Saturday, September 24, 2022

SEBUAH JANJI 35

 

SEBUAH JANJI  35

(Tien Kumalasari)

 

Sekar membaca dengan cermat iklan itu, kemudian dicatatnya semua persyaratan yang diperlukan. Kemudian dia kembali melipat koran itu, lalu meletakkannya dengan rapi.

Sekar melanjutkan pekerjaannya dengan semangat yang menyala. Harapan akan mendapatkan pekerjaan baru tertoreh dalam angan-angannya. Lalu ia merasa, harus membuat lamaran itu dulu sebelum menyelesaikan tugasnya. Hal yang belum pernah dilakukannya, untuk mengesampingkan tugas demi kepentingannya sendiri. Kali ini Sekar melakukannya. 

Lalu dia membuat surat lamaran terlebih dulu,  dan mengisi data yang diperlukan, untuk kemudian dikirimkannya melalui email. Karena kesibukannya tersebut, maka ketika Seno kembali ke ruangannya, Sekar belum menyiapkan semua yang dipesan atasannya tersebut. Padahal berkas lamaran juga belum selesai dibuatnya.

“Sudah selesai, Sekar?”

“Oh, ampun Mas, belum. Sebentar lagi Mas, maaf,” kata Sekar penuh penyesalan.

“Kamu baik-baik saja?”

“Iya Mas, saya baik-baik saja.”

“Aku merasa kamu juga tidak bersemangat. Biasanya kamu sangat cekatan dalam menyelesaikan tugas kamu,” kata Seno sambil menatap Sekar lekat-lekat.

Sekar menundukkan wajahnya, melanjutkan pekerjaannya.

“Maaf.”

“Tidak apa-apa. Lakukan semampu kamu. Kamu boleh pulang kalau memang sedang tidak enak badan.”

“Baiklah Mas, akan saya selesaikan dulu tugas dari mas ini, terima kasih kalau saya diijinkan pulang lebih awal,” kata Sekar penuh sesal karena telah membohongi atasannya yang sangat baik. Sungguh dia merasa berdosa. Bahkan dia punya niat untuk meninggalkan pekerjaannya.

“Maaf,” bisiknya pelan.

“Sekar, kamu tidak usah berkali-kali minta maaf.”

Sekar terkejut. Tidak merasa mengucapkannya, tapi ternyata kata itu benar-benar terlontar dari bibirnya.

“Iy..ya Mas.”

Seno merasa iba. Sekretaris yang sangat dikaguminya itu memaksanya bekerja walau badannya sedang tidak enak. Ia mana tahu bahwa sebenarnya Sekar ingin segera pulang karena ingin menyelesaikan berkas lamaran yang diperlukan, soalnya tadi tertunda dengan hadirnya Seno.

Diam-diam Seno memesan segelas minuman hangat melalui interkom.

Ketika OB menyajikannya, Seno memberinya isyarat agar memberikannya kepada sekretarisnya.

Sekar terkejut ketika segelas minuman diletakkan di atas mejanya.

“Ini … untuk … aku?” tanyanya heran.

“Pak Seno yang menyuruhnya, Bu,” kata sang OB kemudian berlalu.

Sekar menatap Seno penuh pertanyaan, dan dengan senyuman khas-nya Seno mengangguk.

“Untuk saya?”

“Iya. Minumlah, agar kamu merasa lebih segar.”

Dan sebuah kebaikan yang baru saja dilakukan Seno, membuat Sekar semakin merasa berdosa untuk meninggalkan pekerjaannya demi berpindah ke perusahaan lain.

“Maaf,” sekali lagi tanpa sengaja bisikan itu terlontar dari bibirnya.

Seno tertawa sambil terus menatap ulah sekretaris cantiknya.

“Sekar, sudah berapa kali kamu mengucapkan maaf?”

Sekar kembali terkejut. Kok dia mengucapkannya lagi? Sekar tidak sadar, bahwa itu ungkapan penyesalan dan rasa berdosanya, yang tanpa sengaja terlontar lagi dari bibirnya. Ia tersenyum tipis, dan melanjutkan lagi pekerjaannya.

“Minumlah, mumpung masih hangat,” perintah Seno karena ia melihat Sekar belum menyentuh minuman yang diberikannya.

“Baik … baiklah,” katanya sambil meraih gelas tersebut, dan meneguknya beberapa teguk. Kemudian Sekar memang merasa lebih segar. Ia menghela napas lega, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara pandangan Seno tak lepas dari wajah sang sekretaris.

“Segera selesaikan, lalu aku akan mengantarkan kamu pulang,” celetuk Seno.

Sekar terkejut. Ia menatap ke arah atasan gantengnya dan menggelengkan kepalanya.

“Jangan Mas, biar saya pulang sendiri saja.”

“Tidak bisa Sekar, ini perintah.”

“Saya bisa naik taksi.”

“Aku tetap akan mengantarkan kamu.”

“Bagaimana nanti pandangan karyawan lain kalau Mas Seno memperlakukan saya lebih dari kepada seorang karyawan? Saya merasa tidak enak. Lagi pula saya membawa motor.”

“Kamu sedang tidak enak badan, tinggalkan saja motor kamu di kantor, nanti biar satpam mengantarkannya ke rumah. Kecuali itu siapa yang peduli kepada pandangan orang lain? Apakah aku berlebihan, saat melihat karyawanku sedang sakit?”

“Tapi saya bukan sedang pingsan bukan?”

Seno terbahak.

“Saya masih bisa berjalan dan mencari taksi.”

“Baiklah, bandel, Aku akan menyuruh sopir perusahaan untuk mengantarkan kamu.”

“Saya_”

“Ini perintah.”

Lalu Sekar hanya bisa menundukkan wajahnya.

***

“Jam berapa ini, tumben sudah pulang, Sekar?” sapa pak Winarno ketika anak gadisnya memasuki rumah.

“Iya Pak, ada tugas keluar, dan sudah selesai, maka saya bisa langsung pulang.”

“Tadi naik taksi? Bapak tidak mendengar sepeda motor masuk ke halaman.”

“Tidak, diantar oleh mobil perusahaan. Motornya akan diantar satpam.”

“Perusahaan di mana kamu bekerja itu sangat baik bukan? Mau mengantarkan karyawannya pulang juga.”

“Iya,” kata Sekar sambil berlalu.

“Ganti pakaian kamu, kita bisa makan bersama kan?”

“Iya Pak, tentu saja, Sekar cuci kaki tangan dulu ya Pak.”

“Cepatlah, bapak tunggu di ruang makan. Bibik sudah menyuruh bapak makan tadi.”

“Baiklah,” kata Sekar sambil masuk ke dalam kamarnya. Ia mengambil laptop, untuk menyelesaikan lamaran yang tadi belum sempat diselesaikannya, tapi tadi ayahnya bilang akan menunggunya di ruang makan. Sekar hanya menyiapkan laptopnya di meja, kemudian masuk ke kamar mandi.

Sambil membersihkan diri itu, rasa bersalah terus saja menghantuinya. Sungguh ia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya karena sudah merasa nyaman melakukannya, tapi bayangan Elsa yang cemburu terhadapnya, ditambah tatapan kebencian dari bu Ridwan, membuatnya merasa ciut. Bukan takut menghadapinya, tapi ia takut menjadi penyebab retaknya pertunangan Seno dan Elsa. Diam-diam air matanya menitik. Kebaikan Seno, keramahan pak Ridwan, jarang ditemukannya di tempat lain. Iapun tak yakin, bahwa di perusahaan yang akan ditujunya, ia akan menemukan atasan sebaik mereka. Ah, entahlah. Sekar merasa bahwa yang akan ditempuhnya adalah yang terbaik.

“Noon, Non Sekar,” teriakan bibik dari balik pintu mengejutkannya. Ia sudah membasuh kaki tangannya, tapi belum sempat memakai pakaiannya.

“Ya Bik.”

“Bapak menunggu di ruang makan.”

“Oh iya, baiklah, ini sudah hampir selesai,” katanya sambil buru-buru mengenakan pakaiannya.

“Mengapa lama sekali?” tegur pak Winarno setelah Sekar duduk di depannya.

“Iya Pak, kelamaan ya?”

“Kamu sekalian mandi?”

“Tidak, hanya mengumpulkan baju-baju kotor,” bohong Sekar.

“Oh, ayo cepat makan, ini kesempatan langka, di jam kerja kamu, kita bisa makan siang bersama.”

“Iya Pak, kalau saja letak kantor Sekar tidak begitu jauh, Sekar bisa saja setiap saat istirahat tiba, lalu Sekar menyempatkan pulang.”

“Tidak, lakukan saja yang terbaik. Bapak hanya asal bicara kok. Kalau kamu pulang untuk makan siang di rumah, waktu istirahat kamu habis untuk perjalanan, lalu makan siang dengan tergesa-gesa.”

“Iya benar.”

“Bapak sudah merasa puas setiap libur bisa makan bersama kamu setiap pagi, siang dan malam.”

“Iya, Bapak.”

“Ayo cepat makan, bibik masak sayur lodeh sama bandeng presto goreng.”

“Wah, itu juga kesukaan Bapak.”

“Aku bisa menghabiskan nasi sebakul,” kata pak Winarno sambil menyendok sayurnya, setelah Sekar menyendokkan nasi untuk ayahnya.

Sekar tertawa.

“Tidak apa-apa Pak, makan yang banyak, karena kalau kita doyan makan banyak, berarti kita sehat.”

“Iya sih, waktu sakit kan aku nggak doyan makan. Makan juga harus dipaksa.”

“Jadi bapak jangan sakit lagi ya?”

“Iya, itu yang bapak inginkan.”

Mereka kemudian makan dengan saling berdiam, hanya kelutik sendok yang beradu piring terdengar berdenting.

***

“Bik, aku tidak membantu Bibik mencuci piring ya. Ada yang harus aku kerjakan segera,” kata Sekar yang hanya membantu membawa piring-piring kotor ke dapur.

“Iya Non, memang ini kan tugas bibik. Biar bibik rampungkan semuanya, dan kerjakan apa yang akan Non kerjakan,” kata Bibik.

“Aku akan membuat lamaran pekerjaan,” bisik Sekar ke telinga bibik.

“Benarkah?” kata bibik hampir berteriak, tapi Sekar memberi isyarat agar bibik bicara pelan.

“Maaf,” lanjut bibik, yang sudah mengerti, bahwa masalah pekerjaan itu jangan dulu terdengar oleh pak Winarno.

“Doakan berhasil ya Bik,” Sekar kembali berbisik.

“Tentu Non. Doa terbaik untuk non cantikku ini,” kata bibik sambil mengacungkan jempolnya.

“Ya sudah Bik, aku ke kamar dulu. Jangan lupa antarkan jus tomatnya untuk bapak.”

“Iya Non, segera setelah meja makan bersih, bibik akan menuangkan jus-nya untuk bapak.”

Sekar tersenyum, lalu melangkah memasuki kamarnya. Ia menguncinya dari dalam, takutnya kalau tiba-tiba ayahnya membuka kamar dan melihat apa yang sedang dilakukannya. 

Sekar belum ingin mengatakan masalah pekerjaan baru yang akan dilamarnya, ia akan mengatakannya nanti kalau benar-benar sudah mulai bekerja. Pasti ayahnya juga akan menyayangkan keluarnya Sekar dari pekerjaannya, karena ayahnya selalu menilai baik atasannya. Tapi nanti Sekar akan mengatakan semuanya, dan ayahnya pasti akan bisa menerima alasannya.

“Mana Sekar?” tanya pak Winarno ketika bibik meletakkan jus tomat di meja.

“Di kamar Pak, tampaknya Non Sekar ingin segera beristirahat. Tampaknya capek sekali,” kata bibik yang khawatir majikannya akan menyuruhnya memanggilnya, sementara Sekar kan sedang sibuk membuat lamaran.

“Oh, iya benar. Biarkan saja kalau begitu.”

Bibik lega karena pak Winarno tidak menanyakannya lebih jauh. Ia segera berlalu untuk membersihkan dapur.

***

Pagi itu Sekar sudah bersiap masuk kerja. Berkas lamaran sudah dikirimkannya melalui email. Ia sedang menuju garasi untuk mengeluarkan sepeda motornya, ketika sebuah mobil berhenti di luar pagar. Sekar terkejut. Ia sangat mengenali mobil itu. Mobil mas Seno. Dan itu benar, tak lama kemudian Seno turun dari mobil dan melangkah memasuki halaman. Senyumnya merekah begitu melihat Sekar.

“Mas Seno, ada apa pagi-pagi sekali datang kemari?”

“Kamu baik-baik saja? Kok sudah mengenakan baju kerja, kamu mau kerja hari ini?”

“Iya.”

“Kamu sudah baikan?”

“Sangat baik Mas.”

Seno memberikan sekeranjang buah-buahan kepada Sekar.

“Ini apa?”

“Untuk kamu, aku pikir kamu masih sakit.”

“Saya hanya merasa lelah, mengapa mas Seno repot-repot begini?”

“Kalau begitu buat bapak saja.”

Sekar menghela napas. Lagi, sebuah kebaikan Seno membuat beban dosanya bertambah. Ia berniat menghianati perusahaan milik Seno, tapi Seno terus memberinya kebaikan.

“Mengapa diam? Cepat berikan sama bapak, dan kita berangkat bersama-sama.”

“Saya akan … naik motor saja Mas.”

“Ini perintah,” kata Seno sambil tersenyum, dan senyuman itu selalu membuat Sekar terpana, dan nyaris tak bisa berkata apa-apa.

Sekar menghela napas, ia membalikkan badan lalu memasuki rumah. Pak Winarno sedang berjalan keluar untuk mengantarkan Sekar yang mau masuk bekerja. Ia terkejut melihat Sekar membawa sekeranjang buah-buahan.

“Sekar, dari mana ini?”

“Dari mas Seno, untuk Bapak.”

“Mana nak Seno?”

“Di depan, menunggu Sekar untuk berangkat bekerja.”

Sekar meletakkan buah-buahan itu di meja, kemudian mengambil tas kerjanya, lalu mengikuti ayahnya keluar.

“Nak Seno kok repot-repot.”

“Tidak apa-apa Pak, kemarin kan_”

“Mas Seno selalu memperhatikan Bapak, Sekar juga sungkan,” potong sekar sambil mengedipkan matanya kepada Seno, sehingga Seno hanya meng ‘iya’ kan.

“Terima kasih sekali lho Nak.”

“Sama-sama Pak.”

“Sekar berangkat dulu Pak,” kata Sekar sambil mencium tangan ayahnya, Seno kemudian juga mengikutinya.

***

“Tadi aku ingin bilang bahwa kemarin karena kamu tidak enak badan, lalu aku membawakan buah-buahan, tapi kamu seperti melarang aku mengatakannya, benar?” tanya Seno saat sudah berada di dalam mobil menuju kantor.

“Iya benar Mas.”

“Kenapa?”

“Saya tidak ingin bapak tahu kalau saya sakit.”

“Oh, untunglah aku belum mengatakannya. Lalu alasan apa yang kamu katakan pada bapak ketika kamu pulang lebih awal?”

“Saya hanya bilang bahwa pekerjaan sudah selesai, lalu boleh pulang.”

“Ternyata kamu sangat menjaga perasaan ayah kamu.”

“Bapak tidak boleh sedih. Kalau tahu saya sakit, pasti bapak akan sedih.”

“Aku mengerti. Itu pula sebabnya maka kamu tidak banyak protes ketika aku mengajak kamu pergi bersama aku.”

“Saya ingin kita segera pergi, supaya tidak banyak pembicaraan yang membuat bapak bertanya-tanya, karena kemarin saya tidak mengatakan sakit atau apa.”

“Baiklah, apa sekarang kamu benar-benar sehat?”

“Sehat Mas.”

“Syukurlah. Bukan hanya bapak yang akan sedih kalau kamu sakit, tapi aku juga.”

Sekar menatap Seno, lalu keduanya saling pandang. Sekar mengalihkan pandangan ke arah samping kiri, merasa aneh dengan cara Seno memandangnya.

***

Sekar hampir bersorak, ketika seminggu setelah lamaran itu dikirimkan, dia mendapat panggilan untuk wawancara. Dan Sekar ingin menari-nari karena ia diterima bekerja dan harus mulai masuk kerja mulai bulan depan.

Berdebar hati Sekar ketika menyerahkan sebuah amplop pengunduran diri ke hadapan atasannya. Ia menyerahkannya, kemudian kembali duduk di kursi kerjanya.

“Surat apa ini?” tanya Seno sambil membuka amplop itu.

Tiba-tiba Seno berteriak.

“Tidaaak. Kamu tidak boleh pergi.”

Belum hilang keterkejutan Sekar, ketika Seno bergegas menuju ke arahnya, dan duduk di depannya.

“Kamu bercanda?”

“Saya serius.”

“Mengapa kamu tega Sekar? Perusahaan ini membutuhkan kamu,” kata Seno lemah. Sambil menatap pilu ke arah Sekar.

“Saya ingin konsentrasi dengan kuliah saya Mas, mohon maaf,” kata Sekar lirih, dan hampir saja air matanya jatuh terurai. Ia mengusapnya dengan tissue yang ada di depannya.

“Aku sudah bilang, kamu bebas kuliah dan melakukan apa saja yang kamu inginkan, Sekar,” rayu Seno. Sebenarnya tidak pantas seorang pimpinan seperti memohon-mohon kepada bawahannya. Tapi ada alasan lain mengapa Seno melakukannya.

“Maaf  Mas, saya tidak ingin mengganggu tugas saya dengan kebutuhan pribadi saya,” suara Sekar bergetar.

“Dengar Sekar, kamu tidak boleh pergi.”

“Mengapa Mas, janganlah mengikat saya. Biarkan saya meraih cita-cita saya.”

“Raih apa yang kamu mau, tapi jangan tinggalkan aku.”

“Mas Seno ….”

“Karena aku mencintai kamu.”

Sekar terpana.

***

Besok lagi ya.

53 comments:

  1. Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu.🙏😀

    ReplyDelete
  2. Alhsmdulillah
    Selamat bu Iin juara lg
    Syukron nggih Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  3. Wow keren...
    Yg di tunggu2 udah tayang SJ 35

    Alhamdulillah
    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Moga Allah beri kemudahan dan kelancaran dlm berkarya

    Sekar...oh Sekar kau msh menjalani bbrp ujian

    Siapa lagi yg akan bertemu dgnmu kali ini

    Yuuk baca lanjutannya bersama

    ADUHAI....

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. Terimakasih bunda Tien.. Sekar sdh hadir
      Sekar terpana dg keseriusan Seno..
      Akankah cinta Seno berlanjut..?
      Jawabannya msh lamaa rasanya.. krn bsk libur..

      Selamat mlm bunda..
      Semoga sehat dan bahagia selalu
      Selamat beristirahat..
      Salam Aduhai di mlm minggu..

      Delete
  5. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah akhirnya SJ 35 telah tayang....

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah SJ 35 sdh hdr. Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu 🙏🍃🦋

    ReplyDelete
  8. alhamdullilah SJ 35 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..slmt mlm dan slmt istrhat slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah SJ 35 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien..
    Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien Kumalasari dear...Salam sehat sll untuk panjenengan sekelg, dariku di Lampung

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah....
    Maturnuwun bunda Tien cantik.
    Salaam Sehat selalu 😘😘

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh datang...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah sj sdh tayang , terima kasih bu tien... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 35 sudah tayang, terima kasih mbak Tien Kumalasari.
    Semoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam sehat dan salam hangat.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~35 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah SJ 35 sdh hadir ,mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  18. Waduh...lgsg jeder z seno.. mntaapp.. trima kasih mbu tien... shat dan bhagia trs bersma keluarga

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah... Tks bund... Sehat selalu....

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.
    Waduh... belum tahu tempat kerja yang baru sudah mengundurkan diri.
    Kalau sampai...ah yang baik saja ya...
    Salam sukses mbak Tien, semoga selalu sehat dan tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  21. Terima kasih Bu Tien....di episode ini sampai terhanyut serasa aku itu jadi Sekar dan dapat senyuman manis dari Seno kok jadi degdegser....maunya Sekar menerima cinta Seno tapi tentu akan banyak rintangan kecemburuan Elsa dan kebencian Bu Ridwan ...huhu jd sedih.......

    ReplyDelete
  22. Walah Seno akirnya tegas langsung mengatakan cinta pada Sekar,takut ditinggal Sekar.
    Apakah Sekar akan terus bertahan demi Seno atau akan jujur kalau Sekar sudah punya pacar Barno?Hanya mbak Tien yg tahu ha ha ha....
    Salam Aduhai dr Tegal

    ReplyDelete
  23. Lah keluar jg ucapan cinta yg selama ini di pendalam dlm hati Seno....trims Bu Tien

    ReplyDelete
  24. Lhaah tenan to..
    Seno jatuh cinta sama sekar..
    Waah bikin penasaran saja bu Tien..
    Ditunggu cerita selanjutnya.
    Salam Sehat dan aduhai..

    ReplyDelete
  25. Piye jal Yen ngono iku
    Pernyataan cinta sang boss membuat Sekar terpana....heee bagaimana dengan Barno..kita tunggu tayangan berikutnya

    Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah SEBUAH JANJI 35 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  27. Seno ketakutan kalau kehilangan jejak, segera saja ungkapkan maksud nya, repot nya jadi orang cantik.
    Ternyata Seno mengirim buah, buah simalakama.
    Susah dijalani, apalagi bakalan berbenturan dengan sang madam, jangan jangan bikin tantangan kalau sang madam setuju akan dijalani.
    Bubar bubar nggak jadi bubarno, jadi buseno mau minta pertimbangan sama siapa lagi; sama simbok nanti terluka, sama Winarno atau minta penjelasan sama Winarno maksud perjanjian yang seolah dirahasiakan antara Barno dan Winarno, itu piyé.
    Ketakutan lagi; jangan jangan Winarno ayah nya tambah beban, memperburuk kesehatannya.
    Berat suasana hati, Barno sang pembebas hanya bisa berangan saja. Untung sudah ada pembekalan dari simbok, dengan ucapan harap maklum. Kåyå nang radio waé, mèlu mumêt yå, rasah dirasakakê marahi bapêr. Dongèngé cèn digawé ngono, diwåcå waé sing kêpénak.
    Aduhai


    Terimakasih Bu Tien,
    Sebuah janji yang ketiga puluh lima sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama dengan keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  28. Jangan pergi Sekar, aku mencintaimu...kluthik 😍😍

    Hii...matur nuwun bunda Tien...🙏

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SJ35 hadir bagi kami penggandrungnya.

    Berkat dan ujian hidup Sekar silih berganti. Mendapat pekerjaan yg cocok dan menyenangkan tapi juga mendapat ejekan dari tunangan dan ibu sang majikan.
    Sekar sangat baik, gak pengin ada orang yg membencinya, lalu pilih mundur.
    Semoga tempat kerjamu yg baru sekantor dgn Barno. Coba aja terusin wawancara.

    Bikin penasaran gimana Barno? Matur nuwun Ibu Tien, Berkah Dalem...

    ReplyDelete
  30. Terimakasih bu Tien
    Makin aduhai saja

    ReplyDelete
  31. Biasanya BTL ini JTL alias Jawa Tembak Langsung .....penalty 12 pas ...kipernya ngga siap ......goal ....klepek klepek .....glagepan menjawabnya ....
    ....
    .ayo Sekar ....tetapkan hatimu....kamu tetap keluar dari pekerjaan yang membuat kami *simalakama* kalau Seno benar² mencintaimu, dia padti tetap mengejar dimanapun kamu berada, hingga dia menyadari mengapa engkau keluar. Lagi pula kamu tidak akan makan hati, bila sepanjang hari akan dapat kebencian dari dua orang sekaligus, walau Seno dan pak Ridwan menyayangimu.
    Karena *the power of emak,-emak* kalau beraksi jangankan gunung gugur, segara (samudera,) pun akan kering dibuatnya.
    Biarkan nanti pada akhirnya mereka menyadari *the power of love* nya Seno yang tak akan bisa dibendung.

    Jadinya Bubar........ Bubarno apa Busen.......Buseno ? .....hanya ibu Tien yang tahu ......he he he yang sabar ya ........para pembaca....jawabnya nanti hari Senin ......

    Ingin jumpa dengan para penggemar dan idola penulis ceritera.
    Ayo ikut di JF4 Jakarta alias Jumpa Fans ke 4 yang akan dilaksanakan di Jakarta 2023

    ReplyDelete
  32. Serruu nih... komen Hadi..
    Mgkn bubarno... alasannya krn sdh dianggap kakak sendiri..
    tp hanya bunda Tien yg lbh tau hehe...
    Kita tunggu saja bgmn lanjutannya..
    Jd harap" cemas nunggu hr senin..

    Apkh *the power emak"* bs dikalahkan oleh *the power of love* Seno??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf..salah ketik pak suhu..
      Maksudnya ..
      # komen pak Hadi

      Delete
  33. Kutunggu dan kutunggu lagi
    Dari hari ke hari...😄😄😄

    ReplyDelete
  34. Semangat ya pak Bambang ..
    khususnya utk menunggu Sebuah Janji.. hehe..

    ReplyDelete
  35. Untuk pengantar tidur mbak🙂🙂🙂🙂🙂

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...