak sayang, kakek hanya ingin bertemu, karena kangen sama Boy.”

“Benarkah kakek tidak akan mengajak Boy pulang?”

“Tidak. Kita akan tetap di rumah kita.”

“Ibu bohong!”

“Ibu tidak bohong, ayo keluarlah sebentar, kasihan kakek. Ayolah Boy.”

“Ibu tidak bohong kan? Kita tidak akan pulang bersama kakek kan?”

“Iya sayang.”

Boy keluar, Monik memeluknya.

“Boy jangan menangis. Anak laki-laki tidak boleh menangis,” kata Mia sambil memegangi lengan Boy.

Boy yang memang mengeluarkan air mata segera mengusapnya. Malu ketika Mia mengingatkannya.

“Boy, ayo kita temui kakek. Kakek kangen banget sama Boy.”

“Nanti kakek mengajak kita pulang kan?”

“Tidak, kita ajak kakek ke rumah kita, kita nanti tidak akan ikut kakek kok.”

“Benar ya, ibu tidak bohong. Bohong itu dosa kan?”

“Iya. Iya sayang. Ayuk.”

“Bu Monik, itu ayah bu Monik?” tanya bu Lany yang mendekati mereka.

“Ayah mertua, Bu.”

“Saya minta untuk masuk ke rumah tidak mau.”

“Iya, karena tidak ingin berlama-lama. Kami permisi dulu ya Bu.”

“Mia, aku pulang dulu, tapi aku besok ke sini lagi kok.”

“Iya, besok kita main lagi.”

Monik menggandeng Boy, diajaknya menghampiri sang kakek yang menunggu di mobil.

“Beri salam untuk kakek dulu, Boy.”

“Kakek, Boy juga kangen sama Kakek, tapi Boy tidak mau ikut Kakek,” kata Boy setelah mendekati kakeknya.

Pak Drajat memeluk Boy, mendekapnya erat.

“Cucu kakek sudah lebih besar, cakep, pintar.”

“Kakek mau ke rumah Boy?”

“Iya. Kakek ingin tahu, dimana sih rumah Boy? Ayo naik dulu.”

Monik mengajak ayah mertuanya ke rumah. Rumah sederhana yang dibelinya ketika kabur dari rumah suaminya.

“Ini rumahmu?” tanya pak Drajat ketika duduk di ruang tamu.

“Kamu bisa menghidupi anakmu dengan bekerja. Bagaimana kalau dia sekolah nanti?”

“Monik masih punya tabungan sedikit.”

“Bukankah biaya sekolah itu mahal?”

“Ya, saya tahu.”

“Boy mau sekolah di sini, tidak mau ikut kakek,” celetuk Boy menyela.

“Mengapa tidak mau ikut kakek?”

“Pokoknya nggak mau. Nanti ada bapak. Boy nggak suka bapak.”

Pak Drajat meraih tubuh Boy, lalu di dekapnya erat. Trauma yang disandang Boy ternyata cukup dalam.

“Apa yang telah dilakukan Tomy kepada istri dan anaknya sehingga menjadi seperti ini?” kata batin pak Drajat sambil mengelus kepala Boy.

“Saya buatkan minum dulu, Bapak mau minum apa?”

“Tidak usah. Kalau ada air mineral dalam botol saja, aku mau.”

“Baiklah.”

Monik mengambil air dalam botol, lalu diserahkannya kepada ayah mertuanya, yang tak berhenti mengelus kepala Boy. Terharu hati Monik, melihat betapa rindunya sang ayah mertua kepada cucunya.

“Kamu mengenal Desy kan?”

“Ya, kami pernah bekerja bersama di sebuah salon.”

“Apakah hubungan kalian baik?”

“Sangat baik. Belum lama ini dia cerita kalau bekerja di kantor Bapak. Saya senang mendengar, bahwa dia dekat dengan anaknya.”

“Sebenarnya aku ingin mempersatukan kalian, dan Tomy. Tapi Desy menolak. Dia tak mau kembali kepada Tomy. Dia sudah merasa nyaman bersama anaknya, dan menekuni pekerjaannya. Aku senang melihat kalian, perempuan-perempuan yang mau berjuang demi sekepal makanan dan selembar baju. Aku ingin Tomy seperti itu. Dan tampaknya dia sudah setapak melangkah untuk sesuatu yang entah apa, dan dia ternyata mau berusaha. Hanya saja aku masih pura-pura tidak tahu. Biar saja dia merasakan betapa susahnya mengumpulkan rupiah demi rupiah yang pastinya sangat berguna untuk hidupnya.”

“Bapak akan membiarkannya begitu terus?”

“Nanti, ada saatnya aku mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi bukan sekarang. Dia belum punya bekal yang cukup.”

Monik hanya mengangguk. Pak Drajat meneguk air yang disuguhkan. Boy masih bersandar di pinggangnya. Tampaknya mendengarkan apa yang sang kakek bicarakan bersama ibunya.

“Apa kamu mencintainya?”

Monik terkejut. Bukankah ayah mertuanya tahu bahwa mereka tak pernah saling mencintai? Ia menatap sang mertua, lalu menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana kalau demi keutuhan sebuah rumah tangga, kamu mau berjuang kembali?”

Monik pernah berjuang demi menumbuhkan cinta dihatinya. Tapi tak berhasil. Tomy tetap menindasnya, dan tumbuhan cinta itu layu dengan sendirinya.

“Apa kamu menolaknya?”

“Hidup saya adalah untuk Boy.”

Jawaban singkat itu menyiratkan, bahwa Monik menolaknya, karena Boy tidak menyukai ayahnya.

Ada rasa sedih menggurat hati pak Drajat. Tak ada yang mencintai Tomy.

“Kamu harus ingat, bahwa kamu masih istrinya.”

“Apa Kakek mau mengajak Boy pulang? Boy tidak mau,” kata Boy tiba-tiba.

“Kamu tidak sayang pada ayahmu?”

“Boy benci bapak!” pekiknya.

Pak Drajat menghela napas.

“Baiklah, kakek tidak akan memaksa. Oh ya, maukah malam ini kalian makan bersama kakek? Kecuali itu kakek mau membelikan mobil mobilan kecil untuk Boy.”

Mata Boy bersinar. Memiliki mobil-mobilan kecil adalah keinginannya.

“Tapi nanti pulang kemari lagi kan?”

Pak Drajat tertawa tapi pedih rasa hatinya.

“Tentu saja. Hanya jalan-jalan, makan, beli mainan. Apa lagi?”

“Beli es krim?”

“Oh … yaaa … beli es krim juga. Nanti kakek belikan sekotak besar yang bisa disimpan, dan dimakan untuk besok-besoknya juga.”

“Biarlah saya dan Boy mandi dulu," kata Monik.

“Ya … ya, mandi dan pakai baju bagus untuk pergi bersama kakek, ya Boy?”

Sambil menunggu itu, pak Drajat melihat-lihat rumah Monik. Ia bahkan masuk ke dalam, ada ruang makan dan dapur yang kecil. Pak Drajat yang terbiasa tinggal di rumah mewah, sangat perihatin melihatnya. Tapi bagaimana memaksa menantu dan cucunya agar ikut bersamanya?

***

Pak Ratman sedang duduk berdua bersama istrinya, sambil menikmati cemilan yang disediakan, ketika Kartika mendekatinya.

“Bapak, Kartika mau beli buku.”

“Mengapa tidak siang tadi?”

“Baru ingat sekarang. Itu penting untuk bahan skripsi Kartika.”

“Ya sudah, jangan lama-lama.”

“Bolehkah Kartika mengajak mas Tomy supaya Kartika ada temannya, sehingga Bapak tidak perlu khawatir,” kata Kartika memberi alasan.

“Belum lama Tomy pulang dari kantor, pasti dia capek. Ayo sama bapak saja.”

“Nggak mau. Bapak itu nggak sabaran. Mana mungkin Bapak mau menunggu Kartika yang harus memilih-milih buku yang tepat?”

“Coba saja tanyakan, apa Tomy bersedia atau tidak.”

“Bapak saja yang menanyakan,” rengek Kartika. Ia tahu, kalau ayahnya yang menyuruh, Tomy pasti tak berani menolak. Berbeda kalau dia yang meminta.

Pak Ratman segera menelpon Tomy yang segera diangkatnya.

“Tomy, kamu sedang apa?”

“Tidak sedang ngapa-ngapain. Ada apa Pak?”

“Kartika mau minta tolong, agar kamu mengantarkan ke toko buku.”

“Sekarang?”

“Ya, sekarang.”

“Saya harus datang ke rumah?”

“Biar Kartika nyamperin kamu. Dia sudah siap kok.”

Kartika senang bukan alang kepalang. Ia segera berangkat setelah minta uang kepada ayahnya. Tapi sang ibu mengerutkan keningnya.

“Tampaknya ada apa-apa diantara Tomy dan Kartika.”

“Apa maksudmu?”

“Tampaknya Kartika suka pada Tomy.”

“Ah, ibu mengada-ada deh.”

“Mungkin hanya perasaan ibu saja. Tapi ada baiknya Bapak membatasi pergaulan diantara keduanya.”

"Tomy itu sudah punya anak dua.”

“Apa dia duda?”

“Belum jelas, tapi nyatanya dia sendirian.”

“Hati-hati. Bapak harus mengawasi dia. Jangan sampai Kartika salah jalan.”

“Aku mau menanyakan statusnya juga. Kalau dia duda, apa salahnya Kartika jatuh cinta? Tomy anak baik. Maksudku, sekarang dia baik, walaupun sebelum ini, kata ayahnya, kelakuannya sangat mengecewakan. Mas Drajat bahkan menyuruh aku membujuknya agar mau kuliah.”

“Kalau bisa ya jangan cari yang duda ah, takutnya ada masalah nanti, sama bekas istrinya. Banyak kasus yang tidak menyenangkan, ketika bekas istri cemburu kepada istri baru bekas suaminya.”

“Kamu ada-ada saja. Jangan terlalu sering melihat sinetron, nanti terpengaruh.”

“Bapak ada-ada saja.”

***

Begitu Kartika sampai di depan rumah Tomy, dilihatnya Tomy sudah menunggu. Ia duduk di teras sambil menyilangkan kakinya. Diam tak bergerak melihat dirinya datang, membuat Kartika merasa gemas.

Bergegas dia mendekat dan menowel lengannya.

“Kok diam sih, melihat aku datang?” kata Kartika cemberut.

Tomy tertawa. Belum-belum sudah membuat bibirnya mengulaskan senyum. Gadis yang luar biasa, pikir Tomy. Entah mengapa, sikap kekanak-kanakan Kartika ini selalu membuatnya senang.

“Aku lupa kalau ada yang mau datang menemui aku.”

“Lupa? Belum sejam sudah lupa? Tapi nanti dulu, aku mau melihat, apakah rumahmu rapi atau tidak,” kata Kartika yang langsung menyelonong masuk ke dalam rumah, lalu melihat-lihat. Dan tampaknya ia merasa puas. Tomy rajin membersihkan rumah. Sesibuk apapun dia selalu membuat perabot rumahnya berseri dan bersih dari debu. Katika ia sampai di ruang makan, ia melihat ada keripik kentang di meja. Keripik yang masih ada bungkusnya itu sudah terbuka. Kartika mengambilnya, sambil langsung mencomotnya.

“Hm, enak.”

Lalu ia melangkah ke depan, dan melihat Tomy masih duduk dengan posisi seperti semula.

“Aku nemu keripik kentang. Enak. Ini kesukaanku,” katanya sambil duduk, lalu mengemil keripik kentangnya tanpa permisi.

“Harus ditukar, enak saja. Aku baru makan sedikit, tahu,” kata Tomy pura-pura cemberut.

“Jangan khawatir, nanti aku beli lima bungkus untuk mas Tomy.”

Tiba-tiba Kartika melihat sebungkus coklat di atas meja kecil di dalam ruang tamu. Karena letaknya dekat pintu, jadi Kartika bisa melihatnya.

“Itu kan coklat dari aku? Kenapa masih utuh? Tidak doyan ya?” kata Kartika sambil meletakkan bungkusan keripiknya, lalu mengambil sebungkus coklat yang tergeletak di meja.

“Mas Tomy, nggak suka coklat ya? Kenapa tidak dimakan, ini pemberian dari aku, aku membelinya dengan penuh perasaan.”

“Perasaan apa?”

“Mm … perasaan terima kasih dong, kan mas Tomy sudah memberi aku sekotak es krim? Kotak besar pula.”

“Aku? Kapan aku memberi kamu es krim?”

“Yang Mas bawa ke rumah dan diterima ibu.”

“Lhoh, itu bukan dari aku.”

“Sudahlah, tidak mengaku tidak apa-apa. Yang penting coklatnya harus segera dimakan,” kata Kartika sambil membuka bungkus coklat, memotongnya, lalu meminta Tomy membuka mulut, kemudian memasukkan coklat ke dalamnya.

“Tuh, enak kan? Sudah berhari-hari tidak dimakan,” sungut Kartika sambil mengambil lagi bungkusan keripik kentangnya.

“Itu bukan dari kamu, Non.”

“Jadi … dari siapa? Ada gadis lain yang memberinya juga pada mas Tomy? Belum-belum nada suara Kartika sudah berubah tinggi.

“Aku beli sendiri dong, masa mau makan coklat saja menunggu ada yang memberi.”

“Benarkah?”

“Ya sudah, katanya mau beli buku, jadi nggak?”

“Jadi dong, ayo berangkat sekarang,” kata Kartika sambil berjalan ke arah mobil. Keripik kentang itu masih ada, dimakannya di sepanjang jalan.

***

Ketika masuk ke dalam sebuah rumah makan, Boy sudah membawa mobil kecil yang bisa ditunggangi. Walau hanya mainan, tapi Boy bisa masuk dan mengendarainya seperti sedang mengendarai mobil beneran. Boy sangat senang.

Tapi ketika duduk sambil makan, dan sang kakek merayunya lagi agar mau ikut bersamanya, Boy tetap menolak.

“Tidak mau. Aku benci bapakku,” katanya sambil menyendok es krimnya dengan mulut manyun.

Sang kakek ingin mengatakan bahwa Tomy tak ada di rumahnya, tapi kan maksudnya adalah mempersatukan keluarga itu? Bagaimana kalau nanti Boy tahu bahwa ada saat di mana ayahnya berada bersama mereka?

Ketika itulah tiba-tiba Tomy masuk ke rumah makan itu. Pak Drajat dan Monik melihatnya.

Tomy bersama seorang gadis cantik?

***

Besok lagi ya.

 

61 comments:

  1. 🥰😍🥰😍🌹😍🥰😍🥰

    Alhamdulillah....
    ABeAy_34 sudah hadir.
    Terima kasih bu Tien salam SEROJA dan tetap ADUHAI


    “Kakek, Boy juga kangen sama Kakek, tapi Boy tidak mau ikut Kakek,” kata Boy setelah mendekati kakeknya.

    🥰😍🥰😍🌹😍🥰😍🥰

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Matur nuwun Mbak Tien sayang. .. sampai ketemu sabtu bsk ya. Salam sehat selalu.

      Delete
  3. Alhamdulillah

    ABeAy episode 34...sudah tayang
    Matur nuwun Mbak Tien
    Salam sehat
    Salam ADUHAI..dari Bandung

    🙏🥰🤗🩷🌹🌸

    ReplyDelete
  4. 🍄🪸🍄🪸🍄🪸🍄🪸
    Alhamdulillah 🙏🦋
    AaBeAy_34 sdh hadir.
    Manusang nggih, doaku
    semoga Bu Tien &
    kelg slalu sehat & bahagia
    lahir bathin. Aamiin.
    Salam seroja...😍🤩
    🍄🪸🍄🪸🍄🪸🍄🪸

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari

      Delete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah, ak be ay 34 sdh tayang ... semoga bu Tien sll sehat ...salam hormat dan aduhai aduhai bun 🙏🙏❤️❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai deh

      Delete
  8. Matur nuwun salam sehat penuh semangat .

    ReplyDelete
  9. Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Kirana

      Delete
  10. Alhamdulillah nyalip jeng Susi Herawati, jeng Nuning, jeng Sari, Kung Latief lan Yangtie (tambah kancrit)...
    Monggo Yangtie kapan ke mBandung????

    ReplyDelete
  11. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  12. Alhamdulillah 👍🌷
    Maturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  13. Alhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~34 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete

  14. Kakek...aku sayang Kakèk lho...
    Juga mbak Ning...

    ReplyDelete
  15. Waah...jadi nih si Tomy ber'jodoh' dengan Kartika? Untung banyak dong ya...😀

    Terima kasih, bu Tien. Salam sehat.🙏

    ReplyDelete
  16. Nah Kartika ketemu Monik beserta anaknya. Bagaimana ya sikapnya, maju terus apa mundur teratur...
    Desy menolak Tomy, Monik memilih Boy yang benci ayahnya, apa Tomy akan mendapat Kartika yang masih single ya..
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete

  17. Alhamdullilah
    Cerbung *Aku Benci Ayahku 34* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  18. Alhamdulillah.... Sudah sempat koment lagi, sehat selalu mbakyu...

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  20. Makasih mba Tien.
    Penasaran nih kelanjutannya.

    ReplyDelete
  21. Hamdallah...cerbung Aku Benci Ayahku part 34 telah tayang

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Amancu di Sala. Aamiin

    Waduh...Tomy yang sdh mau membaik, mau berubah, ketangkap basah oleh Ayahnya, Monik juga Boy anaknya.
    Performance Tomy bisa di anggap jelek nih, gara2 Kartika yang menyukai Tomy..😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  22. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
    Sehat dan bahagia selalu bersama Keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu...

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillaah,matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰

    Boy ada ayahmu tuh....smg mereka bertemu ya, penasaran 😁

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien, salam hangat, semoga sehat selalu dlm lindunganNYA. Aamiin

    ReplyDelete

MASIHKAH ADA CINTA

 MASIHKAH ADA CINTA (Tien Kumalasari) Masihkah ada cinta Ketika kau sakiti aku Ketika manisnya madu telah berlalu Ketika kau guyur aku denga...