Tuesday, August 29, 2023

BUNGA TAMAN HATIKU 19

 BUNGA TAMAN HATIKU  19

(Tien Kumalasari)

 

Ketika Ristia mau pergi menemui Nijah, dilihatnya bibik keluar dari kamar itu. Wajahnya tampak lebih tenang, karena Nijah sudah tidak segelisah semula.

“Bik, Nijah ada di dalam?”

"Non Ristia mau ngapain? Saya mohon jangan mengganggunya ya Non,” pinta bibik yang khawatir Ristia akan menyakitinya.

“Bibik itu ngomong apa sih? Aku ingin menghibur Nijah, barangkali dia takut sama aku, padahal aku nggak ngapa-ngapain. Aku akan menganggap Nijah adalah saudara aku.”

Bibik menatap tak percaya, tapi ia melihat senyum Ristia seperti orang yang tulus mengatakannya. Ia menyingkir dari tengah pintu, ketika Ristia mendorongnya pelan. Ketika Ristia masuk ke dalam kamar Nijah, bibik tak beranjak dari depan pintu. Kupingnya harus mendengar, Ristia mengatakan apa. Kalau Nijah disakiti, bibik tak akan segan membelanya. Tapi yang terdengar adalah sapa Ristia yang sangat ramah.

“Nijah, kamu kenapa?”

Suara itu begitu manis, lalu bibik meninggalkannya, melanjutkan pekerjaannya di dapur.

Nijah yang semula terkejut melihat kedatangan Ristia, kemudian merasa lega mendengar suara merdu dan ramah yang menyapanya. Ia mengangkat wajahnya, lalu mengusap sisa air matanya.

“Kamu menangis? Kenapa? Apa kamu merasa tersakiti ketika bertemu aku di rumah makan itu? Ya ampun Jah, aku minta maaf. Saat itu aku hanya terkejut, tapi aku bisa menerima semuanya kok.”

Nijah menatap tajam Ristia, seakan tak percaya apa yang diucapkannya.

“Kamu tidak percaya? Aku sudah mengatakan pada mas Satria bahwa aku bersedia menerima kamu sebagai maduku.”

Nijah tercengang dan lebih tercengang lagi ketika Ristia tiba-tiba memeluknya.

“Nijah, kamu gadis yang baik, mas Satria sangat mencintai kamu. Aku bahagia, melihat dia juga bahagia. Kita akan hidup berdampingan bersama. Aku akan banyak belajar dari kamu karena mas Satria selalu memuji-muji kamu.”

“Non … “

“Katakan sesuatu, dan semua perasaan kamu, kita akan bersahabat sejak detik ini.”

“Saya belum berani menerimanya. Saya hanya orang kampung yang bodoh. Tidak sepadan dengan keluarga ini,” katanya lirih.

“Nijah, mas Satria bukan orang sembarangan. Dia tak akan memilih kalau memang kamu bukan orang yang pantas dipilih. Ayolah Jah, jangan meragukan apapun. Biarkan mas Satria menikahi kamu.”

“Non … apakah tidak sakit … mendapatkan seorang madu? Dan madu itu adalah orang kampung miskin yang tidak berpendidikan.”

“Sakit? Tidak Nijah, aku tidak merasa sakit. Aku mengerti kekuranganku, dan aku yakin, kalau kelak kamu melahirkan anak-anak yang lucu, mereka juga akan menjadi anak-anakku.”

Nijah menitikkan lagi air matanya. Ada haru yang menyesak dadanya. Siapa sih yang tidak mau memiliki suami seganteng tuan mudanya? Tapi dia kan harus tahu diri, dan tak pernah memimpikannya. Tapi sekarang, istri sang tuan muda itu bahkan mendorong dan mendukungnya. Bersikap sangat baik dan bersahabat. Adakah ketenangan yang melebihi ketika memiliki sahabat yang sangat dekat?

Nijah menimbang-nimbang sebelum akhirnya menjawab.

“Beri saya waktu, Non.”

“Apakah kamu ragu-ragu? Walaupun aku sudah meyakinkan kamu bahwa kita akan menjadi sahabat, bahkan saudara? Mas Satria akan bahagia kalau kamu bisa menerimanya. Terimalah Nijah, kita akan menikmati kebahagiaan itu bersama-sama.”

Nijah tersedu ketika Ristia kembali memeluknya, kali ini lebih erat.

***

Malam itu seperti biasa Bowo menelponnya. Tapi Nijah tak berani mengucapkan apapun tentang Satria yang akan menjadikannya istri. Bowo masih bersikap hangat, dan mengumandangkan kidung-kidung cinta yang Nijah selalu menanggapinya dengan gurauan, yang terkadang membuat Bowo merasa kesal. Nijah memang tidak pernah menerimanya sebagai sesuatu yang serius. Ada jurang menganga diantara mereka, yang belum tentu bisa dilompatinya. Sedangkan kali ini, tak ada jurang apapun yang membuatnya ragu. Apakah Nijah salah memilih? Nijah merasa sudah mempertimbangkannya masak-masak, bersedia melayani keinginan Satria, yang sebagian besar berisi rasa untuk membalas budi keluarga Sardono yang telah bersikap sangat baik kepada dirinya. Membalas budi dengan melahirkan anak-anak bagi Satria, yang sangat didambakan oleh keluarga Sardono.

Sejak hari itu, keluarga Sardono membuatkan sebuah kamar baru yang berhadapan dengan kamar yang dipergunakan oleh Satria dan Ristia. Sama besar dan dilengkapi perabotan mewah yang tidak berbeda. Nijah sudah melarangnya, tapi mana mungkin keluarga Sardono mau menghentikannya? Mereka sangat bahagia dan berharap agar mimpi-mimpi mereka tentang seorang cucu akan menjadi nyata.

***

Ristia tak pernah lagi bepergian sejak pembicaraannya dengan Nijah. Hanya kadang-kadang saja dia pergi, dan belum tentu dilakukannya dalam sekali seminggu. Ia asyik belajar memasak bersama Nijah dan bibik, mengatur meja, melayani suami dengan baik. Bahkan tak segan dia menyapu serta mengepel lantai.

Bu Sardono sangat senang melihat perubahan Ristia, dan merasa yakin bahwa keluarga itu akan lengkap dengan kehadiran Nijah sebagai menantunya.

Dua bulan persiapan, sepertinya semuanya sudah tertata sempurna. Satria juga sudah merasa tak sabar menunggu. Hari-hari yang dilaluinya selalu dipergunakan untuk menggoda Nijah, yang sekarang tak pernah menolaknya. Nijah bahkan sangat bahagia setiap kali Satria menatapnya dengan mesra, walau selalu diterimanya dengan menundukkan kepala, sambil menenangkan debar jantungnya.

“Aku tak sabar lagi,” bisiknya di telinga Nijah ketika Nijah melayaninya makan.

Nijah menatap orang-orang yang ada disekeliling meja makan itu, yang sepertinya tak memperhatikan ulah Satria. Bahkan Ristia membiarkannya.

Nijah segera menjauh dan duduk di kursi yang agak jauh dari Satria, karena bu Sardono memintanya.

“Sayur ini, kenapa agak keasinan?” tiba-tiba pak Sardono nyeletuk.

Ristia mengangkat wajahnya, ia merasa, bahwa dialah yang membumbui sayur itu.

“Maaf Tuan, saya kurang cermat membumbui,” tiba-tiba kata Nijah, yang tak ingin keluarga itu menyalahkan Ristia yang sudah sangat baik kepada dirinya.

“Ini masakan kamu Jah?” tanya pak Sardono heran.

“Ya, Tuan,” kata Nijah sambil mengangguk.

“Tumben kamu masak keasinan.”

“Bukan Pa, sebenarnya Ristia yang membumbui,” tiba-tiba Ristia nyeletuk. Ia harus kelihatan baik di mata keluarga mertuanya, sehingga ia harus mengakui kesalahannya.

“Non?” Nijah menatap Ristia.

“Mengapa kamu mengakuinya sebagai masakan kamu? Bukankah itu aku yang memasak?”

Nijah terdiam.

“Papa mohon maklum, Ristia memang baru belajar. Nanti Ristia akan lebih memperhatikan rasa di setiap Ristia memasak,” kata Ristia malu-malu.

“Ya sudah, tidak apa-apa, lain kali belajar lebih cermat, karena tangan terampil akan menciptakan masakan yang lebih lezat,” kata bu Sardono.

“Baik, Mama,” jawab Ristia sambil tersenyum, tapi ia mengumpat dalam hati. Sesungguhnya memang dia terpaksa melakukan semuanya. Tapi Andri selalu memberinya semangat agar dia sabar menjalaninya.

***

“Ristia, kalau kamu ingin bisa melakukan sesuatu dengan mulus, jalani semuanya dengan sabar,” kata Andri setiap kali Ristia menemuinya sambil mengeluh.

“Aduh Ndri, gerah rasanya berpura-pura terus, ingin rasanya semua segera berakir dan Nijah lenyap dari depan mataku.”

“Kamu tuh kalau dibilangin selalu saja begitu. Dengar ya, kalau kamu tidak sabar, lalu sedikit saja melakukan sesuatu yang membuat mereka curiga, maka akan hancurlah semuanya, dan kamu akan tetap menjadi istri yang diacuhkan, karena menurut mereka, Nijah adalah istri terbaik.”

“Kapan aku bisa melakukannya Ndri, sudah dua bulan lebih aku bersandiwara.”

“Sebentar lagi, saat mereka menyiapkan pernikahan.”

“Mereka sedang bersiap-siap. Ada kamar bagus, indah, mewah, yang disiapkan untuk kamar Nijah. Betapa sakit membayangkan suami aku tidur bersama pembantu itu. Kamu tahu tidak, aku ingin segera mengkoyak-koyak kebahagiaan mereka.”

“Sabar sedikit lagi, kalau tidak, kamu justru akan dicampakkan. Tapi sebenarnya aku suka kalau kamu dicampakkan. Kamu bisa datang ke aku, lalu aku akan menikahi kamu.”

“Huhh, itu saja yang kamu katakan. Aku sudah bilang kan, kita berteman saja?”

“Baiklah, aku juga sudah menganggapnya begitu. Dan itu pula sebabnya, mengapa aku selalu membantumu, dan ingin membuat kamu bahagia.

 “Terima kasih ya Ndri,” kata Ristia sambil memeluk Andri, dan itu sudah cukup bagi Andri.

Ristia pulang setelah puas berbincang, dan merencanakan dengan matang, apa yang akan mereka lakukan.

“Aku pasti akan membuatnya sakit dan tersiksa,” desis kejam meluncur dari mulutnya sebelum dia pergi meninggalkan Andri.

***

Begitu sampai di rumah, Ristia segera menuju dapur, mendekati Nijah yang sedang mengaduk sayur.

“Nijah, maaf ya, aku pergi sejak pagi. Banyak kegiatan yang aku tinggalkan karena ingin belajar dari kamu.”

“Tidak apa-apa Non, lakukan saja seperti biasa. Saya biasa melakukannya bersama bibik.”

“Tapi aku kan ingin banyak belajar Jah, supaya bisa menjadi istri yang baik seperti kamu.”

“Non sudah banyak belajar, nanti juga akan menjadi pintar.”

“Kamu bisa saja. Ya sudah, aku mau mandi dulu, gerah, diluar udara sangat panas.”

“Kalau dari luar yang hawanya sangat panas, jangan langsung mandi, Non, istirahat dulu barang sejam. Kata orang, itu tidak baik untuk kesehatan.”

“Kamu pintar Jah, ia benar, aku istirahat dulu di kamar.”

Sebelum memasuki kamar, Ristia mendengar bu Sardono masuk ke dapur.

“Nijah, kamar kamu sudah jadi, kamu bisa tidur di sana.”

Ristia melangkah menaiki tangga, sambil mencibir.

“Tidak, Nyonya, biarkan saya tidur di kamar seperti biasa.”

“Dasar orang kampung. Tidur di kasur empuk, bagaimana kalau tergelincir dan jatuh?” umpat Ristia sambil masuk ke kamarnya.

“Baiklah, tapi besok kalau kamu sudah resmi menjadi istri Satria, kamu tidak boleh lagi tidur di kamar itu,” kata bu Sardono sambil menunjuk ke arah kamar tempat Nijah tidur setiap malam.

Nijah hanya tersenyum tersipu, kemudian mengentas sayur yang sudah matang dari atas kompor.

“Bik, ini tempenya aku ambil satu ya,” kata bu Sardono sambil mencomot tempe goreng yang sudah ditata di atas basi.

“Iya Nyonya, saya menggoreng banyak, karena tuan dan Nyonya menyukainya.”

“Enak dimakan begini saja, masih hangat.”

“Dengan cabe rawit, Nyonya,” kata bibik sambil meletakkan sepiring kecil cabe rawit yang sudah dicuci.

“Iya, wah bisa habis sepiring ini nanti Bik.”

“Saya masih menyisakan yang masih mentah, tapi sudah dibumbui, nanti saat makan baru digoreng, biar nikmat.”

“Iya, kamu benar.”

Bu Sardono asyik makan beberapa potong tempe goreng.

“Bik, nanti kalau Nijah sudah menikah, apa kamu butuh teman untuk melakukan semua tugas kamu?”

“Nyonya, mengapa begitu? Saya akan tetap seperti sekarang ini, membantu bibik melakukan semua tugasnya,” kata Nijah tiba-tiba.

“Tapi kamu kan sudah menjadi nyonya, Jah.”

“Tidak ada yang berubah Bik, saya akan tetap begini.”

“Baiklah, kita lihat saja nanti. Rupanya Nijah memang lebih suka mengerjakan sesuatu, dari pada duduk manis dan dilayani,” kata bu Sardono sambil berdiri, kamudian meninggalkan dapur dengan tersenyum menatap calon menantunya.

“Bibik, apapun yang terjadi, tak akan ada yang berubah diantara kita,” kata Nijah sambil memeluk bibik dari belakang.

“Aku sudah tahu, kamu gadis yang baik. Semoga kamu bahagia dalam hidup kamu ya Jah.”

“Kita akan bahagia bersama Bik.”

Bibik memeluk Nijah dengan erat, sambil menitikkan air mata. Ia merasa telah menemukan seorang anak yang penuh kasih sayang, dan itu membuatnya bahagia.

***

Siang hari ketika saatnya makan siang, Ristia belum keluar dari kamarnya. Nijah yang sudah merasa akrab dengan Ristia, kemudian mengetuk pintunya dan kemudian masuk begitu saja, karena Ristia tidak menjawab. Rupanya Ristia tertidur diatas ranjang, masih dengan pakaian yang tadi dipakainya. Berarti dia belum jadi mandi seperti tadi dikatakannya.

Nijah mendekat perlahan. Ristia tampak nyenyak dalam tidurnya, agak ragu Nijah membangunkannya. Tapi nyonya majikannya sudah menunggu, jadi dia menyentuhnya perlahan.

“Non … “

Ristia bergerak, menggeliat.

“Saatnya makan siang Non, nyonya sudah menunggu.”

Ristia membuka matanya dan tampak terkejut.

“Nijah?”

“Iya Non, maaf saya bangunkan Non, karena nyonya sudah menunggu di ruang makan.”

“Oh, ya ampun, aku ketiduran, bahkan belum jadi mandi.”

“Tidak apa-apa Non, lebih baik makan dulu saja.”

“Baiklah, aku segera menyusul,” kata Ristia yang segera bangkit dari ranjangnya.

Ketika ia sampai di ruang makan, dilihatnya Satria juga sudah siap di kursinya. Memang akhir-akhir ini, sejak ketertarikannya pada Nijah, Satria lebih sering makan di rumah, bahagia dilayani calon istri dan juga istrinya, yang sudah berubah bersikap manis dan menyenangkan.

Bu Sardono juga bahagia, hari-harinya dipenuhi oleh kasih sayang diantara mereka, dan bahagia menunggu hari yang akan membuat lengkap keluarga itu, dengan menikahnya Satria dan Nijah.

Pak Sardono sudah mencari hari baik. Minggu depan adalah hari baik itu. Nijah berdebar menunggunya, dan rasa mengiris semakin dirasakan Ristia.

***

Pagi hari itu bibik keluar rumah untuk pergi ke pasar terdekat, karena ada kebutuhan dapur yang mendesak untuk melengkapi masakan siang hari itu. Nijah dan Ristia sedang menyiapkan semuanya, ketika bibik bergegas keluar.

Bibik sedang mencari becak supaya lebih cepat sampai ke pasar, ketika sebuah sepeda motor berhenti di dekatnya.

“Bibik?”

Bibik terkejut. Lupa-lupa ingat akan wajah tampan yang menyapanya, yang kemudian membuatnya berteriak ketika sadar siapa yang turun dari sepeda motornya.

“Mas Bowo?”

***

Besok lagi ya.

 

52 comments:

  1. πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚
    Alhamdulillah BTH 19
    telah tayang.
    Matur nuwun Bu Tien
    Sehat2 trs nggih Bu
    Salam Aduhai πŸ¦‹πŸ’
    πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚πŸƒπŸ‚

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. πŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉ

      Sandiwara sudah dimulai........
      Genderang perang sdh ditabuh.......

      Bibik sedang mencari becak supaya lebih cepat sampai ke pasar, ketika sebuah sepeda motor berhenti di dekatnya.

      “Bibik?”

      Bibik terkejut. Lupa-lupa ingat akan wajah tampan yang menyapanya, yang kemudian membuatnya berteriak ketika sadar siapa yang turun dari sepeda motornya.

      “Mas Bowo?”

      Waduh mas Bowo datang ...... Apa yang bakal terjadi???
      Padahal Seminggu lagi perhelatan 'Akad Nikah' majikan muda dengan Nijah........ Tambah pinisirin dech.......

      Bu Tien ngrerujit atiku lan hati semua pembaca.....
      Salam sehat dan tetap ADUHAI

      πŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉπŸ’πŸŒΉ

      Delete
  4. Iyeess..msi kalah sma kung Latief πŸ˜…πŸ˜…

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah.
    Terima kasih bu Tien sudah hadir.
    Aduh Nijah, semoga selalu dilindungi dari yg jahat πŸ™apapun itu yg terbaik untuk Nijah dan Ristia semoga dapat hidayah menjadi orang yang baik.... Tapi nanti kurang seru kalo gak ada yg antagonis🀭 sehat selalu bu Tien doakuπŸ™

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Nijah sang pembantu santun apakah akan kuat & tabah menerima niat jahat Periculas Ristia..hanya Bunda Tien sutradara hebat yg bisa membuat kita penasaran + gemesss.Maturnuwun 3X

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  10. NiJaaah....ati2, Ristia itu musang berbulu domba. Waspadalah!!!

    Matur nuwun Bunda Tien K 🫰🏻πŸ₯°πŸŒΉ Salam seroja dr Tegal

    ReplyDelete
  11. Duuh..Ristia..
    Madu ditangan kananmu,racun ditangan kirimu...πŸ˜‚πŸ˜‚

    Matur nuwun bunda Tien...πŸ™πŸ™
    Sehat selalu kagem bunda...🀲🀲

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Yg ditunggu sdh tayang...

    ReplyDelete
  13. Gimana dg perasaan Bowo, kalau tahu Nijah akan menikah dg Satria?
    Ruwet jalan hidup ini.
    Trims ibu Tien, yg sdh penulis cerita ini, selain menarik ceritanya juga berisikan nasihat2 yg berharga untuk kehidupan se hari2.
    Saya tunggu selanjutnya.
    Salam hangat dan bersahabat selalu.

    ReplyDelete
  14. Yes Bowie. .. Aku mah tim Bowo ajah.... Kembalikan Bunga Taman Hati ke pelukan mu... Okay?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tp... Nijah takut sm kelg Bowo yg jauh dari jangkauannya..

      Delete
  15. Alhamdulillah BTH-19 sdh hadir
    semakin seru dan penasaran ceritanya
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  16. Saya juga tim Bowo lah, supaya Satria tidak usah poligami.😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku mah ikut bu Tien saja, mau dibawa alur ceritanya.....
      Manut asal katut......

      Delete
  17. Penasaran apa yang akan dilakukan Ristia pada Nijah, semoga Nijah baik-baik saja. Terimakasih bunda Tien,salam sehat dan aduhai selalu...

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun bu Tien, semoga sehat selalj

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu πŸ€—πŸ₯°

    Aduhaiiii ,, Bgm ini Bowo datang apakah tdk galau Nijah ,, tambah rame nih ceritanya

    ReplyDelete
  20. Hallo mas Bowo, jangan terkejut ya, Nijah akan menikah dengan majikannya. Kalau tidak rela, boleh memantau dulu apakah ada sesuatu yang perlu dicurigai.
    Pak Biran seneng tentunya, punya besan kaya raya.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  21. Waduh... Mas Bowo datang. Jadi penasaran ini.....
    Matur nuwun, mbak Tien.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah bisa ikut membaca lebih awal...terima kasih Mbak Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah...
    Maturnuwun bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, matur nuwun. Sehat dan bahagia selalu bunda Tien ..

    ReplyDelete
  25. Apa yg akan terjadi ya...
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  26. Bagaimana perasaan Bowo ya, tahu Nijah mau menikah...

    ReplyDelete
  27. Berasa juga ya
    Sampai Bowo nyamperin ditempat kerja Nijah.
    Kenapa semalam ditelpon biasa biasa saja; bibik malah saking bahagianya, merasa mendapatkan 'anak' yang baik cantik lagi, ngomongin yang bakal dilakoni Nijah.
    Hancur harapan dan angannya, jelas kalah tΓ₯ yΓ₯ kok dibanding-bandingkΓ©, jelas kalah; musuh Abah Lala ..
    Aku iki sapa; kerja belum, kuliah belum selesai.
    Manten wurung, belum tentu ortu Bowo setuju; Nijah yang anak yatim piatu kerjaan art, lah ini; di rumah bos Sardono, semua suport sampai mbok tuwΓ₯ ikutan mendukung; nggak tau iklas apa tidak, sesekali Ristia mencurahkan kekesalan sama temen kuliah; pegiat kuliner yang sudah mapan, berlama-lama diprivat room bos kuliner.
    Segitu lalainya Satria nggak perhatian sama kegiatan luar si non yang overdosis, wuih nggaya pakΓ© istilah kΓ₯yΓ₯ gitu, emang kamu tukang obat ya.
    Tukang obat kan banyak istilah dosis dan musthi teliti jangan sampai takaran berlebih.
    Wow takkira merangkai kata-kata indah biar banyak menarik perhatian; tuh kaya Bowo nelpon sampai dianggap lucu menghibur, biarpun nggak dianggap sama Nijah. Crigiz..
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Bunga taman hatiku yang ke sembilan belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu Tien ... BTH sudah hadir ... Aduuh kasihan Nijah , smg sll dilindungi dari org jahat ... Gimana nih ada Bowo dtg , jadi penasaran ... hrs
    sabar nunggu besok lagi he he .... Smg bu Tien & keluarga happy n sehat selalu .

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    BeTeHa 19 udah tayang
    Mksh bunda Tien
    Sehat selalu doaku

    Nijah perlu waspada juga yah
    Ristia sptnya ga akan tulus pura2 aj baik ma Nijah

    Rencana jahatmu udah ada dlm sanubarimu
    Bgmn caramu supaya bisa mencelakai Nijah

    Tp krn Nijah anak yg baik polos jujur
    Pastinya selalu ada pertolongan untukmu Nijah

    Lanjutin aj sama Andri dari pada cuma nempel2 aj mending berlanjut aj
    Dan lebih pantas Andri aj yg mendampingimu

    Hadeeh ber andai2 aj
    Trus bgmn dgn Bowo yg dtg tiba2 dan jumpa sama bibik

    Yuuk kita tunggu bsk dgn sabar

    Dan ttp ADUHAI

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru. Tetap sehat njih Bu....

    ReplyDelete
  31. Kita harus menunggu action Bowo besok malam karena sekarang Bowo harus bobo dulu...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah...
    Matur nuwun Bu Tien BTH 19 sampun tayang

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah...
    Matursuwun bu Tien
    Salam sehat bahagia selalu

    ReplyDelete
  34. Hamdallah BTH ke 19 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.

    ... Layang layang yang ku sayang....hancur lebur berantakan, krn datang nya hujan .....🎼🎼

    Tuh perasaan nya Bowo, mendengar Nijah mau di nikah oleh Satria. Hati nya hancur berkeping keping bagai di sayat sayat oleh Sembilu.

    Melas timen ya nasibnya Bowo..😁😁

    Salam Aduhai Dan Salam Merdeka dari Jatinegara - Jkt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti ada gantinya pak...
      biasanya bu Tien hadirkan gadis pendatang baru utk Bowo.. 🀭🀭

      Delete
  35. Bowo datang bagaimana nasibnya ketika bertemu Nijah?
    Terimakasih Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...