KEMBANG CANTIKKU
30
(Tien Kumalasari)
Mata Purnomo menyala, lebih-lebih ketika melihat Heru tidak beranjak dari duduknya. Ia mendekat lalu mencengkeram baju leher anaknya.
“Apa maksudmu Heru?” hardiknya.
Qila berdiri.
“Mas, kamu apa-apaan sih?” katanya sambil menatap
marah pada Purnomo.
“Apa maksud kamu menerima Heru di dalam kamar ini? Dan
kamu, bukannya kamu tadi pamit mau ke kampus? Mengapa tiba-tiba ada di sini?”
“Bapak, tolong lepaskan.”
“Kamu tidak akan bisa menemukan alasan lain, selain
menusuk ayahmu dari belakang. Apa-apaan kamu?”
“Lepaskan dulu, mari bicara sebagai sesama laki-laki,”
kata Heru sambil berusaha melepaskan cengkeraman ayahnya.
“Kamu menantang bapak untuk berkelahi?” kata Purnomo
sambil melepaskan cengkeramannya.
“Siapa yang mengajak Bapak berkelahi? Heru bilang,
bicara sebagai laki-laki.”
“Omong kosong kamu. Kamu sudah berkhianat kepada
ayahmu.”
“Tidak, Heru hanya ingin menurutkan kata hati.”
Purnomo menahan amarahnya. Heru sama sekali tidak
menentang atau membantah tuduhannya. Ia tampak begitu santai dan tak tampak ada
ketakutan di wajahnya.
“Apa maksudmu? Kamu menyukai wanita ini ?”
“Apakah Bapak sangat menyukai dia?” tanya Heru sambil
menunjuk ke arah Qila yang diam sambil menyandarkan tubuhnya di almari yang ada
di ruangan itu.
“Kamu sudah tahu bahwa aku menyukainya. Aku
mencintainya.”
“Apakah Bapak yakin pada pilihan Bapak? Benarkah
wanita ini pantas Bapak cintai sehingga Bapak melakukan banyak kebohongan?
Sehingga bapak lupa pada istri Bapak yang begitu setia dan mencintai Bapak?
Bahkan dia tidak sadar bahwa Bapak sudah mengkhianatinya?”
“Diam !! Kamu anak kecil tahu apa? Bapak tidak
berkhianat pada ibu kamu. Dia akan tetap menjadi istri Bapak.”
“Dan wanita ini?”
“Dia juga akan menjadi istri bapak, pulanglah sebelum bapak
menghajarmu,” ancam Purnomo.
“Sayang sekali, hati Bapak telah buta oleh cinta yang
juga buta. Bukankah setiap orang selalu memilih yang terbaik dalam hidupnya?”
“Apa maksudmu?”
“Dengar apa yang dia katakan setelah Heru bertanya.
Qila, diantara kami berdua, siapa yang akan kamu pilih? Kamu menyukai ayahku,
atau aku yang masih lebih muda dan tentu saja lebih tampan?” tanya Heru sambil
menatap Qila dengan senyum paling memikat yang dimilikinya.
Qila terhenyak. Dia melangkah perlahan mendekati Heru, kedua tangannya diangkat,
siap memeluk Heru, tapi Heru menghentikannya.
“Stop di situ, jangan melangkah lagi satu langkahpun,”
perintah Heru.
Qila berhenti melangkah lalu menurunkan tangannya.
“Aku bertanya, jawab dengan mulut kamu, bukan dengan
gerakan yang aneh-aneh.”
“Tentu saja aku memilih kamu Heru, kamu lebih muda dan
tentu saja lebih kuat. Kamu lebih ganteng dan lebih mempesona,” katanya sambil
tersenyum memikat.
Purnomo mengepalkan tangannya.
“Bapak jangan marah dulu. Sebagai laki-laki, Heru akan
bilang bahwa ada perbedaan diantara kita. Bapak menyukai wanita ini dengan
segala kelakuan buruknya, tapi tidak dengan Heru.”
Purnomo menatap Heru dengan mata sebulat-bulatnya.
“Wanita seperti inikah yang Bapak sukai? Yang setiap
saat akan berkhianat saat dia melihat yang labih menarik?”
Purnomo menghempaskan kedua tangannya, dan tiba-tiba
merasa lelah.
“Heru, bukankah kamu senang kalau aku lebih memilih
kamu?” kata Qila sambil mendekati Heru, tapi lagi-lagi Heru menyuruhnya
berhenti.
“Berhenti di situ, jangan pernah menyentuh aku,”
katanya tandas.
“Heru, apa maksudmu? Bukankah kamu menyukai aku?”
“Apa aku pernah mengatakan itu? Apa aku pernah
bersikap seolah-olah aku tertarik sama kamu? Bagiku, kamu wanita menjijikkan,”
kata Heru yang kemudian beranjak keluar dari kamar. Tapi sambil membuka
pegangan pintu, ia menoleh ke arah ayahnya.
“Sekarang semuanya ada di tangan Bapak. Heru hanya
mengingatkan, bahwa di rumah ada seorang istri yang tak kalah cantik dari perempuan itu, yang dengan setia menunggu Bapak.”
Lalu Heru menutupkan pintunya pelan.
“Apa maksud semua ini?” tanya Qila bingung.
Purnomo tiba-tiba menyadari apa yang terjadi.
Menyadari bahwa nafsu adalah nafsu dan bukannya cinta. Kalau anaknya saja
merasa jijik melihat wanita di depannya, mengapa dia tergila-gila? Purnomo pun
merasa jijik, apalagi melihat kelakuan Qila yang kemudian berpaling memilih
Heru daripada dirinya.
“Mas Purnomo, Heru hanya menggoda aku. Mas jangan
marah ya?” tanpa malu Qila mendekati Purnomo, kedua tangannya terkembang, tapi
Purnomo segera mendorongnya keras, sehingga Qila jatuh terjengkang.
“Maaas, kamu membuatku jatuh,” rintihnya.
Purnomo menatapnya dengan senyuman sinis.
“Bangun dan kemasi barang-barangmu.”
“Maas.”
“Pergi dari rumah ini sekarang juga.”
“Mas Purnomo, kamu tega?”
“Segera!! Sebentar lagi akan ada orangku yang akan
membersihkan rumah ini, aku harap kamu sudah tak ada lagi di sini,” kata
Purnomo tandas, sambil melangkah menuju pintu.
“Maaas, jangan begitu,” katanya sambil merangkul kedua
kaki Purnomo, tapi Purnomo mengibaskannya, sehingga kembali Qila terjangkang.
“Mas Purnomooo, maafkan aku Mas.”
“Aku beri kamu waktu satu jam. Orang-orangku dari kota
akan segera datang kemari,” kata Purnomo sambil membanting pintu.
***
Purnomo masuk ke ruang inapnya kembali, dan melihat
istrinya duduk menunggu di sofa dengan wajah cemas.
“Maas, kemana saja?”
Tiba-tiba Purnomo mendekati istrinya dan memeluknya
erat.
“Maafkan aku,” bisiknya.
“Mengapa minta maaf?”
“Aku selalu membuat kamu kecewa, bahkan ibu mertuaku
tak sempat melihat aku di akhir hayatnya.”
“Sudahlah Mas, aku bisa mengerti. Lain kali kamu tidak
boleh terlalu mementingkan bisnis kamu. Bukankah keluarga lebih utama daripada
mengejar harta yang tak akan ada puasnya?”
Purnomo semakin erat memeluk istrinya.
“Kamu benar, Tatik, tiba-tiba aku merasa lelah.
Setelah ini aku akan menyerahkan semua bisnis itu pada Heru.”
“Benarkah?”
“Ya, dia harus mulai belajar, sebelum aku sepenuhnya
mendampingi kamu di rumah.”
Hartati tersenyum bahagia.
“Senang mendengarnya Mas."
Purnomo kemudian duduk di samping istrinya di sofa
itu.
“Kamu ini kan sakit, kok bisa-bisanya kabur dari rumah
sakit?”
“Iya, maaf, ada urusan penting sebentar,” katanya
sambil memeluk bahu istrinya.
“Urusan bisnis lagi?”
“Iya, sayang,” jawab Purnomo, tapi dalam hati dia
berbisik “ini adalah kebohonganku yang terakhir, Hartati.”
“Aku membawa makanan kesukaan Mas, makanlah sambil
menunggu dokter datang. Kata perawat sebentar lagi dokter datang, aku tadi
sudah khawatir karena Mas tiba-tiba kabur.”
“Semoga hari ini aku boleh pulang. Aku merasa sehat.”
***
Sore itu Sapto benar-benar datang, dan berbincang
dengan Wahyudi. Agak tersendat karena sebentar-sebentar Wahyudi harus
mengingat-ingat, dan belum sepenuhnya sadar. Tapi ia tersenyum senang ketika
Sapto memperlihatkan foto-foto ketika masih bersama mereka. Ada foto ketika dia
menggendong Qila saat masih bayi, ada foto saat dia sedang berlarian di taman
bersama Qila.
“Kamu lupa semua ini Mas?” tanya Sapto.
Tiba-tiba Wahyudi memegang foto ketika dia menggendong
Qila. Matanya menyipit ketika dia mengingat sesuatu. Ia membalikkan foto itu
tanpa sengaja, dan melihat tulisannya sendiri, KEMBANG CANTIKKU. Tulisan yang
dibuatnya, sebagai ungkapan perasaannya kepada Retno, tapi yang kemudian
ditumpahkannya melalui Qila kecil, yang disayanginya sejak dia masih bayi.
“Ini selalu ada di dalam mimpi aku. Ia tadinya dibawa
oleh seorang wanita dengan rambut riap-riapan.”
“Ada sebuah cerita ketika kemudian Mas Yudi saya
anggap sebagai pahlawan dalam hidup aku, yaitu ketika Mas membawa Qila pulang,
setelah dia diculik oleh seorang wanita jahat.”
“Diculik? Ah, pasti wanita rambut riap-riapan itu,”
kata Wahyudi.
“Penculiknya adalah seorang ibu, atas suruhan seorang
wanita bernama Kori. Dia itu bekas istri aku, yang punya niat jahat pada Retno.
Mas ingat Retno kan?”
Wahyudi mengangguk. Tentu saja dia mengingatnya, dia
adalah kembang cantik yang direlakannya untuk Sapto, demi Qila, darah daging
Sapto yang terlahir dari rahim Retno Harsanti. Ia memejamkan matanya. Terbayang
olehnya, di sebuah rumah sakit, bayi Qila sakit parah karena baru lahir
beberapa hari, kemudian dibawa lari oleh seorang wanita, yang kemudian membawanya ke rumah
sakit karena bayi itu parah. Dia melihatnya, lalu membawanya ke rumah sakit, di
mana bayi itu dirawat sebelumnya.
“Ya Tuhan, kembang cantik itu akhirnya selamat bukan?
Qila, aku ingat Qila saat di culik. Wajahnya pucat, menangispun seperti tak
mampu. Mana dia? Kembang cantikku Qila,” kata Wahyudi dengan mata berkaca-kaca.
Sapto menghela napas lega. Wahyudi mengingat lebih
banyak.
“Qila ada di rumah bersama ibunya, besok dia pasti aku
ajak kemari. Apa mas Yudi ingat, sedang apa mas Yudi saat itu sehingga bisa
melihat Qila yang sudah sakit parah?”
“Aku … mengapa aku ada di sana?”
“Mas Yudi ingat Wuri?”
Mata Wahyudi terbelalak.
“Wuri? Gadis kemayu itu, dan lucu … “
Wahyudi memejamkan matanya lagi.
“Saat itu dia dirawat ? Karena kecelakaan bukan?
Kakinya patah?”
Mata Wahyudi berbinar, lalu ia terkejut, ketika
tiba-tiba seseorang datang dan menubruknya.
“Mas Yudi …. Mas Yudi, kamu masih hidup Mas?” tangisnya keras, memenuhi ruang rawat itu.
Itu adalah Wuri yang diantar Budiono.
Wahyudi menatapnya lekat.
“Kamu itu sudah tua mas, jangan neka-neka,” katanya
masih dengan menangis.
Wahyudi terhenyak. Ia ingat gadis yang selalu
mengatakan dirinya sudah tua.
“Wuri?”
“Bagus Mas, kamu mengingat aku,” soraknya dalam
tangis.
“Kakimu masih ada?” tanya Wahyudi yang tiba-tiba
menatap ke arah kaki Wuri.
“Apa maksudmu?”
“Itu kaki beneran atau kaki palsu?”
Pertanyaan Wahyudi yang bersungguh-sungguh itu justru
membuat Sapto dan Budi tertawa, tapi Wuri justru cemberut, sambil memukul
tangan Wahyudi.
“Ini kaki beneran Mas, aduh, apa mata tua kamu sudah
rabun?”
“Aku ingat waktu itu kamu kecelakaan, kakimu nyaris
dioperasi.”
Wuri merasa senang. Wahyudi mengingatnya, juga
peristiwa kecelakaan itu, yang justru menjadi jalan pertemuannya dengan bayi
Qila.
Sore itu, saat Nano pulang, ada peristiwa membahagiakan
di ruang rawat Wahyudi. Banyak yang diingatnya, walau belum sepenuhnya.
“Kamu tahu Mas, gara-gara kamu menghilang, Wuri
menunda pernikahannya,” kata Budi yang sejak tadi diam.
Wahyudi menatap Wuri.
“Kamu mau menikah?” tanya Wahyudi.
“Iya lah, masa aku harus menjadi perawan tua, ikutan
mas Yudi yang menjadi perjaka tua?” kata Wuri kemayu.
“Aduh … kenapa kamu tidak pernah menghilangkan kata ‘tua’
itu di setiap perkataan kamu?” keluh Wahyudi yang di sambut tawa oleh yang
lainnya.
“Itu memang benar kan?”
“Memangnya kamu mau menikah sama siapa? Ada ya
laki-laki yang mau sama gadis centil dan galak seperti kamu?”
“Mas Yudiiii!” kata Wuri sambil kembali memukul
Wahyudi.
“Dia mau menikah sama aku, Mas. Mas Yudi lupa ya?”
“Oh, ya ampuun. Ini apa adiknya mas Sapto?”
“Iya Mas, aku Budiono.”
Malam itu Wahyudi tidur sangat nyenyak. Ada bahagia
dihatinya karena akhirnya bertemu dengan orang-orang terdekatnya. Ia belum bisa
mengingat semuanya, terutama mengapa dia bisa tiba-tiba hilang ingatan.
***
Hari terus berjalan, Wisnu baru bisa mengunjungi orang
tuanya karena kesibukannya. Ia agak terkejut ketika ayahnya menegur gara-gara
dia memukul Wahyudi beberapa minggu yang lalu.
“Mengapa kamu tidak cerita sama Bapak tentang kejadian
itu?” tegur Pak Kartiko.
“Maaf Pak, sesungguhnya kami sudah sepakat untuk
merahasiakan soal salah paham itu, mengingat kesehatan Bapak. Tapi sebenarnya
Wisnu juga ingin mengatakannya kepada bapak saat semuanya sudah baik-baik saja.”
“Iya, ibumu sudah mengatakan semuanya.”
“Tadi Wisnu mendapat tilpon dari Nano, bahwa Wahyudi
sudah boleh pulang besok.”
“Syukurlah. Apa kamu sudah menyelesaikan semuanya?
Maksud bapak tentang semua biayanya?”
“Sudah Pak, tadi Wisnu sudah mampir ke rumah sakit dan
menyelesaikan semuanya.”
“Syukurlah.”
“Nano juga mengatakan bahwa Wahyudi sudah ketemu beberapa
kerabatnya, dan sudah banyak yang diingatnya.”
“Iya, bapak dan ibumu juga senang. Peristiwa yang
sesungguhnya menyakitkan itu ternyata ada hikmahnya, yaitu kembalinya ingatan
Wahyudi, walau belum sepenuhnya. Tapi ada sedikit kecewa di hati bapak. Wahyudi
akan pergi dari rumah ini. Pasti aku merasa kehilangan, juga Mila anakmu.”
“Wahyudi tidak akan melupakan kita. Dia orang baik.
Kabarnya besok kerabatnya akan menjemputnya, dan akan mengantarkannya ke
kantornya, karena dia belum ingat pernah bekerja di mana.”
“Sudah bapak duga, dia bukan orang sembarangan. Dia
pintar dan tata kramanya sangat bagus. Biar besok Nano ikut mengantarkannya ke rumahnya, biar dia tahu, Wahyudi tinggal di mana.”
“Iya Pak, semoga semuanya segera menjadi baik.”
***
Hari itu Wahyudi pulang ke rumahnya, dengan diantar
Nano. Rumah itu sudah dibenahi dan dibersihkan Wuri seperti yang sering
dilakukannya. Wahyudi mencoba mengingat semuanya, karena masih merasa asing berada
di rumahnya sendiri,
Dengan bantuan Wuri dia akhirnya bisa sedikit merasa
bahwa pernah tinggal di rumah itu.
Malam itu Wahyudi terbaring dengan nyaman di kamarnya.
Budiono berjanji akan mengantarkannya ke kantornya besok pagi, agar lebih
banyak yang bisa diingatnya. Tapi tiba-tiba ia terbangun ketika ia mendengar
sesuatu. Seperti pintu terbuka. Ia heran karena merasa telah mengunci pintu rumahnya.
Ia keluar dari kamar, lalu tiba-tiba melihat seseorang dengan wajah tertutup topeng,
sudah berada di depan pintu kamarnya.
***
Besok lagi ya.
Yeees
ReplyDeleteHello mb Nani udah jaga gawang nih
DeleteYesss ..... Selamat ya juara 1-nya yang bikin woro-woro
DeleteTerima kasih bu Tiem.
Terima kasih, Ibu Tien... Salam sehat sekeluarga, yaa....
Deletemanusang bu Tien KCku 30 sdh tayang, takin seru saja..neh
DeleteQ juga hadir lho mbkyu A'ini...selalu ,,, kembang cantikku bunda tien
DeleteTerimakasih
ReplyDeletemau tahu respon Sapto;
Wuri yang menjadikan syarat mau menikah dengan Budi kalau Wahyudi sudah ditemukan
Nah!!
baca dulu..
Kebahagiaan pertemuan itu sesaat mengguyur rasa damai dihati Wahyudi; kerabat yang berdatangan mengingat kembali menyadarkan betapa pentingnya seorang Wahyudi yang menyelamatkan Qila kecil yang sangat diharapkan keluarga Siswanto, sangat berarti bagi hidup Sapto dan Retno.
DeleteNah, kedatangan topeng monyet berkelamin perempuan ini, men jadikan keluar beberapa prediksi;
'Qila' bisa juga; dia merasa terusir dari rumah karena, igauan Wahyudi memanggil namanya, ke pédéan dikira untuknya.
'Kori' mantan istri Sapto yang ketahuan merekayasa dan dalang penculikan Qila bayi, menjadikan masuk bui, bersama you zemi dan keponakannya juga babe Kartomo.
Namanya juga sudah hilang harapan, merasa habis, jadi mau dituntaskan saat itu juga.
Tuntas tas tas tas
Terimakasih Bu Tien,
Kembang cantikku yang ke tiga puluh sudah tayang.
Sehat-sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAkhirnya datang juga
Matur nuwun bu
Semoga sehat selalu
Matur nuwun
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, KC 30 telah tayang.
ReplyDeleteSalam ADUHAI selalu..
Alhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayamg KC 30
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien cerbungnya Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 30 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Masih ada kuota 1 Bapak dan 3 Ibu, bahi yang berminat ikut acara JUMPA FANS WAG PCTK ke 3 di Batu Malang 26-27 Agustus 2022 bagi yang berminat kita lanjut ke BROMO, dari Malang antar jemput biayanya 1,450.000/jeep HARDTOP, isi 6 orang, belum termasuk makan minum di lokasi BROMO
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien ..
ReplyDeletematur nuwun bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih sdh tayang..
ReplyDeleteSalam sehat selalu bunda Tien..
Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
ReplyDeleteWah... ada orang bertopeng, mudah mudahan hanya mimpi.
Salam sehat mbak Tien, yang selalu ADUHAI.
Trmksh mb Tien sdh tayang KC nya... Tp siapa lg org bertopeng yg hadir di rmh Wahyudi? Apakah si penggoda Qila stlh lepas dr Wisnu, Purnomo, Heru dan mengejar Wahyudi? Ditunggu bsk ya mbak Tien. Slm seroja sll utk kita semua🙏
ReplyDeleteAlhmdllh.... terima kasih
ReplyDelete𝐍𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐰𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐨𝐩𝐞𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐮𝐢 𝐖𝐚𝐡𝐲𝐮𝐝𝐢 𝐝𝐢𝐫𝐮𝐦𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚...??
ReplyDelete𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐫𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐖𝐮𝐫𝐢..??
𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 & 𝐚𝐝𝐮𝐡𝐚𝐢...🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ..🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah KC 30 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Luar biasa...
ReplyDeleteApakah Wahyudi bisa merelakan Wuri menikah dengan Budiono?...
Siapa ya? Jangan sampai Wahyudi dicelakai lagi, kasihan.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu aduhai
Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~30 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien KC 30 SDH tayang semakin menarik dan bikin penasaran ceritanya .....memang aduhai bunda ku yg satu ini...salam Tahes Ulales bunda dari bumi Arema Malang
ReplyDeleteQilakah ?
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Alhamdulillah KC 30 sdh hadir
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien, semoga Ibu skeluarga sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Alhamdulillah ..siapa org yg dtg pakai topeng yaaa...masa rampok seh...Yudi pasti siap2
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTrm ksh bu Tien, setia menunggu kelanjutannya..
ReplyDeleteTerima ksih bunda..slm sht sll dri skbmi🙏🌹🥰
ReplyDeleteAduh bertopeng.... 🤨🤨🤨🤨
ReplyDeleteSemoga saja malah membuat mas Yudi sembuh dari amnesia nya.
Bu Tien, selalu heibat klo buat cerita bikin yang baca nebak- nebak deh..
Sehat selalu Bu Tien..