KUPETIK SETANGKAI BINTANG 15
(Tien Kumalasari)
Sutar tertegun, tidak mengira akan bertemu dia, saudara tiri Birah yang bernama Rohana. Sutar tak begitu mengenalnya, hanya sekilas ketika dia melamar Birah. Saat itu ke dua orang tuanya masih ada. Rohana kemudian tak pernah lagi menemui Birah setelah Birah menikah, lalu tiba-tiba terdengar dia menikah dengan seorang pengusaha. Sutar dan Birah tak tahu lagi kabarnya, karena memang antara Birah dan Rohana tidak begitu akrab seperti seorang saudara.
“Mas Sutar, kok melongo sih, aku nggak percaya Mas lupa sama saya,” kata Rohana kemayu.
“Ingat kok. Apa kabar?”
“Baik, kamu sekarang kerja di mana? Masih menjadi satpam? Kamu masih sehat dan gagah.”
“Tidak lagi, sekarang bekerja di perusahaan bangunan.”
“Jadi apa?”
“Jadi kuli lah. Tapi maaf, aku sedang terburu-buru,” kata Sutar yang enggan berbincang tentang hal-hal yang menyangkut pekerjaannya.
“Eh, tunggu dulu. Aku mau ngomong.”
“Waktuku tidak banyak.”
“Sebentar saja. Aku ingin tahu, bagaimana kabarnya Birah.”
“Bukankah dia adik tiri kamu? Mengapa menanyakannya padaku?”
“Bukankah dia istri kamu?”
“Dia baik-baik saja. Sudah ya, aku pergi dulu.”
“Mas, kita lama tidak bertemu, bagaimana mungkin kamu tergesa-gesa pergi?”
“Aku harus bekerja, waktuku tidak banyak.”
“Apa Mas tahu, bahwa Birah selingkuh? Eh, dia masih istri kamu kan?”
“Kami hampir bercerai.”
“Ya, aku kira juga begitu. Kalau sekarang dia masih istrimu, berarti dia selingkuh. Kamu tahu dia selingkuh sama siapa?”
“Aku tidak ingin tahu.”
“Ya ampun, sombong amat. Aku beri tahu ya, dia selingkuh dengan bekas suami aku.”
Hanya sesaat Sutar terkejut, tapi dia tak ingin menampakkan perasaan apapun di wajahnya.
“Mereka sudah begitu dekat, dengar-dengar mereka akan menikah. Mungkin menunggu perceraian kalian.”
“Aku tidak peduli.”
“Mas, bagaimana kamu bisa tidak peduli saat istri kamu berselingkuh dengan laki-laki lain? Apa kamu tahu Mas, memang dulu dia itu pacarnya Birah. Tapi karena Birah memilih kamu, maka kemudian aku menikah sama dia.”
Sutar hanya mengangguk, lalu benar-benar melangkah pergi.
“Mas, aku bawa mobil, ayo aku antar,” Rohana berteriak.
“Aku bawa motor,” jawabnya sambil terus melangkah untuk mengambil motornya.
Rohana menarik napas panjang.
“Heran, sudah tidak muda lagi, tapi masih ganteng saja orang itu. Bodohnya Birah, kenapa berselingkuh? Punya suami cakep kok nggak dipelihara. Oh ya, mungkin karena mas Murtono itu kaya, dan mas Sutar tetap saja menjadi orang yang sederhana, kalau tidak boleh dibilang miskin. Dia tidak pernah menjadi kaya kan? Kasihan,” gumamnya sambil menatap punggung Sutar yang menaiki motornya keluar dari halaman bank.
Tapi ketika melangkah memasuki bank, Rohana merasa bahwa dia harus menghalangi Birah diperistri Murtono. Bukan apa-apa, dia tak rela bekas suaminya melupakan dirinya dan terpikat kembali dengan mantan pacarnya.
Sejak muda mereka bersaing, dan Rohana selalu tak mau kalah dengan adik tirinya. Sungguh tak rela apabila Birah hidup bahagia.
“Siapa yang menuntunnya sehingga mereka bertemu kembali dan menjalin kisah lamanya?”
Rohana menyelesaikan keperluannya di bank, kemudian keluar dan menuju ke rumah Murtono.
“Tak akan aku ijinkan kamu kembali bersama Birah, Mas. Entah mengapa, aku benar-benar tak rela. Aku harus menghalangi kemauan kamu itu.”
Rohana kembali memutar nomor kontak Murtono, tapi dengan kesal kembali ditutupnya, karena yang menerima adalah Birah.
“Sedekat apa dia dan Murtono sehingga ponselnya selalu kamu yang membawa hahh? Apa benar dia akan kamu jadikan istri? Aku nggak rela Mas, kamu sudah pernah menjadi milikku, jangan ada yang menggantikan aku,” gumamnya dengan geram.
***
Simbok terkejut, ketika tiba-tiba Rohana muncul di rumah itu.
“Apa kabar Mbok?”
“Nyonya Rohana?”
Simbok adalah pembantu yang setia. Sudah puluhan tahun, bahkan sebelum Satria lahir, dia sudah mengabdi pada keluarga Murtono. Rohana selalu bersikap baik pada semua pembantu, sehingga mereka menghormatinya, walaupun kemudian mereka kecewa, ketika Rohana kemudian lari dengan laki-laki yang lebih kaya, begitu Satria dilahirkan.
Begitu setianya simbok, sehingga dia tetap mengabdi di sana, sambil menjaga dan ikut mengasuh Satria sehingga dia tumbuh menjadi dewasa. Tapi setelah kuliah, Satria harus hijrah ke Jakarta. Tapi karena tak ingin ikut bersama ibunya, Satria memilih kost. Semuanya dibiayai oleh ayahnya.
“Mbok, kok bengong. Tidak ingin memberi aku minum?”
Simbok terkejut. Ia membalikkan tubuh dan segera mengambil gelas. Ia mengambil jus jeruk dituangkannya ke dalamnya.
“Adanya jus jeruk, Nyonya, atau Nyonya mau yang lain?”
“Tidak, ini sudah cukup. Mas Martono pergi ya?”
“Iya Nyonya, kan Nyonya sudah tahu kalau tuan tidak pernah ada di rumah kalau siang. Akhir-akhir ini malah terkadang tidak pulang.”
“Tidur di mana?”
“Mana saya tahu, Nyonya.”
“Satria juga pergi?”
“Selama datang kemari, tuan muda tidak pernah di rumah. Pagi pergi, nanti sore baru kembali.”
Rohana duduk di sofa, sambil menikmati jus yang diberikan simbok. Ia menatap ke sekeliling ruangan, dan melihat fotonya bersama Murtono masih terpasang. Rohana tersenyum senang. Ia merasa, Murtono tak pernah melupakannya. Kalaupun ia mengatakan ingin menikah dengan Birah, tapi Murtono masih tetap mencintainya. Itu jelas, buktinya dia tidak merubah tatanan rumah, bahkan foto dirinya berdua masih terpasang di sana.
Mbok, duduklah di situ, temani aku sebelum mas Murtono datang.
“Nyonya tidak ingin makan siang dulu? Kami sudah selesai memasak.”
“Nanti saja gampang. Duduklah dulu menemani aku.”
Simbok duduk bersimpuh di lantai.
“Apa kamu tahu seorang wanita bernama Birah?”
“O, nyonya Birah? Tuan pernah memperkenalkannya sebagai calon istrinya. Tentu saya mengenalnya. Nyonya.”
“Dia pernah datang ke mari?”
“Bahkan pernah menginap di sini juga.”
“Menginap? Dia tidur di mana?”
“Mana saya tahu, Nyonya. Kami tidurnya di belakang. Tapi ketika tuan memanggil saya untuk menyiapkan makan pagi, mereka keluar dari kamar tuan.”
“Benar-benar tak tahu malu. Birah itu masih punya suami,” kata Rohana geram.
“Tampaknya begitu. Saya pernah mendengar pembicaraan mereka tentang rencana bercerai. Mungkinkah nyonya Birah baru mau bercerai?”
“Tampaknya begitu.”
“Saya ke belakang dulu, Nyonya, menyiapkan makan, kalau-kalau tuan pulang sore ini, atau tuan muda juga biasanya pulang jam segini.”
“Ya sudah, lanjutkan saja. Nanti aku juga mau makan, menunggu mas Murtono atau Satria saja. Oh ya Mbok, siapkan kamar tamu untuk aku ya, aku akan menginap di sini beberapa hari.”
“Baiklah, Nyonya.”
Simbok berlalu ke belakang, dan Rohana diliputi perasaan cemburu. Cemburu? Bukankah dia sudah meninggalkan Murtono sejak lama, mengapa ia harus cemburu? Rohana sendiri heran pada perasaannya. Ada rasa tidak rela kalau Murtono memperistri Birah. Karena dia masih cinta? Atau karena hanya tak mau kalah bersaing?
Rohana masih duduk sambil menahan kekesalan di hatinya, ketika tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Wajah Rohana berseri ketika melihat Satria datang. Justru Satria kaget ketika melihat ibunya ada di rumah itu
“Satria?
“Ibu? Ngapain ibu datang kemari?”
“Ya ampun Satria, bukankah ini juga rumahmu? Masa ibu nggak boleh mengunjungi anak laki-laki ibu yang ibu sayangi.”
“Tak biasanya ibu datang kemari.”
“Sekarang akan menjadi biasa. Atau kamu tak suka?”
“Bagi Satria, tak masalah kok. Tapi soal ibu menyuruh Satria mencari pembantu itu, sampai sekarang belum dapat.”
“Baiklah, soal pembantu dikesampingkan dulu. Nanti kita cari lagi. Kamarmu di mana?”
“Seperti biasanya kalau Satria pulang, Satria punya kamar sendiri.”
“Ibu akan menginap di sini, tadi ibu sudah menyuruh simbok agar menyiapkan kamar tamu untuk ibu.”
”Terserah ibu saja.”
Satria segera masuk ke dalam dan meminta simbok untuk menyiapkan makan untuknya.
“Nyonya, tuan muda mau makan, apa Nyonya mau sekalian makan? Kalau menunggu tuan besar belum tentu pulangnya jam berapa.”
“Baiklah, aku makan sekalian.”
***
Satria makan bersama ibunya, tapi tak banyak yang mereka bicarakan. Satria tidak mengerti, mengapa ibunya tiba-tiba datang, padahal sudah sejak dia masih kecil sampai tumbuh dewasa, belum pernah sekalipun datang kemari. Waktu itu, kata simbok, sesekali ibunya datang, hanya untuk melihatnya. Tak sampai menginap, lalu pergi lagi, karena suaminya selalu menunggu di mobil.
Satria juga tak begitu menyukai ibunya, karena mengerti bahwa ibunya meninggalkannya, tak lama setelah dia dilahirkan.
“Apa kamu masih akan lama tinggal di sini?”
“Satria masih kerasan, belum bertemu semua teman-teman SMA dulu. Nanti kami akan mengadakan reuni, tapi belum tahu kapan.”
“Aku kira kamu mau pulang bersama ibu.”
“Tidak, ibu pulang saja sendiri, jangan pedulikan Satria.”
Tak lama berbincang, Satria kemudian mendahului masuk ke kamar, sementara sang ibu masih duduk di ruang makan.
Rohana merasa ada rasa tidak suka Satria kepadanya. Memang ia merasa bersalah, tapi ia tak bisa melupakan laki-laki yang dikejarnya, yang tampan dan kaya raya. Tapi sayang sekali, laki-laki itu tidak sepenuhnya mencintai Rohana, karena dia juga punya istri. Untunglah segala kebutuhan Rohana dan anaknya selalu dipenuhi laki-laki itu, jadi Rohana tetap tidak merasa kekurangan. Sesekali, terbersit keinginannya untuk kembali kepada Murtono, tapi diurungkannya. Kali ini, mendengar Murtono mau menikah lagi, apalagi dengan Birah saudara tirinya, tiba-tiba timbul kemarahan dalam hatinya. Mengapa harus Birah?
***
Murtono mau meninggalkan Birah dihotel, karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Birah yang sebenarnya ingin ikut, ditolak oleh Murtono, seperti dulu dia pernah memberikan alasannya.
“Kamu belum resmi bercerai, jadi aku belum ingin memperkenalkanmu di kantor. Karenanya jangan dulu datang ke kantor, agar tak terjadi pergunjingan diantara para karyawan.”
“Tapi sebenarnya aku ingin mengambil barang yang tertinggal di kamarmu Mas.”
“Naiklah taksi dan datang ke rumah.”
“Kan aku sudah bilang kalau aku enggan ketemu anakmu?”
“Satria selalu pulang sore hari, jadi tidak ada siapa-siapa di sana kecuali simbok dan kawan-kawannya.”
“Benarkah?”
“Percayalah padaku. Tapi kalau kamu sabar menunggu aku pulang dari kantor, nanti aku antarkan.”
“Beberapa baju tertinggal di sana. Yang aku bawa ini tidak seberapa.”
“Harus diambil hari ini?”
“Iya Mas, itu hanya baju rumahan, aku tidak membawa banyak.”
“Ya sudah, nanti panggil taksi saja, aku mau ke kantor sekarang.”
“Jangan lama-lama. Sebentar lagi aku ke rumah. Kalau Mas sudah selesai, jemput aku di rumah saja.”
“Ya, baiklah.”
Murtono meninggalkan Birah sendirian. Beberapa malam selalu ditemani Murtono, karena Birah enggan ditinggalkan sendirian, kecuali ada hal yang Birah tidak bisa mencegahnya, misalnya urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Tak lama setelah kepergian Murtono, Birah bersiap untuk pergi ke rumah Murtono, untuk mengambil baju-bajunya yang masih tertinggal di sana.
Ketika ia keluar dari kamar, baru saja ia memanggil taksi, tiba-tiba ponselnya berdering. Birah menjawabnya dengan enggan.
“Hallo.”
“Kamu lagi?” hardik si penelpon yang ternyata Rohana. Ponsel segera dimatikan. Tapi Birah yang sudah mengerti siapa yang menelponnya, mengumpat diam-diam. Mengapa Rohana masih selalu menghubungi Murtono?
Sementara itu Rohana pun kesal. Apakah Birah selalu ada di manapun Murtono berada? Mengapa selalu dia yang menerima telponnya?
***
Rohana melangkah keluar rumah, berjalan-jalan mengelilingi rumah. Hampir tak ada yang berbeda, kecuali taman yang sekarang ada kolam ikannya.
Rohana duduk di tepian kolam, sambil menatap ikan-ikan yang berseliweran di dalamnya.
Ketika sedang menikmati sejuknya angin di sore itu, tiba-tiba ia melihat taksi berhenti di halaman.
Rohana menatapnya dengan heran, kalau itu suaminya, mengapa harus naik taksi?
Ia sudah menyiapkan senyuman manis seandainya itu adalah suaminya. Tapi tidak. Rohana kehilangan senyumnya, ketika melihat siapa yang datang.
Ia segera berdiri, dan bergegas mendekat dengan wajah garang. Ia amat membencinya, dulu, sampai sekarang.
Birah yang baru turun dari taksi pun terkejut, ketika tiba-tiba melihat Rohana.
“Kamu?” keduanya berteriak bersamaan dengan wajah penuh amarah.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 jeng Susi..
Delete🌟💫🌟💫🌟💫🌟💫🌟💫
ReplyDeleteSyukron Bu Tien, KaeSBe episode_15 sudah tayang. Salam sehat dan tetap ADUHAI... 👍👍🌹
Lha rak tenan 💯 benar tebakanku, tinggal nunggu hadiah dari Sang Penulis..... Hahaha
Benarkan ROHANAH Saudara tiri Subirah???
👍👍💯💯
🌟💫🌟💫🌟💫🌟💫🌟💫
Kan hadiah yang bawa jeng Ning? Hehee
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku KSB telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteYrmksh mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteMatur suwun Bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteMatur nuwun, bu Tien cantiiik.... salam sehat dan tetap semangat, yaa💕
ReplyDeleteSami2 jeng Mita
DeleteSalam sehat juga
Maturnuwun bu Tien KSB 15 sudah tayang... semoga bu Tien sekeluarga sll sehat dan bahagia ..salam hangat dan aduhai bun
ReplyDeleteSeruuu birah dan rohana ketemu jangan jangan ada adegan jambak jambakan he he he
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Salam sehat selalu.
ReplyDeleteMatur nuwun pak Widay2
DeleteAlhamdulillah.cinta remaja bersemi kembali.Maturnuwun Bunda semoga tetap sehat dan semangat
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Matur nuwun jeng Tien salam Bagas waras
ReplyDeleteSami2 mbak Yaniiiiik
DeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat selalu , aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam aduhai deh
🌟🌾🌟🌾🌟🌾🌟🌾
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
KaeSBe_15sdh hadir.
Matur nuwun Bu Tienkuuh...
Doaku semoga Bu Tien
selalu sehat & bahagia
bersama kelg tercinta.
Salam seroja...😍🤩
🌟🌾🌟🌾🌟🌾🌟🌾
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
He he he... akan ada perang tampaknya. Bharatayudha jaya Binangun. Perang antar saudara.
ReplyDeleteYang penting Sutar makin mantap kerja ditempat Kirani.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Alhamdulillah KUPETIK SETANGKAI BINTANG~15 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲..
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Matur nuwun, bu Tien. Salam Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAduhai deh
Tambah gayeng critane..
ReplyDeleteMatur nuwun, Mbak Tien.
Salam sehat selalu...
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Sami2 ibu Endah
DeleteWah rame nih terjadi perang Baratayudha , Birah n Rohana , 😁
ReplyDeleteAlhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰🌿💖
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *Kupetik Setangkai Bintang 15* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bunda
Sami2 ibu Nanik
DeleteAlhamdulillah Kupetik Setangkai Bintang - 15 sdh hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Allahumma Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Ting
Alhamdulillah, terimakasih mbakyu, sehat selalu... ❤
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun jeng Ning
Sami2 ibu Kun
ReplyDeleteAamiin doanya
❤
DeleteMatur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Bu...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robba'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Malam gelap
ReplyDeleteGulita
DeleteAlhamdulillaah baru baca, makin geram aja Ama birah, apalagi ketemu saudara tiri dan marunya,, lanjut besok bunda ku tunggu
ReplyDeleteTerima kasih ibu Engkas
DeleteHmmm...Apakah Rohana dan Murtono belum bercerai? Walaupun sudah berpisah lama? Berarti Birah dan Rohana sama2 sedang selingkuh.😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Sehat selalu.🙏🙏🙏
Sami2 ibu Nana, Rohana sudah punya anak dengan suami barunya dan bercerai pula
DeleteBesok bakal rame nih ada perang saudara... Siapakah pemenangnya tunggu besok ya
ReplyDelete.. Terimakasih bunda Tien salam sehat dan aduhai selalu
Aamiin Yaa Robba'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Komariyah
Waah..besuk bakal seru. Nobar BIRAH vs ROHANA. 🙂 Mtr nwn Bu Tien, sehat sll.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robba'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteSehat selalu Bu Tien, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin
Aamiin Yaa Robba'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Aamiin Yaa Robba'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Munthoni
Terimakasih Bu Tien,
ReplyDeleteSehat2 selalu ya Bu 🙏🌹❤