SEBUAH JANJI 35
(Tien Kumalasari)
Sekar membaca dengan cermat iklan itu, kemudian
dicatatnya semua persyaratan yang diperlukan. Kemudian dia kembali melipat
koran itu, lalu meletakkannya dengan rapi.
Sekar melanjutkan pekerjaannya dengan semangat yang menyala. Harapan akan mendapatkan pekerjaan baru tertoreh dalam angan-angannya. Lalu ia merasa, harus membuat lamaran itu dulu sebelum menyelesaikan tugasnya. Hal yang belum pernah dilakukannya, untuk mengesampingkan tugas demi kepentingannya sendiri. Kali ini Sekar melakukannya.
Lalu dia membuat surat lamaran terlebih dulu, dan mengisi data yang diperlukan, untuk kemudian dikirimkannya melalui
email. Karena kesibukannya tersebut, maka ketika Seno kembali ke
ruangannya, Sekar belum menyiapkan semua yang dipesan atasannya tersebut.
Padahal berkas lamaran juga belum selesai dibuatnya.
“Sudah selesai, Sekar?”
“Oh, ampun Mas, belum. Sebentar lagi Mas, maaf,” kata
Sekar penuh penyesalan.
“Kamu baik-baik saja?”
“Iya Mas, saya baik-baik saja.”
“Aku merasa kamu juga tidak bersemangat. Biasanya kamu
sangat cekatan dalam menyelesaikan tugas kamu,” kata Seno sambil menatap Sekar
lekat-lekat.
Sekar menundukkan wajahnya, melanjutkan pekerjaannya.
“Maaf.”
“Tidak apa-apa. Lakukan semampu kamu. Kamu boleh
pulang kalau memang sedang tidak enak badan.”
“Baiklah Mas, akan saya selesaikan dulu tugas dari mas
ini, terima kasih kalau saya diijinkan pulang lebih awal,” kata Sekar penuh
sesal karena telah membohongi atasannya yang sangat baik. Sungguh dia merasa berdosa.
Bahkan dia punya niat untuk meninggalkan pekerjaannya.
“Maaf,” bisiknya pelan.
“Sekar, kamu tidak usah berkali-kali minta maaf.”
Sekar terkejut. Tidak merasa mengucapkannya, tapi
ternyata kata itu benar-benar terlontar dari bibirnya.
“Iy..ya Mas.”
Seno merasa iba. Sekretaris yang sangat dikaguminya
itu memaksanya bekerja walau badannya sedang tidak enak. Ia mana tahu bahwa
sebenarnya Sekar ingin segera pulang karena ingin menyelesaikan berkas
lamaran yang diperlukan, soalnya tadi tertunda dengan hadirnya Seno.
Diam-diam Seno memesan segelas minuman hangat melalui
interkom.
Ketika OB menyajikannya, Seno memberinya isyarat agar
memberikannya kepada sekretarisnya.
Sekar terkejut ketika segelas minuman diletakkan di
atas mejanya.
“Ini … untuk … aku?” tanyanya heran.
“Pak Seno yang menyuruhnya, Bu,” kata sang OB kemudian
berlalu.
Sekar menatap Seno penuh pertanyaan, dan dengan
senyuman khas-nya Seno mengangguk.
“Untuk saya?”
“Iya. Minumlah, agar kamu merasa lebih segar.”
Dan sebuah kebaikan yang baru saja dilakukan Seno,
membuat Sekar semakin merasa berdosa untuk meninggalkan pekerjaannya demi
berpindah ke perusahaan lain.
“Maaf,” sekali lagi tanpa sengaja bisikan itu
terlontar dari bibirnya.
Seno tertawa sambil terus menatap ulah sekretaris
cantiknya.
“Sekar, sudah berapa kali kamu mengucapkan maaf?”
Sekar kembali terkejut. Kok dia mengucapkannya lagi?
Sekar tidak sadar, bahwa itu ungkapan penyesalan dan rasa berdosanya, yang
tanpa sengaja terlontar lagi dari bibirnya. Ia tersenyum tipis, dan melanjutkan
lagi pekerjaannya.
“Minumlah, mumpung masih hangat,” perintah Seno karena
ia melihat Sekar belum menyentuh minuman yang diberikannya.
“Baik … baiklah,” katanya sambil meraih gelas tersebut,
dan meneguknya beberapa teguk. Kemudian Sekar memang merasa lebih segar. Ia
menghela napas lega, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara pandangan
Seno tak lepas dari wajah sang sekretaris.
“Segera selesaikan, lalu aku akan mengantarkan kamu
pulang,” celetuk Seno.
Sekar terkejut. Ia menatap ke arah atasan gantengnya
dan menggelengkan kepalanya.
“Jangan Mas, biar saya pulang sendiri saja.”
“Tidak bisa Sekar, ini perintah.”
“Saya bisa naik taksi.”
“Aku tetap akan mengantarkan kamu.”
“Bagaimana nanti pandangan karyawan lain kalau Mas
Seno memperlakukan saya lebih dari kepada seorang karyawan? Saya merasa tidak
enak. Lagi pula saya membawa motor.”
“Kamu sedang tidak enak badan, tinggalkan saja motor
kamu di kantor, nanti biar satpam mengantarkannya ke rumah. Kecuali itu siapa
yang peduli kepada pandangan orang lain? Apakah aku berlebihan, saat melihat
karyawanku sedang sakit?”
“Tapi saya bukan sedang pingsan bukan?”
Seno terbahak.
“Saya masih bisa berjalan dan mencari taksi.”
“Baiklah, bandel, Aku akan menyuruh sopir perusahaan
untuk mengantarkan kamu.”
“Saya_”
“Ini perintah.”
Lalu Sekar hanya bisa menundukkan wajahnya.
***
“Jam berapa ini, tumben sudah pulang, Sekar?” sapa pak
Winarno ketika anak gadisnya memasuki rumah.
“Iya Pak, ada tugas keluar, dan sudah selesai, maka
saya bisa langsung pulang.”
“Tadi naik taksi? Bapak tidak mendengar sepeda motor
masuk ke halaman.”
“Tidak, diantar oleh mobil perusahaan. Motornya akan
diantar satpam.”
“Perusahaan di mana kamu bekerja itu sangat baik
bukan? Mau mengantarkan karyawannya pulang juga.”
“Iya,” kata Sekar sambil berlalu.
“Ganti pakaian kamu, kita bisa makan bersama kan?”
“Iya Pak, tentu saja, Sekar cuci kaki tangan dulu ya
Pak.”
“Cepatlah, bapak tunggu di ruang makan. Bibik sudah
menyuruh bapak makan tadi.”
“Baiklah,” kata Sekar sambil masuk ke dalam kamarnya.
Ia mengambil laptop, untuk menyelesaikan lamaran yang tadi belum sempat
diselesaikannya, tapi tadi ayahnya bilang akan menunggunya di ruang makan.
Sekar hanya menyiapkan laptopnya di meja, kemudian masuk ke kamar mandi.
Sambil membersihkan diri itu, rasa bersalah terus saja
menghantuinya. Sungguh ia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya karena sudah
merasa nyaman melakukannya, tapi bayangan Elsa yang cemburu terhadapnya, ditambah
tatapan kebencian dari bu Ridwan, membuatnya merasa ciut. Bukan takut
menghadapinya, tapi ia takut menjadi penyebab retaknya pertunangan Seno dan
Elsa. Diam-diam air matanya menitik. Kebaikan Seno, keramahan pak Ridwan,
jarang ditemukannya di tempat lain. Iapun tak yakin, bahwa di perusahaan yang
akan ditujunya, ia akan menemukan atasan sebaik mereka. Ah, entahlah. Sekar
merasa bahwa yang akan ditempuhnya adalah yang terbaik.
“Noon, Non Sekar,” teriakan bibik dari balik pintu
mengejutkannya. Ia sudah membasuh kaki tangannya, tapi belum sempat memakai pakaiannya.
“Ya Bik.”
“Bapak menunggu di ruang makan.”
“Oh iya, baiklah, ini sudah hampir selesai,” katanya
sambil buru-buru mengenakan pakaiannya.
“Mengapa lama sekali?” tegur pak Winarno setelah Sekar
duduk di depannya.
“Iya Pak, kelamaan ya?”
“Kamu sekalian mandi?”
“Tidak, hanya mengumpulkan baju-baju kotor,” bohong
Sekar.
“Oh, ayo cepat makan, ini kesempatan langka, di jam
kerja kamu, kita bisa makan siang bersama.”
“Iya Pak, kalau saja letak kantor Sekar tidak begitu
jauh, Sekar bisa saja setiap saat istirahat tiba, lalu Sekar menyempatkan
pulang.”
“Tidak, lakukan saja yang terbaik. Bapak hanya asal
bicara kok. Kalau kamu pulang untuk makan siang di rumah, waktu istirahat kamu
habis untuk perjalanan, lalu makan siang dengan tergesa-gesa.”
“Iya benar.”
“Bapak sudah merasa puas setiap libur bisa makan
bersama kamu setiap pagi, siang dan malam.”
“Iya, Bapak.”
“Ayo cepat makan, bibik masak sayur lodeh sama bandeng
presto goreng.”
“Wah, itu juga kesukaan Bapak.”
“Aku bisa menghabiskan nasi sebakul,” kata pak Winarno
sambil menyendok sayurnya, setelah Sekar menyendokkan nasi untuk ayahnya.
Sekar tertawa.
“Tidak apa-apa Pak, makan yang banyak, karena kalau
kita doyan makan banyak, berarti kita sehat.”
“Iya sih, waktu sakit kan aku nggak doyan makan. Makan
juga harus dipaksa.”
“Jadi bapak jangan sakit lagi ya?”
“Iya, itu yang bapak inginkan.”
Mereka kemudian makan dengan saling berdiam, hanya
kelutik sendok yang beradu piring terdengar berdenting.
***
“Bik, aku tidak membantu Bibik mencuci piring ya. Ada
yang harus aku kerjakan segera,” kata Sekar yang hanya membantu membawa
piring-piring kotor ke dapur.
“Iya Non, memang ini kan tugas bibik. Biar bibik
rampungkan semuanya, dan kerjakan apa yang akan Non kerjakan,” kata Bibik.
“Aku akan membuat lamaran pekerjaan,” bisik Sekar ke
telinga bibik.
“Benarkah?” kata bibik hampir berteriak, tapi Sekar
memberi isyarat agar bibik bicara pelan.
“Maaf,” lanjut bibik, yang sudah mengerti, bahwa
masalah pekerjaan itu jangan dulu terdengar oleh pak Winarno.
“Doakan berhasil ya Bik,” Sekar kembali berbisik.
“Tentu Non. Doa terbaik untuk non cantikku ini,” kata
bibik sambil mengacungkan jempolnya.
“Ya sudah Bik, aku ke kamar dulu. Jangan lupa antarkan
jus tomatnya untuk bapak.”
“Iya Non, segera setelah meja makan bersih, bibik akan
menuangkan jus-nya untuk bapak.”
Sekar tersenyum, lalu melangkah memasuki kamarnya. Ia menguncinya dari dalam, takutnya kalau tiba-tiba ayahnya membuka kamar dan melihat apa yang sedang dilakukannya.
Sekar belum ingin mengatakan masalah
pekerjaan baru yang akan dilamarnya, ia akan mengatakannya nanti kalau
benar-benar sudah mulai bekerja. Pasti ayahnya juga akan menyayangkan keluarnya
Sekar dari pekerjaannya, karena ayahnya selalu menilai baik atasannya. Tapi
nanti Sekar akan mengatakan semuanya, dan ayahnya pasti akan bisa menerima
alasannya.
“Mana Sekar?” tanya pak Winarno ketika bibik
meletakkan jus tomat di meja.
“Di kamar Pak, tampaknya Non Sekar ingin segera
beristirahat. Tampaknya capek sekali,” kata bibik yang khawatir majikannya akan
menyuruhnya memanggilnya, sementara Sekar kan sedang sibuk membuat lamaran.
“Oh, iya benar. Biarkan saja kalau begitu.”
Bibik lega karena pak Winarno tidak menanyakannya
lebih jauh. Ia segera berlalu untuk membersihkan dapur.
***
Pagi itu Sekar sudah bersiap masuk kerja. Berkas
lamaran sudah dikirimkannya melalui email. Ia sedang menuju garasi untuk mengeluarkan
sepeda motornya, ketika sebuah mobil berhenti di luar pagar. Sekar terkejut. Ia
sangat mengenali mobil itu. Mobil mas Seno. Dan itu benar, tak lama kemudian
Seno turun dari mobil dan melangkah memasuki halaman. Senyumnya merekah begitu
melihat Sekar.
“Mas Seno, ada apa pagi-pagi sekali datang kemari?”
“Kamu baik-baik saja? Kok sudah mengenakan baju kerja,
kamu mau kerja hari ini?”
“Iya.”
“Kamu sudah baikan?”
“Sangat baik Mas.”
Seno memberikan sekeranjang buah-buahan kepada Sekar.
“Ini apa?”
“Untuk kamu, aku pikir kamu masih sakit.”
“Saya hanya merasa lelah, mengapa mas Seno repot-repot
begini?”
“Kalau begitu buat bapak saja.”
Sekar menghela napas. Lagi, sebuah kebaikan Seno
membuat beban dosanya bertambah. Ia berniat menghianati perusahaan milik Seno,
tapi Seno terus memberinya kebaikan.
“Mengapa diam? Cepat berikan sama bapak, dan kita
berangkat bersama-sama.”
“Saya akan … naik motor saja Mas.”
“Ini perintah,” kata Seno sambil tersenyum, dan
senyuman itu selalu membuat Sekar terpana, dan nyaris tak bisa berkata apa-apa.
Sekar menghela napas, ia membalikkan badan lalu
memasuki rumah. Pak Winarno sedang berjalan keluar untuk mengantarkan Sekar
yang mau masuk bekerja. Ia terkejut melihat Sekar membawa sekeranjang
buah-buahan.
“Sekar, dari mana ini?”
“Dari mas Seno, untuk Bapak.”
“Mana nak Seno?”
“Di depan, menunggu Sekar untuk berangkat bekerja.”
Sekar meletakkan buah-buahan itu di meja, kemudian
mengambil tas kerjanya, lalu mengikuti ayahnya keluar.
“Nak Seno kok repot-repot.”
“Tidak apa-apa Pak, kemarin kan_”
“Mas Seno selalu memperhatikan Bapak, Sekar juga
sungkan,” potong sekar sambil mengedipkan matanya kepada Seno, sehingga Seno
hanya meng ‘iya’ kan.
“Terima kasih sekali lho Nak.”
“Sama-sama Pak.”
“Sekar berangkat dulu Pak,” kata Sekar sambil mencium
tangan ayahnya, Seno kemudian juga mengikutinya.
***
“Tadi aku ingin bilang bahwa kemarin karena kamu tidak
enak badan, lalu aku membawakan buah-buahan, tapi kamu seperti melarang aku
mengatakannya, benar?” tanya Seno saat sudah berada di dalam mobil menuju
kantor.
“Iya benar Mas.”
“Kenapa?”
“Saya tidak ingin bapak tahu kalau saya sakit.”
“Oh, untunglah aku belum mengatakannya. Lalu alasan
apa yang kamu katakan pada bapak ketika kamu pulang lebih awal?”
“Saya hanya bilang bahwa pekerjaan sudah selesai, lalu
boleh pulang.”
“Ternyata kamu sangat menjaga perasaan ayah kamu.”
“Bapak tidak boleh sedih. Kalau tahu saya sakit, pasti
bapak akan sedih.”
“Aku mengerti. Itu pula sebabnya maka kamu tidak
banyak protes ketika aku mengajak kamu pergi bersama aku.”
“Saya ingin kita segera pergi, supaya tidak banyak pembicaraan yang membuat bapak bertanya-tanya, karena kemarin saya
tidak mengatakan sakit atau apa.”
“Baiklah, apa sekarang kamu benar-benar sehat?”
“Sehat Mas.”
“Syukurlah. Bukan hanya bapak yang akan sedih kalau
kamu sakit, tapi aku juga.”
Sekar menatap Seno, lalu keduanya saling pandang.
Sekar mengalihkan pandangan ke arah samping kiri, merasa aneh dengan cara Seno
memandangnya.
***
Sekar hampir bersorak, ketika seminggu setelah lamaran
itu dikirimkan, dia mendapat panggilan untuk wawancara. Dan Sekar ingin
menari-nari karena ia diterima bekerja dan harus mulai masuk kerja mulai bulan
depan.
Berdebar hati Sekar ketika menyerahkan sebuah amplop
pengunduran diri ke hadapan atasannya. Ia menyerahkannya, kemudian kembali duduk
di kursi kerjanya.
“Surat apa ini?” tanya Seno sambil membuka amplop itu.
Tiba-tiba Seno berteriak.
“Tidaaak. Kamu tidak boleh pergi.”
Belum hilang keterkejutan Sekar, ketika Seno bergegas
menuju ke arahnya, dan duduk di depannya.
“Kamu bercanda?”
“Saya serius.”
“Mengapa kamu tega Sekar? Perusahaan ini membutuhkan
kamu,” kata Seno lemah. Sambil menatap pilu ke arah Sekar.
“Saya ingin konsentrasi dengan kuliah saya Mas, mohon
maaf,” kata Sekar lirih, dan hampir saja air matanya jatuh terurai. Ia
mengusapnya dengan tissue yang ada di depannya.
“Aku sudah bilang, kamu bebas kuliah dan melakukan apa
saja yang kamu inginkan, Sekar,” rayu Seno. Sebenarnya tidak pantas seorang
pimpinan seperti memohon-mohon kepada bawahannya. Tapi ada alasan lain mengapa
Seno melakukannya.
“Maaf Mas, saya tidak ingin mengganggu tugas saya
dengan kebutuhan pribadi saya,” suara Sekar bergetar.
“Dengar Sekar, kamu tidak boleh pergi.”
“Mengapa Mas, janganlah mengikat saya. Biarkan saya
meraih cita-cita saya.”
“Raih apa yang kamu mau, tapi jangan tinggalkan aku.”
“Mas Seno ….”
“Karena aku mencintai kamu.”
Sekar terpana.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMbk Iin Jiaaan....juara 1 teruuus
DeleteJuara 1 nya tetap, istiqomah.
DeleteMbak Iin top markotop
DeleteMatur nuwun, bu Tien. Sehat selalu.🙏😀
ReplyDeleteAlhsmdulillah
ReplyDeleteSelamat bu Iin juara lg
Syukron nggih Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷
Hatur nuhun
ReplyDeleteWow keren...
ReplyDeleteYg di tunggu2 udah tayang SJ 35
Alhamdulillah
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Moga Allah beri kemudahan dan kelancaran dlm berkarya
Sekar...oh Sekar kau msh menjalani bbrp ujian
Siapa lagi yg akan bertemu dgnmu kali ini
Yuuk baca lanjutannya bersama
ADUHAI....
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien.. Sekar sdh hadir
DeleteSekar terpana dg keseriusan Seno..
Akankah cinta Seno berlanjut..?
Jawabannya msh lamaa rasanya.. krn bsk libur..
Selamat mlm bunda..
Semoga sehat dan bahagia selalu
Selamat beristirahat..
Salam Aduhai di mlm minggu..
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeletealhamdulillah🙏
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Alhamdulillah akhirnya SJ 35 telah tayang....
ReplyDeleteAlhamdulillah SJ 35 sdh hdr. Matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu 🙏🍃🦋
ReplyDeletealhamdullilah SJ 35 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..slmt mlm dan slmt istrhat slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah SJ 35 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien..
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat selalu bunda Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari dear...Salam sehat sll untuk panjenengan sekelg, dariku di Lampung
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien. Sangu malming
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMaturnuwun bunda Tien cantik.
Salaam Sehat selalu 😘😘
Alhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Alhamdulilah sj sdh tayang , terima kasih bu tien... salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah Sebuah Janji Eps 35 sudah tayang, terima kasih mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam sehat dan salam hangat.
Alhamdulillah SEBUAH JANJI~35 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah SJ 35 sdh hadir ,mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteWaduh...lgsg jeder z seno.. mntaapp.. trima kasih mbu tien... shat dan bhagia trs bersma keluarga
ReplyDeleteAlhamdulillah... Tks bund... Sehat selalu....
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.
ReplyDeleteWaduh... belum tahu tempat kerja yang baru sudah mengundurkan diri.
Kalau sampai...ah yang baik saja ya...
Salam sukses mbak Tien, semoga selalu sehat dan tetap ADUHAI.
Terima kasih Bu Tien....di episode ini sampai terhanyut serasa aku itu jadi Sekar dan dapat senyuman manis dari Seno kok jadi degdegser....maunya Sekar menerima cinta Seno tapi tentu akan banyak rintangan kecemburuan Elsa dan kebencian Bu Ridwan ...huhu jd sedih.......
ReplyDeleteWalah Seno akirnya tegas langsung mengatakan cinta pada Sekar,takut ditinggal Sekar.
ReplyDeleteApakah Sekar akan terus bertahan demi Seno atau akan jujur kalau Sekar sudah punya pacar Barno?Hanya mbak Tien yg tahu ha ha ha....
Salam Aduhai dr Tegal
Lah keluar jg ucapan cinta yg selama ini di pendalam dlm hati Seno....trims Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah .....
ReplyDeleteLhaah tenan to..
ReplyDeleteSeno jatuh cinta sama sekar..
Waah bikin penasaran saja bu Tien..
Ditunggu cerita selanjutnya.
Salam Sehat dan aduhai..
Piye jal Yen ngono iku
ReplyDeletePernyataan cinta sang boss membuat Sekar terpana....heee bagaimana dengan Barno..kita tunggu tayangan berikutnya
Matur suwun bunda Tien
Salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii
Alhamdulillah SEBUAH JANJI 35 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah ..terima kasih bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteSeno ketakutan kalau kehilangan jejak, segera saja ungkapkan maksud nya, repot nya jadi orang cantik.
ReplyDeleteTernyata Seno mengirim buah, buah simalakama.
Susah dijalani, apalagi bakalan berbenturan dengan sang madam, jangan jangan bikin tantangan kalau sang madam setuju akan dijalani.
Bubar bubar nggak jadi bubarno, jadi buseno mau minta pertimbangan sama siapa lagi; sama simbok nanti terluka, sama Winarno atau minta penjelasan sama Winarno maksud perjanjian yang seolah dirahasiakan antara Barno dan Winarno, itu piyé.
Ketakutan lagi; jangan jangan Winarno ayah nya tambah beban, memperburuk kesehatannya.
Berat suasana hati, Barno sang pembebas hanya bisa berangan saja. Untung sudah ada pembekalan dari simbok, dengan ucapan harap maklum. Kåyå nang radio waé, mèlu mumêt yå, rasah dirasakakê marahi bapêr. Dongèngé cèn digawé ngono, diwåcå waé sing kêpénak.
Aduhai
Terimakasih Bu Tien,
Sebuah janji yang ketiga puluh lima sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama dengan keluarga tercinta
🙏
Jangan pergi Sekar, aku mencintaimu...kluthik 😍😍
ReplyDeleteHii...matur nuwun bunda Tien...🙏
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SJ35 hadir bagi kami penggandrungnya.
ReplyDeleteBerkat dan ujian hidup Sekar silih berganti. Mendapat pekerjaan yg cocok dan menyenangkan tapi juga mendapat ejekan dari tunangan dan ibu sang majikan.
Sekar sangat baik, gak pengin ada orang yg membencinya, lalu pilih mundur.
Semoga tempat kerjamu yg baru sekantor dgn Barno. Coba aja terusin wawancara.
Bikin penasaran gimana Barno? Matur nuwun Ibu Tien, Berkah Dalem...
Terimakasih bu Tien
ReplyDeleteMakin aduhai saja
Biasanya BTL ini JTL alias Jawa Tembak Langsung .....penalty 12 pas ...kipernya ngga siap ......goal ....klepek klepek .....glagepan menjawabnya ....
ReplyDelete....
.ayo Sekar ....tetapkan hatimu....kamu tetap keluar dari pekerjaan yang membuat kami *simalakama* kalau Seno benar² mencintaimu, dia padti tetap mengejar dimanapun kamu berada, hingga dia menyadari mengapa engkau keluar. Lagi pula kamu tidak akan makan hati, bila sepanjang hari akan dapat kebencian dari dua orang sekaligus, walau Seno dan pak Ridwan menyayangimu.
Karena *the power of emak,-emak* kalau beraksi jangankan gunung gugur, segara (samudera,) pun akan kering dibuatnya.
Biarkan nanti pada akhirnya mereka menyadari *the power of love* nya Seno yang tak akan bisa dibendung.
Jadinya Bubar........ Bubarno apa Busen.......Buseno ? .....hanya ibu Tien yang tahu ......he he he yang sabar ya ........para pembaca....jawabnya nanti hari Senin ......
Ingin jumpa dengan para penggemar dan idola penulis ceritera.
Ayo ikut di JF4 Jakarta alias Jumpa Fans ke 4 yang akan dilaksanakan di Jakarta 2023
Serruu nih... komen Hadi..
ReplyDeleteMgkn bubarno... alasannya krn sdh dianggap kakak sendiri..
tp hanya bunda Tien yg lbh tau hehe...
Kita tunggu saja bgmn lanjutannya..
Jd harap" cemas nunggu hr senin..
Apkh *the power emak"* bs dikalahkan oleh *the power of love* Seno??
Maaf..salah ketik pak suhu..
DeleteMaksudnya ..
# komen pak Hadi
Alhamdulillah
ReplyDeleteKutunggu dan kutunggu lagi
ReplyDeleteDari hari ke hari...😄😄😄
Semangat ya pak Bambang ..
ReplyDeletekhususnya utk menunggu Sebuah Janji.. hehe..
Untuk pengantar tidur mbak🙂🙂🙂🙂🙂
ReplyDeleteBetul pak..nunggu MST takut keburu ngantuuk..
Delete