Wednesday, September 6, 2023

BUNGA TAMAN HATIKU 26

 BUNGA TAMAN HATIKU  26

(Tien Kumalasari)

 

Ristia terpaku di tempat duduknya, angan-angan tentang rencana yang sudah matang, kembali buyar. Geram atas ucapan ibu mertuanya.

“Mama, itu kan mitos. Masa jaman sekarang masih ada aturan seperti itu? Memangnya kenapa kalau calon pengantin pergi ke mana-mana? Ingat Ma, ini jaman milenium, bukan jaman batu,” sanggah Ristia memendam rasa kesal.

“Ristia, kamu ini bicara apa? Tradisi kuna itu bukan aturan yang buruk. Seorang calon pengantin dilarang keluar minimum tiga hari menjelang hari pernikahan, untuk menghindari aura jahat yang ada di luar sana. Percaya atau tidak, kalau kita melanggar, akan buruk jadinya.”

“Tapi itu kan kepercayaan jaman dulu Ma,” Ristia masih membantah.

“Jaman dulu atau sekarang tidak ada bedanya. Kami ini masih menganut tradisi kuna yang kami pegang teguh. Seandainya kamu tidak mempercayainya, itu bukan masalah, silakan saja, tapi menjalani apa yang sudah digariskan oleh para orang tua itu tidaklah buruk. Tidak ada ruginya. Ya kan?”

Ristia mencibir, dan cibiran itu tertangkap oleh mata tua bu Sardono. Kemudian bu Sardono meraih lengan Nijah, diajaknya ke arah depan, yang rupanya masuk ke dalam kamar barunya.

"Nijah, ini kamar kamu nantinya, bersama Satria.”

Nijah berdebar.

“Kenapa saya harus punya kamar baru, Nyonya. Kamar saya sudah cukup bagus.”

“Kamu ini bagaimana, Nijah. Kalau kamu sudah jadi pengantin, kamu tidak harus tidur sendirian, tapi bersama suami kamu. Kamar kamu sangat sempit dan tidak memadai untuk sepasang suami istri, jadi sudah sepantasnya kamu memiliki kamar yang baru.”

Nijah berdebar, tiga hari lagi dia akan menikah, lalu berada di kamar ini, tidur bersama tuan Satria? Tiba-tiba bulu kuduk Nijah merinding. Tuan Satria yang suka mengganggunya, akan tidur di sini bersamanya?

“Apa yang kamu pikirkan, Nijah? Lihat, ini barang-barang kamu, sudah ditata di dalam almari ini. Ini sofa kalau kamu sedang bersantai dan masih ingin berada di dalam kamar, ini alat-alat kecantikan yang pernah aku janjikan, sudah aku letakkan di depan cermin. Coba katakan, apa lagi yang kurang ya, barangkali ada yang terlupa.”

“Nyonya, semuanya sudah lebih dari cukup. Saya bahkan tidak pernah bermimpi bisa tidur di dalam kamar sebagus ini. Rasanya aneh. Saya justru takut, Nyonya.”

Bu Sardono tertawa.

“Mana yang aneh? Dan kenapa takut? Kamu kan tidak sendiri, tapi bersama suami kamu. Kok bisa takut?”

Nijah tersipu. Justru bersama Satria itulah yang membuatnya takut.

“Ayolah, jangan begitu. Kamu akan menjadi nyonya di rumah ini.”

Nijah mengangkat wajahnya. Dia akan menjadi nyonya, sebuah kenyataan yang tak pernah dia impikan.

Mulai besok akan ada kesibukan di rumah ini. Kami tidak mengundang tamu, hanya kerabat dekat. Itu permintaan Satria dan kamu yang lebih suka sesuatu dilakukan secara sederhana. Tapi, walau begitu aku sudah memesan makanan dari catering ternama. Jadi tidak ada yang memasak di rumah ini. Bahkan bibik akan berdandan seperti nyonya rumah, karena kami sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Dia akan menyaksikan saat pernikahan kamu.”

“Bibik seperti ibu saya sendiri, dan akan tetap menjadi ibu saya,” kata Nijah.

Nijah tersenyum senang, mendengar bibik akan mendampinginya saat menikah.

“Apa kamu ingin menemui Biran untuk memohon restu?”

Nijah menggeleng. Apakah Biran pernah mengakuinya sebagai anak, walau ibunya adalah istrinya? Tak ada ikatan batin yang ada di antara mereka. Bahkan Biran hanya menganggapnya anak saat dia memerlukan uangnya.

“Baiklah, terserah kamu saja.”

Ada rasa tak enak ketika dia harus membenci ayah tirinya. Sebenarnya di dalam hatinya tak harus ada rasa benci itu, tapi perlakuannya yang begitu kejam terhadap dirinya, menghilangkan rasa hormat yang seharusnya dia berikan.

“Ya sudah. Oh ya, di dalam kamar mandi itu, ada lulur, sebelum menikah kamu harus menggosok tubuh kamu dengan lulur.”

“Apa?”

Bu Sardono menarik Nijah memasuki kamar mandi, membuat Nijah terpana. Ia sudah biasa mandi dengan bak yang diisi air, lalu menyiram tubuhnya dengan gayung. Itu ada bathup yang selalu ada di rumah orang-orang kaya. Nijah sudah sering melihatnya. Bahkan di rumah itu Nijah sering membersihkannya, tapi kemudian dia juga harus menggunakannya?

“Ini yang namanya lulur. Kamu bisa menggosok seluruh tubuhmu dengan lulur ini. Cobain, baunya sangat sedap, bukan? Ini bukan wangi dari parfum, tapi dari rempah-rempah. Tubuh kamu akan segar setelah memakainya. Nanti kamu boleh mencobanya, dan sebaiknya memang kamu mulai mandi lulur sejak hari ini.”

“Nyonya, ini berlebihan.”

“Sudah, jangan membantah. Nanti bibik akan membantu menggosok tubuh kamu, aku sudah memberi tahu dia sejak tadi.”

Nijah mengeluh dalam hati. Jadi orang kaya ternyata sangat rumit. Tidur diatur, mandi diatur, makan diatur. Bukan seperti dirinya di waktu lalu, sering mengambil piring diisi nasi dan lauk, lalu makan di sembarang tempat, dan hanya saat perutnya lapar. Dunia serasa berputar begitu cepat. Mengubah kehidupannya menjadi kehidupan yang seperti seorang putri.

“Nyonya, biarkan saya seperti dulu, melakukan banyak hal di rumah ini, membantu bibik setiap hari.”

“Terserah kamu saja. Tapi setelah kamu menjadi seorang istri, kamu juga punya kewajiban untuk melayani suami.”

Nijah mengangguk pelan, dan kembali dadanya berdebar.

***

Ketika ia kembali ke dapur, dilihatnya Ristia tidak ada lagi di sana. Tiba-tiba ia merasa telah menyakiti hati Ristia. Benarkah Ristia dengan tulus mengikhlaskan suaminya untuk memiliki istri lagi?

Ia ingin menemui Ristia untuk meminta maaf, tapi dia mendengar Ristia sedang bicara dengan Satria. Pintu kamar tidak tertutup rapat, sehingga dia bisa mendengar mereka berbicara, walau tidak jelas apa yang dibicarakan. Nijah mundur, lalu kembali turun ke bawah, menuju dapur untuk membantu bibik.

Ternyata Satria sedang bersitegang dengan istrinya. Gara-gara noda merah ditubuhnya, dan jawaban Ristia tidak membuatnya percaya. Itu hanya alasan yang dibuat sembarangan. Masuk angin? Kalau kerokan pastinya di punggung dan merahnya teratur, tapi yang ini tidak. Satria bukan anak kecil yang mudah dibohongi. Dia laki-laki dewasa yang sangat mengerti arti kemerahan di tubuh sang istri.

“Mengapa Mas tidak mempercayai aku?”

“Tentu saja tidak. Memangnya aku anak kecil yang bisa menerima jawaban konyol seperti yang kamu katakan?”

“Tapi itu benar, apa Mas mencurigai aku?”

“Tentu saja aku mencurigai kamu. Sekarang katakan, selama dua hari ini kamu ke mana? Jangan bilang kamu menjenguk teman sakit, karena sebagian besar teman kamu aku sudah mengenalnya.”

“Aku tidak bohong. Yang pertama aku menjenguk teman sakit, tadi aku menemui Andri.”

“Oh ya, sahabat kamu itu ya? Apa yang kalian lakukan?”

“Mas, Andri teman baik aku, dia juga akan menikah, selisih dua hari sama pernikahan kamu nanti.”

Satria diam, dia tak ingin bertengkar, tapi dia sudah mencatat sebuah cacat pada istrinya, dan itu dianggapnya berat.

“Kalau aku menemukan bukti perselingkuhan kamu, aku pasti menceraikan kamu.”

Ristia terkejut. Tak pernah dibayangkan dia bercerai dengan Satria. Ristia sangat mencintainya, bukan karena suaminya tampan, tapi karena dia juga banyak harta. Kemewahan dari mana yang akan dia dapatkan kalau Satria menceraikannya? Ristia mengutuk kecerobohannya sendiri, dan kenekatan Andri.

“Yang harus kamu tahu Mas, bahwa aku sangat mencintai kamu. Bahkan aku membiarkan kamu punya istri lagi, karena aku hanya ingin kamu bahagia. Apakah itu masih kurang dan tidak cukup membuatmu percaya?” Ristia mulai terisak.

“Sudah, jangan menangis di depan aku. Kamu merusak suasana hati aku.”

Ristia ingin menumpahkan kekesalannya, dan memaki suaminya karena tega memiliki istri lagi, tapi kalau dia menumpahkannya, maka apa yang akan dilakukannya nanti, yang entah kapan terlaksananya, akan membuat semua orang mencurigainya. Kalau hari esok itu gagal, Ristia yakin ada hari lainnya untuk melenyapkan Nijah

 Ia membiarkan Satria meninggalkannya sendirian di dalam kamar. Ristia ingin mengeluh kepada Andri, tapi Andri pasti sudah ada di rumah, dan siapa tahu dilarang keluar juga oleh ibunya, yang sama-sama memiliki tradisi pingitan seperti mertuanya. Kemudian Ristia memilih keluar dari kamar dan pergi ke dapur, pura-pura membantu Nijah yang sedang menata meja untuk makan malam. Ia selalu memperlihatkan sikap manis kepada Nijah, untuk menutupi niat jahatnya.

***

Hari yang ditunggu itupun sampai sudah. Ristia duduk diantara barisan keluarga, yang tiba-tiba tersentak oleh teriakan kata ‘SAH’, yang menggema ke seluruh ruangan. Ristia merasakan dunianya runtuh, melihat Satria dengan lembut memasangkan cincin di jari Nijah, lalu Nijah mencium tangan Satria yang sudah menjadi suami sah nya.

Ristia melihat kedua mempelai sungkem di kaki pak Sardono dan istri, yang kemudian mengelus kepala mereka sambil mengucapkan doa.

Di acara ramah tamah sederhana itu, semua orang menyalami kedua mempelai dengan ucapan selamat. Ristia menata hatinya, menyimpulkan senyum bahagia, menyalami Satria dan kemudian memeluk Nijah dengan erat.

“Semoga bahagia,” bisik yang keluar dari mulutnya, tapi dalam hati dia mengutuknya.

Nijah menatap Ristia dengan mata basah, lalu mengucapkan kata lirih yang sangat lembut.

“Maafkan saya, Non.”

Dengan mengelus pipi Nijah, Ristia membalas ucapan Nijah dengan manis.

“Tak ada yang harus dimaafkan, sekarang kamu adalah saudaraku.”

Semua tamu memuji ketulusan hati Ristia, dan mengatakan tak ada wanita yang dengan sangat manis menyambut kedatangan madu di dalam rumah tangganya. Merekapun menyalami Ristia dengan pujian dan sanjungan setinggi langit.

***

Malam itu Ristia tidur sendirian, membiarkan suaminya berada di kamar baru yang terletak di bawah, di sebelah kamar tamu.

Tapi sebenarnya sudah dua malam Satria enggan tidur sekamar dengan Ristia. Kecurigaan tentang perbuatan Ristia yang belum terbukti, membuatnya memiliki rencana baru. Tapi dia harus menemukan buktinya. Dua malam itu Satria tidur di sofa. Tapi malam yang ke tiga, Ristia tak melihat lagi suaminya tidur di sofa itu. Kamar pengantin baru tertutup rapat. Tak ada suara terdengar, tapi Ristia membayangkan suasana manisnya pengantin baru, yang membuat batinnya terkoyak-koyak.

Ristia masuk ke kamarnya dan menguncinya rapat. Ketika melihat ponselnya tergeletak di nakas, ia melihat ada panggilan tertera di layar ponsel itu. Andri menelponnya, padahal Ristia ragu mengganggu dalam persiapan pengantin mereka.

“Andri?”

“Aku yakin kamu sedang sendirian sekarang, karena Satria pasti menghabiskan malam pertamanya dengan istri barunya.”

“Mengapa kamu menelpon? Bukankah kamu sedang dipingit?”

“Dipingit? Dipingit itu apa?”

“Seperti yang terjadi di keluarga ini, calon pengantin dilarang keluar, tiga hari sebelum akad nikah.”

“Oh, itu namanya dipingit ya? Entahlah, ibuku juga melarang aku keluar. Bahkan ke cafe juga tidak boleh, padahal aku rindu sama kamu.”

“Andri, gara-gara kamu, Satria mencurigai aku selingkuh,” geram Ristia,

“Bukankah selingkuh itu enak?”

”Kamu memang gila, Entah apa yang akan dilakukannya nanti setelah bisa membuktikan bahwa aku selingkuh sama kamu. Dia mengancam, kalau menemukan buktinya, dia akan menceraikan aku.”

“Oh ya? Baguslah, aku akan menikahi kamu.”

”Enak saja, sama-sama punya madu dong aku.”

“Tidak, aku tidak suka pernikahan ini. Aku hanya menuruti kemauan ibuku saja. Tapi aku tidak akan menyentuhnya. Kalau kamu mau, aku juga akan menceraikannya dan mengusirnya,” kata Andri enteng.

Pembicaraan sepasang manusia berlumuran dosa itu berlangsung sampai menjelang pagi. Lumayan bagi Ristia karena dengan itu, ia bisa melupakan sakit hatinya.

***

Perkiraan Ristia bahwa Satria sedang memadu kasih dengan istri barunya itu tidak benar. Satria masih melihat wajah ketakutan pada Nijah, setiap kali dia menyentuhnya. Nijah tidak ingin menolak, karena dia menyadari kewajibannya, tapi wajah memelas yang tampak, membuat keinginan Satria menjadi surut. Satria sangat mengerti, Nijah wanita yang berbeda dari Ristia, yang begitu bersemangat melukiskan cintanya di peraduan. Rupanya Satria harus bersabar, bunga cantik yang dipetiknya belum sepenuhnya mekar.

Pagi hari, seperti biasa Nijah bangun menjelang subuh. Ia harus melompati tubuh suaminya ketika ingin keluar menunaikan shalat, dan sentuhan pada kakinya, walau Nijah sudah berhati-hati, tetap membuatnya terbangun.

“Kemana?” tanya Satria sambil menarik tangannya.

“Tuan, ini sudah subuh,” jawab Nijah berusaha melepaskan tangannya.

“Mengapa tidak kamu bangunkan aku? Ayo berjamaah,” kata Satria sambil bangkit.

Nijah ingin merapikan tempat tidurnya, tapi Satria belum beranjak dari tepi ranjangnya. Ia justru menatapnya dengan tatapan yang kembali membuat Nijah berdebar.

“Nijah, pertama, berhentilah memanggil aku ‘tuan’. Kedua, kamu harus ingat bahwa aku sudah menjadi suami kamu.”

Nijah membalas tatapan itu dengan tatapan polosnya.

“Maafkan saya Tu … Tuan.”

“Panggil aku ‘mas Satria’.”

Nijah mengangguk, lalu beranjak ke kamar mandi. Ia belum jadi merapikan tempat tidurnya karena Satria masih ada di sana, menatap punggung istrinya dengan senyuman nakal. Rupanya ia harus bersabar.

***

Besok lagi ya.

 

38 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah.....
      Satria dan Nijah "SAH" setelah ijab qobul.....

      Terima kasih bu Tien, salam SEROJA, tetap semangat dan berkarya, tetap ADUHAI.......

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang

    ReplyDelete
  3. Waduh Ristia parah gimana yaa pemulihannya..

    Wis bèn ora mulih yå malahané, dadi ora ngrusuhi..

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  5. "Semoga bahagia " hati & mulut Ristia berucap .tapi darahnya sudah mendidih 😡tinggal nunggu hari akan meledak membakar Nijah 🔥 Maturnuwun 🙏

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, matur nuwun sanget bunda

    ReplyDelete
  7. Makasih, bu Tien. Salam sehat.🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Yg ditunggu sdh tayang...
    Semoga bunda sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  9. Terima kasih Bunda Tien...
    BTH 26 sudah tayang...👍
    Sehat selalu buat bunda ...💪
    Bahagia bersama keluarga tercinta ❤️
    Salam aduhai...
    Berkah Dalem Gusti ...🙏🛐😇

    ReplyDelete
  10. Sudah syah Nijah dan satria...semoga ristia tidak melaksanakan niat jahatnya pada Nijah ... nikah aja sama andri agar selamat

    ReplyDelete
  11. Hari bahagia yg ditungu tunggu oleh Satria dan Nijah, akhirnya datang juga tanpa halangan. Semoga demikianlah seterusnya.
    Biarlah kebusukan Ristia akan terbongkar dan hukuman yg setimpal akan diperolehnya.

    ReplyDelete
  12. Nijah...oh Nijah...
    Polos amat kau ini
    Kasihan tuanmu...eh mas Satria
    Sabar Satria namanya juga anak lugu ra dong blas

    Lucu penasaran yah jgn2 mlh Ristia yg plg mlm bau hbs mandiin kerbau tar mlh jd hamil krn kumpul kerbau

    Hadeeh penisirin bingitzs nih
    Sabar deh nunggu bsk lg aj

    Mksh bunda Tien yg telah bikin pembaca jd bnyk ber komen mcm2

    Sehat selalu doaku bunda dan ttp ADUHAI

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun BTH episode 26 sampun tayang, Salam sayang penuh aduhai, mbakyu Tienkumalasari ❣️

    ReplyDelete
  14. Nah... kutunggu rencana baru Satria, mungkin menguntit sendiri, atau menyuruh orang lain mengikuti Ristia waktu dia pergi.
    Bagaimana ya nasib Bowo, kasian kalo sampai patah hati.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah BTH-26 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah BTH-26 sdh hadir
    Matursuwun Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  17. Alhamduillah, mtr nwn bu Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah....akhirnya bahagia ..smg sampai akhir hayat....
    Satria mendapatkan bukti perselingkuhan Ristia.......Salam Sehat selalu untuk bunda Tien..

    ReplyDelete
  19. Hamdallah BTH ke 26 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.

    Satria sangat curiga dan menduga Ristia berselingkuh. Tapi blm punya bukti...selingkuh dengan siapa. Satria hrs datangi temannya, untuk mendapatkan bukti tsb, kan Satria juga banyak yng kenal teman2 nya Ristia. Bisa juga tanya Nijah pernah di ajak Ristia kemana. Juga tdk ada salah nya bayar orang untuk memata matai kegiatan Ristia di luar Rumah.

    Malam pertama masih di lalui dengan Hambar...he..he..bagaikan sayur yang lupa di bumbui...maka rasa nya Hambar..😁😁

    Mungkin Nijah msh menganggap Tuan Muda nya adalah Majikannya, bukan Suami nya. Jadi msh ketakutan dan ngisin isini...😁😁

    Salam Hangat dan Aduhai dari Jakarta

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰

    Aduhaai Nijah ,, msh bingung ya 🤭
    Semoga tetap waspada ya Jah ,

    ReplyDelete
  21. Makasih bu Tien,,, BTH 26 sudah tayang. Tetap semangat bu ! Salam dari negeri kincir angin.

    ReplyDelete
  22. Terimakasih Bu Tien semogaa sehat selalu

    ReplyDelete

JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU 21

      JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU  21 (Tien Kumalasari)   Pak Wita terkejut. Dari kantor polisi? Bu Wita memperhatikan wajah suaminya yang t...