Saturday, July 23, 2022

KEMBANG CANTIKKU 29

 

KEMBANG CANTIKKU  29

(Tien Kumalasari)

 

“Qila?” desisnya pelan.

“Kamu bilang apa Nano?” tanya bu Kartiko.

“Mana ada Qila?” pak Kartiko juga menanyakannya.

“Gadis kecil itu bernama Qila. Siapa tahu dialah yang dimaksud Wahyudi. Maaf Pak, Bu, saya ingin bicara dengan wanita itu,” kata Nano yang kemudian menyerahkan pegangan kursi dorong kepada bu Kartiko, kemudian bergegas mendekati wanita yang sedang membujuk anaknya agar bersalaman dengan Mila.

“Ayo sayang, kenalan dulu dengan adik cantik ini,” kata wanita yang memang adalah Retno itu.

Qila kecil mengulurkan tangannya kepada Mila, lalu saling mencium tangan kecil mereka.

“Namamu siapa?” tanya Retno kepada Mila.

“Mila … “

“Oh, cantik sekali namanya. Kalau ini namanya Qila, Asyaqila,” katanya memperkenalkan nama anaknya.

“Maaf Bu, bolehkah saya bertanya sesuatu?”

“Ya dik, ada yang bisa saya bantu?”

“Apakah Ibu bernama Retno?”

“Iya, darimana anda tahu?”

“Dan anak ini bernama Qila?”

“Ya, Asyaqila. Ada apa ya?”

“Apakah mas Sapto ada?”

Retno menatap Nano heran, karena laki-laki itu mengenal suaminya.

“Dia sedang ada di Jakarta karena urusan mendadak, jadi tidak bisa mengantar saya periksa ke dokter kandungan.”

“O, dokter kandungan, ternyata Ibu mengandung.”

“Baru menginjak tiga bulan. Tapi tunggu mas, anda ini siapa, mengapa mengenal saya dan keluarga saya?”

“Nama saya Sumarno, dipanggil Nano. Saya mengenal nama-nama keluarga Ibu dari sahabat saya Wahyudi.”

Retno tercengang. Nama itu sudah beberapa waktu menghilang, dan banyak orang sedang mengharapkannya kembali. Ia menatap Nano dengan mata berbinar.

“Wahyudi? Anda mengenalnya? Tahu di mana dia berada?”

Nano mengangguk.

“Apa? Anda tahu dan mengapa tidak mengantarkan kepada kerabatnya?” tegur Retno khawatir.

“Wahyudi ditemukan di sebuah desa oleh seseorang, dalam keadaan lupa semuanya.”

“Lupa? Maksud anda, dia amnesia?”

“Benar, dia amnesia.”

“Dimana sekarang dia? Dimana dia?” kata Retno sambil menoleh ke sana kemari.

“Dia sedang di rawat disini.”

“Dirawat? Dia sakit apa?” tampak sekali Retno sangat gelisah.

“Mari ikut bersama kami. Itu, yang ada di kursi roda adalah pak Kartiko, dan yang mendorong itu bu Kartiko. Mereka keluarga baik yang menerima Wahyudi di rumahnya,” kata Nano memperkenalkan kedua majikannya. Retno mengulurkan tangan kepada orang-orang yang disebut Nano, tapi ia ingin segera melihat Wahyudi.

“Maaf, bolehkan saya menemui Wahyudi?”

“Iya nak, silakan. Kami juga sedang mau membezoeknya.”

Retno menatap ke arah anaknya yang sedang bermain bersama Mila.

“mBak, bolehkah saya nitip Qila sebentar?” katanya kepada Tinah yang menunggui mereka.

“Baik Bu, saya akan menjaganya,” kata Tinah sambil mengangguk.

***

Begitu memasuki ruangan, Retno langsung mendekat ke arah ranjang di mana Wahyudi terbaring.

“Mas Yudi …. “ isaknya.

Wahyudi menatap wanita cantik di sampingnya.

“Mas, apa yang terjadi sama kamu Mas? Kenapa seperti ini?”

Wahyudi terus menatap Retno.

“Mana Qila?” tiba-tiba Wahyudi teringat Qila.

“Qila ada diluar, akan aku panggil,” kata Retno yang beranjak keluar, tapi Nano menahannya.

“Biar saya saja Bu,” katanya sambil berlalu, kemudian ketika kembali dia sudah membawa dua gadis kecil itu.

“Om Udi …” teriak Qila.

“Ini pak Udi …” kata Mila membantah panggilan Qila.

“Ini om Udi …”

“Pak Udi !” Mila berteriak.

“Baiklah … baiklah … begini Qila, om Udi atau pak Udi … sama saja … tidak usah berebut. Kalian boleh memanggil om Udi, dan Pak Udi … tidak usah berebut ya,” bujuk Retno yang belum sepenuhnya tahu apa yang terjadi.

Kedua gadis kecil itu minta dinaikkan ke atas ranjang, lalu memegangi tangan Wahyudi.

“Pak Udi akiit? Inum obat … alo akiit …”

“Ya .. inum obat ..”

Wahyudi tersenyum senang. Ia baru mengingat Qila, Retno masih samar dalam bayangannya, walau pernah memimpikannya.

Sementara itu Retno segera menelpon suaminya.

“Ya Retno, kamu periksa sama siapa?” tanya Sapto dari seberang sana.

“Aku cuma sama Qila, diantar sopir Mas. Ada yang penting kamu tahu, aku ketemu mas Yudi di rumah sakit ini.”

“Apa? Kamu ketemu mas Yudi?” Dia sakit apa? Bagaimana keadaannya?”

“Dia amnesia Mas, lupa pada masa lalunya, tampaknya ada orang baik yang menolongnya, dan merawatnya. Aku baru saja ketemu, semuanya belum jelas.”

“Aku akan datang sore ini, langsung akan menemui dia. Apa dia juga lupa sama kamu?”

“Yang diingat adalah Qila.”

“Ya Tuhan. Ini luar biasa, kita harus bersyukur. Kabari Budi dan Wuri. Mereka pasti akan senang.”

“Baiklah Mas, ini mas Yudi sedang bercanda sama Qila, dan seorang anak kecil sebaya Qila, yang juga sangat dekat dengan mas Yudi.

“Baiklah, aku akan pulang sore ini, lalu akan segera menemuinya.”

“Baiklah Mas.”

Retno segera menemui pak Kartiko dan bu Kartiko, yang sedikit bingung, kemudian hanya duduk di sofa sambil menatap cucu mereka dan anak kecil bernama Qila yang asyik bercanda dengan Wahyudi.

Nano menceritakan semuanya, sejak kedatangan Wahyudi yang tidak ingat apapun, sampai saat bertemu Retno. Ia juga mencerikatan bahwa sebelumnya Wahyudi ditolong oleh seseorang bernama pak Tukiyo.

Retno menitikkan air mata haru.

“Saya sebagai sahabat dekatnya, mengucapkan terima kasih kepada keluarga Bapak Kartiko yang telah menerima mas Wahyudi dan menganggapnya sebagai keluarga sendiri,” kata Retno terbata. Retno merasa bersyukur, karena saat dirawat, Wahyudi mendapatkan kamar yang bagus, dan itu menunjukkan bahwa keluarga yang menolongnya memang menganggap Wahyudi benar-benar keluarganya.

“Tidak apa-apa nak, kami menerima Wahyudi karena dia orang baik. Kami sangat prihatin mengingat keadaannya,” kata pak Kartiko yang dibenarkan oleh istrinya.

“Tapi Bu, mengapa kepala Wahyudi dibalut seperti itu?” tanya pak Kartiko tiba-tiba.

Bu Kartiko sudah menduga bahwa hal itu pasti akan menimbulkan pertanyaan bagi suaminya. Ia sudah bersiap untuk berterus terang tentang apa yang terjadi, tapi sungkan karena ada Retno.

“Tidak apa-apa Pak, nanti saja ibu akan bercerita banyak, atau mungkin Nano bisa mengatakannya. Sekarang Bapak lihat kan, Wahyudi baik-baik saja?”

“Iya, tampaknya ada yang diingatnya. Aku senang. Dan lebih senang lagi karena ada salah seorang kerabatnya yang mengenalnya, ya  nak Retno ini dan putrinya.”

“Iya, semoga pertemuan dengan nak Retno ini bisa menjadi awal kebaikan bagi Wahyudi dan keluarganya,” kata bu Kartiko.

Retno menghela napas lega, Wahyudi ternyata bersama orang-orang yang mengasihinya.

“Mila itu cucu kami Nak, dia sangat dekat dengan Wahyudi,” kata bu Kartiko.

“Iya, sama dengan anak saya Bu, seringkali kalau mas Wahyudi datang ke rumah, pasti Qila selalu digendong-gendongnya, diajaknya main, bahkan jalan-jalan juga,” kata Retno.

Nano menatap Retno, wanita cantik ibunya Asyaqila, yang diketahuinya sebagai wanita yang pernah sangat dicintai Wahyudi. Wahyudi pernah mengatakannya. Bahkan bu Kartiko juga mendengar kisah cinta memilukan diantara Wahyudi dan Retno.

“Sekarang aku melihatnya, memang nak Retno sangat cantik, dan lembut tutur katanya,” gumam bu Kartiko sambil menatap Retno, membuat Retno heran, karena bu Kartiko berkata-kata, seakan pernah mendengar tentang dirinya. Apa Wahyudi pernah mengatakan kisah cinta mereka yang kandas?

 “Apakah mas Yudi pernah bercerita tentang saya?” tanya Retno yang penasaran.

“Wahyudi hanya mengingat nama-nama, pertama kali yang disebutnya adalah Qila, lalu Retno, kemudian mas Sapto, dan terakhir Wuri,” sambung Nano.

“Oh ya?”

“Baru-baru ini saja dia mengingatnya. Tapi siapa dia, di mana rumahnya, dia belum mengingatnya. Dengan pertemuan ini, saya harap Wahyudi akan segera menemukan ingatannya kembali,” kata Nano yang lebih dekat dengan Wahyudi.

“Saya sudah mengabari suami saya, dia akan datang sore ini dan akan langsung menemui mas Yudi, nanti saya juga akan mampir ke rumah Wuri untuk mengabarkan berita baik ini,” kata Retno.

“Bagus sekali nak. Semoga Wahyudi segera bisa mengingat semuanya, setelah bertemu dengan  orang-orang terdekatnya,” kata pak Kartiko.

 “Aamiin,” kata semuanya yang hadir.

Lalu Retno berdiri, mendekati Wahyudi yang masih asyik bercengkerama dengan dua gadis kecil yang menyayanginya. Ia mengeluarkan dua bungkus coklat, yang diberikannya kepada kedua gadis itu.

“Ayo, sekarang turun ya, pak Udi atau om Udi mau istirahat. Nah, ini ada coklat, makan dulu coklatnya di sana ya,” bujuk Retno yang membuat kedua anak kecil itu kemudian turun dengan senangnya karena mendapat masing-masing sebungkus coklat. Tinah menuntunnya menjauh dari sana.

“Mas, kamu ingat aku bukan?”

Wahyudi menatap Retno lekat-lekat.

“Kamu Retno …”

“Bagus Mas, senang mendengar kamu masih mengingat aku. Nanti sore mas Sapto akan pulang, dan pasti akan menemui kamu di sini.”

“Mas Sapto … ?“ gumamnya pelan.

“Mas Sapto itu suami aku, Mas ingat?”

Wahyudi mengangguk pelan.

“Aku juga akan mengabari Wuri.”

Mata Wahyudi bersinar mengingat nama Wuri.

“Dia itu lucu … “ gumamnya.

“Ya, benar, cerewet dan lucu. Dia akan menjadi adik iparku. Mas ingat?”

“Adik ipar kamu?”

“Mas ingat Budi? Adiknya Mas Sapto? Dia akan menjadi suami Wuri.”

Wahyudi tak menjawab. Rupanya dia lupa nama Budi.

“Budiono … lupa ya?”

“Agak lupa,” katanya pelan.

“Baiklah, nanti juga mas akan mengingatnya.”

“Kamu sakit ?”

“Tidak, aku bolak-balik ke rumah sakit karena periksa ke dokter kandungan. Aku hamil tiga bulan Mas,” terang Retno.

“Oh, senang mendengarnya.”

Lalu Wahyudi memejamkan matanya. Ia mencoba mengingat sesuatu, tapi kemudian ia merasa pusing.

Mereka membiarkan Wahyudi beristirahat, dan tidak ingin mengganggunya lebih lama.

***

Tapi sesampai di rumah, pak Kartiko segera bertanya tentang luka di kepala Wahyudi. Ia juga melihat bekas luka di wajahnya, walau samar karena sudah mengering dan mengelupas.

“Kenapa tidak tadi saja ibu mengatakannya? Tampaknya Wahyudi terluka. Apa dia dibawa ke rumah sakit karena luka-lukanya itu?” tanyanya.

“Ibu tadi mau cerita, tapi kan ada nak Retno, sungkan bercerita macam-macam.”

“Sebenarnya dia kenapa?”

“Dia berantem sama Wisnu. Maksudnya ... Wisnu menghajarnya."

 Pak Kartiko terkejut.

“Bapak tidak perlu memikirkannya, karena semuanya sudah baik-baik saja. Wisnu juga sering menunggui Wahyudi di rumah sakit.”

“Nanti dulu … nanti dulu … Ibu bilang Wahyudi dan Wisnu berantem? Wisnu menghajarnya?"

“Bapak kan sudah tahu tentang kelakuan Qila? Bapak juga tahu mengapa Wisnu ingin menceraikannya?”

“Ya, karena katanya dia perempuan nggak bener, berkhianat, selingkuh.”

“Qila itu, diam-diam tergila-gila pada Wahyudi.”

“Apa? Bukankah Wahyudi itu baik? Beraninya dia mengganggu istri orang?”

“Bukan Wahyudi Pak, Wahyudi tidak apa-apa. Wisnu yang salah terima, lalu menghajar Wahyudi sampai dia harus dibawa ke rumah sakit.”

“Nanti dulu … aku kok kurang bisa mengerti … “

Lalu bu Kartiko menceritakan semua yang terjadi diantara Qila, Wahyudi dan Wisnu, yang didengarkan pak Kartiko dengan perasaan tak menentu.

“Tapi Bapak tidak usah memikirkan itu semua, semuanya sudah terjadi, dan sekarang sudah baik-baik saja.”

“Ada kejadian seperti itu kok aku sampai tidak tahu,” sesalnya.

“Kami merahasiakan semua itu, karena mengingat sakitnya Bapak. Nanti kalau tensi Bapak naik bagaimana? Kan dokter bilang bahwa kami harus menjaga perasaan Bapak? Sekarang ini, ibu menceritakannya, karena semuanya sudah baik-baik saja. Wisnu sudah menyesal, dan Wahyudi memaafkannya.”

“Tapi kasihan Wahyudi kan, harus di operasi segala?”

“Iya benar, tapi siapa tahu Pak, kejadian ini justru akan memicu kesadaran Wahyudi kembali.”

“Iya sih Bu. Semoga saja begitu.”

***

Purnomo sudah diperiksa secara keseluruhan, dan ternyata dia baik-baik saja. Artinya tidak ada luka dalam yang menghawatirkan. Hanya ada luka diwajah dan tangannya karena terkena pecahan kaca, dan itu bukan masalah bagi Purnomo. Pikirannya dipenuhi tentang Qila yang sendirian di rumah barunya.

“Aku mau pulang,” kata Purnomo pada Heru yang setia menungguinya di rumah sakit.

“Bukankah Bapak belum ketemu dokter yang memutuskan apakah Bapak benar-benar sudah boleh pulang atau belum?”

“Dokter baru akan visite nanti sore, aku sudah bertanya tadi.”

“Kalau begitu Bapak harus menunggu.”

Purnomo tak menjawab. Ia punya rencana lain. Sebelum dokter datang dia harus menemui Qila terlebih dulu.

“Pak, Heru permisi dulu ya.”

“Mau kemana kamu?”

“Ke kampus, nanti Heru kembali kemari.”

“Kamu tidak kembali juga tidak apa-apa, kan bapak baik-baik saja.”

“Iya, gampang,” kata Heru sambil berlalu.

Purnomo merasa senang. Diam-diam dia berganti pakaian, lalu keluar dari kamarnya, beberapa saat setelah Heru pergi.

“Aku akan kembali lagi kemari sebelum sore,” gumamnya pelan sambil melangkah mencari mobilnya.

***

Purnomo memasuki halaman rumah barunya, dan merasa lega karena mobil Qila ada di halaman. Ia segera masuk, dan tanpa mengetuk pintu, la masuk ke dalam kamarnya, karena ingin segera melepas rasa rindunya kepada sang kekasih.

Tapi alangkah terkejutnya, begitu dia masuk, dilihatnya Heru ada dikamar itu, duduk di sofa berhadapan dengan Qila.

Amarah Purnomo memuncak.

***

Besok lagi ya.

46 comments:

  1. Alhamdulillah..

    Mtnuwun mbk Tien....🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sdh tayang.
      Matur nuwun bunda Tien, sugeng dalu.

      Selamat buat jeng Nani.... Memang gesit tidak hanya lari di daratan "balapan renang bahkan menyelam" jago juga. Mau bukti????

      Delete
    2. Manusang bu Tien, bisa bobó nyaman sdh baca KCku

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yudi sudah bertemu Qila kecil dan Retno, mudah mudahan segera pulih ingatannya.
      Kalau Purnomo ketemu Heru yang diduga 'ngapel' si gila Qila ini akan jadi gayeng.
      Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

      Delete
  3. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU~29 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, Kembang Cantik 29 sudah tayang.
    Mature nuwun mbak Tien, semoga kita Semua tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu
    Aamiin yaa rabbal alamiin

    ReplyDelete
  6. Kok kaget ya mbuka blog lgs kece tayang mantep ngk sangka2

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah matursuwon bunda

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, salam sehat dan bahagia sll ya dari Lampung

    ReplyDelete
  9. Waah...Wahyudi sudah jumpa orang2 masa lalunya ya...😀

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah..
    Hatur nuhun bunda ku sayang..
    Semoga sehat dan bahagia selalu..
    Salam aduhai dari sukabumi.. 🙏🙏🥰

    ReplyDelete
  11. Bulan depan 26-27 Agustus 2022 WAG PCTK untuk ketiga kalinya akan JUMPA FANS dengan Sang Idola Tien Kumalasari. Setelah pertama di Resto Atria Solo 27 Maret 2021, kedua Hotel Loji Solo 26-27 Maret 2022. Ketiga inshaaAllah di vilaAsri Batu Malang 26-27 Agustus 2022, acara tambahan ke Kebun Bunga, ke Flora Santerra dan Bendungan Selorejo.
    Bagi yang mau melihat SUNRISE kita akan Explore ke BROMO. Murah jika dari Malang antar jemput Rp. 1.450.000 per HARDTOP isi 6 orang.
    Mau gabung Jumpa Fans? Hubungi ibu Laksmi Sutawan WA 081232740175 atau ibu Anna Madjid 087725055845

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakek Habi ikutan jumpa fans tgl 26-27 kebetulan domisili saya di kota Malang.

      Delete
  12. Alhamdulillah yang selalu ditunggu sudah tayang, terimakasih bunda Tien, selamat berlibur 😊😊

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah KC 29 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin Yaa Robbal' Aalamiin

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah KC 29 sdh tayang. Matursuwun bu Tien
    Semoga semua sehat selalu. Aamiin Ya Alloh

    ReplyDelete
  15. Makadih bunda tayangannya
    Purnomo benar” buaya
    Heru jangan tiru kelakuan bapamu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, hapeku sudah bisa buka blok Bu Tien. Setelah kolaps beberapa bulan.
    Maturnuwun bu Tien KC 29 baru bisa komen lagi

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 29 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  18. Heru sptnya sdg main skak ster dg ayahnya.. Semoga Heru menang dan bs menyadarkan ayahnya kembali ke jalan yg benar.. Tdk berbuat selingkuh lg dan tobat. Tks bunda Tien... tambah seruuu..

    ReplyDelete
  19. Aduh....
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah akhirnya ketemu Retno
    Matur nuwun nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ..wah bagus Ada Heru dan Purnomo pasti marah ma Qila hahahahaha hajar Saja usir Qila benalu

    ReplyDelete
  22. Pertemuan Retno dan Wahyudi segera menyebar, rupanya Wahyudi sayang adek kecil, sangat perhatian dan telaten dari cerita Retno, Bu Kartiko pun sempat kagum pilihan Wahyudi; sungguh berkelas.
    Mudah-mudahan Wahyudi bisa menceritakan kisahnya yang menyebabkan dia menghilang karena amnesia dan tidak tahu jalan pulang, yang sebelumnya diperdaya kawanan begal merampas uang dua puluh juta dan motornya raib.

    Keributan dirumah baru Purnomo membuat Heru masuk rumah sakit?
    Kenapa ribut; rebutan bawuk lho dadi kuncung rebutan bawuk, kuncungé loro mesthi, kok rebutan; kan emosi, sing siji wedi kelangan; sing siji mbuh kuwi mêrgå di arep² sajake.
    Wah padha reuni nang rumah sakit; Qila besuk Heru, weruh Wahyudi; ndilalah ånå Wuri dekat Wahyudi lagi nangis, piyé Qila, kiri kanan kulihat saja, kåyå lagu anak².
    Ceritané ngundher mlebu metu rumah sakit waé kåyå bakul obat, cèn bakul obat yå kudu nemoni karo sing biasané awèh obat.
    Pak Kartiko mulai paham apa sebenarnya yang terjadi; mudah-mudahan Wahyudi segera sembuh, sehat kembali; ingat pekerjaan yang dia kuasai sebelum amnesia.


    Terimakasih Bu Tien ;

    Kembang cantikku yang ke dua puluh sembilan sudah tayang.
    Sehat-sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  23. Trims Bu Tien udah menghibur kita semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada komentar dari grup sebelah lucuuu... Izin copas ya bpk/ibu..

      Nah lho..
      itu strategi yg dipikirkan oleh Heru utk menghadapi Qila dan Bapak nya (Purnomo), sahingga Purnomo sadar dan mengusir Qila,
      Kira² apa yaa.. yg akan dikatakan Heru sahingga Purnomo sadar dan mengusir Qila..??

      Kira² apa yg diucapkan Heru...?
      ini menarik utk tebakan. 🤭😂😂

      Delete
  24. Alhamdulillah, Matur nuwun, sehat & bahagia selalu bunda Tien ..

    ReplyDelete
  25. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  26. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
  27. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  28. Hatur nuhun bunda Tien ..slm sht sll..🙏🌹😍

    ReplyDelete
  29. matur nuwun bu Tien, sehat selalu

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...