Monday, August 28, 2023

BUNGA TAMAN HATIKU 18

 BUNGA TAMAN HATIKU  18

(Tien Kumalasari)

 

Satria menatap ke arah istrinya, yang mendekat bersama Andri, yang juga sudah dikenalnya, karena dulu juga adik kelas semasa kuliah.

“Mas, kok mas makan di sini bersama Nijah?” katanya sambil menatap tajam Nijah.

Nijah masih mencengkeram pinggiran meja, wajahnya menunduk.

Satria tak bisa lagi menyembunyikan semuanya. Sudah kepalang tanggung, dan barangkali sekaranglah saatnya sang istri mengetahuinya.

“Ristia, bukankah kamu ingin tahu siapa wanita yang akan menjadi istri aku?”

“Ya, apakah Nijah yang akan mengantarkan kamu menemuinya? Nijah mengenalnya?”

“NIiah mengenalnya, tentu saja. Karena wanita itu adalah Nijah sendiri.”

Mata Ristia terbelalak, tanpa sadar tangannya mencengkeram tangan Andri dengan erat, larena Andri berdiri sangat dekat dengannya.

“Apa maksudmu Mas, Nijah… Nijah … adalah wanita yang akan kamu peristrikan?” tanya Ristia dengan sedikit gemetar.

“Non … saya … saya …” gemetar pula Nijah, sehingga tak bisa mengucapkan kata-katanya dengan jelas.

Tapi sebelum Nijah mengatakannya dengan lengkap, Satria sudah memotongnya.

“Iya, benar. Ada yang salah?”

“Mas, dia kan hanya …._”

“Dia wanita yang tepat untuk aku, dan kamu sudah berjanji untuk menerimanya, siapapun pilihan aku, bukan?”

Andri merasa, tangan Ristia basah oleh keringat. Rasa iba membuat dia harus berbuat sesuatu. Dia harus pergi, yang dia yakini bahwa Ristia pasti akan mengikutinya. Itu lebih baik daripada bersitegang di tempat umum seperti ini.

“Satria, sepertinya aku harus pergi, karena ada urusan,” kara Andri tiba-tiba.

“Ndri, aku ikut kamu.”

“Maaf, Satria,” kata Andri sambil melangkah pergi.

“Tunggu, Andri,” Ristia pun setengah berlari mengikutinya.

Satria menghela napas panjang, sementara Nijah dilihatnya sedang mengusap air mata yang membasahi pipinya.

“Nijah, mengapa kamu menangis?”

“Tuan, saya tidak bisa menjalani,” katanya tersedu.

“Menjalani apa?”

“Menjadi … istri tuan,” katanya lirih.

“Kenapa Nijah? Karena sikap Ristia tadi? Kamu tidak usah memikirkannya. Aku yang akan menjalaninya, dan mau tidak mau dia harus mengikuti kemauan aku.”

“Itu sangat kejam, Tuan. Dia istri Tuan, bagaimana mungkin bisa menerima wanita lain untuk istri Tuan?”

“Kami sudah berbicara Jah, dia bisa menerima, dan mengerti. Dia menyadari bahwa dia tak akan bisa melahirkan seorang anak.”

“Tapi saya bukan wanita yang pantas.”

“Sudah, sekarang makan saja dulu. Ini sudah sore, setelah ini kita pulang, lalu kamu bisa mengendapkan pikiran kamu, sehingga bisa berpikir jernih.”

“Kita pulang saja, Tuan.”

“Nijah, pesanan sudah terhidang. Dimakan dulu, ayo. Aku sangat lapar, pasti kamu pun juga demikian. Ayo,” kata Satria sambil menyendok makanannya.

Nijah diam terpaku, sesekali tangannya mengusap air mata yang mengalir.

“Sudah, jangan menangis lagi. Makan, lalu kita pulang. Atau kamu mau aku suapin? Sini, biar aku suapin.”

“Tidak … tidak.”

“Kalau begitu makanlah, ayo. Makan dan jangan memikirkan apapun lagi.”

Nijah menurut, tapi mana bisa dia makan dengan nikmat, sementara hatinya sedang kacau tak menentu?

Sesuap yang dimasukkan kemulutnya, sangat susah ditelannya. Ia meraih minumannya dan meneguknya.

Satria meneruskan makannya. Walau agak terganggu dengan kedatangan Ristia, tapi dia masih bisa menahannya, dan makan dengan lahap.

“Ayo Jah, habiskan.”

Sesuap dua suap memang masuk ke mulutnya, tapi kemudian Nijah meletakkan sendoknya di piring, dan meneguk minumannya sampai habis. Ia berharap bisa meredam kegelisahan yang melandanya.

“Habiskan Jah.”

“Saya sudah kenyang.”

“Aku suapin kamu.”

“Tidak, Tuan, sungguh saya sudah kenyang.”

Keduanya meninggalkan rumah makan dengan beriringan.

Di dalam mobil, Nijah diam membisu. Sesekali ia mengusap air matanya yang masih mengalir.

“Jangan menangis Jah, aku ikut sedih melihat kamu menangis.”

“Jangan sampai saya menjadi perusak rumah tangga. Itu tidak baik,” lirihnya.

“Kamu tidak merusak apapun. Anggap saja kamu berbuat baik untuk keluarga Sardono, dengan bersedia melahirkan keturunan bagi mereka.”

Nijah terdiam. Berbuat baik adalah keinginannya. Dulu, ibunya selalu menuturkan hal-hal baik yang harus dilakukan, agar mendapat balasan kebaikan juga dalam hidupnya. Tapi kebaikan yang satu ini, berbau kekejaman kepada sesama wanita. Haruskah dia menjalaninya?

“Kamu harus mengerti pada keinginan aku yang sesungguhnya. Memang benar, aku mencintai kamu, tapi ada keinginan lain di balik rasa itu, yaitu aku ingin kamu bisa melahirkan anak-anakku,” kata Satria, kali ini suaranya terdengar sangat memelas, membuat Nijah kemudian menoleh kepada tuan muda ganteng di sampingnya. Pedih rasanya melihat wajah sendu itu. Memang tak ada air mata mengalir di sana, tapi kesedihan itu tampak, dan membuatnya trenyuh.

Tapi menuruti kemauannya? Lalu terbayang olehnya wajah Ristia yang memerah tadi, entah karena marah, atau sangat terkejut, tapi hal itu membuatnya menjadi manusia paling jahat di dunia. Toh dia belum menyanggupinya, tapi duka yang akan dirasakannya sudah terbayang oleh angan-angannya.

“Nijah, aku ingin kamu mengendapkan pikiran kamu, sehingga kamu bisa berpikir lebih jernih,” laki-laki tampan itu bersuara.

***

Ristia menangis terisak di pelukan Andri. Wanita manapun tak ada yang suka dimadu. Walau dirinya mengatakan bahwa sanggup menjalaninya, dengan janji jahat akan menghabisi wanita madunya nanti, tapi bahwa wanita itu adalah Nijah, membuatnya terguncang. Nijah hanya seorang pembantu. Begitu sakit ketika menyadari bahwa suaminya membandingkannya dengan seorang pembantu.

“Mengapa kamu menangis?”

“Nijah itu pembantu di rumah aku,” isaknya.

“Memangnya kenapa kalau dia pembantu di rumah kamu?”

“Betapa menyakitkan ketika aku harus bersaing dengan pembantu itu. Lihat Ndri, apakah dia lebih cantik dari aku? Katakan Ndri.”

“Bagi aku, kamu lah wanita tercantik di dunia ini, dan itu sebabnya aku selalu mencintai kamu, dan tak ingin mencari istri selamanya.”

“Jangan bagi kamu. Secara umum saja.”

“Tapi kamu bertanya sama aku, jadi aku jawab sesuai apa yang ada di dalam hatiku.”

“Andri, betapa menyakitkan, maduku adalah pembantuku. Kenapa Ndri? Apa yang diperbuat perempuan itu sehingga bisa menarik hati suami aku? Apakah suami aku diguna-guna ya Ndri.”

“Ah, mana aku percaya sama yang namanya guna-guna. Tapi kamu tidak usah merisaukan hal itu.”

“Menurut kamu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku ingin sekali melenyapkan perempuan itu.”

“Bukankah dengan berada satu rumah dengan kamu, maka lebih mudah kamu melakukan rencana kamu itu?”

“Mudah bagaimana, maksudmu? Pasti gampang ketahuan lah, kalau aku melakukan sesuatu sama dia.”

“Kamu ini pintar, mengapa tidak bisa mencari akal agar semuanya berjalan baik?”

“Pikiran aku buntu Ndri, yang ada hanya kemarahan.”

“Redam dulu kemarahan kamu, tata hati kamu, lalu hadapi semuanya dengan tenang.”

“Bagaimana aku bisa melakukannya Ndri? Ada bara di dalam dadaku ini, ia sudah membakar aliran darah di tubuhku.”

“Itu sebabnya aku ingin kamu meredamnya. Lalu tenang, lalu bersikaplah baik. Bukan kepada suami kamu saja, tapi juga kepada Nijah. Kalau kamu berbaik-baik sama dia, tak akan ada yang mencurigai kamu saat kamu melakukan sesuatu untuk dia. Kamu mengerti?”

Ristia terdiam. Mencoba mencerna apa yang dikatakan Andri. Meredam kamarahannya, dan bersikap baik kepada Nijah, lalu apa ….

Andri mengatakan banyak hal, yang kemudian diterima Ristia dengan rasa mengerti. Terlihat kemudian Ristia mengangguk-angguk sambil tersenyum, walau masih ada sisa air mata disana.

 ***

 Begitu masuk ke dalam rumah, Nijah langsung menuju ke kamarnya, dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, menelungkup dan mencurahkan tangisnya di atas bantal.

Bibik yang baru saja selesai bersih-bersih dapur, memburu ke dalam kamar Nijah, lalu duduk di tepi ranjang.

Bibik melihat bahu Nijah bergerak-gerak, dan merasa yakin bahwa Nijah sedang menangis, walau suara tangisnya tak terdengar.

Bibik mengelus punggungnya.

“Jah, ada apa?”

Nijah tak menjawab, tapi mendengar suara bibik dan elusan tangan di punggungnya, ia segera bangkit, lalu menghambur ke dalam pelukannya.

“Ada apa Jah? Tuan muda menyakiti kamu?”

Nijah terisak di pelukan bibik, yang dianggapnya seperti orang tuanya sendiri.

“Apa yang terjadi? Tuan Satria menyakiti kamu?”

“Bik, katakan, apa yang harus aku lakukan?”

“Katakan, ada apa.”

Lalu Nijah menceritakan semuanya, menceritakan bahwa Satria ingin menjadikannya istri muda, dan sebelum dia menjawabnya, muncul Ristia yang seperti marah terhadapnya.

Bibik mengusap air mata Nijah dengan telapak tangannya.

“Aku sudah tahu tentang keinginan tuan Satria. Nyonya sudah mengatakan semuanya, tadi.”

Nijah terisak pelan, merasa sedikit lega ketika sudah menumpahkan semuanya kepada bibik.

“Jadi nyonya dan tuan sudah mengetahuinya, dan menyetujuinya,” lanjut bibik. Nijah tahu, karena Satria juga sudah mengatakannya. Tapi tentu saja dia tak yakin, Ristia akan menyukainya.

“Nyonya dan tuan ingin agar segera memiliki cucu. Kamu adalah pilihan terbaik tuan muda, jadi kedua orang tuanya juga menyetujuinya. Mereka yakin kamu gadis yang baik, tak peduli kamu datang dari mana,” lanjut bibik.

“Tapi aku tak bisa melakukannya Bik, aku tidak mau merusak rumah tangga orang.”

Nijah kemudian terdiam, karena bibik pun terdiam. Dia mengerti apa yang dirasakan Nijah. Nijah gadis yang baik, tak mungkin melakukan hal yang membuat orang lain terluka.

Mereka terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan bu Sardono masuk ke dalamnya.

Nijah mengusap air matanya.

“Kamu menangis Jah? Apa kamu menjadi sedih karena permintaan Satria? Apa sebenarnya kamu sudah punya pacar, atau seseorang yang kamu cintai?” tanya bu Sardono lembut, setelah duduk di sebuah kursi yang ada di dekat tempat tidurnya.

Nijah mengusap air matanya yang masih terus menetes.

“Kamu sudah punya pacar?”

Wajah Bowo terbayang di kepalanya. Laki-laki tampan yang baik hati, dan selalu menjaga serta memperhatikannya, yang berjanji akan menjemputnya saat sudah bekerja, tapi tidak membuatnya bersorak bahagia. Akan lebih banyak rintangan kalau Bowo menikahinya. Mana mungkin kedua orang tuanya akan suka. 

Lalu dia membandingkan dengan kedua orang majikannya, yang sangat menghargainya, bahkan tidak menganggapnya rendah walau dia hanya pembantu. Sebenarnya Nijah memilih yang terakhir itulah yang menjadi pilihannya, menjadi istri Satria yang sama-sama baik, dan kedua orang tuanya menyetujuinya. Tapi istrinya? Nijah merasa ngeri ketika mengingat wajah kemerahan dan mata menyala dari Ristia yang menatapnya saat di rumah makan.

“Kalau kamu sudah punya pacar, katakan saja. Kami tidak ingin memaksa.”

Nijah menggeleng pelan.

“Jadi kamu belum punya pacar?”

“Tidak punya, Nyonya.”

“Mengapa kamu menangis? Kamu menolak Satria?”

“Non Ristia tidak akan suka.”

“Satria sudah bicara dengan istrinya tentang hal itu. Jadi kamu tidak usah memikirkannya. Tolong Jah, Ristia tidak akan bisa punya anak, sedangkan kami ingin sekali segera bisa menimang cucu. Aku berharap kamu bisa menjadi ibu bagi cucu-cucu kami. Tolong kamu mengertilah, Nijah,” kata bu Sardono lembut.

Nijah menatap nyonya majikannya, dan melihat kesungguhan dalam ucapannya. Tapi ketika diingatnya wajah Ristia, Nijah segera menundukkan wajahnya.

“Non Ristia tidak akan suka,” katanya pelan.

“Aku akan bicara sama Ristia,” kata bu Sardono sambil berdiri, kemudian melangkah pergi setelah sebelumnya mengelus kepala Nijah. Hati Nijah tersentuh oleh kelembutan itu.

***

Satria sedang duduk termangu di atas sofa di kamarnya. Ia sudah menceritakan semuanya kepada ibunya. Satria sangat sedih karena merasa bahwa tak mungkin Nijah menerima lamarannya, melihat sikap Ristia saat di rumah makan tadi.

Satria kesal, karena sebelumnya Ristia sudah setuju dia menikah lagi. Memang sih, dia sebelumnya tidak mengatakan bahwa wanita itu adalah Nijah, tapi apa bedanya Nijah atau wanita lain?

Tiba-tiba pintu terbuka, dan Ristia masuk dengan mata sembab. Seperti biasa, begitu bertemu sang suami, dia segera menghambur ke pelukannya.

Satria menyambutnya kaku.

“Mas, maafkan aku tadi ya, aku hanya terkejut, bahwa wanita pilihan Mas adalah Nijah.”

“Mengapa kamu menangis?”

“Aku kan bilang, bahwa aku hanya terkejut. Tapi setelah aku pikir-pikir, sikapku tadi tidak benar. Aku sudah menyetujui Mas menikah lagi, dengan siapapun.”

“Walaupun itu Nijah?”

“Tentu saja Mas, aku bisa menerimanya. Kalau Nijah melahirkan nanti, aku juga akan ikut memiliki anaknya. Mengapa tidak?”

Satria mendorong tubuh Ristia yang tadinya masih merengkuhnya, lalu menatap wajah cantik yang masih tampak sembab itu.

“Benarkah kamu bisa menerimanya?”

“Tentu saja Mas, sesuai janjiku sejak awal Mas mengatakannya.”

Saria tersenyum. Ia mengelus kepala istrinya penuh rasa terima kasih.

Ristia pun tersenyum tulus. Apa yang ada di dalam hatinya, entahlah.

“Di mana Nijah?”

“Begitu datang, dia langsung masuk ke kamarnya."

”Aku akan menemuinya,” kata Ristia sambil tersenyum, lalu berdiri dan bergegas meninggalkan suaminya.

***

Besok lagi ya.

 

 

45 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. 💐🌹💐🌹💐🌹💐🌹💐🌹

      Saria tersenyum. Ia mengelus kepala istrinya penuh rasa terima kasih.

      Ristia pun tersenyum tulus. Apa yang ada di dalam hatinya, entahlah.

      “Di mana Nijah?”

      “Begitu datang, dia langsung masuk ke kamarnya."

      ”Aku akan menemuinya,” kata Ristia sambil tersenyum, lalu berdiri dan bergegas meninggalkan suaminya.

      Halah pura-pura setuju padahal sudah di doktrin Andri.......
      Bagaimana para pembaca ? Apa diulekna sambel wae ??

      💐🌹💐🌹💐🌹💐🌹💐🌹

      Delete
    2. 😂😂😂 .. Kakek Habi ternyata bs sewot juga nih..
      Sambelnya segera diulek utk Ristia krn niat jahatnya yaa...

      Delete
  2. Alhamdulillah, Horeee..
    Matur nuwun bu Tien BTH 18 sdh tayang 🫰🏻
    Smoga sehat wal afiat slalu 🤲🏻

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah, suwun episode 18 sudah tayang, sehat² inggih mbakyuku sayang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ...terimakasih Bunda

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah....
    Terima kasih bu Tien BeTeHa episode 18 sdh ditayangkan gasik. Lagi-2 akung Latief Sragentina sing paling buanter mblayune. Mmmm
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  6. Maturnuwun.waduh jadi puanjang BTH semoga Nijah tetap semangat seperti Bunda Tien yg selalu sehat wal afiat

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun mbak Tien..sehat selalu..🙏🌹

    ReplyDelete
  8. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏

    Salam Sehat Selalu kagem bunda..🥰

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Terima kasih bu Tien ... BTH 18 sdh hadir ... asiiik ... mau baca dulu ... Smg bu Tien & kelrg bahagia n sehat selalu .

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Yg ditunggu sdh tayang...
    Semoga bunda sehat selalu..
    Aamiin.. 🙏🙏❤️🌹

    ReplyDelete

  13. Alhamdulillah BUNGA TAMAN HATIKU~18 sudah hadir, terima kasih bu Tien, semoga bu Tien tetap sehat dan tetap berkarya.
    Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰
    Dengan kesibukan bu Tien tetap menayangkan diawal waktu luar biasa , subhaanallaah , jazaakillaahu khairan

    Mantul & @duhaaai
    Tetap bersabar tunggu kelanjutanya
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah...
    BTHk 18 sdh hadir
    Maturnuwun bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  17. Oh tidak.....!!! 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    ReplyDelete
  18. Mulai lah Ristia jadi artis;
    Pura pura senang berteman, pergi pergi tapi kadang gemesnya kumat kepingin nguyel uyel Nijah.
    Adakah sedikit rasa curiga, atau nggak.
    Sepertinya masih ada ketakutan, serumah lagi.
    Proyeknya nanti kalau sudah ada tanda-tanda; baru berjalan.
    Mudah mudah mudahan selamat itu janin, yang berusaha dibuat cacat, karena effect obat, gila tuh anak.
    Nijah polos lagi, duh.
    Sangat keji. Kalau beneran Nijah dikerjain mbok tuwå.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Bunga taman hatiku yang ke delapan belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah.. bisa menikmati karya bunda Tien yang selalu aduhai... Terimakasih, salam sehat selalu..

    ReplyDelete
  20. Makasih bunda tayangannya sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Benar juga Nijah, kalau pilih Bowo belum tentu ortu Bowo setuju. Jadi tampaknya mau juga dengan Satria. Dan disinilah pusat cerita berlanjut.
    Yang penting pasti sing sapa salah bakal seleh.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah....BTH 18 Sampun tayang, sugeng ndalu sugeng rehat salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Tidak sanggup membayangkan penderitaan Nijah klo sampai 'dijahatin' sama Ristia...
    😩😩😩😩
    Takuuuttt.....
    Pasti nanti episode-episode itu perasaan kayak naik rollercoaster setelah bacanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Diulekeun karedok leunca jeng Komariah cengekna setengah kilosaja, tomat, terasi.
      Kalausdh

      Delete
    2. Ajak makan bareng, trus colekin sambalna ka bibirna.....

      Delete
  24. Alhamdulillah BTH 18 sudah tayang, terimakasih bu Tien, selamat malam salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    BTH 18 sdh lanjut
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  26. Kasian Bowo...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  27. Hamdallah BTH ke18 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.

    Hai Nijah...tenangkan hatimu ya, jernihkan pikiranmu. Hidupmu akan Bahagia, apabila kamu nikah dengan Satria.
    Tak usah mirikin Ristia, dia akan berniat jahat padamu.
    Waspada ya Nijah..😁😁

    Salam Aduhai dan Salam Merdeka dari Jatinegara - Jkt

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah BTH-18 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  29. Apa yg akan terjadi dg nasib Nijah? Semoga Nijah terhindar dari nasib buruk karena ulah Ristia. Terimakasih Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah matursuwun Bu Tien
    Salam sehat dan bahagia selalu ،😍

    ReplyDelete
  31. Jangan sampai Nijah jadi korban kejahatan Ristia.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu aduhai.

    ReplyDelete
  32. Nijah, kamu akan dimangsa, tetapi dg kelembutan hatimu, moga2 kamu dpt terhindar dari segala bencana.
    Ristia, orang lain dpt memberikan pendapat/saran, tapi kamu yg akan memberi keputusan dan menjln kannya, krn itu hati2 lah, jangan sesal di kemudian hr.
    Sampai jumpa nanti malam, dg episode yg lebih seru.

    ReplyDelete

SURAT KEPADA KAWAN

  SURAT KEPADA KAWAN. (Tien Kumalasari)   Kawan, SEPENGGAL KISAHku, sudah aku ungkapkan SAAT HATI BICARA. Juga saat SEKEPING CINTA MENUNGGU ...