Monday, May 29, 2023

SEBUAH PESAN 06

 SEBUAH PESAN  06

(Tien Kumalasari)

 

Raya dan Kamila mengayuh sepedanya, melupakan rasa haus yang semula menderanya. Rasa khawatir karena Damian pergi terlalu lama, membuatnya bingung dan gelisah.

“Jauhkah warung?”

“Nggak tahu aku, dia tadi bilang dekat.”

Mereka terus mengayuh, lalu melihat beberapa orang berkerumun di suatu tempat.

Hati keduanya tercekat. Ada apa di sana? Damian mengalami kecelakaan? Beribu pertanyaan memenuhi benak Raya dan Kamila yang semakin memacu laju sepedanya mendekati kerumunan tersebut.

Tapi hati mereka lega, ketika melihat Damian berdiri diantara orang-orang itu, dan tampak sedang menelpon.

“Damian!” Raya lebih dulu berteriak.

Damian menoleh. Tampaknya ia sudah selesai menelpon, lalu mendekati Raya yang sudah berhenti didekat tempat itu bersama Kamila.

“Non, maaf, saya harus berhenti karena harus menolong seseorang. Tapi saya sudah beli air mineral dalam botol, untuk Non berdua,” katanya sambil menyerahkan botol minuman ke arah Raya dan Kamila.

“Ada apa?”

“Seseorang terserempet mobil, dia kebetulan tetangga saya,” katanya sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang duduk di tepi jalan sambil menangis.

“Itu kan dia?” pekik Raya tiba-tiba.

“Kamu mengenalnya?” tanya Kamila heran.

“Tidak. Aku pernah melihat Damian memboncengkan dia.”

Damian tersenyum.

“Iya Non, benar. Rupanya dia juga sedang bersepeda bersama dua orang temannya, tapi karena jalannya terlampau ketengah, kemudian terserempet mobil,” terang Damian.

“Keadaannya bagaimana?”

“Tampaknya kakinya cedera, saya baru menelpon ambulans.”

“Mas Damiaaan,” terdengar gadis yang ternyata Sari itu merengek manja.

“Itu pacar kamu?” tanya Kamila sambil membuka tutup botolnya.

“Bukaaan,” Damian setengah berteriak.

Kamila meleletkan lidahnya.

“Kenceng banget teriaknya,” goda Raya.

“Memang bukan.”

“Mas Damiaaaan, sakit nih,” rengeknya lagi.

“Sabar sebentar, ambulans akan segera datang,” kata Damian sambil mendekat, hanya untuk bilang sabar, lalu kembali mendekati Raya dan Kamila.

“Maaf Non, nanti saya harus mengantarkan ke rumah sakit. Tidak apa-apa ya, Non pulang sendiri?”

“Iya, nggak apa-apa. Tapi sepeda kamu bagaimana? Apa kamu akan mengikuti ambulans dengan mengayuh sepeda?”

“Tidak, saya akan menitipkannya di warung itu. Saya sungguh minta maaf ya Non, kebetulan tetangga, jadi nggak enak kalau mendiamkannya saja.”

“Nggak apa-apa kok Dam, kami pulang berdua nggak apa-apa,” kata Kamila sambil menghabiskan minuman botolnya.

“Kamu hati-hati ya Dam,” pesan Raya.

“Ini, uang ganti untuk beli air mineral tadi,” kata Kamila sambil mengulurkan uang limapuluhan ribu.

“Tidak usah Non, nggak mahal, dan kebetulan saya juga butuh beli untuk diri sendiri,

Sementara itu ambulans sudah datang. Dengan dibantu salah satu orang yang ikut berkerumun, Damian menggotong Sari masuk ke dalam ambulans. Damian menitipkan sepeda bututnya dan juga sepeda Sari yang rusak, ke sebuah rumah yang ada di tempat itu, kemudian ikut masuk ke dalam ambulans.

Kamila mengajak Raya untuk segera kembali ke rumah.

“Raya, heiii … kok bengong, kayak sapi ompong. Ayo pulang.”

“Iya, kenapa juga, aku melamun ini tadi,” kata Raya sambil menaiki sepedanya, lalu mengikuti kakaknya yang sudah  mendahuluinya.

***

Damian duduk termangu di ruang tunggu. Agak heran, kenapa Sari yang katanya akan menghadiri undangan ke luar kota, kok malah bersepeda dengan teman-temannya.

Agak lama dia menunggu, sampai kemudian perawat memanggilnya.

“Mas keluarganya nona Sari?”

Damian mengangguk mengiyakan.

“Dia hanya menderita luka luar, tidak apa-apa, jadi setelah ditangani lukanya, dia boleh pulang.”

“Oh, baiklah, terima kasih.”

“Ini beaya yang harus dibayarkan,” kata perawat sambil mengulurkan sebuah nota.

Damian menerimanya, membaca angkanya.

Seratus empatpuluh lima ribu. Untuk perawatan dan obat. Damian merogoh sakunya, membuka dompetnya. Untunglah masih ada uang seratus lima puluh di dalam dompet itu. Damian segera bergegas ke kasir untuk membayarnya.

Sekembalinya dari kasir, Damian melihat Sari berjalan terpincang-pincang. Senyumnya merekah, melihat Damian masih menungguinya.

“Mas, ternyata aku tidak membawa uang, hanya di saku celanaku ini, limapuluh ribu rupiah, cukup nggak ya?” katanya sambil merogoh uang ke dalam saku celananya.

“Sudah aku bayar. Uangmu itu nanti buat bayar taksi saja. Kita tidak membawa kendaraan apapun.”

“Ya sudah, nanti aku minta sama ibu untuk mengganti uang kamu. Berapa habisnya?”

“Ini bukti pembayarannya,” kata Damian sambil mengulurkan kwitansi pembayaran yang baru diselesaikannya.

“Nanti biar ibu menukarnya.”

“Tidak usah saja,” jawab Damian, yang sebenarnya butuh uang itu untuk pegangan, dan untuk membelikan ayahnya makan setiap harinya.

“Jangan begitu, kasihan kalau kamu yang membayarnya.

Damian diam, kemudian dia menelpon taksi.

“Duduklah dulu, sambil menunggu taksi."

“Baiklah, tapi tolong bantu aku berjalan, kakiku sakit sekali,” rengek Sari.

Mau tak mau Damian mendekat, dan membiarkan Sari bergayut di lengannya. Damian merasa Sari sengaja melakukannya, karena kalau kakinya yang sakit, sebenarnya ia tak perlu menempelkan kepala di dadanya. Tapi Damian menahan rasa tidak enak itu, mengingat Sari baru saja mengalami kecelakaan.

“Bukannya kamu mau pergi ke kondangan?”

“Karena Mas Damian tidak mau mengantar, aku nggak jadi datang. Kata ibu, aku bisa menitipkan kado melalui salah satu temanku. Kemudian aku memilih bersepeda bersama teman yang lain. Nggak nyangka ketemu mas Damian. Katanya ada tugas penting?” protes Sari.

"T⁸ugasnya mengantar kedua nona majikan aku.”

“Mengantar ke mana?”

“Bersepeda bersama.”

“Ya ampun, hanya tugas seperti itu, kamu menolak menemani aku.”

“Biarpun hanya bersepeda, yang meminta kan anak majikan, masa aku tiba-tiba bilang tidak bisa?” jawab Damian kesal, karena Sari tak mau mengerti.

“Mereka yang dua orang itu tadi?”

“Iya.”

“Cantik-cantik.”

Damian mengiyakan, tapi tak mengucapkannya sebagai jawaban.

“Taksinya lama, tapi aku malah senang. Bisa berlama-lama sama mas Damian.”

Damian mengerutkan keningnya. Tampak bahwa Sari selalu menampakkan rasa suka sama dirinya. Damian tak menanggapi.

“Dua hari lagi aku harus kontrol. Maukah menemani?”

“Apa? Aku mana bisa menemani? Aku kan harus kerja.”

“Ijin, masa nggak boleh.”

“Bukannya tidak boleh, tapi sungkan memintanya. Orang bekerja itu, harus mengerti mana yang harus lebih diutamakan.”

“Maksudnya mengantar teman sakit, bukan hal yang utama?”

“Maaf Sari, luka kamu kan tidak parah, kamu bisa sendiri, kan?”

Sari merengut, tapi Damian membiarkannya. Agak kesal karena Sari seperti selalu ingin memaksakan kehendak.

“Itu taksinya datang,” kata Damian sambil berdiri. Ia berjalan mendahului, tapi Sari meneriakinya.

“Maaas, bantu aku berjalan.”

Damian berbalik mendekati Sari, dan lagi-lagi Sari bergayut erat di lengannya. Padahal tadi bisa keluar sendiri dari ruang UGD.

Keduanya berjalan pelan, Damian membukakan pintu belakang taksi, lalu menutupnya, sedangkan dia sendiri kemudian duduk di samping kemudi.

“Maas, kok duduk di situ, aku sendirian dong.”

Damian tak menjawab, ia malah berpesan kepada pengemudi taksi untuk menuju ke tempat di mana dia menitipkan sepeda. Pengemudi taksi mengangguk, lalu menjalankan taksinya.

“Kenapa tidak langsung ke rumah?” lagi-lagi Sari memprotes.

“Aku harus mengambil sepeda aku, sekaligus sepeda kamu, yang nanti akan aku bawa ke bengkel. Jadi nanti setelah aku turun, kamu pulang sendiri saja.”

“Ya ampuun,” Sari mengeluh, tapi kemudian Damian mendiamkannya, sampai ia diturunkan di tempat dia menitipkan sepedanya.

“Sudah Mas, tinggalkan saja saya, antarkan dia sampai ke rumahnya,” perintahnya kepada sang pengemudi.

***

 Kamila dan Raya sudah sampai di rumah, langsung menyerbu ke dapur, meminta bibik untuk menyiapkan sarapan.

“Bibiiik …. lapeerrr,” rengek Raya.

“Iya Bik, sarapan dong,” sambung Kamila.

“Lhoh, katanya mau sarapan di jalan, nyari nasi tumpang atau nasi gudeg?”

“Nggak jadi, langsung pulang saja.”

“Damian ada juga? Biar bibik juga menyiapkan sarapan untuk dia.”

“Damian nggak ikut. Ayo Bik, aku tunggu di ruang makan ya.”

Keduanya membersihkan diri, lalu beranjak ke ruang makan.

“Tadi kan sama Damian?” kata bibik sambil menyiapkan nasi dengan lauk pecel dan telur ceplok.

“Damian mengantarkan pacarnya yang kecelakaan,” kata Raya sambil membalikkan piring dan segera menyendok nasinya.

“Pacar? Damian sudah punya pacar?”

Raya mengangkat bahu, sambil menyendok telur ceploknya.

“Ngawur kamu, kan tadi sudah bilang kalau gadis itu tetangganya.”

Raya meleletkan lidahnya.

“Setahu bibik, Damian belum punya pacar,” kata Bibik sambil membuka kulkas dan menuangkan jus jeruk kepada ke dua nona majikannya.

“Dari mana Bibik tahu?”

“Bibik kan pernah nanya sama dia.”

“Masa punya pacar harus bilang-bilang. Pasti ngomongnya tidak dong,” kata Raya.

“Raya tuh aneh, kalau dia punya pacar, hari Minggu pasti main sama pacarnya, bukannya ikut bersama kita.”

“Iya Non. Sekarang bibik tinggal ke dapur ya?”

“Masak apa hari ini Bik?”

“Hanya masak soto daging, nyonya bilang, nanti sore mau makan di luar sekeluarga,” kata bik Sarti sambil berlalu.

“Oh iya, bapak mengajak jalan-jalan nanti sore,” kata Kamila.

“Sebenarnya aku sedang ingin di rumah saja,”

“Kenapa kamu ini, kalau kamu nggak ikut, bapak bisa marah dong.”

“Iya aku ikut, aku kan hanya bilang bahwa ‘sebenarnya aku ingin di rumah saja’."

“Tiba-tiba kamu seperti orang tak bersemangat sih. Ada apa?”

“Nggak tahu nih, kecapekan barangkali.”

“Habis ini mandi, lalu tidur. Mumpung hari Minggu.”

“Mbak Mila mau ke mana?”

“Nggak ke mana-mana. Tadinya kalau mas Abi masih di sini, rencananya mau jalan-jalan juga. Tapi ternyata tiba-tiba saja dia pergi.”

“Sedih ya, hari Minggu nggak ada pacar?”

“Sedih sih enggak. Cuma kecewa saja, karena rencana yang sudah dibuat jadi buyar.”

“Sabar ya Mbak. Kalau urusannya sudah selesai pasti dia datang deh.”

”Iya, semoga saja.”

“Aku mau mandi dulu,” kata Raya sambil beranjak ke kamarnya. Tapi sambil berjalan itu, entah mengapa hatinya sangat kesal, kalau teringat gadis yang kecelakaan tadi, memanggil Damian sambil merengek-rengek.

“Manja amat, masa bukan siapa-siapanya? Sebel saja mendengarnya,” gumamnya sambil menutup pintu kamarnya, tanpa sadar, mengapa dia harus sebel mendengar rengekan Sari?

***

Sore hari ketika bu Mijan pulang, terkejut melihat kaki kanan Sari diperban sampai ke lutut.

“Kenapa kamu?” tanyanya sambil duduk di dekat anaknya.

“Jatuh.”

“Kok bisa jatuh?”

“Terserempet mobil.” 

“Apa? Bagaimana bisa terserempet mobil? Kamu tadi nggak jadi ke kondangan? Atau terserempet ketika mau berangkat kondangan?”

“Sari kan tidak jadi pergi. Kata Ibu, suruh dititipkan saja sama teman, kalau mau kirim kado. Ya sudah, Sari titipin, lalu Sari sepedaan bersama teman yang lain.”

“Terus bagaimana kok bisa terserempet, kamu jalan terlampau ketengah, kan?”

“Ya tidak sebenarnya. Lagian hanya stang yang terserempet, tapi Sari kemudian terjatuh, kaki dari lutut sampai mata kaki luka, yang dekat lutut sempat dijahit.”

“Parah.”

“Untungnya ketemu mas Damian.”

“Katanya Damian sedang ada tugas dari majikan.”

“Tugas apa? Ibu tahu? Tugas mengantar anak majikan, bersepeda juga.”

“Ya ampun. Lalu luka kamu, siapa yang membawa ke rumah sakit.”

“Mas Damian lah, dia mana tega membiarkan Sari terluka. Dia malah yang memanggilkan ambulan, karena kaki Sari berdarah-darah.

“Kamu itu lain kali hati-hati, sampai luka seperti itu, pasti sakit sekali.”

“Sakit lah Bu, untungnya ada mas Damian.”

“Dari tadi Damian … Damian … terus. Memangnya kalau nggak ada dia apa kamu nggak bisa ke rumah sakit sendiri? Apa orang lain juga akan membiarkan kamu terluka di pinggir jalan?”

“Ibu kok sepertinya nggak suka sama mas Damian? Dia salah apa, coba?”

“Damian itu memang nggak salah apa-apa, kamu itu yang salah.:

“Kok Sari yang salah sih Bu?”

”Ibu itu tahu, kamu suka sama Damian, tapi ibu tidak suka, tahu?”

“Memangnya kenapa?”

“Dia itu memang ganteng, baik hati, tapi yang ibu tidak ingin menjadikan dia menantu, adalah karena dia hanya tukang kebun. Gaji tukang kebun itu berapa coba? Apalagi dia juga harus merawat ayahnya, yang sakit-sakitan. Lalu istrinya mau dikasih makan apa? Cari laki-laki kaya. Atau paling tidak yang bisa mencukupi semua kebutuhan kamu.”

“Ibu, kalau kami kekurangan, nanti Sari juga mau ikut bekerja, supaya hidup kami berkecukupan.”

“Omong kosong apa? Orang berumah tangga itu, jangan mengandalkan penghasilan istri. Yang harus mencukupi itu suami, bukan istri. Dengar Sari, tetangga pasar, di mana ibu berjualan, adalah seorang tukang penjual tahu. Dia masih perjaka, tekun mencari uang, sudah punya rumah sendiri, punya motor bagus yang dipergunakannya setiap berjualan.”

“Lalu kenapa dengan penjual tahu itu?”

“Akan ibu jodohkan sama kamu.”

“APA?”

***

Besok lagi ya.

 

 

39 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku SP tayang

    ReplyDelete
  2. πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•
    Alhamdulillah SP 06
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    Salam Aduhai πŸŒΉπŸ¦‹
    πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•πŸ’πŸ’•

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah pada siap semua didepan gawang, karena tayangnya agak lebih mundur dari biasanya....gara-2 mikirin ulah PLAGIATOR,(Dinda Tirani) yang membajak Sekeping Cinta Menunggu Purnama.

    Yuk teman-teman, kita beri pelajaran yang bersangkutan.

    http://karyakarsa.com/tiranidinda/sekeping-cinta-menunggu-purnama-1
    Ayo serbuuuuuu.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. KUMPULAN CERBUNG DARI BUNDA TIEN KUMALASARI

      DARI PERTAMA SAMPAI SAAT INI

      🍁🍁🍁☘️☘️☘️πŸ’πŸ’πŸ’

      1. SEPENGGAL KISAH, 1 - 151 eps : 20 Nop'18 - 30 Januari'19;

      2. SAATNYA HATI BICARA, 1 - 53 eps : 21 Mei -16 Juli'19;

      3. SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA, 1 - 59 eps: 19 Juli -13 Sept '19;

      4. DALAM BENING MATAMU, 1 - 90 eps: 16 Sept' 19 - 19 Jan'20;

      5. LASTRI, 1 - 37 eps : 20 Jan - 28 Peb'20;

      6. SETANGKAI MAWAR BUAT IBU, 1 – 41 eps : 2 Mar- 16 April ' 20;

      7.Kembang Titipan 1 - 31 eps : 18 Apr - 19 Mei'20;

      8. LESTARI PUNYA MIMPI, 1 - 30 eps : 21 Mei - 24 Juni'20;

      9. CINTAKU ADA DI ANTARA MEGA, 1 - 34 eps : 25 Jun - 30 July '20;

      10. BUAH HATIKU, 1 - 31 eps: 1 Agst - 3 Sept '20;

      11. BAGAI REMBULAN, 1 - 36 eps : 5 Sept - 19 Okt '20;

      12. MASIH ADA YANG TERSISA, 1 - 38 eps : 20 Okt - 21 Nop'20;

      13. SEPENGGAL PERJALANANKU, 01 eps : 22 Nop. 2020;

      14. SANG PUTERI, 1 - 50 eps : 23 Nop - 16 Jan'21;

      15. SEPENGGAL PERJALANANKU, 02 eps : 17 Jan 2021;

      16. AYNA, 1 - 44 eps : 18 Jan- 9 Mar 21;

      17. JANGAN BAWA CINTAKU, 1 - 47 eps : 11 Maret - 7 Mei 2021;

      18. MENGAIS CINTA YANG TERSERAK, 1 - 48 eps : 11 Mei - 10 Agustus 2021;

      19. ROTI CINTA, 1 - 52 eps : 12 Agust - 14 Okt.2021;

      20. MELANI KEKASIH KU, 1 - 62 eps mli 16 Okt 2021 s/d 28 Des 2021.

      21. MEMANG KEMBANG JALANAN ,1 - 50 eps, 31 Des'21 sd 26 Peb'22

      22. BUKAN MILIKKU ,1 - 40 eps. 1 Maret 2022 sd 16 April 2022.

      23. ADUHAI...AH, 1 - 51 Episode. Senin tgl 18 April 2022
      sd Sabtu 18 Juni 2022.

      24. KEMBANG CANTIKKU, 1 - 43 Eps; mli tayang Senin, 20 Juni 2022
      sd Selasa, 09 Agustus 2022.

      25. SEBUAH JANJI, 1 - 52 Eps, mli tayang hari : Kamis, 11 Agts'22 sd
      Jum’at 14 Oktober 2022

      26. JANGAN PERGI, 1 - 41 Eps, mulai tayang hari Senin, 17 Oktober 2022
      sd hari Sabtu, 03 Desember 2022.

      27. SELAMAT PAGI BIDADARI. Tayang di NOVELTOON ….. Episode.

      28. KANTUNG BERWARNA EMAS. 1 - 41 Eps, mli tayang hari : Selasa, 6 Desember 2022
      sd hari Sabtu, 21 Januari 2023.

      29. SETANGKAI BUNGAKU. 1 – 47 Eps. Tayang mli hari Selasa, 24 Januari 2023
      sd hari Sabtu, 18 Maret 2023.

      30. CINTAKU BUKAN EMPEDU. 1 – 49 Eps. Tayang mli hari Rabu, 22 Maret 2023
      sd hari Jum’at, 19 Mei 2023.

      31. SEBUAH PESAN. 1 - Eps. Tayang mli hari Selasa, 23 Mei 2023.
      sd


      🍁🍁🍁☘️☘️☘️πŸ’πŸ’πŸ’

      Ini semua karya beliau, enak saja ngaku-ngaku Sekeping Cinta Menunggu Purnama, karyanya (Dinda Tirani)

      Delete
  5. Alhsmdulillah... salam sehat... Salam Aduhai..

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~06 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat ..πŸ™

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...
    Terimakasih bu Tien...

    ReplyDelete
  8. Biarlah Sari sama penjual tahu saja ya.. πŸ˜€

    ReplyDelete
  9. Terima kasih bu tien ...salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah..... bisa bwt sangu bobok

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah SP 06
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah, matur nuwun inggih mbakyuku Tien Kumalasari dear, sehat² sll ya, salam kangen dari Cibubur

    ReplyDelete
  13. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  14. Waduh, sudah diangkut ambulans kok ternyata cuma luka ringan to si Sari? Ya sudah...memang ibu Tien hebat idenya, kalau lama2 dirawat dan Damian nungguin kan ntar makin manja deh...πŸ˜€ Makasih, ibu Tien sayang...semangat berkarya, sehat selalu.πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah sudah tayang
    Terimakasih bunda Tien cerbung
    Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat wal'afiat aamiin

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah SP-06 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  17. Waah bakal dapat tukang tahu ni si Sari...
    Matur nwn bu Tien, salam sehat

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah sudah hadir SP-06... terima kasih Mbu Tien sllu sehat bersama keluarga

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun bunda Tien....πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun bunda Tien...
    Salam sehat dan terus semangat dlm berkarya, amin!

    ReplyDelete
  21. Liku liku cinta...
    Pernah cemburu berat sama cewek manja yg mendekati pacar, sampai ambyar...
    Matur nuwun ibu Tien, cerita yg tampak sederhana tapi menggugah masa lalu...

    Namaku malam ini kok gak ada di tanggapan Kejora Pagi ya...

    ReplyDelete
  22. Berapa tadi habisnya, nich sekalian biaya perbaikan sepeda; nich lunas ya, mau tak jodohkan tukang tahu, yang masih single, tahu nggak lho Damian.
    Waduh sama tetangga kok kethus, ya nggak apa-apa namanya juga strategi memanaskan biar tahu, udah ada perjaka tukang tahu pilihan Mak Mijan.
    Lho tukang tahu itu statusnya manager lho, bukan tukang kebon.

    Mila malah belum curiga sama Raya, masasih adeknya jatuh cinta sama Damian, tapi kenapa sikapnya aneh, sampai menyanggah apa yang dikatakan bibik Sarti.
    Masasih gitu aja jadi ribet emang Damian apanya, tapi Raya kalau inget rengekan Sari jadi jeles.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Sebuah pesan yang ke enam sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bu Tien.
    Salam sehat dan aduhai selaluπŸ‘

    ReplyDelete
  24. Terimakasih... Bu Tien....penasaran siapa jodoh Damian

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Ah Sari kamu tuh,,,🀣🀣🀭

    ReplyDelete
  26. Terima ksih bundaaa..slm sht sll dan aduhaaiiπŸ™πŸ˜˜πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...