Monday, July 25, 2022

KEMBANG CANTIKKU 30

 

KEMBANG CANTIKKU  30

(Tien Kumalasari)

 

Mata Purnomo menyala, lebih-lebih ketika melihat Heru tidak beranjak dari duduknya. Ia mendekat lalu mencengkeram baju leher anaknya.

“Apa maksudmu Heru?” hardiknya.

Qila berdiri.

“Mas, kamu apa-apaan sih?” katanya sambil menatap marah pada Purnomo.

“Apa maksud kamu menerima Heru di dalam kamar ini? Dan kamu, bukannya kamu tadi pamit mau ke kampus? Mengapa tiba-tiba ada di sini?”

“Bapak, tolong lepaskan.”

“Kamu tidak akan bisa menemukan alasan lain, selain menusuk ayahmu dari belakang. Apa-apaan kamu?”

“Lepaskan dulu, mari bicara sebagai sesama laki-laki,” kata Heru sambil berusaha melepaskan cengkeraman ayahnya.

“Kamu menantang bapak untuk berkelahi?” kata Purnomo sambil melepaskan cengkeramannya.

“Siapa yang mengajak Bapak berkelahi? Heru bilang, bicara sebagai laki-laki.”

“Omong kosong kamu. Kamu sudah berkhianat kepada ayahmu.”

“Tidak, Heru hanya ingin menurutkan kata hati.”

Purnomo menahan amarahnya. Heru sama sekali tidak menentang atau membantah tuduhannya. Ia tampak begitu santai dan tak tampak ada ketakutan di wajahnya.

“Apa maksudmu? Kamu menyukai wanita ini ?”

“Apakah Bapak sangat menyukai dia?” tanya Heru sambil menunjuk ke arah Qila yang diam sambil menyandarkan tubuhnya di almari yang ada di ruangan itu.

“Kamu sudah tahu bahwa aku menyukainya. Aku mencintainya.”

“Apakah Bapak yakin pada pilihan Bapak? Benarkah wanita ini pantas Bapak cintai sehingga Bapak melakukan banyak kebohongan? Sehingga bapak lupa pada istri Bapak yang begitu setia dan mencintai Bapak? Bahkan dia tidak sadar bahwa Bapak sudah mengkhianatinya?”

“Diam !! Kamu anak kecil tahu apa? Bapak tidak berkhianat pada ibu kamu. Dia akan tetap menjadi istri Bapak.”

“Dan wanita ini?”

“Dia juga akan menjadi istri bapak, pulanglah sebelum bapak menghajarmu,” ancam Purnomo.

“Sayang sekali, hati Bapak telah buta oleh cinta yang juga buta. Bukankah setiap orang selalu memilih yang terbaik dalam hidupnya?”

“Apa maksudmu?”

“Dengar apa yang dia katakan setelah Heru bertanya. Qila, diantara kami berdua, siapa yang akan kamu pilih? Kamu menyukai ayahku, atau aku yang masih lebih muda dan tentu saja lebih tampan?” tanya Heru sambil menatap Qila dengan senyum paling memikat yang dimilikinya.

Qila terhenyak. Dia melangkah perlahan  mendekati Heru, kedua tangannya diangkat, siap memeluk Heru, tapi Heru menghentikannya.

“Stop di situ, jangan melangkah lagi satu langkahpun,” perintah Heru.

Qila berhenti melangkah lalu menurunkan tangannya.

“Aku bertanya, jawab dengan mulut kamu, bukan dengan gerakan yang aneh-aneh.”

“Tentu saja aku memilih kamu Heru, kamu lebih muda dan tentu saja lebih kuat. Kamu lebih ganteng dan lebih mempesona,” katanya sambil tersenyum memikat.

Purnomo mengepalkan tangannya.

“Bapak jangan marah dulu. Sebagai laki-laki, Heru akan bilang bahwa ada perbedaan diantara kita. Bapak menyukai wanita ini dengan segala kelakuan buruknya, tapi tidak dengan Heru.”

Purnomo menatap Heru dengan mata sebulat-bulatnya.

“Wanita seperti inikah yang Bapak sukai? Yang setiap saat akan berkhianat saat dia melihat yang labih menarik?”

Purnomo menghempaskan kedua tangannya, dan tiba-tiba merasa lelah.

“Heru, bukankah kamu senang kalau aku lebih memilih kamu?” kata Qila sambil mendekati Heru, tapi lagi-lagi Heru menyuruhnya berhenti.

“Berhenti di situ, jangan pernah menyentuh aku,” katanya tandas.

“Heru, apa maksudmu? Bukankah kamu menyukai aku?”

“Apa aku pernah mengatakan itu? Apa aku pernah bersikap seolah-olah aku tertarik sama kamu? Bagiku, kamu wanita menjijikkan,” kata Heru yang kemudian beranjak keluar dari kamar. Tapi sambil membuka pegangan pintu, ia menoleh ke arah ayahnya.

“Sekarang semuanya ada di tangan Bapak. Heru hanya mengingatkan, bahwa di rumah ada seorang istri yang tak kalah cantik dari  perempuan itu, yang dengan setia menunggu Bapak.”

Lalu Heru menutupkan pintunya pelan.

“Apa maksud semua ini?” tanya Qila bingung.

Purnomo tiba-tiba menyadari apa yang terjadi. Menyadari bahwa nafsu adalah nafsu dan bukannya cinta. Kalau anaknya saja merasa jijik melihat wanita di depannya, mengapa dia tergila-gila? Purnomo pun merasa jijik, apalagi melihat kelakuan Qila yang kemudian berpaling memilih Heru daripada dirinya.

“Mas Purnomo, Heru hanya menggoda aku. Mas jangan marah ya?” tanpa malu Qila mendekati Purnomo, kedua tangannya terkembang, tapi Purnomo segera mendorongnya keras, sehingga Qila jatuh terjengkang.

“Maaas, kamu membuatku jatuh,” rintihnya.

Purnomo menatapnya dengan senyuman sinis.

“Bangun dan kemasi barang-barangmu.”

“Maas.”

“Pergi dari rumah ini sekarang juga.”

“Mas Purnomo, kamu tega?”

“Segera!! Sebentar lagi akan ada orangku yang akan membersihkan rumah ini, aku harap kamu sudah tak ada lagi di sini,” kata Purnomo tandas, sambil melangkah menuju pintu.

“Maaas, jangan begitu,” katanya sambil merangkul kedua kaki Purnomo, tapi Purnomo mengibaskannya, sehingga kembali Qila terjangkang.

“Mas Purnomooo, maafkan aku Mas.”

“Aku beri kamu waktu satu jam. Orang-orangku dari kota akan segera datang kemari,” kata Purnomo sambil membanting pintu.

***

Purnomo masuk ke ruang inapnya kembali, dan melihat istrinya duduk menunggu di sofa dengan wajah cemas.

“Maas, kemana saja?”

Tiba-tiba Purnomo mendekati istrinya dan memeluknya erat.

“Maafkan aku,” bisiknya.

“Mengapa minta maaf?”

“Aku selalu membuat kamu kecewa, bahkan ibu mertuaku tak sempat melihat aku di akhir hayatnya.”

“Sudahlah Mas, aku bisa mengerti. Lain kali kamu tidak boleh terlalu mementingkan bisnis kamu. Bukankah keluarga lebih utama daripada mengejar harta yang tak akan ada puasnya?”

Purnomo semakin erat memeluk istrinya.

“Kamu benar, Tatik, tiba-tiba aku merasa lelah. Setelah ini aku akan menyerahkan semua bisnis itu pada Heru.”

“Benarkah?”

“Ya, dia harus mulai belajar, sebelum aku sepenuhnya mendampingi kamu di rumah.”

Hartati tersenyum bahagia.

“Senang mendengarnya Mas."

Purnomo kemudian duduk di samping istrinya di sofa itu.

“Kamu ini kan sakit, kok bisa-bisanya kabur dari rumah sakit?”

“Iya, maaf, ada urusan penting sebentar,” katanya sambil memeluk bahu istrinya.

“Urusan bisnis lagi?”

“Iya, sayang,” jawab Purnomo, tapi dalam hati dia berbisik “ini adalah kebohonganku yang terakhir, Hartati.”

“Aku membawa makanan kesukaan Mas, makanlah sambil menunggu dokter datang. Kata perawat sebentar lagi dokter datang, aku tadi sudah khawatir karena Mas tiba-tiba kabur.”

“Semoga hari ini aku boleh pulang. Aku merasa sehat.”

***

Sore itu Sapto benar-benar datang, dan berbincang dengan Wahyudi. Agak tersendat karena sebentar-sebentar Wahyudi harus mengingat-ingat, dan belum sepenuhnya sadar. Tapi ia tersenyum senang ketika Sapto memperlihatkan foto-foto ketika masih bersama mereka. Ada foto ketika dia menggendong Qila saat masih bayi, ada foto saat dia sedang berlarian di taman bersama Qila.

“Kamu lupa semua ini Mas?” tanya Sapto.

Tiba-tiba Wahyudi memegang foto ketika dia menggendong Qila. Matanya menyipit ketika dia mengingat sesuatu. Ia membalikkan foto itu tanpa sengaja, dan melihat tulisannya sendiri, KEMBANG CANTIKKU. Tulisan yang dibuatnya, sebagai ungkapan perasaannya kepada Retno, tapi yang kemudian ditumpahkannya melalui Qila kecil, yang disayanginya sejak dia masih bayi.

“Ini selalu ada di dalam mimpi aku. Ia tadinya dibawa oleh seorang wanita dengan rambut riap-riapan.”

“Ada sebuah cerita ketika kemudian Mas Yudi saya anggap sebagai pahlawan dalam hidup aku, yaitu ketika Mas membawa Qila pulang, setelah dia diculik oleh seorang wanita jahat.”

“Diculik? Ah, pasti wanita rambut riap-riapan itu,” kata Wahyudi.

“Penculiknya adalah seorang ibu, atas suruhan seorang wanita bernama Kori. Dia itu bekas istri aku, yang punya niat jahat pada Retno. Mas ingat Retno kan?”

Wahyudi mengangguk. Tentu saja dia mengingatnya, dia adalah kembang cantik yang direlakannya untuk Sapto, demi Qila, darah daging Sapto yang terlahir dari rahim Retno Harsanti. Ia memejamkan matanya. Terbayang olehnya, di sebuah rumah sakit, bayi Qila sakit parah karena baru lahir beberapa hari, kemudian dibawa lari oleh seorang wanita, yang kemudian membawanya ke rumah sakit karena bayi itu parah. Dia melihatnya, lalu membawanya ke rumah sakit, di mana bayi itu dirawat sebelumnya.

“Ya Tuhan, kembang cantik itu akhirnya selamat bukan? Qila, aku ingat Qila saat di culik. Wajahnya pucat, menangispun seperti tak mampu. Mana dia? Kembang cantikku Qila,” kata Wahyudi dengan mata berkaca-kaca.

Sapto menghela napas lega. Wahyudi mengingat lebih banyak.

“Qila ada di rumah bersama ibunya, besok dia pasti aku ajak kemari. Apa mas Yudi ingat, sedang apa mas Yudi saat itu sehingga bisa melihat Qila yang sudah sakit parah?”

“Aku … mengapa aku ada di sana?”

“Mas Yudi ingat Wuri?”

Mata Wahyudi terbelalak.

“Wuri? Gadis kemayu itu, dan lucu … “

Wahyudi memejamkan matanya lagi.

“Saat itu dia dirawat ? Karena kecelakaan bukan? Kakinya patah?”

Mata Wahyudi berbinar, lalu ia terkejut, ketika tiba-tiba seseorang datang dan menubruknya.

“Mas Yudi …. Mas Yudi, kamu masih hidup Mas?”  tangisnya keras, memenuhi ruang rawat itu.

Itu adalah Wuri yang diantar Budiono.

Wahyudi menatapnya lekat.

“Kamu itu sudah tua mas, jangan neka-neka,” katanya masih dengan menangis.

Wahyudi terhenyak. Ia ingat gadis yang selalu mengatakan dirinya sudah tua.

“Wuri?”

“Bagus Mas, kamu mengingat aku,” soraknya dalam tangis.

“Kakimu masih ada?” tanya Wahyudi yang tiba-tiba menatap ke arah kaki Wuri.

“Apa maksudmu?”

“Itu kaki beneran atau kaki palsu?”

Pertanyaan Wahyudi yang bersungguh-sungguh itu justru membuat Sapto dan Budi tertawa, tapi Wuri justru cemberut, sambil memukul tangan Wahyudi.

“Ini kaki beneran Mas, aduh, apa mata tua kamu sudah rabun?”

“Aku ingat waktu itu kamu kecelakaan, kakimu nyaris dioperasi.”

Wuri merasa senang. Wahyudi mengingatnya, juga peristiwa kecelakaan itu, yang justru menjadi jalan pertemuannya dengan bayi Qila.

Sore itu, saat Nano pulang, ada peristiwa membahagiakan di ruang rawat Wahyudi. Banyak yang diingatnya, walau belum sepenuhnya.

“Kamu tahu Mas, gara-gara kamu menghilang, Wuri menunda pernikahannya,” kata Budi yang sejak tadi diam.

Wahyudi menatap Wuri.

“Kamu mau menikah?” tanya Wahyudi.

“Iya lah, masa aku harus menjadi perawan tua, ikutan mas Yudi yang menjadi perjaka tua?” kata Wuri kemayu.

“Aduh … kenapa kamu tidak pernah menghilangkan kata ‘tua’ itu di setiap perkataan kamu?” keluh Wahyudi yang di sambut tawa oleh yang lainnya.

“Itu memang benar kan?”

“Memangnya kamu mau menikah sama siapa? Ada ya laki-laki yang mau sama gadis centil dan galak seperti kamu?”

“Mas Yudiiii!” kata Wuri sambil kembali memukul Wahyudi.

“Dia mau menikah sama aku, Mas. Mas Yudi lupa ya?”

“Oh, ya ampuun. Ini apa adiknya mas Sapto?”

“Iya Mas, aku Budiono.”

Malam itu Wahyudi tidur sangat nyenyak. Ada bahagia dihatinya karena akhirnya bertemu dengan orang-orang terdekatnya. Ia belum bisa mengingat semuanya, terutama mengapa dia bisa tiba-tiba hilang ingatan.

***

Hari terus berjalan, Wisnu baru bisa mengunjungi orang tuanya karena kesibukannya. Ia agak terkejut ketika ayahnya menegur gara-gara dia memukul Wahyudi beberapa minggu yang lalu.

“Mengapa kamu tidak cerita sama Bapak tentang kejadian itu?” tegur Pak Kartiko.

“Maaf Pak, sesungguhnya kami sudah sepakat untuk merahasiakan soal salah paham itu, mengingat kesehatan Bapak. Tapi sebenarnya Wisnu juga ingin mengatakannya kepada bapak saat semuanya sudah baik-baik saja.”

“Iya, ibumu sudah mengatakan semuanya.”

“Tadi Wisnu mendapat tilpon dari Nano, bahwa Wahyudi sudah boleh pulang besok.”

“Syukurlah. Apa kamu sudah menyelesaikan semuanya? Maksud bapak tentang semua biayanya?”

“Sudah Pak, tadi Wisnu sudah mampir ke rumah sakit dan menyelesaikan semuanya.”

“Syukurlah.”

“Nano juga mengatakan bahwa Wahyudi sudah ketemu beberapa kerabatnya, dan sudah banyak yang diingatnya.”

“Iya, bapak dan ibumu juga senang. Peristiwa yang sesungguhnya menyakitkan itu ternyata ada hikmahnya, yaitu kembalinya ingatan Wahyudi, walau belum sepenuhnya. Tapi ada sedikit kecewa di hati bapak. Wahyudi akan pergi dari rumah ini. Pasti aku merasa kehilangan, juga Mila anakmu.”

“Wahyudi tidak akan melupakan kita. Dia orang baik. Kabarnya besok kerabatnya akan menjemputnya, dan akan mengantarkannya ke kantornya, karena dia belum ingat pernah bekerja di mana.”

“Sudah bapak duga, dia bukan orang sembarangan. Dia pintar dan tata kramanya sangat bagus. Biar besok Nano ikut mengantarkannya ke rumahnya, biar dia tahu, Wahyudi tinggal di mana.”

“Iya Pak, semoga semuanya segera menjadi baik.”

***

Hari itu Wahyudi pulang ke rumahnya, dengan diantar Nano. Rumah itu sudah dibenahi dan dibersihkan Wuri seperti yang sering dilakukannya. Wahyudi mencoba mengingat semuanya, karena masih merasa asing berada di rumahnya sendiri,

Dengan bantuan Wuri dia akhirnya bisa sedikit merasa bahwa pernah tinggal di rumah itu.

Malam itu Wahyudi terbaring dengan nyaman di kamarnya. Budiono berjanji akan mengantarkannya ke kantornya besok pagi, agar lebih banyak yang bisa diingatnya. Tapi tiba-tiba ia terbangun ketika ia mendengar sesuatu. Seperti pintu terbuka. Ia heran karena merasa telah mengunci pintu rumahnya. Ia keluar dari kamar, lalu tiba-tiba melihat seseorang dengan wajah tertutup topeng, sudah berada di depan pintu kamarnya.

***

Besok lagi ya. 

39 comments:

  1. Replies
    1. Hello mb Nani udah jaga gawang nih

      Delete
    2. Yesss ..... Selamat ya juara 1-nya yang bikin woro-woro

      Terima kasih bu Tiem.

      Delete
    3. Terima kasih, Ibu Tien... Salam sehat sekeluarga, yaa....

      Delete
    4. manusang bu Tien KCku 30 sdh tayang, takin seru saja..neh

      Delete
    5. Q juga hadir lho mbkyu A'ini...selalu ,,, kembang cantikku bunda tien

      Delete
  2. Terimakasih
    mau tahu respon Sapto;
    Wuri yang menjadikan syarat mau menikah dengan Budi kalau Wahyudi sudah ditemukan
    Nah!!
    baca dulu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebahagiaan pertemuan itu sesaat mengguyur rasa damai dihati Wahyudi; kerabat yang berdatangan mengingat kembali menyadarkan betapa pentingnya seorang Wahyudi yang menyelamatkan Qila kecil yang sangat diharapkan keluarga Siswanto, sangat berarti bagi hidup Sapto dan Retno.
      Nah, kedatangan topeng monyet berkelamin perempuan ini, men jadikan keluar beberapa prediksi;

      'Qila' bisa juga; dia merasa terusir dari rumah karena, igauan Wahyudi memanggil namanya, ke pédéan dikira untuknya.

      'Kori' mantan istri Sapto yang ketahuan merekayasa dan dalang penculikan Qila bayi, menjadikan masuk bui, bersama you zemi dan keponakannya juga babe Kartomo.

      Namanya juga sudah hilang harapan, merasa habis, jadi mau dituntaskan saat itu juga.
      Tuntas tas tas tas


      Terimakasih Bu Tien,

      Kembang cantikku yang ke tiga puluh sudah tayang.
      Sehat-sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
      🙏

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Akhirnya datang juga
    Matur nuwun bu
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun bunda Tien, KC 30 telah tayang.

    Salam ADUHAI selalu..

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah sudah tayamg KC 30
    Terimakasih bunda Tien cerbungnya Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 30 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. Masih ada kuota 1 Bapak dan 3 Ibu, bahi yang berminat ikut acara JUMPA FANS WAG PCTK ke 3 di Batu Malang 26-27 Agustus 2022 bagi yang berminat kita lanjut ke BROMO, dari Malang antar jemput biayanya 1,450.000/jeep HARDTOP, isi 6 orang, belum termasuk makan minum di lokasi BROMO

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien ..

    ReplyDelete
  10. Terimakasih sdh tayang..
    Salam sehat selalu bunda Tien..

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
    Wah... ada orang bertopeng, mudah mudahan hanya mimpi.
    Salam sehat mbak Tien, yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  12. Trmksh mb Tien sdh tayang KC nya... Tp siapa lg org bertopeng yg hadir di rmh Wahyudi? Apakah si penggoda Qila stlh lepas dr Wisnu, Purnomo, Heru dan mengejar Wahyudi? Ditunggu bsk ya mbak Tien. Slm seroja sll utk kita semua🙏

    ReplyDelete
  13. 𝐍𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐰𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐨𝐩𝐞𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐮𝐢 𝐖𝐚𝐡𝐲𝐮𝐝𝐢 𝐝𝐢𝐫𝐮𝐦𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚...??
    𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐫𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐖𝐮𝐫𝐢..??
    𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 & 𝐚𝐝𝐮𝐡𝐚𝐢...🙏🙏

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ..🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah KC 30 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  16. Luar biasa...
    Apakah Wahyudi bisa merelakan Wuri menikah dengan Budiono?...

    ReplyDelete
  17. Siapa ya? Jangan sampai Wahyudi dicelakai lagi, kasihan.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~30 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun bunda Tien KC 30 SDH tayang semakin menarik dan bikin penasaran ceritanya .....memang aduhai bunda ku yg satu ini...salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah KC 30 sdh hadir
    Matursuwun Bu Tien, semoga Ibu skeluarga sehat dan bahagia selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ..siapa org yg dtg pakai topeng yaaa...masa rampok seh...Yudi pasti siap2

    ReplyDelete
  22. Trm ksh bu Tien, setia menunggu kelanjutannya..

    ReplyDelete
  23. Terima ksih bunda..slm sht sll dri skbmi🙏🌹🥰

    ReplyDelete
  24. Aduh bertopeng.... 🤨🤨🤨🤨
    Semoga saja malah membuat mas Yudi sembuh dari amnesia nya.

    Bu Tien, selalu heibat klo buat cerita bikin yang baca nebak- nebak deh..
    Sehat selalu Bu Tien..

    ReplyDelete

SEPASANG MERPATI TUA

SEPASANG MERPATI TUA (Tien Kumalasari) Sepasang merpati tua,  dulu pernah muda mengepakkan sayap bersama,  berteman angin dan dedaunan mengh...