Monday, August 8, 2022

KEMBANG CANTIKKU 42

 

KEMBANG CANTIKKU 42

(Tien Kumalasari)

 

Qila melarikan mobilnya seperti dikejar setan. Wajahnya muram, merah padam seperti menahan marah.

“Jangan ngebut dong, jalanan lagi ramai nih.”

“Kamu itu juga menambah sebelnya hati aku,” kesalnya tanpa mengurangi laju mobilnya.

“Aku kenapa? Kok jadi aku bikin sebel.”

“Kamu seperti ketakutan begitu.”

“Yah, kita memang bersalah kan, bikin kacau acara lamaran. Kamu juga sih yang membuat gara-gara. Sudah jelas yang namanya Wahyudi itu menengok ke arah kamu saja enggak, kenapa kamu masih ngeyel.”

“Kamu belum tahu ya, aku tuh cinta berat sama dia.”

“Kamu cinta, nyatanya dia tidak, lalu apa yang kamu dapat?”

“Kalau aku nggak dapat, dia juga nggak akan dapat,” geramnya.

Kori merengut. Dirinya juga sedang dilanda rasa kecewa. Ia masih mencintai Sapto, tapi Sapto sudah berpaling. Retno adalah segalanya bagi Sapto. Dia tadi sempat melirik, perut Retno sedikit membesar. Hamil. Dan itu menyakitkan sekali. Dirinya dulu tak kunjung hamil, Retno sudah dua kali hamil. Dan kehamilan itulah yang kemudian meluluhkan hati Sapto, kemudian semakin menyayanginya. Kori menyesali terjadinya kecelakaan yang membuat dia kehilangan rahimnya. Sesungguhnya Sapto, bahkan ayah mertuanya sangat mengasihani dirinya. Tapi sekarang dia sadar, bahwa memang dirinya yang bersalah. Kalau saja dulu dia mau berbagi cinta dengan Retno, bisa mengasihi Qila seperti harapan semua orang, pasti dirinya tak usah masuk penjara, lalu sekarang kehilangan semuanya.

“Kok kamu diam? Merasakan hal yang sama? Kamu juga bodoh, dia tak suka, kenapa kamu masih mengemis cintanya? Memalukan.”

“Barangkali dia masih ingat bahwa dia pernah begitu mencintai aku.”

“Laki-laki itu tidak bisa diperlakukan begitu mudah. Seperti ‘mas, kembalilah sama aku, aku masih mencintai kamu’ … huhh, mana mungkin.”

“Lalu apa?”

“Lakukan dengan tindakan.”

“Maksudnya?”

“Dekati, jatuhkan dengan rayuan. Laki-laki itu sebenarnya sangat lemah. Harus tersentuh dulu perasaannya. Harus kamu buat supaya dia tertarik. Masa sih tidak mengerti maksudku? Menarik hati laki-laki itu tidak susah.”

“Omong kosong apa kamu? Buktinya kamu tidak pernah berhasil mendekati Wahyudi, sampai kamu berbuat konyol seperti tadi.”

“Itu karena aku tidak punya banyak waktu, atau malah tidak pernah punya waktu untuk berdua saja sama dia. Kalau waktu itu ada, mana mungkin dia bisa melewatkan wanita secantik aku.”

Kori mencibir. Ia tahu sahabat barunya itu terlalu besar kepala. Merasa dirinya paling cantik dan begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Padahal baru saja mereka mendapat malu gara-gara kelakuannya.

Tiba-tiba sebuah sepeda melintas dan Qila tak sempat mengerem kendaraannya. Terdengar teriakan dan suara sepeda terjatuh. Tapi bukannya berhenti, Qila melajukan kendaraannya semakin kencang.

Teriakan-teriakan orang tak dihiraukan. Qila membelokkan mobilnya masuk kejalan kecil untuk menghindari pengejaran.

“Qila, kamu sudah gila? Berhenti! Kamu menabrak orang, tahu.”

“Diam. Aku tak mau masuk penjara seperti kamu.”

Tapi Qila tak sadar, bahwa seseorang telah mencatat nomor mobilnya.

***

Wahyudi mengisi hari-harinya dengan mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan yang akan diadakan dua bulan setelah lamaran. Saat itu setahun setelah menikahnya Murti sudah lewat, berarti bu Lasminah siap mengentaskan anak bungsunya dengan segala kemampuan yang ada.

Wuri yang sangat gembira karena akhirnya Wahyudi menemukan gadis yang dicintainya, sangat sigap membantu segala keperluannya.

Hari itu dengan meminjam mobil perusahaannya, Wahyudi membawa calon mertua dan calon istrinya ke rumah, dengan harapan sang ibu mertua kelak bersedia tinggal bersamanya.

“Ya begini ini Bu, rumah saya. Saya harap setelah kami menikah, ibu bersedia tinggal di sini.”

“Rumah ini jauh lebih bagus dari rumah ibu yang di desa Nak, tapi bukan ini yang membuat ibu bersedia. Ibu sendirian di sana, dan Murni tampaknya juga tak tega meninggalkan ibu tanpa dirinya.”

“Itu sebabnya saya mempersiapkan semuanya di sini Bu.”

“Mas, bolehkan aku minta sesuatu?” tanya Murni tiba-tiba.

“Nanti setelah menikah, saya mau kuliah.”

“Kuliah, nduk? Mengapa sudah menikah malah ingin kuliah?”

“Dulu saya menawarkan itu, kamu tidak mau.”

“Dulu, kalau saya kuliah, pasti memberatkan ibu. Tapi setelah menikah kan tidak memberatkan ibu lagi, tapi memberatkan suami aku,” kata Murni sambil tersenyum.

“O, begitu? Anak baik …” puji Wahyudi sambil tersenyum.

“Bolehkah? Sampai D3 saja aku mau kok, syukur-syukur nanti aku bisa bekerja setelah selesai.”

“Aduh, mengapa kamu setelah mau menikah lalu banyak maunya?” keluh bu Lasminah.

“Boleh tidak?”

“Tentu saja boleh Murni. Lakukan apa yang kamu inginkan. Aku akan selalu mendukung kamu.”

“Benar?”

Wahyudi mengangguk sambil tersenyum. Bu Lasminah geleng-geleng kepala.

“Tidak apa-apa kan Bu?”

“Kalau kamu sudah menjadi istri nak Wahyudi, ya ibu tidak mau ikutan. Kalau nak Wahyudi mengijinkan, tentu ibu akan mendukungnya juga.”

Murni memeluk ibunya dengan senang.

“Yang penting, kalau kamu punya kegiatan, baik mau sekolah lagi atau bekerja, kamu harus ingat bahwa tugas utama kamu adalah sebagai istri. Dan istri itu, tugas utamanya adalah melayani suami. Itu yang nomor satu. Kamu mengerti?”

“Iya Bu, tentu aku mengerti.”

“Murni masih muda Bu, biarkanlah dia mencapai cita-citanya. Saya sebagai suaminya nanti pasti akan mendukung sepenuhnya.”

“Terima kasih Mas. Sebetulnya aku belum ingin menikah.”

Wahyudi menatap Murni dengan tatapan kecewa.

“Jadi kamu bersedia menikah karena terpaksa?”

“Karena kasihan sama mas Yudi.”

“Kasihan sama aku? Memangnya aku kenapa?”

“Kalau aku menunda pernikahan kita, kamu akan tetap menjadi perjaka tua ,” kata Murni enteng, membuat Wahyudi terbahak.

“Kamu sudah mau menjadi istri aku, masih belum mau meninggalkan perkataan yang mengatai aku ‘tua’ ya?”

“Iya Murni, kebiasaan kamu tuh,” tegur ibunya.

“Memang kenyataannya begitu kan Bu? Kalau tidak segera menikah pasti masih akan banyak yang bilang dia perjaka tua.”

“Kamu benar, terima kasih, kembang cantikku …”

Murni tersenyum tersipu.

***

Siang itu Nano baru saja membawa mobilnya memasuki halaman, pak Kartiko menunggu di teras bersama istrinya. Mereka heran karena tadi Nano pergi dengan terburu-buru setelah Wisnu menelpon. Sudah sejak pagi dia pergi.

“Nano, dari mana kamu?” tanya pak Kartiko begitu Nano turun dari mobil.

“Dari mengantar pak Wisnu, Pak.”

“Mengantar kemana? Mobil Wisnu kenapa?”

“Mengantarkan ke kantor polisi Pak.”

“Kenapa?”

“Bu Qila menabrak orang hingga meninggal.”

“Apa?”

“Setelah menabrak, bu Qila kabur. Tapi ada yang mencatat nomor polisi mobilnya, padahal mobil itu kan masih atas nama pak Wisnu.”

“Ya ampun, kapan itu terjadinya?” sambung bu Kartiko.

“Sepertinya setelah pulang dari Matesih Bu.”

“Apakah Wisnu mendapat masalah setelah peristiwa itu?”

“Tidak, pak Wisnu hanya mengatakan bahwa mobilnya dibawa bu Qila. Lalu bu Qila sudah diamankan.”

“Di Matesih membuat kekacauan, lalu menabrak orang dijalan, begitu?”

“Iya Bu.”

“Benar-benar tukang membuat masalah.”

“Sekarang Wisnu di mana?” tanya pak Kartiko.

“Sudah kembali ke kantor Pak.”

“Syukurlah. Kalau memang mobil itu diberikan, lebih baik suruh balik nama saja menjadi nama Qila. Kalau ada apa-apa bisa ikut terlibat nanti.”

“Tadi pak Wisnu sudah mengatakan, orang kantor yang di suruh mengurusnya.”

“Ya sudah, sekarang kamu istirahat sana. Istrimu sudah dari tadi menunggu tuh,” kata bu Kartiko.

Nano tersenyum, kemudian beranjak ke belakang.

“Semoga setelah ini dia tidak akan membuat ulah yang akan melibatkan keluarga kita lagi.”

“Dia menabrak orang sampai meninggal, berarti dia akan masuk penjara.”

“Biar dia terima itu sebagai pelajaran. Kelakuannya sungguh sudah diluar akal waras.”

***

Kori termangu di teras rumah Qila. Dia sungguh bingung setelah Qila ditangkap polisi. Dia tak bisa pulang ke rumah orang tuanya karena masih di kontrak orang. Dia sudah menerima uang kontrak itu beberapa hari yang lalu dari sebelum dia masuk penjara sampai dua tahun ke depan. Ia akan mempergunakan uang itu untuk semua kebutuhannya. Tapi dia tidak punya rumah tinggal. Jadi dia terpaksa masih berada di rumah itu, entah sampai kapan.

Pagi itu dia bermaksud menemui Qila di kantor polisi, bermaksud membicarakan soal rumah tinggalnya. Ia yakin Qila akan mengijinkannya tinggal, tapi dia harus berbicara dulu dengannya.

"Terserah kalau kamu mau tinggal disana, hitung-hitung ada orang yang akan membersihkan rumahku setiap hari."

“Bagaimana kelanjutan kasus ini?”

“Nggak tahu aku, ternyata orang mencatat nomor mobil itu lalu mas Wisnu melaporkan bahwa akulah yang mengendarainya.”

“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan ngebut.”

“Sudah, jangan diingat-ingat lagi, semuanya sudah terjadi.”

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Apa? Aku ditahan, mana bisa melakukan apa-apa. Tolong hubungi mas Wisnu, minta agar mobil itu dijual saja. Aku butuh pengacara.”

“Apakah pengacara akan bisa membebaskan kamu?”

“Paling tidak meringankan hukuman aku, entahlah. Pikiranku buntu. Aku hanya bisa pasrah. Sekarang tolong belikan aku makanan. Makanan di sini sangat tidak enak.”

“Ya pasti lah tidak enak. Memangnya rumah nenek kamu? Ini tempat orang-orang yang akan mendapat hukuman, tahu.”

“Hi, cerewet sih kamu. Cepat bawakan makanan untuk aku, kirimi setiap hari.”

“Baiklah. Ada uang di dalam tas kamu kan?”

“Jangan habiskan.”

***

“Ya ampun Bu, wanita yang dulu membuat kacau ketika mas Wahyudi melamar itu, kabarnya ditangkap polisi,” kata Murni setelah menerima tilpon dari Wahyudi.

“Aduh, kasihan sekali, masa cuma begitu saja dilaporkan polisi sih, kan di sini sudah diperingatkan,” kata bu Lasminah.

“Bukan karena peristiwa itu Bu.”

“Karena apa? Jangan suka membenci orang untuk sebuah kesalahan, lebih baik didoakan agar dia menyadari kesalahannya dan bertobat.”

“Iya Bu, tapi dia ditangkap polisi bukan karena mengacaukan acara lamaran itu.”

“Lalu karena apa?”

“Karena sepulang dari sini itu dia menabrak orang hingga meninggal.”

“Astaghfirullah.”

“Tadinya dia mau lari, tapi ada yang mencatat nomor mobilnya, jadi polisi bisa menangkapnya.”

“Sudah melakukan kesalahan, kok mau lari. Hm, kasihan sekali yang ditabrak itu. Naik mobil sembarangan pastinya.”

“Mungkin dia ngebut.”

“Perempuan mengendarai mobil, harusnya hati-hati.”

“Iya Bu. Tapi sepertinya dia itu bukan perempuan baik-baik.”

“Murni, nggak boleh menilai orang sembarangan,” tegur bu Lasminah.

“Bukan sembarangan Bu, mana ada perempuan mengejar laki-laki sampai melupakan rasa malu.”

“Biarlah orang lain melakukannya, dan kamu, lakukanlah hal-hal baik untuk diri kamu sendiri. Jangan mencela orang lain, karena setiap manusia itu punya kelebihan dan kekurangannya. Siapa tahu kamu juga dicela orang lain karena kekurangan kamu.”

“Lha Murni melakukan apa, mengapa orang harus mencela?”

“Yang bisa menilai seseorang itu ya orang lain. Seperti kamu itu. Kamu merasa diri kamu baik, tapi belum tentu orang lain menganggap kamu baik. Jadi lakukanlah hal-hal baik tanpa menjelekkan orang lain. Kamu tahu, setiap ucapan itu seperti melempar bola ke suatu benda. Dia akan memantul dan kembali kepada kita. Karenanya ucapkan yang baik, agar kamu juga mendapatkan kebaikan.”

“Ya Bu.”

“Kamu sudah akan menjadi seorang istri, menjadilah wanita yang bisa menjadi suri tauladan bagi wanita lain. Ibu mendengar calon suami kamu menyebut kamu sebagai kembang cantik. Jadilah kembang cantik yang bukan hanya luarnya, tapi juga hatinya.”

“Baiklah, Ibu.”

***

 Hari Minggu itu Wahyudi tidak mengunjungi calon istrinya, karena entah mengapa, dia merasa kangen sekali pada Qila. Ia berharap Sapto ada di rumah, jadi tidak sungkan kalau datang ke sana kemudian membawa Qila jalan-jalan seperti biasanya.

Wahyudi merasa lega ketika melihat mobil Sapto ada di halaman, berarti Sapto ada di rumah. Ia bahkan menyambut kedatangan Wahyudi saat baru saja Wahyudi memasuki halaman.

“Tumben ini, calon pengantin main-main ke sini,” sambut Sapto ramah.

“Kangen sama Qila nih.”

“Oh, kok ya bisa nyambung, dari pagi Qila bicara tentang om Udi terus lhoh.”

“Masa?”

“Dia bertanya kapan om Udi jadi pengantin? Lalu juga bertanya apakah setelah jadi pengantin tidak akan datang kemari …”

Wahyudi tertawa.

“Ya enggak lah, pasti masih akan sering mengunjungi Qila.”

“Om Udiii ,” teriak Qila dari dalam rumah.

Wahyudi bergegas mengahampiri, lalu Qila segera digendongnya.

“Ayo jalan-jalan,” rengek Qila.

“Ayuk, bilang dulu sama bapak, boleh tidak jalan sama om Udi.”

“Bapak, Qila jalan sama om Udi ya?”

“Iya sayang, pergilah, nanti bapak sama ibu menyusul.”

Qila melonjak-lonjak dalam gendongan Wahyudi.

“Jalan dong Qila, om Udi capek nanti. Kamu kan sudah besar.”

Qila tertawa, tapi kemudian merosot turun. Wahyudi mengikuti Qila yang lari-lari kecil ke arah taman.

“Nggak usah lari Qila, nanti jatuh lhoh,” kata Wahyudi sambil bergegas mengikuti.

Tapi Qila tertawa-tawa sambil terus berlari.

Keduanya sudah sampai di taman, Qila berlarian ke sana kemari, minta agar Wahyudi mengejarnya.

Tiba-tiba Qila terjatuh di pinggir taman. Wahyudi yang berada di kejauhan terkejut, ketika tiba-tiba Qila sudah berada di dalam gendongan seorang wanita.

***

Besok lagi ya.

40 comments:

  1. Replies
    1. Selamat buat jeng Nani sang juara 1

      Matur nuwun bunda Tien 🙏😍

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Terima kasih Bu Tien.. Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah..
    Terima kasih Bu Tien..
    Semoga sehat selalu..

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh muncul.
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu...

    ReplyDelete
  6. Dilihat brsan blm ada.. ke dapur sbntr mb Nanik sdh jd juara... Mksh mb Tien upnya kc mlm ini Senin, 08-08-2022...slm seroja utk mb Tien d kita semua para pctk🤗

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 42 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah KC sdh tayang..
    Terima kasih Bunda Tien tercinta
    Semoga bunda sehat dan bahagia selalu
    Salam hangat dari sukabumi..

    ReplyDelete
  10. Matur suwun bunda Tien, siapakah wanita tersebut? Kita tunggu besok ....Salam Aduhai bunda dari Arema Malang

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun bu Tien
    Atas petuah dan nasehat yang ada dalam cerbung ini...

    Tapi kenapa Qila bisa jatuh ketangan wanita ini
    Siapa pula dia
    Mau apa pula dia
    Kita tunggu lagi besok malam

    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah,, matur nuwun bu Tienku
    Siapa yg gendong Qila,,,mungkin Kori ya 🤭

    Salam sehat wal'afiat ya bu Tienku
    Selamat serta bahagia atas kebersamaan Pak Tom Widayat menemani bu Tien mengarungi bahtera yg damai, Allah subhaanahu wata'ala sll melindungi
    Aamiin 🤗🥰

    ReplyDelete
  13. Suwun ibu Tien, selalu taat datangnya. Smg sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah. Matursuwun, Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  15. Waduh, ditangan bos penculik nich, cuma mau buat alat dan minta perubahan sikap agar ayahnya mau menampungnya?!
    Mau dijadikan rumah singgah ya, memelas temen.
    Mumpung ada boos baru mau minta sekolah ah, aduh, Murni bisa terbawa arus nich.namanya cita² bolehlah sekedar memenuhi angan yang kini mumpung ada kesempatan.


    Terimakasih Bu Tien,

    Kembang cantikku yang ke empat puluh dua sudah tayang, sehat-sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏




    ReplyDelete
  16. Dalam gendongan Kori kah?...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
    Selalu saja ada yang dapat kita teladani dari bacaan. Ambil yang baik, buang yang jelek.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah KC~42 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  19. Terima kasih bu Tien ..semangat dan sehat selalu

    ReplyDelete
  20. Assalamualaikum wr wb..slmt pgii bundaqu yg baik hati..terima kasih KC 42 nya..smg episode berikutnya pd bahagia semuanya..yg jahat dibls dgn penjara..hehehe..slm sht sll dan kangen dari skbmi🥰🙏

    ReplyDelete
  21. Agak bingung dengan kontrak rumah Kori...apakah uangnya diterima beberapa hari sebelum masuk penjara atau belum lama sesudah keluar penjara? Mungkin ada kalimat yang terpotong?

    ReplyDelete
  22. Lagi nunggu KC 43 ... penasaran critanya

    ReplyDelete
  23. Koq belum muncul.. hampir jam21.00 WIB

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 43 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  25. Mudah-mudahan mbak Tien sehat...

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...