Saturday, December 30, 2023

BUNGA UNTUK IBUKU 29

 BUNGA UNTUK IBUKU  29

(Tien Kumalasari)

 

Baskoro merasa dadanya bak dipukul oleh ribuan palu. Ia sudah tahu apa yang didengar Rusmi sehingga dia menjerit histeris. Pasti Hasti mengatakan kepada ibunya tentang kehamilannya. Bagaimana kalau Hasti tetap menuduh dia yang menghamilinya, sementara dia tidak yakin bahwa bayi yang dikandung Hasti adalah anaknya? Harus dengan perjuangan untuk meyakinkan Rusmi bahwa bukan dia pelakunya, atau tepatnya adalah, bukan hanya dia pelakunya.

“Apaaaa?” terdengar Rusmi menjerit lagi, dan kali ini Rusmi menatap Baskoro dengan pandangan tajam.

“Kamu pulang sekarang. Pulang! Dasar anak gembel, tidak tahu diuntung,” gerutu Rusmi sambil membanting ponselnya. Lalu ia menatap lagi Baskoro. Baskoro kelimpungan. Ia pasti menolak. Tapi Rusmi belum mengucapkan apapun. Sebenarnya Baskoro agak tertegun ketika mendengar bahwa Hasti anak gembel. Bukan anaknya? Tapi Baskoro belum menanyakannya. Ia sedang fokus kepada tuduhan Hasti bahwa dia pelakunya.

“Mengapa menatap aku seperti itu?”

“Kamu memang laki-laki brengsek!” makinya.

“Hasti bilang apa?”

“Dia hamil. Kamu pelakunya!” katanya sambil menatap Baskoro sengit.

“Bukan.”

“Kamu mau mengelak?”

“Bukan begitu. Ketika saya tidur dengan dia, dia sudah tidak perawan,” katanya gemas.

“Apa?”

“Itu benar. Apakah kamu yakin, yang dikandung adalah anakku?”

“Tapi kamu melakukannya juga kan? Sudah berapa kali? Berapa kali kalian main di belakangku? Membohongiku?” Rusmi lagi-lagi berteriak. Keinginan merebut kekuasaan di perusahaan suaminya gagal, dan sekarang Hasti menambahkan beban memalukan itu keatas kepalanya.  Rusmi benar-benar merasa sudah jatuh tertimpa tangga. Ini lebih menyakitkan. Apa yang harus dilakukannya? Menambah malu dengan memiliki cucu tanpa ada bapaknya? Tidak, bayi itu bukan cucunya.

Rusmi melangkah keluar dari kamar. Turun ke ruang tengah, menunggu kepulangan Hasti.

Baskoro mengikutinya dengan wajah lesu. Lalu duduk di samping Rusmi. Tapi kemudian Rusmi pindah duduk di sofa yang lain. Seakan jijik berdekatan dengan laki-laki yang telah menggauli anaknya entah sudah berapa kali.

“Aku minta maaf.” kata Baskoro lirih.

Sesungguhnya yang dipikirkan Baskoro adalah kehidupannya sendiri nanti. Dia sudah dipecat, dan Rusmi bukan lagi menjadi wanita yang bisa memanjakannya. Tampaknya perusahaan juga tak akan peduli pada nasib Rusmi karena tuduhan melanggar susila yang ditujukan kepada dirinya, pasti imbasnya akan ke Rusmi juga. Terbayang olehnya wajah Suri. Perempuan cantik yang dengan segala ketulusan melayaninya, kemudian terpaksa meninggalkannya. Pasti karena merasa tak dicintai. Pastilah karena kebohongan demi kebohongan yang diciptakannya telah membuatnya semakin curiga. Bukankah Suri pernah menemukan bajunya yang berlepotan lipstik? Dan wangi yang menempel adalah parfum perempuan yang digunakan Rusmi? Ternyata Suri tak sebodoh yang dibayangkannya. Sekarang Baskoro tiba-tiba ingin mrncari tahu, dimana gerangan Suri berada,

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di halaman. Lalu terdengar langkah-langkah memasuki rumah. Hasti mendekat dengan wajah lusuh dan mata sembab. Rusmi menatapnya dengan mata menyala.

“Ibu ….” tiba-tiba Hasti menubruk ibunya sambil menangis. Tapi Rusmi mendorongnya sehingga Hasti jatuh terjengkang. Baskoro terkejut melihat kelakuan Rusmi. Kepada anaknya sendiri, dia begitu tega?

“Bocah sialan. Tahu begini, dulu aku tidak sudi mengangkatmu dari comberan. Dasar anak gembel, tetaplah gembel!” hardiknya.

“Ibu, maafkan Hasti.”

“Jangan memanggil aku ibu, aku bukan ibumu.”

Bukan hanya Hasti yang terkejut. Baskoro pun terkejut. Karena sebuah kesalahan, seorang ibu tidak mau mengakui anaknya sebagai anak? Bahkan merendahkannya sampai mengatakan ucapan buruk dan kasar?

“Aku khilaf Bu,” tangisnya dengan berusaha mendekat dan menubruk pangkuan ibunya, tapi lagi-lagi Rusmi mendorongnya.

 “Ibu ….” Hasti menangis pilu.

“Aku bukan ibumu. Dengar, dulu aku memungutmu dari jalanan. Biarpun kamu anak dari kakak kandungku, tapi kalian miskin sehingga hidup dijalanan. Aku memungut kamu dan Nilam yang masih bayi, lalu mengangkatmu sebagai anak. Apa kamu sudah lupa? Kamu anak kecil berumur lima tahunan lebih waktu itu. Kamu tidak mengingatnya? Lalu ibumu mati karena penyakit parah yang dideritanya. Kamu lupa? Sekarang minggatlah dari hadapanku.”

Baskoro benar-benar terkejut. Ternyata Hasti dan Nilam bukan anak kandungnya? Pantas saja ia tak peduli ketika Nilam pergi, dan sekarang tak sudi menanggung beban yang dibebankan oleh Hasti dengan hamil sebelum menikah.

Hasti masih ngelesot di lantai. Terbayang ingatan di kepalanya, ketika ia bersama adiknya yang masih bayi, dibawa oleh Rusmi yang sebenarnya adik kandung ibunya, tapi bernasib lebih baik karena bekerja di sebuah toko, dan memiliki seorang suami yang menjadi pegawai kantoran. Rusmi dan suaminya menerima Hasti dan Nilam karena wajah mereka bersih dan cantik, sedangkan mereka belum dikaruniai anak. Tapi tak lama kemudian ibu angkatnya menjadi janda karena suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Beruntung ketika beberapa tahun kemudian, seorang duda yang pengusaha kaya tertarik kepada ibu angkatnya dan mengambilnya sebagai istri. Waktu itu Nilam baru masuk SD dan dia belum sampai menyelesaikannya.

Pak Raharjo, suami ibu angkatnya itu mengasihi mereka seperti kepada anak kandungnya sendiri. Tapi sebaliknya, sang ibu tidak bisa mengasihi Wijan yang anak tiri. Bertahun-tahun dia dan ibu angkatnya menyiksa Wijan saat Raharjo tak ada di rumah.

Hasti ingat sekarang pada perjalanan hidupnya. Memang benar dirinya dulu gembel yang dipungut Rusmi dari jalanan. Tapi Hasti tak mengira, ketika dia membutuhkan perlindungan, sang ibu angkat yang semula mengakuinya sebagai anak, kemudian mencampakkannya seperti sampah.

Hasti terguguk sambil masih bersimpuh di lantai.

“Kamu tuli? Pergi dari sini!! Aku tidak mau bebanku bertambah dengan persoalan kamu!”

Baskoro yang semula diam, merasa iba melihat Hasti terguguk di lantai, sedangkan ibunya mengusirnya.

“Jangan begitu, Bu. Kasihan dia,” katanya pelan.

Tapi mendengar Baskoro berkata-kata, kemarahan Rusmi memuncak. Tak bisa dipungkiri dia menyukai Baskoro. Tak rela Baskoro menaruh perhatian kepada perempuan lain, biarpun dia adalah ‘anaknya’.

“Apa kamu bilang? Kasihan? Lalu kamu mau apa? O, mau menikahi dia? Silakan, dia mengaku bahwa kamu yang menghamilinya kok. Pergilah kalian berdua. Pergi!!”

Ucapan itu seperti mempersilakan, tapi nadanya berasa ancaman.

“Mas, tolong aku Mas, ini anakmu,” kata Hasti setelah melihat Baskoro membelanya. Tapi Baskoro memalingkan wajahnya.

“Tidak, bukan aku. Kamu bergaul dengan banyak lelaki. Mengapa aku kamu korbankan?”

Rusmi ingin mengatakan bahwa semua itu harus dibuktikan dengan tes DNA, tapi bukankah biayanya mahal? Dia harus memperhitungkan kehidupannya kelak. Pak Rangga sudah mengatakan kalau tunjangan untuknya akan dihentikan, lalu apa yang harus dilakukannya? Uang yang tinggal seberapa harus dihematnya. Rusmi sudah merasa ngeri membayangkan hidup miskin. Mana berani dia membayar biaya untuk tes DNA?

Rusmi begitu kalut, bertumpuk masalah membebani pikirannya, membuatnya tak bisa berpikir jernih. Seharusnya dia juga tak ingin membuka rahasia yang sudah disimpannya bertahun-tahun, dan sudah menganggap keponakannya adalah anaknya sendiri. Tapi dalam pikirannya yang gelap, kemudian semuanya meluncur begitu saja. Ia bahkan bersikeras mengusir Hasti dari rumah.

“Kamu tidak segera pergi? Kamu tuli? Kamu tidak mendengar aku berkata-kata? Dahulu aku hidup tanpa kamu tanpa Nilam, dan sekarang mengapa kamu harus membebani aku? Pergi!! Pergiii!!” Rusmi berteriak semakin keras.

Rusmi mengambil dompetnya, mengeluarkan sejumlah uang yang kemudian dilemparkannya ke arah Hasti.

“Pergi dan gugurkan kandungan kamu!” katanya tandas.

Hasti yang tak pernah berhenti mengalirkan air mata, tak lagi bisa berharap banyak. Karena merasa membutuhkan, ia meraup uang yang tersebar, dimasukkannya ke dalam tas tangannya, kemudian bangkit. Sebelum melangkah keluar rumah, ia menoleh ke arah Baskoro. Tapi Baskoro tak berani menatapnya. Hidupnya masih harus bergantung pada Rusmi, dan Baskoro, yang laki-laki gagah dan garang di ranjang, ternyata hanyalah seorang pengecut.

“Jangan bawa mobilnya!” teriak Rusmi ketika melihat Hasti mendekati mobil. Hasti dengan segera melemparkan kunci mobil ke arah teras, kemudian berlalu.

***

Baskoro duduk terpaku di kursinya. Tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali dia meminta maaf, tapi Rusmi mengacuhkannya. Kenyataan bahwa Baskoro sering berduaan dengan Hasti, membuat hatinya sakit. Ia membiarkannya saja ketika Baskoro merapikan kamar yang berantakan, bahkan ada pecahan botol yang entah isinya apa, pecah berserakan di lantai. Ia membersihkannya seperti seorang pembantu, hanya karena ingin agar Rusmi mengasihaninya. Pembantu yang ditemukan Rusmi setelah bibik pergi, tidak bisa datang setiap hari karena dia bekerja di beberapa tempat, Itu sebabnya Baskoro melakukan semuanya.

Ketika selesai bersih-bersih, Baskoro turun lagi ke bawah dan melihat Rusmi sedang berbaring di sofa. Baskoro bisa merasakan betapa berat beban yang dipikul Rusmi, ketika menyadari bahwa dia nyaris tak punya apa-apa. Harapan yang dirangkai untuk hidup bersama dalam gelimang harta, jatuh berderai menjadi kepingan-kepingan asa tak bernilai.

Baskoro mendekat pelan. Rusmi bergeming, tapi dia menatapnya ketika Baskoro duduk di bawah sambil memijit kakinya.

“Apa kamu mau makan sesuatu?”

“Tidak,” Rusmi menjawab pelan. Tapi kemudian dia duduk lalu merapikan rambutnya yang tergerai sebatas pundak.

“Semuanya menjadi kacau,” keluhnya.

Baskoro ke belakang lalu kembali dengan segelas air dingin, yang kemudian diulurkannya pada Rusmi.

“Aku tidak mengira, Hasti dan Nilam bukan anak kandung kamu,” kata Baskoro hati-hati.

“Aku kelepasan bicara,” kata Rusmi penuh sesal.

Ia meneguk segelas air putih yang disodorkan Baskoro.

“Aku mandul.”

Baskoro menatap Rusmi tak percaya.

“Itu sebabnya aku memungut keponakan aku yang orang tuanya miskin. Tapi mereka sudah meninggal semua. Aku berharap hidupku menjadi hangat dengan adanya mereka. Tapi ternyata keduanya membuat aku kecewa. Dan akhirnya memang lebih baik mereka pergi.”

Baskoro hanya diam, tak tahu harus mengatakan apa.

“Kita lupakan dulu masalah itu. Aku sedang memikirkan hidupku selanjutnya. Kita tak akan bisa seperti dulu lagi,” katanya lirih.

Karena pikirannya dipenuhi oleh pikirannya yang kacau, maka Rusmi melupakan kemarahannya pada Baskoro.

***

Beberapa hari telah berlalu. Hari itu pak Rangga mendapat kabar bahwa Barno yang masih ditahan menderita sakit keras, dan harus dirawat di rumah sakit. Istri Barno, bu Rini yang mengabari ke kantor sambil menangis.

“Apakah sakit pak Barno parah Bu, kata dokter sakitnya apa?” tanya pak Rangga.

“Katanya sakit lever dan sudah parah Pak, sebenarnya sudah lama dia mengeluh perutnya sering mual dan sakit. Tapi tidak pernah mau pergi ke dokter.”

“Nanti saya dan beberapa karyawan akan menjenguknya,” janji pak Rangga, yang memiliki hati sebaik pak Raharjo.

“Sebenarnya ada hal penting yang ingin dia  katakan. Ini adalah pesan dari bapaknya anak-anak, bahwa sebelum meninggal dia harus mengatakannya,” kata bu Rini disertai isak.

“Pak Barno sudah dirawat, Ibu tidak usah khawatir, dia pasti akan sembuh. Mati dan hidup manusia itu ditangan Allah. Ya kan Bu,” hibur pak Rangga.

“Pesan apa yang ingin dikatakan pak Barno?” lanjutnya.

“Katanya ia ingin mengatakannya kepada pak Rangga sendiri.”

 “Oh, begitu. Baiklah, saya akan secepatnya menemui dia. Mungkin hari ini.”

Terima kasih Pak. Dia juga berpesan, kalau saya ke rumah sakit dan bisa ketemu Bapak, maka saya harus membawa sebuah bungkusan yang disimpannya di almarinya.”

“Bungkusan apa itu?”

“Saya tidak tahu, karena saya belum melihatnya. Kalau bisa, maaf, kapan Bapak mau ketemu suami saya, supaya saya bisa membawa bungkusan itu ke rumah sakit.”

“Baiklah. Sebelum jam istirahat saya akan memerlukan kesana.”

“Terima kasih Pak, saya permisi. Saya akan pulang dan mengambil bungkusan itu sekarang.”

Pak Rangga mengangguk. Sebelum pulang ia memberikan sejumlah uang untuk bu Rini, yang semula ditolak, tapi pak Rangga mamaksanya.

Pak Rangga yang penasaran, segera mengajak salah seorang anak buahnya untuk ikut bersamanya ke rumah sakit. Pesan apa dan  bungkusan apa yang akan diberikan kepadanya.

***

Pak Rangga terharu melihat wajah Barno yang sangat pucat. Begitu melihat pak Rangga datang, Barno menyalaminya dengan air mata berlinang.

“Jangan sedih, Barno, kamu dirawat untuk sembuh. Semangat ya, dan jangan lupa berdoa. Kami teman-teman kamu akan ikut mendoakan untuk kesembuhan kamu.”

“Terima kasih Pak.”

“Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan? Tadi istri kamu datang ke kantor.”

“Saya yang menyuruh Pak, bukan karena ingin dijenguk pak Rangga, tapi karena ada sesuatu yang ingin saya katakan.”

“Baiklah, katakan apa yang akan kamu katakan.”

“Saya ingin mengatakan, bahwa kecelakaan itu sebenarnya memang saya sengaja.”

Pak Rangga terkejut.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

83 comments:

  1. ๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️
    Yang di tunggu2 sudah
    hadir, Alhamdulillah.
    BeUI_29 bikin penisirin.
    Matur nuwun Bu Tienkuh
    Semoga sehat dan
    bahagia selalu.
    Salam aduhai ๐Ÿ˜๐Ÿฆ‹
    ๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️๐ŸŒน❣️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin
      Salam aduhai deh, ibu Sari

      Delete
    2. Ternyata...oh ternyata...
      Hasti dan Nilam bukan anak kandung Rusmi, pantes aja tak ada penyesalan sedikitpun atas hilangnya Nilam.
      Kejahatan Rusmi dan Baskoro segera terkuak...siyap2 mendekam di Hotel Prodeo seumur hidup...siapa menabur, dia menuai...

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Untuk Ibuku tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengakuan demi pengakuan mulai muncul. Tentang anak" Rusmi, tentang kecelakaan yang direncanakan. Sebentar lagi akan ada bukti kuat yang akan disampaikan Barno.
      Menunggu Bejo yang masih belum sadar, bagaimana Wijan dan Nilam.
      Terimakasih kepada Suri yang baik, bisa jadi nanti 'naik pangkat' punya resto yang terkenal.
      Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

      Delete
  3. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    ๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah tayang matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  6. Alllhamdulillah , Terima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...BUNGA UNTUK IBUKU 29 dah tayang terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah... Bunga Untuk Ibuku 29 sudah tayang. Matur nuwun Bunda Tien, semoga Bunda tetap Semangat, selalu Sehat wal Afiat bersama Keluarga di Sala.
    Aamiin

    Bu Rusmi, Baskoro dan Hasti, skrng pada gigit jari, sumber keuangan nya sdh tdk ada lgi..kasihan deh lhoe pade...๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    Selamat berakhir pekan dan salam sehat selalu nggeh Bunda Tien.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 pak Munthoni
      Salam hangat walau udara dingin

      Delete
  9. Alhamdulillah...Bunga Untuk Ibuku 29 sudah tayang

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah... selamat menikmati liburan penghujung th.2023 bu Tien juga semya bpk dan ibu PCTK.. salam sehat penuh Kejora..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ibu Ratna, salam indah gemerlap kejora

      Delete
  11. Barno akhirnya mengakui ke pak Rangga kalau kecelakaan disengaja..nah lu.. Rusmi dan Baskoro tambah sengsara masuk hotel prodeo kalau Barno mengatakan siapa otak pelaku kecelakaan tersebut sebenarnya. Nuwun bu Tien, tidak sabar menunggu kelanjutannya besok Senin. Salam sehat selalu dari Yogya

    ReplyDelete
  12. Nah kan...benar dugaan saya bahwa Nilam bukan anak kandung bu Rusmi, tapi ternyata kakak beradik jg dgn Hasti.๐Ÿ˜…

    Bersyukur Barno berani mengaku kejadian sesungguhnya. Orang baik, semoga diringankan hukumannya, karena dia melakukannya di bawah ancaman/bujukan Rusmi & Baskoro.

    Terima kasih, ibu Tien...salam sehat.๐Ÿ™๐Ÿ˜€

    ReplyDelete
  13. Satu per satu terbongkar juga kebusukan mereka...
    Tambah rame..
    Matur nuwun bu Tien.. sehat selalu๐Ÿฅฐ๐Ÿ˜˜

    ReplyDelete
  14. Semua kejahatan semakin trbuka... tinggal semoga semua kebaikan menemukan kebahagiaan... trima kasih Mbu Tien, sehat sllu bersama keluarga...

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah.... terimakasih Bunda, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah Maturnuwun ,semoga di Tahun 2024 Bunda seKeluarga selalu sehat wal afiat dan saya setia menunggu kisah Wijan,Nilam dan keluaraganya juga.

    ReplyDelete

  17. Alhamdullilah
    Bunga untuk ibuku 29 telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien, BuI 29 sdh tayang. Mugi Bu Tien & klg tansah pinaringan sehat lan semangat. Aamin ๐Ÿ‘

    ReplyDelete
  19. Salam hangat di udara dingin, jeng In

    ReplyDelete
  20. Sek.baru ketahuan belang2 mereka. Makanya jalani hidup dg santai, ingat selalu kepada Sang Pencipta, jadi tentrem ayem. Trima kasih Ibu Tien yg sdh membawa kedunia lain.
    Salam hangat selalu.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah BUNGA UNTUK IBUKU~29 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..๐Ÿคฒ

    ReplyDelete
  22. Akhirnya Pak Barno mengaku. Sabar menanti kelanjutannya Senin yad. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat sekeluarga njih Bu, aamiin..


    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah. Trm ksh bu Tien
    Smg sehat selalu..

    ReplyDelete
  24. Satu rahasia telah terbuka, msi ada bnyak rahasia yg tersimpan disana..

    Matur nuwun bunda Tien...๐Ÿ™
    Semoga bunda sehat selalu...๐Ÿคฒ๐Ÿคฒ

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah... Barno mau membuka rahasia yang dipendamnya sendiri, Barno akan seger bebas, digantikan Rusmi dan Baskoro yang merencanakan kecelakaan pak Raharjo. Bagaimana kabar Wijan dan Nilam...ditunggu lanjutnya bunda Tien. Salam sehat selalu dan aduhai selalu. Tak lupa selamat berlibur dan berkumpul bersama keluarga tercinta.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah BUI 29 sdh tayang ..terima kasih bu Tien... semoga ibu selalu sehat dan bahagia bersama bapak dan amancu ...salam hangat dan aduhai

    Nah lo... terbongkar semua rahasia ... biarlah gembel tetap gembel karena sdh segunung dosanya... tunggu hari senin yg lebih seru lagi...

    ReplyDelete
  27. Alhamdulilah bui 29 sdh tayang terima kasih bu Tien, semoga ibu tetap sehat dan bahagia bersama bapak dan amancu salam hangat dan aduhai bun

    Terbongkar satu persatu rahasia kel kebo rusmi dan selamat menikmati keterpurukan akibat keserakahan yg telah diperbuat

    ReplyDelete
  28. Trimakasih bu Tien ....alhamdulillah

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu ๐Ÿค—๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  30. Wow runyam deh
    Trnyt kerbau betina mandul
    Hasti juga Nilam bukan anak kandungnya, pantesan ga ada sesal dan kehilangan atas kepergian Nilam
    Apalagi Wijan yg dgn rencana akan di habisin
    Menurut Rusmi mlh kebetulan bs menguasai harta pak Raharjo
    Di kiranya pak Rangga org bodoh, justru yg tolol Rusmi sndri
    Senjata makan nyonya bloon, tunggu saatnya polisi membawamu ke hotel prodeo

    Moga Barno msh jelas utk menceritakan apa yg terjadi dgn pak Raharjo dan jadi pulih kembali kesehatannya
    Bungkusan harta utk Wijan msh ttp utuh yg di serahkan pak Rangga

    Wah nampaknya mang makin seru deh

    Yuuk kita tunggu sampai tahun depan
    Dgn setia menanti lanjutannya moga bunda Tien juga ttp sehat selalu doaku
    Ttp semangat dan
    ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
  31. Nha...kebo badeg mulai kelimpungan. Takut miskin dan menderita.
    Pembaca tepuk tangaaan.
    Barno sakit keras, tak ingin menyimpan rahasia jahat hingga ajal menjemput. Pak Rangga bakal terkejut dan merasa "kecolongan" karena konspirasi jahat untuk melenyapkan pak Raharjo justru terjadi di depan mata.
    Nah..menyรจrรจt Rusmi dengan tuduhan mendalangi pembunuhan berencana, tinggal tunggu saatnya.
    Tunggu bukti berupa "the body of evidence" yaitu pak Raharjo, ditemukan.
    Jika ketemunya jasad, artinya pembunuhannya berhasil, maka pidana mati bisa dijatuhkan.
    Namun jika pak Raharjo ditemukan hidup, bagaimsnapun kondisinya, artinya pembunuhan dengan rencana gagal, maka Rusmi bisa dituduh melakukan *percobaan pembunuhan dengan rencana*. Ancaman pidananya bisa 15 tahun penjara. Sereem ya?
    Mari kita tunggu, bagaimana mbak Tien merajut nasib Wijan, Nilam dan Hasti.
    Jangan kesusu rampung ya mbakyuuuu...ihik..

    ReplyDelete
  32. Jeng Iyeng yang aduhai deh, maunya sampai kapan hayoo

    ReplyDelete
  33. Makasih mba Tien.
    Lagi seru² nya.
    Rasanya. Nggak sabar nunggu Senin.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  34. Terima kasih bunda Tien

    Makin seru aja alur ceritanya...
    Salam sehat ya bun

    ReplyDelete
  35. Terimakasih Bu Tien....
    Hmmmm ngeri baca jeratan hukum yang bakal menimpa Rusmin...
    Yang mestinya menyeret Baskoro juga ...,

    Aduhai....

    Semoga Bu Tien Sehat Selalu....

    Aamiin.....

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah
    Mtrsuwun bunda Tien ๐Ÿ˜
    Makin seruuu

    ReplyDelete
  37. Ikut senang sprinter yogja muncul lagi sebagai komen terdepan.
    Terima kasih bu Tien.... Dari jauh saya mendoakan bu Tien, pak Tom, para bloger, khususnya sahabat² PCTK, diberikan kesehatan yang prima semuanya. Jaga kesehatan di musim penghujan........

    ReplyDelete
  38. Menunggu bonus tahun baru dr bu Tien nih...
    #padunya sdh sangat penasaran...๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...