Saturday, August 6, 2022

KEMBANG CANTIKKU 41

 

KEMBANG CANTIKKU 41

(Tien Kumalasari)

 

Hati Qila tercekat, ketika melihat Wisnu turun dari mobil. Juga kedua mertuanya, dan Mila serta Tinah yang menggendongnya.  Ia meremas tangan Kori dan membuat Kori memekik keras.

“Aduh, sakit, tahu!”

Qila ingin lari, tapi tak mungkin bisa, karena mobilnya ada disebelah belakang deretan mobil yang baru datang. Memang tadi dia memarkir mobilnya agak jauh, karena sejak dari ujung jalan dia bertanya-tanya sambil berjalan kaki.

Rombongan yang di kenalnya itu berhenti seperti sedang menunggu. Qila bingung harus melakukan apa. Ia hanya tegak mematung, sambil tangannya masih menggenggam tangan Kori.

“Ada apa mereka datang kemari?” gumam Qila pelan.

Kemudian dia melihat Wahyudi, dengan pakaian rapi, dengan jas berwarna biru tua, kopiah hitam dan juga kacamata hitam.

Bibir Qila bergetar, ingin memekik memanggil namanya.

“Ya ampuun, bagaimana ada orang setampan itu?” lalu Kori memekik lagi karena Qila lagi-lagi meremas tangannya.

“Hiiih, apaan sih. Sakit !”

“Lihatlah, kekasihku, tampan sekali bukan? Ada apa ini? Celaka, apa hari ini dia mau melamar gadis itu? Bodoh! Gadis yang biarpun cantik tapi tampak kampungan sekali. Wajah cantiknya orang desa,” gumamnya sambil terus menatap Wahyudi dengan dada gemuruh.

“Kekasih kamu. Haaa, apa itu Wahyudi? Hm, bakal kacau kalau sampai ada lamaran, ayo kita pergi,” kata Kori.

Kori hampir terpekik ketika melihat Sapto dan Retno, serta seorang gadis menggendong anak kecil yang diyakininya pastilah Qila.

“Ayo pergi,” bisiknya panik.

“Kemana? Mobil kita di sana.”

“Pokoknya pergi dulu saja. Cepatlah,” kata Kori sambil lebih dulu menarik tangan Qila dan mengajaknya menjauh ke arah yang berlawanan dengan rombongan yang baru datang.

Tapi Wisnu melihat mereka, dan mengenali Qila bekas istrinya.

“Itu kan Qila, ngapain dia kemari?”

“Itu Qila? Dari mana dia muncul?” tanya bu Kartiko.

“Ya sudah, jangan di hiraukan.”

Tapi rupanya Sapto juga melihat bayangan bekas istrinya bersama perempuan yang disebut Qila oleh Wisnu.

“Itu bersama Kori, bekas istriku. Apa yang dilakukannya di sini? Dia jahat, jangan-jangan melakukan hal buruk. Tapi kemudian mereka mengacuhkannya.

Rombongan itu segera bergerak memasuki halaman rumah bu Lasminah, tapi dengan heran mereka melihat pintu rumah itu tertutup rapat.

“Kok tertutup sih?” kata Wahyudi yang kemudian mengetuk-ngetuk pintunya.

Nano masih mengatur parkir mobilnya, karena jalanan itu tidak begitu lebar.

Murti mengetuk pintu dengan keras sambil berteriak memanggil-manggil.

“Bu … Ibu …. Murnii … Murni….”

Tapi tak ada jawaban. Ia heran setengah mati. Tak mungkin Murni dan ibunya lupa bahwa hari ini Wahyudi akan datang melamar. Tapi mengapa pintu malah terkunci?”

Murti melangkah ke samping rumah. Dari situ dia bisa masuk ke dalam rumah, karena  pintu dapur  tidak terkunci.

Murti langsung memasuki rumah, dan melihat Murni sedang menangis, ditunggui ibunya yang juga tampak baru saja habis menangis.

“Bu, Murni, ada apa ini? Itu, mereka sudah pada datang, mengapa pintu masih dikunci? Dan mengapa Murni dan Ibu menangis?”

“Suruh mereka pulang, suruh mereka pulang,” pekik Murni.

“Apa maksudmu Murni? Di depan kursi sudah ditata, berarti kamu siap menerima, mengapa menyuruh mereka pulang?”

“Baru saja wanita itu datang, aku tidak mau sama dia. Perjaka tua. Jelek. Aku benci! Pembohong, pendusta. Mentang-mentang aku gadis desa!” katanya sambil terisak.

“Wanita siapa?”

“Dua orang wanita yang datang kemari, salah satunya tunangan mas Wahyudi. Aku tidak mau lagi, suruh mereka pergi!”

“Iya nduk, daripada bermasalah, lebih baik batalkan saja lamaran ini. Ibu tidak mau hidup dalam ketidak tenangan.”

Tiba-tiba Murti tahu apa yang terjadi. Tadi ada dua wanita yang salah satunya pernah dikenalnya, dan wanita itu suka dan mengejar-ngejar Wahyudi. Pasti dia. Serta merta Murti lari ke depan rumah, membuka pintu yang terkunci, lalu mempersilakan semuanya masuk.

“Silakan masuk dan duduk dulu, ada masalah. Bu Qila datang kemari, mengaku menjadi tunangan mas Wahyudi. Murni sangat terluka,” katanya sambil lari keluar.

Ia belum melihat Nano suaminya, yang pastinya masih berkutat dengan makanan-makanan yang harus diturunkannya. Murti berlari mendekati.

“Apa itu mobil dia?” kata Murti yang pernah melihat mobil itu di rumah keluarga Kartiko.

“Ada apa?” kata Nano yang baru menyadari bahwa ada mobil lain diparkir tak jauh dari mobilnya.

“Bu Qila datang kemari dan mengacaukan semuanya. Dia mengaku sebagai tunangan mas Wahyudi. Murni menangis terus, minta acara lamaran dibatalkan.

“Dasar perempuan tak tahu malu,” geram Nano.

Tiba-tiba merasa keadaan telah sepi, Qila dan Kori bergegas mengampiri mobilnya, tapi tanpa dinyana, ada Nano dan Murti berada di depan bagasi mobil.

Qila ingin membalikkan tubuhnya, tapi dari arah berlawanan, Wisnu dan Sapto bergegas mendekat.

Wajah Qila dan Kori pucat pasi.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” hardik Wisnu sambil menatap tajam bekas istrinya.

“Dan kamu, perempuan jahat, berhenti!” teriak Sapto yang melihat Kori ingin berlari. Tentu saja tak berhasil karena Nano  menghadangnya.

“Ini tempat umum, apa salahnya aku berada disini?” jawab Qila berkilah.

“Aku tahu kamu membuat kekacauan. Ayo ikut aku,” perintah Wisnu.

“Tidak, aku tidak mau.”

“Ikut!!” hardik Wisnu. Sambil menarik ujung lengan baju Qila dan ditariknya paksa.

Ketika Kori mau kabur, Sapto juga menarik bajunya, diajaknya masuk ke arah rumah bu Lasminah.

“Aku tidak mauuu!” teriak Kori meronta.

“Apa kamu mau masuk penjara lagi?” ancam Sapto.

Qila dan Kori yang meronta, tak bisa melawan cengkeraman tangan bekas-bekas suami mereka pada bajunya.

Mereka tak berkutik ketika didudukkan berjajar di kursi yang sudah ditata rapi. Bu Lasminah dan Murni belum tampak keluar. Mereka belum bisa menerima lamaran itu karena masih yakin bahwa ada tunangan Wahyudi yang datang dan akan menjadi ancaman bagi kehidupan mereka kalau mereka meneruskan perjodohan itu.

Murti dan Nano masuk, untuk membujuknya.

“Ibu, ada pengacau yang ingin merusak acara ini, ibu jangan percaya,” kata Murti kepada ibunya.

“Bagaimana tidak percaya? Wanita itu sendiri yang mengatakannya. Dia cantik sekali, lalu apalah aku ini,” isak Murni.

“Murni, lihatlah, wanita itu sudah dibawa kemari dengan paksa, dia akan mengatakan apa yang sesungguhnya. Dia itu pembohong. Ayo keluar, rapikan dandanan kamu, calon suami kamu dandan cakep sekali. Lihat, matamu sembab, sini, aku dandanin lagi,” kata Murti panjang lebar.

“Benarkah nak Marno, wanita itu bohong?” tanya bu Lasminah yang kurang percaya pada apa yang dikatakan Murti.

“Betul bu, mereka itu wanita jahat. Kebetulan dia itu bekas istrinya pak Wisnu, dan bekas istrinya pak Sapto, sahabatnya mas Wahyudi,” Nano menjelaskan.

“Ya sudah, mari kita keluar, Murni.”

“Sebentar Bu, saya benahi dandanan Murni dulu, rambutnya juga berantakan begini, gerutu Murti.

***

Di luar, semua orang mengomeli Qila dan Kori yang tak mau mengakui perbuatannya, dan selalu mencari kesempatan untuk kabur. Tapi mana bisa kabur? Wisnu dan Sapto menghadang di tengah pintu.

Retno meminta Tinah agar mengajak Mila dan Qila bermain di halaman.

“Apa maksudmu melakukan itu? Jawab!” hardik Wisnu yang sangat marah melihat kelakuan bekas istrinya.

“Tidak apa-apa, aku cuma iseng,” jawab Qila seenaknya.

“Dasar perempuan tidak waras. Siapa yang sudi menjadi tunangan kamu? Lihat Wahyudi, melihat ke arah kamu saja tidak. Dia jijik mengetahui kelakuan kamu!”

“Aku tahu, dia kan hanya takut sama kamu,” kata Qila tak tahu malu. Mendengar itu Wahyudi menatapnya dangan tatapan marah. Benar-benar perempuan menjijikkan.

“Dan kamu, mengapa ikut-ikutan melakukan hal memalukan ini? Kamu mau masuk penjara lagi?” hardik Sapto kepada Kori.

“Dia yang menyuruhku,” katanya lirih. Bagaimanapun ia takut akan ancaman masuk penjara itu. Sungguh sengsara yang dirasakannya saat berada dibalik jeruji penjara itu. Itulah sebabnya kata-kata Sapto membuatnya kecut.

“Dia yang menyuruh kamu? Siapanya kamu dia?”

“Bukan siapa-siapa, kami hanya berteman.”

“Mengapa berteman dengan orang jahat ini? Dia juga mau aku masukkan ke penjara,” ancam Wisnu.

Sementara itu bu Lasminah sudah keluar, Murni mengikuti di belakangnya, digandeng oleh kakaknya. Gadis itu menundukkan wajahnya.

“Saya minta maaf karena adanya kekacauan ini Bu,” kata Wisnu setelah menyalami bu Lasminah, diikuti yang lainnya.

“Saya hanya wanita desa yang bodoh. Orang-orang bodoh mengapa masih dibodohi dengan kebohongan? Sampeyan tadi mengatakan bahwa wanita itu tunangan nak Wahyudi. Benar bukan?” katanya sambil menatap Kori.

“Saya … saya hanya disuruh dia ini,” kata Kori yang merasa sebal telah menuruti kata temannya.

Qila yang marah kemudian menginjak kaki Kori dengan keras.

“Auuww, bukankah itu benar?” teriak Kori.

“Yang sebenarnya bagaimana? Katakan dengan jelas.” Hardik Wisnu.

Qila tak menjawab.

“Katakan, apakah benar kamu tunangan Wahyudi? Wanita murahan!” hardik Wisnu yang merasa sebal dengan kelakuan Qila.

Qila menatap Wahyudi, tapi Wahyudi memalingkan wajahnya.

“Jawab!” bentaknya keras, membuat Qila menarik kepalanya menjauhi tatapan Wisnu yang kemarahannya semakin memuncak.

“Ya.”

“Ya apa?” Wisnu berteriak.

“Ya, aku bohong, sudah, biarkan aku pergi,” katanya sambil mencoba berdiri, tapi Wisnu menarik kembali baju lengannya.

“Bu, wanita ini sesungguhnya tergila-gila pada Wahyudi. Dia bekas istri saya Bu, saya ceraikan dia karena kelakuannya,” kata Wisnu berterus terang tanpa sungkan walau di depan orang banyak. Dia malu karena Qila membuat kekacauan di acara lamaran Wahyudi.

“Biarkan aku pergi!” katanya setengah berteriak sambil menggamit lengan Kori.

“Tidak. Kamu harus minta maaf pada Murni, dan pada ibunya,” perintah Wisnu.

Qila mengatupkan mulutnya, tak menjawab.

“Cepat!! Dan kamu juga, karena kamu juga ikut membohongi keluarga ini,” katanya juga sambil menatap Kori.

Qila tetap diam.

“Aku laporkan ke polisi?” ancam Sapto sambil mengambil ponselnya.

“Saya minta maaf, saya telah berbohong, tapi dia yang menyuruhnya,” akhirnya kata Kori yang begitu takut mendengar kata ‘polisi’.

“Katakan Qila!” teriak Wisnu yang begitu marah melihat sikap Qila.

“Ya, aku minta maaf,” katanya sambil berdiri.

Tapi Wisnu segera menariknya keras dan mendorong Qila sampai duduk bersimpuh di depan bu Lasminah. Ia menekan punggung Qila ketika Qila meronta.

“Katakan minta maaf, dan katakan kamu bohong!”

“Aku minta maaf, aku bohong,” kata Qila dengan ketus, seakan ia tak mau mengakui kesalahannya.

“Ya sudah, ya sudah, biarkan dia pergi Nak. Bukan kepada saya seharusnya dia meminta maaf, tapi kepada Yang Maha Kuasa,” kata bu Lasminah dengan sabar.

Qila berdiri dan bergegas keluar, sambil menggamit lengan Kori.

Kori berdiri, tapi sebelum keluar dia menatap Sapto.

“Mas, aku mau bicara,” katanya pelan.

Retno yang tak ingin bekas madunya membuat malu, menyuruh suaminya agar keluar mengikuti Kori.

“Ada apa?” kata Sapto dingin.

“Mas, aku minta maaf,” katanya pelan.

“Ya, sudah aku maafkan.”

“Terimalah aku kembali,” katanya sambil meraih lengan Sapto, tapi Sapto mengundurkan tubuhnya.

“Tidak. Tak mungkin.”

“Aku bersedia menjadi istri keduamu. Aku masih mencintai kamu Mas.”

“Tidak dan tidak. Bagiku, cukup satu istri dan tidak ada wanita lain, sekarang pergilah.”

“Koriii!” teriak Qila yang sudah sampai di pagar rumah.

Kori mengusap air matanya, lalu melangkah dengan gontai keluar halaman.

***

Sepeninggal kedua wanita itu, acara yang terhenti beberapa saat lamanya segera dilanjutkan. Pak Kartiko sebagai yang tertua, membuka acara dengan mengutarakan maksud kedatangan mereka ke rumah itu.

“Saya harus mengucapkan apa? Karena kekacauan itu ternyata ulah wanita cantik yang memang sengaja ingin merusak suasana, saya hanya bisa bersyukur karena kejadian itu hanyalah gangguan sesaat. Saya sebagai orang tua, merasa bahagia anak gadis saya mendapat perhatian begitu besar dari bapak dan ibu yang jauh-jauh dari kota bersedia datang ke gubug ini. Saya hanya berharap, agar nak Wahyudi bisa menjaga anak saya dengan baik. Ah, tapi tunggu dulu, saya lupa tidak bertanya kepada Murni, apakah dia mau menerima lamaran nak Wahyudi atau tidak,” kata bu Lasminah sambil tersenyum, menatap Murni yang tertunduk sejak tadi.

“Jawab Murni, jangan diam saja,” kata Nano.

“Ya, sebaiknya segera dijawab, kalau memang tidak mau, mas Wahyudi akan segera saya bawa pulang kembali,” goda Sapto yang disambut tawa oleh semua yang hadir.

“Tuh, pilih ‘mau’ atau laki-laki ganteng ini kami bawa pulang lagi?” kata yang hadir bersahutan.

Murni mengangkat wajahnya. Manik mata hitamnya tenggelam oleh genangan air mata.

“Jawab, nduk,” kata ibunya.

Murni menatap Wahyudi, yang sejak tadi memandanginya tak berkedip.

“Jawab Murni, laki-laki tua ini mencintai kamu,” kata Wahyudi sambil tersenyum.

Murni mengangguk, lalu mengusap air matanya.

“Kok cuma mengangguk sih?” suara yang hadir bersahutan.

“Ya,” katanya sambil mengangguk lagi.

“Alhamdulillah,” seru yang hadir dengan perasaan lega.

***

Besok lagi ya.

 

40 comments:

  1. Terimakasih Bu Tien,

    Kembang cantikku yang ke empat puluh satu sudah tayang.

    Rombongan yang mau melamar Murni datang; keduluan dua orang cantik tak dikenal, maunya apa mereka?, pasti bikin nyebar racun kebohongan ke calon mertua dan calon istri, Wahyudi.


    Hmm..
    baca dulu..ah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh kan dua orang cantik, yang tidak jelas, cuma mheneror, nggak menyatakan jati dirinya, siapa nama, dimana alamatnya, sampai rusak, dandanan Murni, namanya juga serangan mendadak, ya nggak, siap; sampai eror gitu.
      Tapi Qila cukup ngèyèl pakai banget ya, dasar raihan terakhir menggenggam Wahyudi; ambyar...
      Nah.. masih ada ide lain mungkin?
      Kan punya anak buah; Kori kayanya mentok tuh, kan baru mau di training pembekalan sama qila, plan a gagal, ini kesempatan untuk plan b, apa itu; ya berlari.. menjauh ..
      Kelegaan Mila dan Qila kecil bertemu Wahyudi dengan segala kerinduan nya, bagaimana
      sang om pak Wahyudi menormalisasi suasana, membuat kedua fans kecil nya Wahyudi, cukup membingungkan.
      Kok om pak tå, padhaké ancik² cagak waé.
      Satunya panggil om; satunya lagi panggil pak, têrus jadi om pak gitu?!

      Delete
  2. Makasih Bun, habis nonton bola buka blok

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah terima kasih Bu Tien, salam sehat selalu,🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Sudah datang
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  5. Trimakasih bu Tien KC sdh tayang, nunggu sambil ngantuk ini

    ReplyDelete
  6. Pak Latief juara 1
    Selsmat

    Matur nuwun bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah KC~41 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 41 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah,, matur nuwun bu Tienku
    Senangnya Murni ,,,😊

    Salam sehat wal'afiat untuk semua bu Tienku 🤗🥰🌸

    ReplyDelete
  11. Pembuat onar langsung tertangkap, mungkinkah tinggal sedikit episode lagi...
    Besuk lagi ya...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  12. Akhirnya...yang ditunggu tunggu telah tayang , matur suwun bunda Tien...bunda Tien memang selalu ADUHAI...cerita bunda selalu bisa mengaduk aduk perasaan pembaca...jadi Baper deh....

    ReplyDelete
  13. Terimakasih mbak Nani, mas kakek,...nunggu sejak jam setengah sembilan. Dapat tiket di depan. He he he...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah.. Akhirnya yg di tunggu2 datang juga. Terima kasih Bu Tien terbaik.. Semoga sehat selalu.. Salam ADUHAI AH..

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah....terima kasih Mbak Tien...semoga perjodohan murni dan Wahyudi berjalan dengan lancar.....

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah...semoga perjodohan mereka berjalan dengan lancar...terima kasih mbak Tien, salam sehat sejahtera selalu...

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillaah.....
    Matur nuwun bu Tien cantik..
    Salaam sehat selalu 😘😘❤❤❤

    ReplyDelete
  18. Luar biasa...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  19. Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu. Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  20. Tumben endingnya tertutup. Akan menarik kalau 4 kalimat terakhir dihapus. Jadi masih teka-teki jawaban Murni. Apakah Murni menerima? Besok lagi ya..... Naah.

    ReplyDelete
  21. Makasih mba Tien.
    Salam hangat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  22. Alhamdulilah acara lamaran lancar setelah pengacau pergi..,trims Bu tien

    ReplyDelete
  23. Dasar kori ma Qilq wanita jahat pasti kena batunya hatinya batu lo

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun bunda Tien...maaf baca nya kancrit ini...🙏🥰

    ReplyDelete
  25. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  26. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalamu'alaikum warohmatulloh bu Tien, Smg sehat selalu

      Delete
  27. Matur nuwun bunda sayang KC 41 nya..slm sehat dan sayang dri 🥰❤️🌹🙏

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...