KEMBANG CANTIKKU 42
(Tien Kumalasari)
Qila melarikan mobilnya seperti dikejar setan.
Wajahnya muram, merah padam seperti menahan marah.
“Jangan ngebut dong, jalanan lagi ramai nih.”
“Kamu itu juga menambah sebelnya hati aku,” kesalnya
tanpa mengurangi laju mobilnya.
“Aku kenapa? Kok jadi aku bikin sebel.”
“Kamu seperti ketakutan begitu.”
“Yah, kita memang bersalah kan, bikin kacau acara
lamaran. Kamu juga sih yang membuat gara-gara. Sudah jelas yang namanya Wahyudi
itu menengok ke arah kamu saja enggak, kenapa kamu masih ngeyel.”
“Kamu belum tahu ya, aku tuh cinta berat sama dia.”
“Kamu cinta, nyatanya dia tidak, lalu apa yang kamu
dapat?”
“Kalau aku nggak dapat, dia juga nggak akan dapat,”
geramnya.
Kori merengut. Dirinya juga sedang dilanda rasa
kecewa. Ia masih mencintai Sapto, tapi Sapto sudah berpaling. Retno adalah
segalanya bagi Sapto. Dia tadi sempat melirik, perut Retno sedikit membesar. Hamil. Dan
itu menyakitkan sekali. Dirinya dulu tak kunjung hamil, Retno sudah dua kali
hamil. Dan kehamilan itulah yang kemudian meluluhkan hati Sapto, kemudian
semakin menyayanginya. Kori menyesali terjadinya kecelakaan yang membuat dia
kehilangan rahimnya. Sesungguhnya Sapto, bahkan ayah mertuanya sangat
mengasihani dirinya. Tapi sekarang dia sadar, bahwa memang dirinya yang
bersalah. Kalau saja dulu dia mau berbagi cinta dengan Retno, bisa mengasihi
Qila seperti harapan semua orang, pasti dirinya tak usah masuk penjara, lalu
sekarang kehilangan semuanya.
“Kok kamu diam? Merasakan hal yang sama? Kamu juga
bodoh, dia tak suka, kenapa kamu masih mengemis cintanya? Memalukan.”
“Barangkali dia masih ingat bahwa dia pernah begitu
mencintai aku.”
“Laki-laki itu tidak bisa diperlakukan begitu mudah.
Seperti ‘mas, kembalilah sama aku, aku masih mencintai kamu’ … huhh, mana
mungkin.”
“Lalu apa?”
“Lakukan dengan tindakan.”
“Maksudnya?”
“Dekati, jatuhkan dengan rayuan. Laki-laki itu
sebenarnya sangat lemah. Harus tersentuh dulu perasaannya. Harus kamu buat
supaya dia tertarik. Masa sih tidak mengerti maksudku? Menarik hati laki-laki
itu tidak susah.”
“Omong kosong apa kamu? Buktinya kamu tidak pernah
berhasil mendekati Wahyudi, sampai kamu berbuat konyol seperti tadi.”
“Itu karena aku tidak punya banyak waktu, atau malah tidak
pernah punya waktu untuk berdua saja sama dia. Kalau waktu itu ada, mana
mungkin dia bisa melewatkan wanita secantik aku.”
Kori mencibir. Ia tahu sahabat barunya itu terlalu
besar kepala. Merasa dirinya paling cantik dan begitu mudah mendapatkan apa
yang diinginkan. Padahal baru saja mereka mendapat malu gara-gara kelakuannya.
Tiba-tiba sebuah sepeda melintas dan Qila tak sempat
mengerem kendaraannya. Terdengar teriakan dan suara sepeda terjatuh. Tapi
bukannya berhenti, Qila melajukan kendaraannya semakin kencang.
Teriakan-teriakan orang tak dihiraukan. Qila
membelokkan mobilnya masuk kejalan kecil untuk menghindari pengejaran.
“Qila, kamu sudah gila? Berhenti! Kamu menabrak orang,
tahu.”
“Diam. Aku tak mau masuk penjara seperti kamu.”
Tapi Qila tak sadar, bahwa seseorang telah mencatat
nomor mobilnya.
***
Wahyudi mengisi hari-harinya dengan mempersiapkan
segala sesuatunya untuk pernikahan yang akan diadakan dua bulan setelah
lamaran. Saat itu setahun setelah menikahnya Murti sudah lewat, berarti bu
Lasminah siap mengentaskan anak bungsunya dengan segala kemampuan yang ada.
Wuri yang sangat gembira karena akhirnya Wahyudi menemukan
gadis yang dicintainya, sangat sigap membantu segala keperluannya.
Hari itu dengan meminjam mobil perusahaannya, Wahyudi
membawa calon mertua dan calon istrinya ke rumah, dengan harapan sang ibu
mertua kelak bersedia tinggal bersamanya.
“Ya begini ini Bu, rumah saya. Saya harap setelah kami
menikah, ibu bersedia tinggal di sini.”
“Rumah ini jauh lebih bagus dari rumah ibu yang di
desa Nak, tapi bukan ini yang membuat ibu bersedia. Ibu sendirian di sana, dan
Murni tampaknya juga tak tega meninggalkan ibu tanpa dirinya.”
“Itu sebabnya saya mempersiapkan semuanya di sini Bu.”
“Mas, bolehkan aku minta sesuatu?” tanya Murni
tiba-tiba.
“Nanti setelah menikah, saya mau kuliah.”
“Kuliah, nduk? Mengapa sudah menikah malah ingin
kuliah?”
“Dulu saya menawarkan itu, kamu tidak mau.”
“Dulu, kalau saya kuliah, pasti memberatkan ibu. Tapi
setelah menikah kan tidak memberatkan ibu lagi, tapi memberatkan suami aku,”
kata Murni sambil tersenyum.
“O, begitu? Anak baik …” puji Wahyudi sambil
tersenyum.
“Bolehkah? Sampai D3 saja aku mau kok, syukur-syukur
nanti aku bisa bekerja setelah selesai.”
“Aduh, mengapa kamu setelah mau menikah lalu banyak
maunya?” keluh bu Lasminah.
“Boleh tidak?”
“Tentu saja boleh Murni. Lakukan apa yang kamu
inginkan. Aku akan selalu mendukung kamu.”
“Benar?”
Wahyudi mengangguk sambil tersenyum. Bu Lasminah
geleng-geleng kepala.
“Tidak apa-apa kan Bu?”
“Kalau kamu sudah menjadi istri nak Wahyudi, ya ibu
tidak mau ikutan. Kalau nak Wahyudi mengijinkan, tentu ibu akan mendukungnya
juga.”
Murni memeluk ibunya dengan senang.
“Yang penting, kalau kamu punya kegiatan, baik mau
sekolah lagi atau bekerja, kamu harus ingat bahwa tugas utama kamu adalah
sebagai istri. Dan istri itu, tugas utamanya adalah melayani suami. Itu yang
nomor satu. Kamu mengerti?”
“Iya Bu, tentu aku mengerti.”
“Murni masih muda Bu, biarkanlah dia mencapai
cita-citanya. Saya sebagai suaminya nanti pasti akan mendukung sepenuhnya.”
“Terima kasih Mas. Sebetulnya aku belum ingin menikah.”
Wahyudi menatap Murni dengan tatapan kecewa.
“Jadi kamu bersedia menikah karena terpaksa?”
“Karena kasihan sama mas Yudi.”
“Kasihan sama aku? Memangnya aku kenapa?”
“Kalau aku menunda pernikahan kita, kamu akan tetap menjadi
perjaka tua ,” kata Murni enteng, membuat Wahyudi terbahak.
“Kamu sudah mau menjadi istri aku, masih belum mau
meninggalkan perkataan yang mengatai aku ‘tua’ ya?”
“Iya Murni, kebiasaan kamu tuh,” tegur ibunya.
“Memang kenyataannya begitu kan Bu? Kalau tidak segera
menikah pasti masih akan banyak yang bilang dia perjaka tua.”
“Kamu benar, terima kasih, kembang cantikku …”
Murni tersenyum tersipu.
***
Siang itu Nano baru saja membawa mobilnya memasuki
halaman, pak Kartiko menunggu di teras bersama istrinya. Mereka heran karena
tadi Nano pergi dengan terburu-buru setelah Wisnu menelpon. Sudah sejak pagi
dia pergi.
“Nano, dari mana kamu?” tanya pak Kartiko begitu Nano
turun dari mobil.
“Dari mengantar pak Wisnu, Pak.”
“Mengantar kemana? Mobil Wisnu kenapa?”
“Mengantarkan ke kantor polisi Pak.”
“Kenapa?”
“Bu Qila menabrak orang hingga meninggal.”
“Apa?”
“Setelah menabrak, bu Qila kabur. Tapi ada yang mencatat
nomor polisi mobilnya, padahal mobil itu kan masih atas nama pak Wisnu.”
“Ya ampun, kapan itu terjadinya?” sambung bu Kartiko.
“Sepertinya setelah pulang dari Matesih Bu.”
“Apakah Wisnu mendapat masalah setelah peristiwa itu?”
“Tidak, pak Wisnu hanya mengatakan bahwa mobilnya
dibawa bu Qila. Lalu bu Qila sudah diamankan.”
“Di Matesih membuat kekacauan, lalu menabrak orang
dijalan, begitu?”
“Iya Bu.”
“Benar-benar tukang membuat masalah.”
“Sekarang Wisnu di mana?” tanya pak Kartiko.
“Sudah kembali ke kantor Pak.”
“Syukurlah. Kalau memang mobil itu diberikan, lebih
baik suruh balik nama saja menjadi nama Qila. Kalau ada apa-apa bisa ikut
terlibat nanti.”
“Tadi pak Wisnu sudah mengatakan, orang kantor yang di
suruh mengurusnya.”
“Ya sudah, sekarang kamu istirahat sana. Istrimu sudah
dari tadi menunggu tuh,” kata bu Kartiko.
Nano tersenyum, kemudian beranjak ke belakang.
“Semoga setelah ini dia tidak akan membuat ulah yang
akan melibatkan keluarga kita lagi.”
“Dia menabrak orang sampai meninggal, berarti dia akan
masuk penjara.”
“Biar dia terima itu sebagai pelajaran. Kelakuannya
sungguh sudah diluar akal waras.”
***
Kori termangu di teras rumah Qila. Dia sungguh bingung
setelah Qila ditangkap polisi. Dia tak bisa pulang ke rumah orang tuanya karena
masih di kontrak orang. Dia sudah menerima uang kontrak itu beberapa hari yang
lalu dari sebelum dia masuk penjara sampai dua tahun ke depan. Ia akan
mempergunakan uang itu untuk semua kebutuhannya. Tapi dia tidak punya rumah
tinggal. Jadi dia terpaksa masih berada di rumah itu, entah sampai kapan.
Pagi itu dia bermaksud menemui Qila di kantor polisi,
bermaksud membicarakan soal rumah tinggalnya. Ia yakin Qila akan mengijinkannya
tinggal, tapi dia harus berbicara dulu dengannya.
"Terserah kalau kamu mau tinggal disana, hitung-hitung
ada orang yang akan membersihkan rumahku setiap hari."
“Bagaimana kelanjutan kasus ini?”
“Nggak tahu aku, ternyata orang mencatat nomor mobil
itu lalu mas Wisnu melaporkan bahwa akulah yang mengendarainya.”
“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan ngebut.”
“Sudah, jangan diingat-ingat lagi, semuanya sudah
terjadi.”
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Apa? Aku ditahan, mana bisa melakukan apa-apa. Tolong
hubungi mas Wisnu, minta agar mobil itu dijual saja. Aku butuh pengacara.”
“Apakah pengacara akan bisa membebaskan kamu?”
“Paling tidak meringankan hukuman aku, entahlah.
Pikiranku buntu. Aku hanya bisa pasrah. Sekarang tolong belikan aku makanan.
Makanan di sini sangat tidak enak.”
“Ya pasti lah tidak enak. Memangnya rumah nenek kamu?
Ini tempat orang-orang yang akan mendapat hukuman, tahu.”
“Hi, cerewet sih kamu. Cepat bawakan makanan untuk
aku, kirimi setiap hari.”
“Baiklah. Ada uang di dalam tas kamu kan?”
“Jangan habiskan.”
***
“Ya ampun Bu, wanita yang dulu membuat kacau ketika
mas Wahyudi melamar itu, kabarnya ditangkap polisi,” kata Murni setelah
menerima tilpon dari Wahyudi.
“Aduh, kasihan sekali, masa cuma begitu saja
dilaporkan polisi sih, kan di sini sudah diperingatkan,” kata bu Lasminah.
“Bukan karena peristiwa itu Bu.”
“Karena apa? Jangan suka membenci orang untuk sebuah
kesalahan, lebih baik didoakan agar dia menyadari kesalahannya dan bertobat.”
“Iya Bu, tapi dia ditangkap polisi bukan karena
mengacaukan acara lamaran itu.”
“Lalu karena apa?”
“Karena sepulang dari sini itu dia menabrak orang
hingga meninggal.”
“Astaghfirullah.”
“Tadinya dia mau lari, tapi ada yang mencatat nomor
mobilnya, jadi polisi bisa menangkapnya.”
“Sudah melakukan kesalahan, kok mau lari. Hm, kasihan
sekali yang ditabrak itu. Naik mobil sembarangan pastinya.”
“Mungkin dia ngebut.”
“Perempuan mengendarai mobil, harusnya hati-hati.”
“Iya Bu. Tapi sepertinya dia itu bukan perempuan baik-baik.”
“Murni, nggak boleh menilai orang sembarangan,” tegur
bu Lasminah.
“Bukan sembarangan Bu, mana ada perempuan mengejar
laki-laki sampai melupakan rasa malu.”
“Biarlah orang lain melakukannya, dan kamu, lakukanlah
hal-hal baik untuk diri kamu sendiri. Jangan mencela orang lain, karena setiap
manusia itu punya kelebihan dan kekurangannya. Siapa tahu kamu juga dicela
orang lain karena kekurangan kamu.”
“Lha Murni melakukan apa, mengapa orang harus mencela?”
“Yang bisa menilai seseorang itu ya orang lain.
Seperti kamu itu. Kamu merasa diri kamu baik, tapi belum tentu orang lain menganggap
kamu baik. Jadi lakukanlah hal-hal baik tanpa menjelekkan orang lain. Kamu
tahu, setiap ucapan itu seperti melempar bola ke suatu benda. Dia akan memantul
dan kembali kepada kita. Karenanya ucapkan yang baik, agar kamu juga
mendapatkan kebaikan.”
“Ya Bu.”
“Kamu sudah akan menjadi seorang istri, menjadilah
wanita yang bisa menjadi suri tauladan bagi wanita lain. Ibu mendengar calon
suami kamu menyebut kamu sebagai kembang cantik. Jadilah kembang cantik yang
bukan hanya luarnya, tapi juga hatinya.”
“Baiklah, Ibu.”
***
Hari Minggu itu
Wahyudi tidak mengunjungi calon istrinya, karena entah mengapa, dia merasa kangen
sekali pada Qila. Ia berharap Sapto ada di rumah, jadi tidak sungkan kalau
datang ke sana kemudian membawa Qila jalan-jalan seperti biasanya.
Wahyudi merasa lega ketika melihat mobil Sapto ada di
halaman, berarti Sapto ada di rumah. Ia bahkan menyambut kedatangan Wahyudi
saat baru saja Wahyudi memasuki halaman.
“Tumben ini, calon pengantin main-main ke sini,”
sambut Sapto ramah.
“Kangen sama Qila nih.”
“Oh, kok ya bisa nyambung, dari pagi Qila bicara
tentang om Udi terus lhoh.”
“Masa?”
“Dia bertanya kapan om Udi jadi pengantin? Lalu juga
bertanya apakah setelah jadi pengantin tidak akan datang kemari …”
Wahyudi tertawa.
“Ya enggak lah, pasti masih akan sering mengunjungi
Qila.”
“Om Udiii ,” teriak Qila dari dalam rumah.
Wahyudi bergegas mengahampiri, lalu Qila segera digendongnya.
“Ayo jalan-jalan,” rengek Qila.
“Ayuk, bilang dulu sama bapak, boleh tidak jalan sama
om Udi.”
“Bapak, Qila jalan sama om Udi ya?”
“Iya sayang, pergilah, nanti bapak sama ibu menyusul.”
Qila melonjak-lonjak dalam gendongan Wahyudi.
“Jalan dong Qila, om Udi capek nanti. Kamu kan sudah
besar.”
Qila tertawa, tapi kemudian merosot turun. Wahyudi
mengikuti Qila yang lari-lari kecil ke arah taman.
“Nggak usah lari Qila, nanti jatuh lhoh,” kata Wahyudi
sambil bergegas mengikuti.
Tapi Qila tertawa-tawa sambil terus berlari.
Keduanya sudah sampai di taman, Qila berlarian ke sana
kemari, minta agar Wahyudi mengejarnya.
Tiba-tiba Qila terjatuh di pinggir taman. Wahyudi yang
berada di kejauhan terkejut, ketika tiba-tiba Qila sudah berada di dalam
gendongan seorang wanita.
***
Besok lagi ya.
Hooreee....
ReplyDeleteSelamat buat jeng Nani sang juara 1
DeleteMatur nuwun bunda Tien 🙏😍
Alhamdulilla
ReplyDeleteHehehe ibu sragen no wahid
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.. Semoga sehat selalu
Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien..
Semoga sehat selalu..
Alhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh muncul.
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat selalu...
Dilihat brsan blm ada.. ke dapur sbntr mb Nanik sdh jd juara... Mksh mb Tien upnya kc mlm ini Senin, 08-08-2022...slm seroja utk mb Tien d kita semua para pctk🤗
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien,
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 42 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulilah KC sdh tayang..
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien tercinta
Semoga bunda sehat dan bahagia selalu
Salam hangat dari sukabumi..
Matur suwun bunda Tien, siapakah wanita tersebut? Kita tunggu besok ....Salam Aduhai bunda dari Arema Malang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
ReplyDeleteAtas petuah dan nasehat yang ada dalam cerbung ini...
Tapi kenapa Qila bisa jatuh ketangan wanita ini
Siapa pula dia
Mau apa pula dia
Kita tunggu lagi besok malam
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulillah,, matur nuwun bu Tienku
ReplyDeleteSiapa yg gendong Qila,,,mungkin Kori ya 🤭
Salam sehat wal'afiat ya bu Tienku
Selamat serta bahagia atas kebersamaan Pak Tom Widayat menemani bu Tien mengarungi bahtera yg damai, Allah subhaanahu wata'ala sll melindungi
Aamiin 🤗🥰
Terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSuwun ibu Tien, selalu taat datangnya. Smg sehat selalu. Aamiin
ReplyDelete* selalu tepat...
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matursuwun, Salam sehat selalu bu Tien
ReplyDeleteWaduh, ditangan bos penculik nich, cuma mau buat alat dan minta perubahan sikap agar ayahnya mau menampungnya?!
ReplyDeleteMau dijadikan rumah singgah ya, memelas temen.
Mumpung ada boos baru mau minta sekolah ah, aduh, Murni bisa terbawa arus nich.namanya cita² bolehlah sekedar memenuhi angan yang kini mumpung ada kesempatan.
Terimakasih Bu Tien,
Kembang cantikku yang ke empat puluh dua sudah tayang, sehat-sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Dalam gendongan Kori kah?...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
ReplyDeleteSelalu saja ada yang dapat kita teladani dari bacaan. Ambil yang baik, buang yang jelek.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Matur nuwun buda Tien...🙏
ReplyDeleteTrims Bu Tien KC udah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah KC~42 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien ..semangat dan sehat selalu
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb..slmt pgii bundaqu yg baik hati..terima kasih KC 42 nya..smg episode berikutnya pd bahagia semuanya..yg jahat dibls dgn penjara..hehehe..slm sht sll dan kangen dari skbmi🥰🙏
ReplyDeleteAgak bingung dengan kontrak rumah Kori...apakah uangnya diterima beberapa hari sebelum masuk penjara atau belum lama sesudah keluar penjara? Mungkin ada kalimat yang terpotong?
ReplyDeleteLagi nunggu KC 43 ... penasaran critanya
ReplyDeleteKoq belum muncul.. hampir jam21.00 WIB
ReplyDeleteAlhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 43 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
mana?
DeleteKC 43 kok belum muncul ya...??
ReplyDeleteMudah-mudahan mbak Tien sehat...
ReplyDeleteSemoga Bu Tien sehat2
ReplyDelete