CINTAKU BUKAN EMPEDU 49
(Tien Kumalasari)
Aliyah heran. Tanpa mengucap apapun Alfian turun. Aliyah ingin mengikutinya, tapi diurungkannya, karena Alfian tidak menyuruhnya turun. Dalam hati Aliyah bertanya-tanya, apa yang dilakukan suaminya di sana. Ada rasa was-was dihati Aliyah. Jangan-jangan karena kesal sama Narita, maka dia ingin memasukkannya lagi ke ke kantor polisi. Tapi masa sih, Alfian setega itu? Aliyah masih tetap menunggu, sampai kira-kira seperempat jam kemudian Alfian kembali. Tanpa mengucapkan apapun, ia menjalankan mobilnya lagi.
“Apa yang Mas lakukan di sana?” tanya Aliyah yang tak tahan menyimpan rasa was-was di dalam hatinya.
“Oh, kamu sudah mau bicara?” ledek Alfian sambil tersenyum.
Aliyah mengerucutkan bibirnya, dan dengan gemas Alfian mencubitnya.
“Aku menanyakan tentang Nungki, kapan akan di sidang, lalu kemungkinan mengadakan acara pernikahan di situ.”
“Oh ya?” wajah Aliyah langsung sumringah. Ternyata Alfian memperhatikan iparnya juga.
“Aku juga akan mencari pengacara terbaik, agar hukuman untuk Nungki bisa diperingan. Hanya itu yang aku lakukan.”
“Terima kasih, Mas.”
“Terima kasih untuk apa?”
“Ternyata Mas juga memperhatikan kepentingan Afifah.”
“Aku tidak mau hidup dalam kebencian. Dia akan menjadi ipar kamu, sudah selayaknya aku membantunya.”
“Itulah sebabnya, aku mengucapkan terima kasih.”
Alfian meraih tangan Aliyah, dan menciumnya lembut. Aliyah membiarkannya, saat ada aliran darah yang semakin cepat menyisir di seluruh tubuhnya. Alfian sangat pintar menjatuhkan hatinya, meluluhkan batu karang yang semula menjadi pembatas diantara mereka.
“Aku menyesal karena pernah berniat meninggalkan Mas.”
“Benar?”
Aliyah mengangguk.
“Bukankah aku manis?”
“Karena cinta Mas bukan empedu.”
Alfian terbahak.
“Tapi aku senang, kamu tidak marah lagi,” kata Alfian sambil tetap memegangi tangan Aliyah.
“Memangnya siapa yang marah?”
“Nggak marah ya? Tapi kok diam saja dari tadi?”
Aliyah mencubit pelan lengan suaminya.
“Mungkin aku keterlaluan. Terlalu gembira bertemu saudara, terlalu memperhatikannya, terlalu ingin membuat dia senang, bahagia. Akhirnya sikapku jadi ikut keterlaluan, dan mungkin menyebalkan.”
“Tidak, aku bisa mengerti.”
“Terima kasih, pangeranku.”
“Lho, aku pangeran nih? Pangeran dari mana ya, negeri antah berantah, barangkali. Biasanya pangeran memiliki kuda, tapi aku nggak punya kuda lhoh.”
“Nanti aku belikan kuda-kudaan, seperti kuda lumping itu.”
Alfian terkekeh senang. Malam ini sungguh membahagiakan, bisa berbuat sesuatu yang menyenangkan sang permaisuri yang sangat dicintainya.
“Kita makan ya, aku sudah lapar.”
“Terserah Mas saja.”
***
Tapi saat makan itu, tiba-tiba datang sepasang suami istri setengah tua, yang masih tampak gagah dan anggun. Mereka adalah pak Candra dan bu Candra.
"Itu, ada bapak sama ibu,” kata Alfian sambil berdiri. Aliyah mengikuti berdiri, kemudian mendekati kedua mertuanya dengan hati berdebar. Ia tahu mereka tak begitu menyukainya. Tapi Aliyah tetap mendekat, kemudian mencium tangan keduanya dengan rasa hormat.
“Nah, ini Aliyah yang asli bu,” kata pak Candra.
“Kamu semakin cantik,” kata bu Candra.
“Terima kasih, Ibu,” jawab Aliyah sambil sedikit membungkuk. Sikapnya ini membuat bu Candra senang. Rasa kurang mantap memiliki menantu Aliyah, perlahan luluh.
“Silakan duduk, Pak, Bu. Kami juga belum memesan apa-apa,” kata Alfian.
Mereka memesan makan dan minum, lalu berbincang dengan akrab. Aliyah merasa lega, sikap bu Candra sudah berubah. Ia berjanji akan terus belajar untuk bersikap lebih baik, agar tak membuat malu suaminya.
“Farah tidak ikut?” tanya bu Candra.
“Farah sedang jalan-jalan sama calon suaminya.”
“Haa, calon suami?” kata pak Candra dan bu Candra hampir bersamaan.
“Iya. Ada seorang laki-laki yang baik, yang saya pernah bilang sama Bapak, akan menjadikannya sekretaris pribadi saya,” kata Alfian.
“Oh, dia? Syukurlah. Sudah saatnya Farah menemukan jodohnya.”
“Kapan-kapan ajak mereka ke rumah. Biar kami mengenalnya juga,” sambung bu Candra.
“Baiklah Bu. Mereka belum lama berkenalan, semoga menjadi pasangan yang baik, yang saling mencintai, seperti saya ini,” kata Alfian sambil memegangi tangan istrinya. Aliyah tersipu, ia melepaskan pegangan itu, pelan. Malu dilihat mertua.
“Mengapa? Bapak sama Ibu tidak akan memarahi kita kalau kita berpegangan tangan.” kata Alfian sambil kembali meraih tangan Aliyah, yang kemudian wajahnya menjadi merah.
“Tetaplah saling mencintai, dan segera berikan cucu untuk kami,” kata pak Candra, membuat Aliyah semakin tersipu. Tapi ada bahagia membuncah. Ucapan itu mengartikan sebuah makna yang sangat membuatnya merasa harus terus mengabdi pada pernikahannya, apapun yang terjadi.
“Itu benar, aku ingin segera punya cucu,” sambung bu Candra sambil tersenyum.
“Aliyah, kamu dengar? Ada pesanan khusus dari kedua mertua kamu,” goda Alfian.
Aliyah mencubit lengan suaminya, sambil tersipu malu.
***
Sehari sebelum sidang atas diri Nungki digelar, pernikahan itu dilakukan. Walau di kantor polisi, tapi tetap menimbulkan suasana hikmat. Nungki tampak bersungguh-sungguh dalam mengucapkan sumpah nikah, membuat Narita terharu.
“Narita, aku sangat mencintai kamu, itu sebabnya dulu aku tak rela kamu menikah dengan Alfian. Sayangnya aku salah jalan, sehingga kepercayaan kamu pudar, lalu kita berpisah. Aku tak mengira, benih yang aku taburkan, kemudian mempersatukan kita. Benih itu yang menyadarkan aku, bahwa aku telah salah jalan. Bahwa atas rasa tanggung jawabku, aku akan membenahi hidup kita,” kata Nungki dalam kesempatan bisa berbincang dengan Narita yang sudah menjadi istrinya, sekarang ini.
“Aku bahagia mendengarnya.”
“Sayangnya aku harus menjalani hidup di penjara selama entah berapa lama, jadi aku belum bisa menafkahi kamu.”
“Aku akan menunggu kamu, dan akan melakukan apapun demi mencukupi kebutuhan anak kita.”
“Kalau bisa, jangan menyusahkan saudara kembar kamu. Tapi entahlah, barangkali selama aku dipenjara, akan susah bagi kamu mencari nafkah.”
“Tidak, aku akan berusaha bekerja, kalau aku sudah kuat bekerja.”
“Tapi ingat, jangan pernah kembali ke_”
“Tidak … tidak … tak akan,” potong Narita ketika Nungki mengira dia akan kembali ke dunia hitamnya.
“Terima kasih Narita. Maafkanlah aku.”
Dalam acara itu, Alfian hadir mendampingi Aliyah, yang berkali-kali mengusap air matanya. Ada juga Farah, dan Pinto.
Ketika selesai upacara itu, Aliyah dan Alfian mendekati Nungki.
“Jalani hukuman itu, yang semoga bisa diperingan. Ada pengacara yang akan mendampingi kamu,” kata Alfian kepada Nungki, sambil menjabat tangannya erat.
“Terima kasih banyak. Aku titipkan istriku untuk sementara, sampai aku mampu menjemputnya,” kata Nungki sambil berlinang air mata.
“Jangan khawatir. Aliyah akan menjaganya, juga menjaga anakmu.”
“Terima kasih,” lirih suara itu, seakan tersekat di tenggorokan, karena rasa haru, rasa bahagia, rasa menyesal dan entah rasa apa lagi yang mengaduk-aduk hatinya.
Aliyah memeluk saudari kembarnya sambil berlinang air mata.
“Selamat ya, Afifah. Jalani kehidupan kamu dengan baik. Aku akan tetap mendampingi kamu, senang dan susah bersamamu.”
“Terima kasih Aliyah. Bahagia rasanya ternyata aku tidak sendirian di dunia ini. Ternyata aku punya saudara, bahkan kembar, yang begitu menyayangi aku.”
Acara bertangis-tangisan itu masih berlanjut, ketika mereka sudah meninggalkan kantor polisi, lalu mengantarkan Narita ke hotel.
***
Seperti mimpi rasanya, ketika Narita memasuki hotel, ia sudah menjadi nyonya Nungki Andara. Narita mengelus perutnya, dengan linangan air mata.
“Ayahmu sudah berjanji, ia akan menjadi ayah yang baik untuk kamu,” bisiknya.
Narita tahu, sejak dulu Nungki mencintainya. Itu sebabnya dia membujuknya agar meninggalkan Alfian, sebelum pernikahan digelar. Perjalanan hidup yang berliku, telah dialami oleh Narita dan Aliyah. Perjalanan hidup yang berlawanan, dan berangkat dari dunia yang berlawanan pula. Narita yang diambil anak oleh keluarga kaya, tapi Aliyah dipelihara oleh nenek Supi yang dianggapnya sebagai neneknya. Tapi kemudian perjalanan hidup mereka, juga bermuara di alam yang berbeda. Aliyah yang lugu, bersanding dengan seorang pangeran di kerajaan bisnis yang besar, sedangkan Narita menemukan suami seorang pesakitan yang harus mendekam di penjara, entah untuk berapa lama.
“Baiklah Nak, ini perjalanan hidup kita. Semoga kelak kamu menemukan hidup mulia, dunia akhirat,” bisik Narita sambil tak berhenti mengelus perutnya. Lalu ia merasa lelah. Kemudian dibaringkannya tubuhnya di ranjang.
“Terima kasih Aliyah, karena kamu, aku bisa tinggal di hotel mewah ini, mendapat pelayanan yang sangat istimewa, lalu sebuah rumah mungil milik nenek Supi akan menjadi tempat tinggalku, setelah Alfian merenovasinya,” bisiknya sambil memejamkan matanya, berusaha tidur setelah minum obatnya.
***
Perhelatan ulang tahun kerajaan bisnis keluarga Candra sudah digelar. Tamu yang datang adalah tamu istimewa, teman-teman bisnis pak Candra yang pastinya bukan orang biasa.
Aliyah berdiri di samping Alfian, mengenakan baju berwarna putih tulang yang anggun, mengenakan kerudung kuning yang membiaskan wajah cantiknya sehingga tampak lebih berseri dan cemerlang.
Hampir setiap uluran tangan yang diterima Alfian, selalu diiringi dengan kata pujian kepada istrinya.
“Istrimu cantik.”
“Cantik dan anggun.”
Ucapan bertubi-tubi yang membuat Alfian bangga. Bu Candra menatap menantunya dengan rasa senang. Aliyah bisa melayani para tamu dengan baik dan tak mengecewakan. Ada juga yang mengajaknya berbincang agak lama, Aliyah bisa mengimbanginya dengan keramahan yang luar biasa.
Diantara kesibukan melayani para tamu, Alfian selalu menyelipkan kata-kata mesra untuk sang istri.
“Istriku cantik bukan? Aku bangga sama kamu.”
Aliyah hanya tersenyum sambil sesekali mencubit lengan suaminya.
Hampir tengah malam, Aliyah baru bisa duduk dengan santai, tapi tiba-tiba ia merasa sangat pusing. Ia memegangi kepalanya, wajahnya pucat. Alfian segera mendekat dengan khawatir.
“Aliyah, kamu kenapa?”
“Mungkin aku kelelahan, antarkan aku pulang,” katanya lemah.
Alfian memapah istrinya setelah memerintahkan Kirman menyiapkan mobil. Tapi di sepanjang perjalanan itu, Aliyah merasa semakin pusing. Ia terkulai di pundak suaminya.
“Kirman, langsung ke rumah sakit,” perintah Alfian yang merasa khawatir. Ia menyesal membiarkan istrinya berdiri berjam-jam demi melayani tamu-tamunya.
Begitu sampai di rumah sakit, Aliyah segera dibawa dengan brankar ke ruang UGD.
Alfian duduk menunggu dengan cemas.
Tapi tak lama setelah diperiksa, dokter memanggilnya. Setengah berlari Alfian menemui dokter yang menangani istrinya. Hatinya berdebar, ketika melihat dokter menatapnya dengan wajah serius.
“Kenapa istri saya?” tak sabar, Alfian lebih dulu bertanya.
“Anda suaminya?”
“Ya.” kenapa sih dokter itu tak segera mengatakan apa penyakit istrinya? Alfian tak sabar lagi. Ia baru saja ingin membuka mulut untuk mendesaknya, ketika dokter itu mengulurkan tangannya.
“Selamat, istri Anda mengandung.”
Alfian hampir melonjak karena terkejut, dan juga gembira.
“Istri saya mengandung?”
“Baru empat minggu.”
“Ya Allah, terima kasih,” bisik Alfian yang tak mampu menahan air matanya.
“Silakan menemui istri anda. Tapi maaf, malam ini biarkan dia dirawat di sini dulu, dia kelelahan."
“Baiklah, tentu saja,” jawab Alfian sambil menghambur ka arah ranjang, dimana Aliyah berbaring.
“Aliyah … Aliyah … terima kasih telah menyempurnakan kebahagiaan aku. Ada janin di rahim kamu, dan itu adalah anakku,” kata Alfian sambil merangkul istrinya.
Aliyah tak menjawab, tapi ia membalas rangkulan suaminya.
“Karena cintaku bukan empedu, akhirnya membuahkan benih yang membuat hidup kita menjadi lebih manis.
Adakah bahagia yang lebih manis dari mendapatkan karunia titipan Allah yang didambakan?
T A M A T
***
Seorang wanita setengah tua, berdandan cantik, berkacak pinggang di hadapan Damian, laki-laki yang walaupun berwajah tampan, tapi berpakaian lusuh karena bekerja di bengkel..
“Ceraikan Raya!”
Damian terkejut.
“Ibu, saya sangat mencintai Raya.”
“Ceraikan dia, karena ada yang lebih pantas mendampinginya.”
TUbuh Damian luruh ke lantai.
Kasihan ya? Tungguin kisahnya di SEBUAH PESAN.
BESOK LAGI YA
_____________________
Mtrnwn
ReplyDeleteM atur nuwun bu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteKalah cepet
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien...
Salam sehat selalu...
Alhamdulilah..
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun
Terima kasih juga, ibu Tien sayang...salam sehat.🙏😘😘😀🌹
ReplyDeleteMatursuwun
ReplyDelete💕⚘💕⚘💕⚘💕⚘
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 49
sudah hadir...
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu & tetap
smangats berkarya.
Salam Aduhai 🌹🦋
💕⚘💕⚘💕⚘💕⚘
Wah, kejutan! Mendadak tamat. Terima kasih, ibu Tien...ditunggu cerbung barunya...semoga makin semangat berkarya.🙏😀🌹❤️
ReplyDeleteAlhamdulilah...suwun bunda Tien ..dah tamat
ReplyDeleteSudah tamat... *CBE*
ReplyDeleteTks banyak bunda Tien..
Salam Aduhaii...
Semoga bunda sehat dan bahagia selalu..
Aamiin... 🙏🙏🌹❤️🥰
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ... happpy end🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat semua 🤗🥰
Senangnya ,,semua bahagia
Seru nih cerbung berikutnya
Terimakasih juga bunda Tien..
ReplyDeleteKutunggu cerbung barunya.. 👍👍🌹
Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang
ReplyDeleteAlangkah senangnya...pada akhir nya happy end...
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏🙏
Sehat selalu kagem bunda..🥰
Terima ksih bunda akhirnya CBE tamat penuh dgn kebahagiaan..slmt mlm dan selamat istrhat..slm seroja dan selalu Aduhai..🙏😘🌹💞
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteUsai sudah CBE, sampai episode 49.
ReplyDeleteSelalu dengan bahasa yang santun, sangat cocok sebagai contoh bagi kita.
Kami tunggu Sebuah Pesan dengan sabar.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah, akhirnya bahagia semua.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.
Ditunggu "SEBUAH PESANNYA"
😁😁😄😄
Ya, ya ya. 🙏👍
ReplyDeleteAlhamdulilah sdh tamat dg bahagia.... terima kasih bu tien..ditunggu cerbung srlanjutnya . salam sehat ibuku sayang .
ReplyDeleteAlhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~49 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillaah tamat juga berbahagia semuanya, kutunggu "Sebuah Pesan"
ReplyDeleteKenapa ya gak nyampai"
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteAlhamdulillaah...
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien cantik...
Salam sehat selalu ❤❤❤
Trima kasih bu Tien.. ceritanya berakhir bahagia...🥰
ReplyDelete"Sebuah pesan" ditunggu dengan ber debar2😁
Salam sehat 😘😘
Alhamdulillah. Terimakasih bu Tien... Salam aduhai dr kendal. Sehat selalu ibu... Ditunggu SEBUAH PESAN nya
ReplyDeleteTerima ksh bu Tien...sangat menghibur...ditunggu cerita selanjutnya...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteDitunggu SEBUAH PESAN nya.
Salam hangat selalu. Aduhai
Alhamdulillah... Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, Cintaku Bukan Empedu 49 sdh tayang menghibur. Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
ReplyDeleteAlhamdulillah....berakhir dengan sangat bagus..terimakasih bunda Tien..smg sehat selalu....Siyap menanti cerbung baru
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, tdk terasa CBE sudah tamat. Tak sabar menunggu cerita selanjutnya. Semoga ibu tetap sehat walafiat, dan terus melahirkan karya yang bagus yang selalu saya tunggu .
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih ..mbak Tien .. semoga sehat selalu..
Terimakasih. Bu Tien .Kok sdh tamat ?Tidak sampai Aliyah dan Narita melahirkan
ReplyDeleteAlhamdulillah... Kembali kasih, ditunggu.... Karya selanjuntya, sehat selalu..
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien atas cerita Aliyah-Afifah yg seru. Menungggu cerita seru berikutnya....
ReplyDeletePCTK JABODETABEK, mengundang para blogger se Jabodetabek, untuk hadir pada acara Jumpa Fans dengan sang Idola Ibu Tien Kumalasari, pada hari Jum'at malam Sabtu, 9-10 Juni 2023, tempat Wisma Kinasih Tapos Depok, mli pkl 17.00 - 23.00 WIB. Kontribusi hanya Rp. 100.000- (Seratus Ribu Rupiah).
ReplyDeleteAnda berminat ketemu bu Tien Kumalasari?
hubungi panitia cq Bp. Hadi Sudjarwo *0812-8499-184*