Monday, October 31, 2022

JANGAN PERGI 13

 

JANGAN PERGI  13

(Tien Kumalasari)

 

Radit tiba-tiba merasa tidak enak, saat Listi berjongkok di depannya, kemudian membantunya berdiri, dan tampak bahwa Dian yang datang sambil membawa mobilnya melihat adegan itu. Tapi dia kemudian meninggalkan Listi duduk di kursi dan menyambut Dian dengan berdiri di ujung tangga.

“Sekarang mau tukar mobilnya Mas?”

“Iya, nggak enak saja, mobil Mas Radit kan lebih bagus.”

Radit tertawa, sambil mempersilakan Dian masuk. Tentu saja Radit tidak tahu, siapa Listi di mata Dian. Dengan santai dia mengajak Dian masuk ke ruang tamu, membiarkan Listi duduk di teras.

Dian yang semula tidak tahu bahwa wanita tadi adalah Listi, terkejut saat menoleh sebelum masuk.

“Listi?” serunya.

“Mas Dian kenal?”

“Dia … istri saya …” kata Dian sambil berdiri di depan pintu masuk.

Radit terkejut bukan alang kepalang. Ia menatap Listi yang menundukkan kepala  sambil sibuk mengusap air matanya.

“Listi … istri mas Dian?”

“Kami sedang dalam proses cerai, seperti yang saya ceritakan beberapa waktu yang lalu,” kata Dian yang kemudian duduk di depan Listi, diikuti Radit dengan benak penuh tanda tanya.

“Apa jawabmu Listi?” tanya Radit sambil mengerutkan keningnya menatap Listi.

Listi terdiam. Wajahnya tampak memucat. Banyak kebohongan dikatakannya, dan tampaknya hari ini kebohongan itu akan berbuah petaka bagi hubungannya dengan Radit yang sedang diperjuangkannya.

“Jawab Listi?!!”

“Tiga tahun dia menjadi istri saya. Saya bawa ke Jakarta begitu selesai akad nikah.”

“Bukan berdagang, kemudian uang habis ditipu orang?”

Listi masih terdiam.

“Dan menggugurkan setiap bayi yang kamu kandung?” cecar Radit.

Listi terisak.

“Kebohongan apa lagi yang ingin kamu katakan, Listi?” kata Radit, dengan nada tinggi.

“Aku tidak cinta sama dia!!” akhirnya kata Listi, sambil menunjuk ke arah Dian.

Dian menghela napas panjang, ada sembilu menyayat hatinya, karena sejatinya dia dulu sangat mencintai istrinya. Hanya saja kekecewaan demi kekecewaan telah merobek-robek cinta itu.

“Omong kosong apa kamu itu. Tiga tahun  menikah, berkali-kali mengandung, kamu bilang tidak cinta?”

“Aku terpaksa menikahi dia.”

“Terpaksa? Siapa memaksa kamu?”

“Aku sudah hamil ketika dia menikahi aku.”

“Mas Radit, nanti aku akan mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi,” kata Dian, sedikit lesu.

“Baiklah, perempuan ini pembohong.”

“Radit, aku sangat mencintai kamu. Hanya kamu.”

“Hentikan Listi, aku tidak. Tidak lagi. Apapun alasan kamu, apapun yang terjadi atas kamu, aku tidak akan peduli lagi. Semuanya sudah berakhir. Dan jangan lagi menginjakkan kaki kamu di rumah ini. Kamu mengganggu ketenangan kami, terutama ibuku yang sangat tidak menyukai kamu.”

“Radit. Aku tidak punya siapa-siapa.”

“Belajarlah dari kehidupan yang pernah kamu jalani. Bertobat dan perbaiki langkah  dalam meniti hidup ini, agar kamu bisa menemukan ketenangan lahir dan batin kamu, karena meraih sesuatu yang tak mungkin, hanya akan membuat hidup kamu susah dan terbebani.”

Listi berdiri, menghapus wajahnya dengan kasar, lalu bergegas pergi.

Radit menghembuskan napas panjang. Apa yang didengarnya sangat membuatnya terkejut. Ternyata begitu sempitnya dunia.

“Mas Radit, saya minta maaf.” Kata Dian tiba-tiba.

Radit tersenyum.

“Mengapa Mas Dian harus minta maaf?”

“Saya telah mengejutkan Mas Radit dengan pernyataan saya tadi.”

“Benar, saya terkejut. Tapi bukan berarti Mas Dian bersalah sama saya.”

“Tiga tahun yang lalu, dalam sebuah pesta, saya melihat seorang gadis yang duduk  sendirian. Saya dekati dia, karena terus terang saya tertarik. Dia mengatakan pergi sendirian karena sedang kesal dengan pacarnya. Tanpa kami ketahui, seseorang yang iseng memberikan kami minuman, yang kemudian membuat kami mabuk, dan lupa segala-galanya.”

Radit teringat, dia memang sering bertengkar dengan Listi, karena sesungguhnya Listi bertemperamen agak keras. Tapi karena kesabaran Radit, mereka selalu bisa mengatasi semuanya. Radit sudah lupa, pertengkaran karena apa yang dimaksud Listi waktu itu.

“Sebulan kemudian dia mengabari saya kalau dia hamil. Saya merasa bertanggung jawab, kemudian menikahi dia, dan membawanya ke Jakarta."

Dian menata napasnya.

“Beberapa bulan kemudian dia keguguran. Tiga tahun kami berumah tangga, dalam kehidupan yang damai dan bahagia menurut saya. Tanpa disangka, setiap dia mengandung, selalu menggugurkan kandungannya. Saya sangat marah. Saya tidak bisa memaafkannya. Dan saat ini kami sedang dalam proses  perceraian.”

Radit termenung mendengar cerita Dian.  Ada yang bisa dimaafkannya, yaitu ketika keduanya melakukan hal yang tak pantas karena perbuatan yang tak di sengaja. Tapi ada yang tak bisa dimaafkan, yaitu kalau memang tidak cinta mengapa Listi menjalaninya sampai selama tiga tahun, bahkan bisa lebih kalau saja Dian tidak ingin menceraikannya. Tampaknya Listi berbohong dalam mengatakan tidak cinta. Dian laki-laki baik, mapan dan juga tampan. Dia mengatakan itu karena Dian yang marah pada kelakuannya kemudian ingin menceraikannya. Lalu menggugurkan kandungan? Listi telah melakukan dosa besar dengan melenyapkan janin yang tidak berdosa. Bahkan tidak hanya sekali.

“Apakah Mas Radit menyalahkan saya? Maksud saya dalam keputusan saya untuk menceraikan dia karena dia selalu menggugurkan kandungannya?”

“Tidak. Mas Dian tidak salah. Itu kelakukan yang sangat buruk.”

“Saya tidak mengira Listi adalah pacar mas Radit.”

“Dulu. Sekarang cinta itu sudah tidak ada.”

“Saya minta maaf, telah membuat Mas Radit kehilangan dia.”

Radit menghela napas berkali-kali.

“Jalan hidup yang harus dilalui manusia itu kan berbeda-beda. Dan jodoh itu juga bukan kita yang menentukannya. Jadi apapun yang terjadi, ya harus dijalani. Apalagi sekarang saya sudah menemukan seseorang yang sangat saya sayangi.”

“Ratri?”

Radit tersenyum.

“Baru dalam tahap pendekatan. Saya tidak tahu, apakah Ratri akan mengimbangi perasaan saya.”

Dian tersenyum lebih lebar. Ratri memang cantik dan lembut, bukan hanya Radit yang suka, dirinya pun suka. Tapi ia tahu, Ratri pasti memilih Radit setelah sekian lama dia mencoba memancing-mancingnya.

“Saya doakan, semoga mas Radit berhasil.”

“Terima kasih.”

“Dua hari lagi saya akan kembali ke Jakarta. Hari ini saya menghadiri sidang perceraian saya, selanjutkan saya serahkan kepada pengacara saya.”

“Baiklah, semoga semuanya lancar, dan mas Dian segera menemukan pengganti seperti yang diidamkan. Yang bisa menjadi ibu bagi anak-anak mas Dian.”

“Aamiin.”

Hari sudah menjelang malam ketika Dian pulang dari rumah Radit. Esok pagi ada rencana yang akan menyenangkannya, yaitu bermain dengan Arina.

***

Pagi hari itu, Arina senang bukan alang kepalang. Tak lama setelah ibunya pergi, om ganteng brewok yang di hari-hari terakhir ini selalu menemaninya, datang lagi, dan membawa sebuah mainan pula, berupa sepeda kecil yang bisa menyanyi. Semalam, sepulang dari rumah Radit, dia membelinya.

“Naik cepeda … naik cepeda … “ teriaknya riang.

Si bibik yang sudah beberapa kali tahu bahwa Dian adalah teman dekat majikannya, kemudian menaikkan Arin keatas sepeda kecil itu, dan mendorongnya ke sana kemari, karena kaki Arina belum bisa mengayuhnya.

“Cama om Dian … cama om Dian," pekiknya.

Dian tertawa, kemudian menggantikan bibik mendorongnya berkeliling halaman yang tidak begitu luas itu.

“Mana oneka … mana oneka …”

“Oh, boneka? Mau diajak naik sepeda?”

Bibik segera berlari ke dalam, mengambil boneka yang baru kemarin diberikan Dian, lalu diletakkannya dipangkuan Arina.

Arina melonjak-lonjak senang.”

“Pak Dian mau minum apa?” tanya bibik kemudian.

“Air putih saja Bik, tidak usah repot-repot.

“Baiklah, kalau air putih, di kulkas ada minuman botol.”

“Ya Bik, itu sudah cukup,” kata Dian sambil terus menuntun sepeda, dimana Arina duduk di atasnya sambil sebelah tangannya merangkul boneka yang sudah menjadi boneka kesayangannya.

“Pak Dian pasti capek, biar saya saja yang mendorongnya,” kata Bibik.

“Tidak, biarkan saya saja. Saya senang melakukannya.”

“Arin sudah ya, naik sepedanya, nanti om Dian capek,” bujuk Bibik.

“Main boneka saja yuk,” Dian ikut membujuk.

Arin mengangguk. Dian menggendongnya, lalu diajaknya masuk ke rumah, sedangkan si bibik menarik sepeda kecil itu ke dalam pula.

Dian duduk di lantai, menemani Arina bermain boneka. Bibik mengambilkan boneka-boneka Arina yang lain, kemudian masuk ke belakang, barangkali ada yang harus dilakukannya tapi belum terlaksana, dan kebetulan Arina ada yang menemaninya.

“Ya Tuhan, begini senangnya bermain bersama anak kecil. Betapa rindunya aku akan suasana ini, suasana yang belum pernah aku rasakan sebelumnya,” bisiknya pelan, dan tak terasa air matanya menitik.

“Om Dian angis?” tanya Arina ketika melihat Dian mengusap air matanya. Dan lebih mengharukan lagi ketika Arina menyentuh pipi Dian yang sedikit basah.

Air mata Dian mengalir lagi.

“Bodoh, mengapa aku tidak bisa menahannya? Pasti membuat anak ini kebingungan,” kata batin Dian, yang kemudian meraih tubuh Arina, didekapnya di dadanya.

“Angan angis … “ suara kecil itu membuat Dian semakin mempererat pelukannya, dan menciuminya bertubi-tubi.

Arina mengusap pipinya yang terkena air mata Dian.

“Asah.. pipi Ain asah…”

“Sayang, maaf ya, basah ya. Baiklah, ayo bermain boneka lagi,” katanya sambil mengambil boneka Arin, diletakkannya berjajar-jajar.

Arina sudah melupakan pipinya yang basah, kembali asyik bermain dengan boneka-bonekanya.

“Besok, om sudah pulang, Arin tidak boleh rewel ya?”

“Ulang? Ulang ke cini?”

“Tidak sayang, om Dian pulang ke Jakarta, jauuh. Tapi om janji, akan sering ke sini menemani Arin. Ya.”

Arina mengangguk, sesungguhnya dia tidak mengerti apa yang dikatakan Dian. Yang dia tahu adalah bahwa Dian sekarang sering datang dan mengajaknya bermain.

***

Dewi sedang berada di ruangannya, ketika ponselnya berdering.

“Dari pak Dian,” gumamnya sambil mengangkat ponselnya.

“Ya pak Dian?”

“Saya tadi ke rumah, bermain bersama Arin.”

“Oh ya? Pasti Arin sangat senang.”

“Senang sekali, tapi saya sedih, besok saya harus kembali ke Jakarta.”

“Secepat itu?”

“Saya sudah lama di sini, dan urusan saya sudah selesai.”

“Oh, begitu ya. Semoga Arin tidak rewel.”

“Saya sangat menyesal, tidak bisa bersama Arin lagi setiap hari.”

“Iya Pak, mau bagaimana lagi, namanya juga tugas.”

“Tapi saya berjanji, setiap senggang saya akan datang kemari.”

“Baiklah Pak.”

“Nanti sore, maukan jalan-jalan bersama saya?”

“Saya?”

“Kalau bisa bersama Arina. Maukah?”

“Baiklah, saya akan pulang lebih awal, supaya tidak kesorean nanti.”

“Terima kasih atas kesediannya, bu Dewi.”

“Sama-sama, pak Dian.”

Dewi meletakkan ponselnya dengan dada berdebar. Lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya.

“Apa yang terjadi pada diriku?”

Tiba-tiba terdengar pintu ruangannya diketuk.

Pintu itu terbuka setelah Dewi mempersilakan masuk. Ternyata Ratri.

“Oh, bu Ratri.”

“Ini Bu, saya sudah mengetik undangannya. Coba ibu periksa dulu, sebelum diperbanyak,” kata Ratri sambil menyerahkan hasil ketikannya, sesuai dengan keinginan bu Dewi. Sebenarnya ada pegawai administrasi yang bisa disuruhnya, tapi Dewi lebih suka meminta Ratri mengerjakannya, karena Ratri dinilai lebih bagus dalam menyusun kata.

Ia membaca undangan itu, lalu tersenyum.

“Serahkan saja pada bagian administrasi Bu, ini sudah bagus, saya suka.”

“Baiklah Bu.”

“Jangan lupa undangan untuk pak Radit harus di nomor satukan,” kata Dewi mengingatkan.

Ratri tersenyum, lalu mengundurkan diri, untuk pergi ke ruang kantor, agar undangan tersebut diperbanyak.

“Oh ya bu Ratri,” kata Dewi menghentikan langkah Ratri yang sudah hampir sampai di pintu.

“Besok pak Dian mau pulang ke Jakarta.”

“Oh ya? Saya malah belum mendengarnya.”

“Katanya urusannya sudah selesai.”

“Oh ya, syukurlah.”

“Nanti sore beliau mengajak saya jalan-jalan.”

“Oh ya?” Ratri tersenyum lebar.

“Maksud saya, Arina. Dia sangat suka pada Arina.” Dewi meralatnya.

“Oh, dia memang suka anak kecil.”

“Kasihan, mungkin karena belum punya seorang anak pun.”

“Iya, Bu Dewi. Saya permisi, mau mengajar.”

“Baiklah.”

Dewi tersenyum senang, Entah mengapa dia mengatakan rencana jalan bersama Dian itu, kepada Ratri. Mungkin untuk memberikan  kesan bahwa dia tidak lagi mengidolakan Radit, entahlah. Tapi kemudian dia teringat, bahwa Dian sudah punya istri, ada sedikit ganjalan yang membuatnya memarahi dirinya sendiri karena punya perasaan aneh pada Dian.

***

Arina sangat senang, ketika sore hari itu Dian menggendongnya, dan berjalan-jalan di taman bersama ibunya pula. Setelah Dewi duduk di sebuah bangku, Arin berlari-lari kecil diantara tumbuhan bunga-bunga yang ditata apik di taman itu. Dian dengan suka cita mengikutinya dari belakang. 

“Arin, jangan kenceng-kenceng larinya,” teriak Dian sambil mengejar. Tapi Arin malah seperti mengajak kejar-kejaran.

Tiba-tiba Dian terkejut, mendengar Dewi menjerit histeris.

***

Besok lagi ya.

49 comments:

  1. Replies
    1. πŸ’ƒπŸ’ƒπŸ’ƒπŸ’ƒπŸ’ƒπŸƒ‍♀️πŸƒ‍♀️πŸƒ‍♀️πŸƒ‍♀️πŸƒ‍♀️

      Yesssss......
      JePe_13 sdh tayang
      Selamat datang Radit Ratri, Dian & Dewi......
      Apa kabar? Bgmn kabar si Lesti ???

      Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu.... Salam ADUHAI. Kakek Habi++

      πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€

      Delete
    2. Siiip... Sugeng daluuu.... mbak Tien sayang ... Mugi tansah pinaringan Sehat...
      Salam Aduhai dr Surabaya, 😘❤️

      Delete
  2. Alhamdulillah sugeng ndalu bu Tien

    ReplyDelete
  3. Alkhamdulillah, Hanupis bu Tien 😘

    ReplyDelete

  4. Alhamdulillah JANGAN PERGI~13 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien πŸ™

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah, matur nuwun mbakyuku

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah matursuwon bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak Tien-ku, Jangan Pergi sudah tayang.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh datang...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat ..

    ReplyDelete
  9. πŸ¦‹πŸŒΏ Alhamdulillah JP 13 telah terbit. Matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat selalu πŸ™πŸ¦‹πŸŒΈ

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah selalu bisa mengikuti kisah2 dr M Tien.. Semoga lancar terus dan M Tien sehat selalu. Sungkem Katur M Tien n matur nuwun.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah sampun tayang.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Mugi2 panjenengan pinaringan sehat wal afiat, rahayu wilujeng.
    Aamiin yaa robbal alamiin 🀲

    ReplyDelete
  12. Kenapa menjerit bu Dewi...
    Apa Arin terjatuh, apa singa betina datang lagi???
    Besok lagi ya...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  13. Wallaaah... Kena opo maneh Dewi teriak?
    Apa di caker maneh sama Listi? Hhhhhhh
    Penisirin Iki...


    Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu tetap Aduhaiii

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien. Sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  16. Waduh Arin jadi kecelakaan apa tersrempet mobil semoga tdk terluka...
    Salam sehat selalu utk by Tien.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien
    Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah JP 13 sdh tayang
    Semakin seru ceritanya
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bshagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien.
    Salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  20. Terimakasih cerbungnya bunda Tien,salam sehat selalu dan aduhai.

    ReplyDelete
  21. Waduh Bu Dewi knp menjerit histeris jgn2 di terkam singa betina

    Wkwkwk....dasar sontoloyo Listi
    Mksh bunda yg selalu bikin heboh pemirsa
    ADUHAI

    ReplyDelete
  22. Ada gak ya yang seperti saya...komen dulu baru baca cerbungnya?πŸ˜…πŸ˜

    ReplyDelete
  23. Weh Dewi dipithing Listi, jadi harus dibawa ke dokter nih, repot kok klabruk klabrukan terus lebih runyem lagi ini nggak seperti kemaren², tertunda pulang Jakarta nambah liburnya, untung nggak pas liburan lebaran yang sehabis itu masuknya nggak boleh telat kena sp.
    Rupanya Listi jadi pendendam; tambah lagi pasien rumah sakit jiwa.
    Tapi kursus kewarasan adanya kursus njahit tuh, ya mudah mudahan adalah kursus lainnya, mosok nggak ada, kursus biar sedikit menyadari lah, kok kursus to, terapi orang gemblung anyaran ta.
    Jadi tontonan ramΓ© lagi, kasihan Arin baru dapat mainan malah lihat ibunya kesakitan Arin ikutan nangis bingung.
    Mudah mudahan nggak disandera sama orang jahat.


    Terimakasih Bu Tien
    Jangan pergi yang ke tiga belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  24. Arina kecelakaan?...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  25. Kenapa Dewi menjerit?
    Maturnuwun bu Tien,semoga sukses selalu

    ReplyDelete
  26. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet,

    ReplyDelete
  27. Rupanya Listy singa betina itu tiba2 muncul langsung menerkam Dewi yg dianggapnya musuh sementara Dian sedang berlari mengejar Arin.
    Semoga cepat bisa diatasi...

    Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Matur nuwun Bunda Tien

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun Bu Tien ..eps yg mengharukan Dian dan Arina . Nyesek

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun bu Tien, pagi pagi menjelang subuh baru sempat baca. zdewi menjerit apa karena Listi ngamuk? Sepertinya begitu.
    Semoga semua berjalan lancar ya bu.. dewi dengan dian dan Ratri dengan Radit. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampuun klo benar Listi ngamuk.. Why???...
      Mgkn cemburu .. mantan suami deket dg Dewi dan anaknya...

      Delete
  31. Alhamdulilah.. Ratri sdh hadir
    Tks bunda Tien..
    Semoga sehat dan bahagia selalu..

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien

    Apakah ketemu Listi lagi kah oh kasihan Dewi,,tp ada Dian
    Salam sehat wal'afiat bu Tien πŸ€—πŸ₯° πŸ™

    ReplyDelete
  33. Tu kn jdi ikutan mewek...😭
    Matur nuwun bunda Tien..πŸ™

    ReplyDelete
  34. terima ksih bunda..slmt mlm..slm sht sllπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah terima kasih Bu Tien Kumala....

    Lastri....

    Kalau memang benar benar mo taubat....

    Moga kamu bisa kembali menjadi wanita cantik, baik hati dan bersahaja....

    Dan....

    Mau minta ma'af dan memeluk era Bu Dewi.....

    Aamiin...

    Salam sehat selalu Bu Tien Kumala....

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...