AKU BENCI AYAHKU 05
(Tien Kumalasari)
Diam-diam Desy berpikir, kalau benar dia Monik istrinya Tomy, mengapa ya Tomy tidak menyukainya? Bukankah dia sangat cantik, penampilannya apik. Ada rasa iri melihatnya. Kalau dibandingkan dengan Monik, Desy tertinggal jauh. Desy memang cantik, tapi dia kalah dalam hal penampilan. Wajahnya juga tidak secerah Monik. Barangkali karena Monik merasa lebih santai sekarang ini, setelah jauh dari Tomy, sedangkan Desy baru akan memulai hidup yang pastinya penuh tantangan. Suami yang kehilangan pekerjaan, lalu ikut mertua yang nyinyir dan sepertinya sangat perhitungan. Itu sebabnya dia antusias mencari pekerjaan, agar tidak direndahkan mertua.
“Mbak sudah menikah? Eh, maaf kalau saya lancang,” tiba-tiba Monik membuka suara lagi karena beberapa saat lamanya mereka diam.
“Eh … iya, sudah. Kalau Mbak, sepertinya masih gadis ya?” Desy balas bertanya.
“Ah, tidak. Saya sudah punya anak satu.”
“Kelihatannya Mbak tidak kekurangan, masih ingin bekerja?” Desy merasa kalau pembicaraan itu sedikit kurang sopan, tapi kan Monik sudah membuka lebih dulu, jadi sekalian dia ingin mengorek, apa benar dia istri Tomy yang kabur dari rumah.
Monik tersenyum.
“Saya tidak punya suami.”
“Oh, tapi maaf … punya anak?”
“Saya … sudah berpisah … mungkin segera menuntut cerai. Itu sebabnya saya mencari pekerjaan. Mudah-mudahan diterima.”
“Aamiin. Semoga saya juga bisa diterima.”
Monik mengangguk. Dia tak ingin bertanya lebih jauh. Ia hanya berharap wawancara segera dimulai dan dia bisa segera pulang. Tadi dia meninggalkan Boy di rumah tetangga yang untunglah sangat baik hati.
“Tinggal di mana?” ternyata Desy masih ingin melanjutkan pembicaraan. Tapi rupanya Monik enggan mengatakan di mana dia tinggal. Keberadaannya akan selalu menjadi rahasia, untuk menghindari keluarga suaminya agar tak mengetahui di mana dia tinggal bersama anaknya. Ia hanya mengatakan suatu daerah, tapi tidak menjelaskannya secara detail.
Untunglah pembicaraan itu terhenti karena pemilik salon sudah memanggil salah satu diantara mereka.
***
Hari itu Monik diwawancara lebih dulu, dan ia bersyukur karena diterima bekerja, dan bisa mulai bekerja pada awal bulan depan, yang hanya tiga hari ke depan dari sekarang. Monik bisa bernapas lega, walau hanya punya penghasilan tak seberapa. Biarpun sejak kecil hidup di keluarga yang berada, lalu menikah dengan anak orang kaya pula, tapi pelariannya yang beberapa bulan terakhir ini mengajarkannya untuk hidup sederhana, karena uang yang dimilikinya tidak akan cukup untuk bermewah-mewah. Boy kecil tidak rewel, walau jarang makan daging dan ikan. Ibunya selalu menghibur, kalau tidak mau makan seadanya, maka ia akan dikembalikan kepada ayahnya. Hal itu membuat Boy takut. Ia tidak suka hidup bersama ayahnya yang galak dan kejam.
Monik sedang menunggu ojol yang dipesannya, tak jauh dari depan salon itu, ketika tiba-tiba ia melihat bayangan seseorang turun dari mobil. Monik terkesiap, karena bayangan itu adalah Tomy. Sebelum terlambat, Monik bergegas pergi dan bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Ia mengabari ojol yang dipesannya, di mana dia sekarang berada.
“Bagaimana Tomy bisa berada di sini?” bisiknya cemas.
Pasti tidak sedang mencari keberadaannya, karena sudah berbulan lalu dia pergi, dan aman-aman saja.
“Mungkin sedang kangen pada ibunya. Oh ya, mobil yang dibawa itu, bukankah mobil bu Rohana? Untunglah aku bisa segera menghindar, sehingga dia tidak melihatku,” gumamnya dalam hati.
Ojol itu segera tiba dan Monik memintanya agar segera membawanya pergi. Tentu saja Monik tidak tahu, bahwa Tomy juga menuju ke salon itu, untuk menjemput Desy, sang istri.
***
Ketika duduk makan siang bersama, Monik bercerita kepada Boy, bahwa sebentar lagi dia akan mulai bekerja. Boy yang pintar merasa senang dan tidak rewel. Dia berjanji kepada ibunya, bahwa dia akan menungguinya di rumah dan bermain, sampai sang ibu pulang dari bekerja.
Monik terharu mendengar celoteh Boy yang sama sekali tidak mengeluh, apalagi rewel, ketika ibunya akan pergi bekerja selama beberapa jam setiap hari.
“Apakah Ibu akan bekerja lama?”
“Salon itu buka jam sembilan pagi, sampai malam.”
“Ibu akan bekerja sampai malam?”
“Tidak, ibu akan pulang sore, sekitar jam empat. Apa Boy keberatan di rumah sendirian selama itu?”
“Tidak. Bukankah Boy bisa bermain sendirian?”
Monik menatap Boy dengan perasaan iba. Boy baru berumur tiga tahun lebih, belum ada empat tahun. Tapi dia bisa berpikir seperti orang dewasa. Walau begitu, Monik merasa tidak tega meninggalkan anaknya hampir seharian.
“Bukankah nanti kalau lapar, Boy bisa mengambil makan sendiri? Bukankah ibu akan menyiapkan makan dan minum di ruang makan, lalu Boy bisa mengambil dan makan sendiri?”
Monik mengangguk dan tersenyum. Tapi sungguh dia tidak tega melakukannya. Diam-diam dia menghubungi tetangga untuk mencarikan pembantu yang mau bekerja untuknya hanya saat dia bekerja saja. Kecuali bersih-bersih, dia hanya menemani Boy bermain.
“Mengapa harus mencari pembantu, bu Monik? Selama Ibu bekerja, biarlah Boy bermain di rumah saya. Ada Mlia anak saya yang seumuran dengan Boy, mereka bisa bermain bersama,” kata tetangganya yang bernama bu Lany.
“Aduh, tapi saya takut merepotkan Bu, Boy terkadang nakal.”
“Anak kecil sudah biasa nakal. Bukankah ketika melamar pekerjaan Boy juga dititipkan di rumah saya? Mereka bisa bermain bersama dan kompak, kok.”
“Tapi kan hanya sebentar bu. Ini seharian lhoh. Biarlah saya cari pembantu saja.”
“Bu Monik, jaman sekarang cari pembantu susah. Kalaupun ada, terkadang tidak bisa dipercaya. Coba Ibu katakan pada Boy, pasti dia senang kalau berada di rumah saya. Kan ada Mia. Tadi Mia juga senang ada teman mainnya.”
“Benar, tidak merepotkan, Bu Lany?
“Sungguh Bu, saya senang. Boy anaknya baik dan tidak nakal kok.”
“Lalu saya harus membayar berapa ya Bu.”
“Eee.. kenapa harus membayar, kan cuma bermain. Kalaupun makan, seberapa sih makan anak kecil? Jangan dipikirkan Bu Monik, sungguh.”
Monik sebenarnya sungkan, tapi ada rasa lega. Barangkali dititipkan orang rumahan lebih aman dan menenangkan. Lagi pula dia tidak harus membayar pembantu.
“Ibu telpon sama siapa? Mengapa Ibu juga menyebut nama Boy?” tiba-tiba Boy yang semula mendengarkan, kemudian menanyakannya.
“Iya, sekarang ibu mau ngomong sama Boy. Begini, kalau ibu bekerja, maukah boy menunggu ibu di rumah bu Lany?”
“Seperti tadi?”
“Iya. Nanti kalau ibu pulang, akan langsung menjemput Boy. Maukah?”
“Apa boleh, Boy main di sana?”
“Kalau boleh, apa Boy suka?”
“Di sana ada adik Mia. Dia cantik, dan baik. Boy boleh pinjam mainannya juga. Boy suka.”
“Jadi, besok kalau ibu berangkat kerja, Boy ibu antar ke rumah bu Lany. Kalau ibu pulang, baru ibu jemput. Bagaimana?”
Boy mengangguk. Barangkali dia merasa bahwa main di sana lebih nyaman daripada di rumah sendirian. Kan ada Mia yang cantik dan lucu?
Monik bisa merasa lega. Karena masalah bekerja dan meninggalkan anak yang masih terbilang kecil, menjadi tidak membebani perasaannya, sehingga nanti dia bisa bekerja dengan tenang.
***
Pagi hari itu, Monik mengantarkan Boy ke rumah bu Lany. Mia yang sedang bermain di teras, berteriak riang begitu melihat Boy.
“Ibuuuu, ada mas Boy.” teriak Mia.
Bu Lany segera keluar. Ia tersenyum lebar melihat Monik dan Boy benar-benar datang ke rumahnya.
“Boy, ayo sini. Tuh, Mia sudah menunggu lho.”
“Ayo, beri salam pada tante Lany,” perintah Monik kepada Boy.
Boy pun mendekat dan mencium tangan bu Lany.
“Anak pintar. Ayo, masuk sayang. Mia, ajak mas Boy ke dalam.”
Mia dengan gembira kemudian menarik tangan Boy, diajaknya masuk.
“Bu Monik, apa Boy sudah makan pagi?”
“Sudah Bu Lany, ini saya bawakan nanti kalau Boy mau makan siang,” Kata Monik sambil memberikan sekotak nasi dan lauknya.
“Bu Monik, untuk besok dan selanjutnya, tidak usah dibawakan bekal. Biar dia makan di sini saja bersama Mia.”
Monik tersipu.
“Merepotkan sekali, Bu.”
“Tidak, jangan sungkan. Saya senang Mia punya teman bermain.”
Monik meninggalkan Boy di rumah bu Lany dengan perasaan lega. Ia segera memanggil ojol yang dipesannya untuk menjadi langganan.
***
Monik berdebar, selamanya dia belum pernah bekerja. Tapi waktu mendaftar dan diterima, pegawai yang sudah senior menunjukkan alat-alat salon yang nanti akan diperlukannya ketika bekerja.
Ia turun dari ojol, tapi betapa terkejutnya ia ketika ia melihat seorang laki-laki berjalan, entah dari mana. Monik melihatnya dari belakang, tapi dia sangat mengenal seperti apa suaminya, baik dari depan maupun dari belakang. Monik melihatnya memasuki mobil yang sama. Mobil ibu Rohana.
“Apa sebenarnya yang dilakukannya di sekitar tempat ini?” gumam Monik sambil bergegas masuk. Sama sekali Monik tidak tahu bahwa Tomy memang baru saja mengantar Desy berangkat bekerja, sama dengan dirinya. Untunglah Monik tidak melihat ketika Desy juga turun dari mobil itu, dan Tomy mengantarkannya sampai ke depan pintu salon.
Monik masuk dan minta maaf karena agak terlambat. Desy sudah mulai membantu merapikan alat-alat, lalu Monik mengerjakan pada alat yang lainnya. Mereka hanya bertatapan sambil saling tersenyum ramah.
***
Tomy membawa mobil ibunya memasuki halaman. Sang ibu seperti sedang bersiap untuk pergi.
“Ibu mau ke mana?”
“Ada arisan di rumah teman ibu. Kamu kelamaan perginya.”
“Jalanan macet Bu.”
“Lagi pula, mengapa kamu harus antar jemput istri kamu setiap hari sih? Kalau sewaktu-waktu ibu butuh pergi kan mengganggu.”
“Baru awal Bu, masa dibiarkan berangkat sendiri.”
“Mulai besok, suruh dia naik ojol. Gajinya nanti habis untuk membeli bensin,” omel Rohana.
“Baiklah, nanti sore terakhir saya menjemputnya, besok dan seterusnya biar dia naik ojol saja.”
“Lalu bagaimana dengan kamu? Kalau hanya Desy yang bekerja, mana cukup untuk makan? Kamu juga harus mencari pekerjaan.”
“Iya, nanti Tomy cari.”
“Mengapa harus nanti?”
“Kan Tomy harus mencari di mana ada lowongan pekerjaan. Tidak tiba-tiba keluar masuk kantor untuk melamar.”
“Bagaimana kalau kamu menemui kakakmu?”
“Maksud ibu … Satria?”
“Ya. Dia kan sudah lama bekerja dan sudah mapan. Siapa tahu bisa membantu.”
“Ibu saja yang ngomong sama Satria.”
“Mengapa ibu? Ibu agak kesal sama dia. Belum pernah kami bertemu sejak dia menikah dengan gadis kampung itu.”
“Gadis itu? O ya, Tomy tahu, dia datang ketika Tomy menikah. Tapi dia cantik.”
“Kamu sama saja dengan Satria, selera rendah.”
“Ibu jangan begitu, mata laki-laki lebih awas. Mana gadis yang benar-benar cantik luar dalam, mana yang tidak. Menurut Tomy, gadis itu cantik dan baik.”
“Sudah, diam, ibu mau pergi dulu. Coba cari Satria dan minta tolong ke dia,” kata Rohana sambil beranjak pergi, menghampiri mobilnya.
Tomy menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia tak terbiasa bersusah payah mencari pekerjaan. Dulu ketika ayahnya membawanya bersama Monik, dia langsung duduk di kursi empuk, belajar bekerja bersama ayahnya, mendapat gaji yang tidak sedikit, masih ditambah uang saku untuk istrinya juga. Sekarang, ibunya tak mau terbebani dengan kehadirannya. Sang ibu sudah seperti orang lain yang banyak perhitungan walau dengan anak sendiri. Ketika ibunya menyarankan untuk menemui Satria, Tomy menggeleng-gelengkan kepalanya dengan segan. Selamanya dia tak pernah dekat dengan Satria. Bagaimana dia tiba-tiba harus menemuinya dan meminta tolong mencarikan pekerjaan? Alangkah memalukan.
***
Sore hari itu Monik dan Desy bersiap untuk pulang. Ketika Desy sedang berkemas di belakang, Monik mendahulinya keluar. Tapi ia kembali masuk ke dalam dengan wajah pucat. Kembali ia melihat mobil Rohana melintas di depan salon.
Desy heran melihat ulah Monik.
“Kok balik lagi? Ayo, kamu nggak ingin pulang?”
“Kamu dulu saja. Aku belakangan.”
“Kenapa sih?”
“Aku melihat Tomy.”
Desy tersenyum dalam hati. Pasti Monik melihat suaminya. Tapi Desy pura-pura tak tahu. Ia hampir yakin bahwa Monik adalah istri Tomy yang kabur beberapa bulan yang lalu.
“Tomy siapa?” Desy justru bertanya.
“Bekas suami aku. Heran, kenapa aku sering melihat dia berkeliaran di sekitar tempat ini?”
“Ya sudah, kamu di sini dulu, paling dia hanya lewat. Setelahnya kamu boleh keluar. Aku duluan ya,” kata Desy sambil berlalu.
Monik mengangguk, sambil duduk untuk menenangkan diri.
Desy melangkah mendekati Tomy yang sudah masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia semakin yakin, kalau Moniklah istri Tomy.
***
Besok lagi ya.
❤️❤️π·☘️☘️☘️π·❤️❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah......
ABeAy_04 sudah hadir.
Matur nuwun Bu Tien.
Bu Tien memang OYE.
Gengsi dong Tomy minta bantuan cari kerja lewat Satria......
❤️❤️π·☘️☘️☘️π·❤️❤️
Jaga gawang juara 1, tp salah episode nya ya mas Kakek...hehehe
DeleteNuwun pas Kakek, episode 05 yaaa
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun jeng Ning
DeleteADUHAI deh
ππππππππ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ¦
AaBeAy_05 sdh tayang.
Matur nuwun sanget,
tetep smangats nggih Bu.
Semoga slalu sehat dan
bahagia. Aamiin.
Salam Aduhai ππ
ππππππππ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Alhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien πΉπΉπΉπΉπΉ
Sami2 jeng Susi
DeleteTrmksh mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi
Sami2 ibu Kharisma
DeleteSalam aduhai dari Solo
Matur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteManusang
ReplyDeleteHanupis jeng Iyeng
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng In
DeleteAlhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~05 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..π€²
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Terima kasih ABA
ReplyDeleteSami2 pak Widay2
DeleteMatur nuwun bunda Tien..ππ
ReplyDeleteSehat selalu kagem bunda.
Sami2
DeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
Matur nuwun ibu Padmasari
Alhamdulilah aba 05 sdh tayang maturnuwun bu Tien ...salam hangat dan aduhai bunda Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAduhai deh
Alhamdulillah ππ·
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat π€²π
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Baguslah kalau wanita" cantik mau bekerja. Hallo Tomy.. mau jadi benalu sajakah dirimu.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien, semoga selalu sehat dan ADUHAI, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Alhamdulillah, matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu π€²
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Bam's
Hamdallah. cerbung Aku Benci Ayahku -05 telah hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien
Sehat dan bahagia selalu bersama amancu di Sala.
Monik kucing kucingan agar keberadaannya tdk di ketahui oleh Tomy, Desy mengetahui hal itu.
Akankan Desy berniat ngerjain Monik, krn Monik lebih cantik dan anggun. Desy jadi iri kpd nya.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien..
ReplyDeleteSehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ermi
Alhamdulillah.... Tur Nuwuun mbak Tien ππ❤️
ReplyDeleteDesy vs Monik.... Hmmmm... bakal seru Iki... enakè dukung sopo yaa ?
Semoga mbak Tien senantiasa sehat dan bahagia...
Salam Aduhai dr Surabaya π❤️❤️
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Dewi
Dukung aku wse
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *Aku Benci Ayahku 05* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Alhamdulillah.. terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
DeleteAduhai deh
Sami2 ibu Komariyah
DeleteAduhai deh
Makasih mba Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Sul
DeleteAlhamdulillah ..... terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Yati
Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat selalu ya π€π₯°πΏπ
ReplyDeleteMereka berdua diterima, Monik berubah menjadi ibu yg mandiri
Aduhaiii π
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Hehe...ga sabar menunggu Monik ketemu langsung dengan Tomy. Kasihan kalau dia menghindari Tomy terus.π€
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Sehat selalu.ππ
Btw, kasihan si Boy jg ditakut-takuti Monik, akan dikembalikan ke ayahnya kalau ga mau makan seadanya...itu sih bukan 'menghibur' namanya, tapi jatuhnya 'mengancam' lah...π
ReplyDeleteKepepet ibu
DeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteTerima kasih bun
ReplyDeleteDingin
ReplyDeleteAlhamdulillaah, matursuwun Bu Tien, sehat wal'afiat dan bahagia selalu ya π€π₯°πΏπ
ReplyDelete