Friday, July 26, 2024

AKU BENCI AYAHKU 14

 AKU BENCI AYAHKU  14

(Tien Kumalasari)

 

Langkah-langkah kecil itu berlari ke arah depan, kemudian memeluk seorang wanita yang baru datang.

“Ibu … mengapa lama sekali tidak datang kemari?”

“Indi kangen sama ibu?”

“Indi kangen. Sekarang Indi tinggal di sini, ayo kita temui kakek. Kakek baik deh,” kata Indira yang kemudian menarik-narik tangan ibunya.

“Kakeeekkk, ada ibuku datang … “ teriak Indi sambil terus menarik-narik tangan ibunya.

Desy merasa takut. Wajah ayah Tomy tampak kaku. Menatapnya tanpa ada ramah sedikitpun. Mungkinkah nanti dia akan mengusirnya seperti dulu ia mengusir anaknya?

“Kakeeek, ini ibuku,” kata Indi lagi yang semakin dekat.

Desy menahan rasa takutnya, mereka sudah dekat, ayah Tomy duduk di kursi teras dengan wajah sangat tidak menyenangkan. Desy memberanikan diri mendekat, lalu mengulurkan tangannya sambil membungkukkan badannya, kemudian menciumnya pelan. Untunglah laki-laki setengah tua itu tidak mengibaskannya.

Sebenarnya Desy memenuhi saran Monik agar datang menemui ayah Tomy, agar dekat dengan anaknya. Dan itu dilakukannya, setelah berhari-hari melakukan perjalanan dan ketika hampir putus asa, akhirnya memberanikan diri mendatangi ayah mertuanya.

“Bapak, saya mohon maaf, karena berani datang kemari,” katanya pelan setelah berhasil menata batinnya.

“Mau apa kamu datang kemari?”

“Saya … “ Desy tak bisa mengatakan apapun. Ia juga tak tahu, mengapa berani datang ke rumah ayah Tomy yang hatinya keras seperti batu.

“Mau mengambil anakmu? Membawanya pergi bersamamu?”

“Tidak. Saya tidak akan membawanya. Saya tidak mampu merawatnya.”

“Bagus. Di mana Tomy?”

“Dia … bersama ibunya, ibu Rohana.”

“Hm, lalu kamu ?”

“Saya pergi meninggalkannya.”

“Bagus sekali kelakuan kamu. Mengapa meninggalkan suami sedangkan suami kamu mencintai kamu?”

“Tomy tidak bekerja, ibu Rohana tidak suka pada saya,” katanya takut-takut.

“Hm, lalu Rohana tidak mau memberi kamu makan?”

“Saya bekerja, dan menyerahkan hampir seluruh gaji saya pada ibu Rohana. Tapi … saya tidak tahan sikapnya.”

“Lalu … kamu datang kemari untuk apa? Kamu pikir aku akan memberi kamu uang, agar bisa meneruskan hidup kamu?”

“Saya … saya menyesali semua yang telah saya lakukan. Maafkan saya, Pak. Tapi saya tidak ingin meminta uang. Kalau Bapak tidak keberatan … ijinkan saya bekerja  di sini.”

“Bekerja? Kamu bisa apa?”

“Bersih-bersih, memasak, mencuci ….”

“Kamu mau jadi pembantu?”

“Apa saja, asalkan saya bisa dekat dengan anak saya.”

“Kakek, apa Kakek akan mengusir ibuku?” tiba-tiba Indi bertanya, ketika melihat wajah kakeknya yang muram.

“Kalau iya, kenapa?”

“Jangan Kakek, kasihan … nanti ibu tidur di mana? Rumah ini besaaaar, biar ibu tidur di kamar Indi.”

“Jadi beli boneka tidak?” ayah Tomy mengalihkan pembicaraan.

“Jadi Kek, ayo beli. Ibu boleh ikut?”

“Apa?”

“Ibu boleh ikut kan?”

“Tidak.”

“Kakekkk,” Indira merajuk.

“Kamu saja yang beli sama ibumu, kakek nggak usah ikut.”

“Kakeeeek.”

“Kakek beri uangnya pada sopir, pergilah dan beli apa yang kamu suka,” katanya sambil memanggil sopir dan memberikan sebuah kartu ATM. Ayah Tomy sudah sangat mempercayai sopirnya, jadi ia menyerahkan kartu itu dengan tenang. Hal itu sudah sering dilakukannya.

“Antar Indi ke toko mainan, biar dia beli apa saja yang dia mau, kamu yang membayarnya. Aku mau kembali ke kantor,” katanya sambil  menuju ke arah mobilnya, sedangkan Indi akan diantarkan dengan mobil yang lain.

“Ibu, ayo kita pergi,” kata Indi sambil menarik tangan ibunya.

Desy kebingungan. Ayah Tomy tidak mengatakan kesediaannya untuk menerimanya tinggal atau bekerja di situ, tapi dia membiarkan dirinya belanja mainan bersama Indi. Apakah artinya bahwa ia menerimanya? Ayah Tomy orang aneh. Ia terkesan sangat tinggi hati. Ia tidak mengatakan menerima, tapi dia membiarkan cucunya pergi bersamanya. Berarti dia tidak menolak, bukan?

“Ibu … ayo kita pergi. Indi mau beli mainan yang banyak.”

Desy berdiri, setelah tadi bersimpuh di hadapan ayah mertuanya. Masih ada rasa ragu-ragu ketika ia mengikuti Indi masuk ke dalam mobil.

“Ibu, aku duduk di dekat Ibu ya.”

“Desy tersenyum. Ia tidak sepenuhnya mengerti tentang bagaimana sebenarnya maksud ayah Tomy, tapi dia tidak mengusirnya, bukan?

“Semoga inilah cara dia menerima aku,” gumam Desy sambil tersenyum, lalu duduk di samping Indi.

***

Indira sangat senang. Sudah lama ia tidak bersama ibunya, tapi Indira tidak pernah kekurangan kasih sayang. Kakeknya amat mencintainya, dan memanjakannya dengan banyak mainan. Mengelusnya penuh cinta setiap kali datang. Di rumah, ada pembantu dan perawat khusus untuk Indi, yang sangat melayaninya dengan kasih sayang juga. Ayah Tomy selalu berpesan agar Indi dilayani dengan baik. Dan mereka tidak berani sedikitpun mengusik Indi atau membuatnya kecewa. Tapi walaupun dimanja, Indi dididik dengan baik oleh kakeknya. Ada saat dia bermain, ada saat dimana ia harus patuh. Saatnya tidur dia harus tidur, saatnya mandi dia tidak boleh membantah. Indi juga sudah dijanjikan akan masuk ke sekolah bulan depan. Sekolah terbaik dengan bayaran mahal. Tapi Indi tidak pernah sombong atau tinggi hati. Ia juga menghargai para pembantunya, tidak pernah berlaku semena-mena biarpun dia adalah majikan kecil.

“Apakah kamu senang, di rumah kakek?”

“Senang sekali. Bapak tidak bersama ibu?”

Indi tidak terlalu dekat dengan ayahnya, karena dahulu Tomy tidak selalu ada di rumah. Tomy mengontrak rumah kecil yang bagus untuk Desy dan anaknya, tapi dia tidak setiap hari datang.

“Tidak. Bapak di rumah nenekmu.”

“Nenek Indi? Indi punya nenek?”

“Ya, tapi rumahnya jauh dari sini. Ibu memilih pergi menemui Indi.”

“Indi senang ada Ibu. Ibu tidak pergi lagi kan?”

“Kalau kakekmu mengijinkan. Kalau tidak, ibu akan pergi lagi.”

“Aku akan bilang pada kakek. Kakek tidak boleh mengusir ibu.”

Desy tersenyum. Tapi dia masih ragu. Apakah ayah Indi benar-benar menerimanya, atau tidak, karena dia tidak mengatakan apa-apa.

Desy sudah tahu, ayah Tomy sangat keras. Itu sebabnya Tomy tidak pernah mengaku kepada ayahnya bahwa Desy telah menjadi istrinya, walaupun istri siri. Dan ternyata benar, begitu mengetahui kelakuan Tomy, sang ayah langsung mengusirnya pergi. Sekarang Desy nekat datang. Ada rasa was-was, akan pergi ke mana dia, kalau nanti ayah Tomy menolaknya.

Kembali bekerja di kelap malam seperti dulu dilakukan sebelum menjadi istri Tomy? Tidak. Bekerja malam sebenarnya sangat mengganggunya. Desy cantik, banyak laki-laki hidung belang mengganggunya. Dia ingat, ketika Tomy menghajar seorang laki-laki yang melakukan perbuatan tak senonoh pada dirinya. Setelah itu, Desy disuruh resign oleh Tomy, dan dinikahinya, karena rupanya sejak lama Tomy menyukainya.

Sopir itu menghentikan mobilnya di toko mainan, di mana majikannya sering mengajak Indira pergi ke sana.

Indira langsung mengajak ibunya masuk, dan berlarian ke sana kemari ketika melihat banyak mainan dan Indi bingung untuk memilihnya. Desy menggeleng-gelengkan kepalanya. Rupanya Indi sangat dimanja oleh kakeknya, dan sering diajak kesitu untuk dibelikan mainan. Dari jauh, sopir yang dipercaya sang kakek hanya mengamatinya. Ia membiarkan Indira memilih apa yang disukainya.

“Ibu, boneka ini bagus bukan?”

“Bagus sekali. Matanya bisa merem melek.”

“Aku mau ini. Ibu pilih yang mana?”

Desy tertawa. Mana ada orang tua disuruh memilih mainan?

“Ibu tidak. Kamu saja.”

“Mainan Indi sudah banyak. Boneka juga sudah ada. Tapi yang ini bagus. Indi mau, nanti bisa menemani kita tidur,” celoteh Indi sambil berlari ke arah kasir.

Pak sopir yang selalu mengawasinya bergegas mendekati.

“Non Indi hanya beli ini?”

“Iya. Mainan Indi sudah banyak.”

Dengan cekatan pak sopir membayarnya, lalu Indi dengan gembira menggendong boneka yang besarnya hampir sama dengan dirinya.

“Ibu, ayo kita makan es krim.”

Desy teringat Boy yang bertemu beberapa waktu lalu, yang juga suka makan es krim. Tapi bukanlah setiap anak kecil memang selalu menyukai es krim?

“Pak Imam, aku mau es krim ya,” katanya pada pak sopir yang selalu mengikutinya dari kejauhan.

“Boleh. Didekat situ saja ya.”

Pak sopir segera mengantarkan Indi dan ibunya ke sebuah rumah makan yang menjual es krim. Itu juga langganan majikannya kalau ingin makan bersama Indi.

Indi dengan gembira menarik ibunya masuk ke situ.

“Non Indi hanya makan es krim ya, makan di rumah saja. Tuan besar berpesan non Indi tidak boleh makan sembarangan.”

“Iya, tadi bibik sudah masak untuk Indi,” kata Indi sambil duduk dan pak sopir membantu memesankan es krim untuk Indi dan ibunya.

Desy merasa, ia tak akan mampu merawat Indi bersamanya, seperti yang dilakukan kakeknya. Ada rasa syukur, walaupun hatinya masih was-was tentang hidupnya sendiri. Ia harus bersiap untuk mencari pekerjaan. Ketika Indi asyik mencecap es krimnya, Desy pergi ke arah belakang. Ia bertanya kepada salah seorang pelayan, apakah rumah makan itu membutuhkan karyawan. Tapi karyawan itu tidak bisa menjawabnya.

“Ada manager saya, tapi saat ini beliau sedang keluar. Saya minta nomor kontak Mbak saja, nanti kalau benar membutuhkan, Mbak akan saya hubungi.”

Dengan senang hati Desy memberikan nomor kontaknya, kemudian kembali ke meja, di mana Indi masih asyik dengan es krimnya.

“Ibu dari mana?”

“Dari … dari kamar mandi.”

“Es krim ibu belum dimakan.”

“Iya. Sekarang ibu akan memakannya.”

Setelah selesai menghabiskan es krimnya, Indi mengajak pak sopir pulang.

***

Indi asyik bermain dengan boneka barunya. Ia mengajak sang ibu masuk, dan melihat koleksi bonekanya yang banyak, membuat Desy terkagum-kagum.

“Nanti ibu tidur di sini, bersama Indi ya?”

“Entahlah, ibu belum tahu.”

“Ibu harus tidur di sini. Nanti aku bilang sama kakek.”

Desy hanya tersenyum. Mana mungkin ayah Tomy mau menuruti kata anak kecil?

Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar.

“Non Indi, saatnya makan.”

“Ibu, ayo kita makan,” ajak Indi sambil membuka pintunya.

“Bibik, ajak makan juga ibuku ya.”

“Sudah bibik siapkan, makan siang non dan nyonya Desy.”

Desy terkejut, pembantu itu sudah tahu namanya? Mengapa berani-beraninya dia mempersilakan dirinya makan. Nanti kalau tuan besarnya tahu pasti langsung pembantu itu dipecatnya.

“Silakan Nyonya.”

“Saya di sini saja. Biar Indi yang makan,” kata Desy pelan, padahal sesungguhnya cacing di perutnya juga sudah menari-nari.

“Tapi sudah saya siapkan.”

“Ayo, ibu,” Indi menarik-narik tangan ibunya.

Desy berdiri dengan ragu, dan melangkah perlahan mengikuti sang anak.

Pembantu itu adalah yang khusus melayani Indi. Ia tahu masakan apa kesukaan Indi. Tapi tuan besar selalu menyuruh menyiapkan sayur setiap kali Indi makan, dan dengan patuh Indi menurutinya.

“Duduklah ibu.”

“Ibu menunggui saja di sini,” kata Desy pelan, sambil duduk.

“Nyonya makanlah, kan sudah saya siapkan. Kamar untuk Nyonya juga sudah ditata rapi. Nanti saya tunjukkan. Tas yang Nyonya bawa juga sudah saya letakkan di kamar itu.

Desy terkejut. Kamar untuk dirinya? Mengapa pelayan itu begitu lancang memberikan dirinya makan dan menyiapkan kamar untuknya pula?

“Mengapa ada kamar untuk saya? Bagaimana kalau tu … tuan besarmu … marah?” tanya Desy terbata.

“Nyonya, kalau bukan karena perintah tuan besar, mana saya berani melakukannya?”

“Pe … rintah … tuan besar?”

“Iya, Nyonya. Tuan besar yang memerintahkan untuk menyiapkan semuanya. Non Indi pasti akan senang.”

“Ibu, ayo makan. Ini masakan kesukaan Indi.”

Desy duduk dengan gemetar. Pelayan itu mana berani bohong. Jadi ayah Tomy menyuruhnya menyiapkan kamar juga untuknya?

“Ini namanya semur, ada kentangnya, ada dagingnya. Ini kesukaan Indi. Tapi Indi harus makan sayur juga,” kata Indi sambil menunjuk sebuah mangkuk sedang berisi brokoli, entah dimasak apa.

“Baiklah.”

Akhirnya Desy menemani anaknya makan, dengan rasa yang bercampur aduk di hatinya.

***

Hari itu Rohana sedang bertengkar dengan Tomy. Ia kehabisan uang, dan memarahi Tomy karena tak bisa berbuat apa-apa.

Ia sedang ada di sebuah pertokoan mencari warung murah untuk makan siang. Dalam berjalan itulah Rohana tak berhenti mengomeli Tomy.

Karena sambil mengomel tiba-tiba Rohana menabrak seseorang. Rohana menatap orang yang ditabraknya, siap menyemprotnya dengan kata-kata kasar, tapi kemudian matanya terbelalak.

“Kamu??”

***

Besok lagi ya.

 

70 comments:

  1. Alhamdulilah Aku Benci Ayahku 14 sudah tayang
    Maturnuwun bu Tien .. semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat dan bahagia, serta selalu dalam lindungan Allah SWT salam hangat dan aduhai aduhai bun ❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang

    ReplyDelete
  3. 💝💐💝💐💝💐💝💐
    Alhamdulillah 🙏🦋
    AaBeAy_14 sdh hadir.
    Manusang nggih, doaku
    semoga Bu Tien &
    kelg slalu sehat & bahagia
    lahir bathin. Aamiin.
    Salam seroja...😍🤩
    💝💐💝💐💝💐💝💐

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari

      Delete
  4. Alhamdulillah

    ABeAy episode 13..sudah tayang
    Matur nuwun Mbak Tien
    Salam sehat
    Salam ADUHAI..dari Antapani

    🙏🥰🤗🩷🌹🌸

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah *Aku Benci Ayahku*

    episode 14 tayang

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Salam hangat dari Jogja
    Ttp semangat dan tmbh ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng In
      ADUHAI 3X

      Delete
  6. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  7. Terima kasih, bu Tien cantiik... sehat selalu, yaa

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun bunda Tien tayang gasik, smg sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Wiwik

      Delete
  9. Alhamdulillah "Aku Benci Ayahku-14" sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin Allahumma Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Ting

      Delete
  10. Alhamdulillah..
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  12. Alhamdulillah 👍🌷
    Maturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  13. 𝘈𝘭𝘩𝘢𝘮𝘥𝘶𝘭𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘴𝘺𝘶𝘬𝘳𝘰𝘯 𝘉𝘶 𝘛𝘪𝘦𝘯.
    𝘈𝘉𝘦𝘈𝘺_14 𝘴𝘥𝘩 𝘵𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘰𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢
    𝘉𝘢𝘱𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘛𝘰𝘮𝘺 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘋𝘦𝘴𝘺 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘮.....
    𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢......

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~14 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  15. Ternyata meskipun keras dan disambut dengan wajah masam, Desember diterima di rumah kakek Desy... penasaran kelanjutannya..Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillaah tayang
    Yang menabrak siapa ya... Makasih bunda sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Engkas

      Delete
  17. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat selalu ya 🤗🥰🌿💐

    Senangnya Desy dekat dg anaknya,
    Nah ini Rohana ketemu Birah jgn 2 ,, haha, musuh bebuyutan , seperti nya , Birah TDK menanggapi

    ReplyDelete

  18. Alhamdullilah
    Cerbung *Aku Benci Ayahku 14* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  19. Ternyata Desy pergi ke rumah mertuanya. Ayah Tomy memang bijaksana, mau menerima Desy.
    Lanjutkan saja, Rohana bertengkar dengan Tomy. Dasar orang" ora pati cetho...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  20. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk...

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien
    Cerbungnya sdh tayang dgn lancar
    Semoga bu tien sehat² selalu n tetap semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Arif

      Delete
  22. Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, akhirnya ayah Tomy menerima Desy.....bagaimana dg Tomy dan Rohana, dan Rohana bertabrakan sama siapa ya......yaaaaah tunggu besok lagi deh,

    Mks bun ABA 14 nya....selamat mlm smg bunda Tien selalu sehat...aamiin yra

    ReplyDelete
  24. Waah...senang ya Indira bisa bertemu ibunya...sedih kalau anak dipisahkan dari ortunya.☹️

    Terima kasih, ibu Tien. Salam sehat.🙏

    ReplyDelete
  25. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Matur nuwun ibu Supriyati

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah kayanya ayah Tomy sdh mulai luluh hatinya. Smg semakin asyik... Suwun bu Tien. Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Handayaningsih

      Delete
  27. Hamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -14 telah hadir.

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat dan bahagia selalu bersama amancu di Sala. Aamiin

    Wow...walaupun hati Kakek nya Indi, sekeras batu, tapi masih punya hati nurani untuk menerima Desy dekat dengan anak nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  28. Setiap akhir seri, selalu ada kejutan...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  29. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Matur nuwun pak Subagyo

    ReplyDelete

MASIH ADAKAH MAKNA 13

  MASIH ADAKAH MAKNA  13 (Tien Kumalasari)     Binar termenung mendengar kata-kata ayahnya. Benarkah Rohana adalah keluarga Tegar? “Bapak ti...