Wednesday, May 18, 2022

ADUHAI AH 24

 

ADUHAI AH  24

(Tien Kumalasari)

 

“Terkejut ya? Kemudian Anda tahu kan, saya ini siapa?” kata Sriani sambil mengangkat wajahnya, menampakkan kesombongan yang entah untuk apa.

“Tidak Ibu, saya tidak terkejut. Ibu adalah ibunya Hesti yang dengan gagah berani mendatangi saya.”

“Bagus. Kalau begitu pasti Anda tahu apa maksud kedatangan saya bukan?”

“Oh, kalau ini saya tidak tahu Bu. Saya justru menunggu apa yang akan Ibu katakan, atau apa keperluan Ibu datang ke tempat ini,” kata Desy tanpa melepaskan pandangannya kepada Sriani. Tak ada rasa takut, karena sesungguhnya Desy adalah pemberani.

“Tidak tahu ya? Baiklah, saya akan memberi tahu Anda, bahwa Anda telah merebut Danarto dari anak saya Hesti.”

Desy tersenyum lebar. Wanita bernama Sriani ini ternyata tak punya rasa malu atau memang dia begitu bodoh dalam menghadapi situasi.

“Saya merebut? Apakah Hesti pernah menjadi pacar mas Danarto?”

“Bukan hanya pacar. Dia dijodohkan oleh orang tua Danarto sejak belum dilahirkan.”

“Waauuw, sangat hebat ya Bu, belum lahir sudah dijodohkan. Baiklah, akan saya jawab begini. Pertama, saya tahu itu bukan perjodohan. Hanya tulisan dibalik sebuah foto bukan? Itu adalah keinginan atau harapan.

Sriani terkejut mendengar Desy mengetahui tentang tulisan dibalik foto itu. Mulutnya terkunci rapat, atau memang tak bisa mengatakan apapun.

“Boleh dong manusia punya keinginan. Lalu kedua, saya juga tahu kalau Danarto tidak pernah suka kepada Hesti.”

Sriani ingin menjawab, wajahnya sudah merah padam, tapi Desy buru-buru melanjutkan.

“Dan ketiga ….”

Tiba-tiba seseorang masuk kedalam, dan terkejut karena ada tamu, soalnya pintu tidak tertutup, dan diluar tidak ada perawat pembantu yang menunggu.

“Oh, maaf, ada tamu rupanya,” celetuknya yang ingin segera berbalik. Tapi secepat kilat muncul di pikiran Desy untuk mempermainkan Sriani.

“Tunggu, jangan pergi dulu,” katanya kepada Harun, laki-laki yang baru saja masuk. Harun tampak bingung, tapi Desy mengerdipkan sebelah matanya, untuk sebuah isyarat yang Harun sesungguhnya tidak mengerti. Tapi dia menghentikan langkahnya untuk keluar.

“Duduklah sebentar Mas,” kata Desy yang juga membuat Harun terkejut, karena tiba-tiba dipanggil ‘mas’.

“Saya lanjutkan ya Bu, eh sampai mana tadi, eh ya, ke tiga ya Bu, ketiga adalah bahwa saya sudah bertunangan. Ini dia tunangan saya,” katanya sambil menunjuk ke arah Harun. Sriani menoleh ke samping, di mana Harun duduk dengan bingung yang sungguh-sungguh bingung.

“Dia bernama Harun Kusuma, seorang pengusaha terkenal di kota ini,” lanjutnya.

Sriani terdiam. Begitu gampangnya Desy menggandeng pria ganteng.

“Nah Ibu, karena saya sudah bertunangan dengan dia, maka ibu bebas mendekati Danarto, dan bisa memaksanya untuk menjadi menantu Ibu.”

Harun gemetar di kursinya. Sesuatu yang tiba-tiba dan tak pernah diduganya. Dokter Desy tunangannya? Namun kecuali itu, seseorang sedang berdiri di balik pintu, mendengarkan pembicaraan itu. Seseorang itu adalah Danarto, yang belum sampai masuk ke dalam ruangan karena mendengar sebuah pembicaraan. Tentu saja dia tidak tahu bahwa Sriani ada di dalamnya, tapi dia tahu ada Harun disitu, karena Desy menyebutkan namanya.

Seketika Danarto membalikkan tubuhnya, bergegas menjauhi tempat itu.

“Apa lagi yang ingin ibu katakan?” kata Desy sambil menatap tajam Sriani, yang kemudian berdiri dengan lunglai, seperti prajurit kalah perang.

Dan tanpa mengucapkan sepatah katapun dia keluar dari ruangan itu.

Desy tersenyum manis sekali. Lalu ia teringat bahwa di depannya ada Harun, yang sedang menatapnya dengan bingung.

“Aduh, pak Harun, maaf ya pak … maaf sekali saya telah membawa-bawa nama Bapak dalam pembicaraan yang penuh kebohongan ini.”

“Saya sungguh bingung.”

“Pak Harun, wanita tadi adalah seseorang, yang merasa sakit dan terluka, mengira saya telah merebut pacar anaknya. Dan dia itu bohong dengan mengatakan bahwa anaknya sudah ditunangkan dengan pria itu. Ketika tiba-tiba Pak Harun muncul, terbitlah niat saya untuk mempermainkan dia. Saya bilang bahwa pak Harun adalah tunangan saya, biar dia puas.” Lalu Desy tertawa geli.

“Maaf ya Pak, sungguh saya minta maaf,” lanjutnya sambil merangkapkan ke dua tangannya.

Walau tidak sepenuhnya tahu tentang apa yang dikatakan Desy, tapi Harun mengangguk. Yang jelas adalah bahwa ketika Desy mengatakan bahwa dia tunangannya, adalah hanya untuk membohongi tamunya yang entah siapa, dia tidak tahu juga. Harun ingin bertanya lebih jauh, tapi sungkan karena menyangkut urusan pribadi orang lain.

“Oh ya, Pak Harun ada perlu apa?”

“Ini Bu Dokter, tadi saya ingin bilang bahwa Bu Dokter sudah ditunggu Bunga, dia menanyakannya terus menerus.”

“Oh, iya Pak, baiklah, saya segera ke sana, saya sedang menunggu teman saya, dokter Danarto, boleh saya mengajaknya bukan?”

“Ya, tentu saja Bu, semakin banyak yang datang akan semakin rame, Bunga pasti senang. Baiklah, saya tunggu ya Dok.”

Desy mengangguk sambil tersenyum, lalu Harun keluar dari ruangan.

Desy kembali duduk sambil tersenyum geli.

“Heran aku, ibunya Hesti seperti orang tak berpendidikan. Menemui aku, sementara mas Danarto sudah menolaknya. Apa tidak malu. Apa tidak berarti bahwa dia merendahkan dirinya sendiri? Rasain. Setelah aku mengatakan bahwa aku telah bertunangan, apakah dia masih gencar mengejar mas Danarto? Aku ingin tahu bagaimana mas Danarto akan tetap menolaknya, lalu dia akan kelimpungan nanti.” gumamnya sambil terus tersenyum-senyum. Ia sama sekali tak menduga bahwa seseorang sedang meninggalkan rumah sakit dengan darah mendidih.

***

“Danis !”

Danis yang baru saja keluar dari ruangan, berhenti melangkah ketika mendengar Desy memanggilnya.

“Ada apa? Jangan memarahi aku karena aku menculik adik kamu kemarin sore ya.”

“Ih, bukan itu. Mas Danarto kemana? Aku cari di ruangannya sudah nggak ada?”

“Lhoh, gimana sih ini?”

“Sudah ketemu tadi, dan aku minta agar menemani aku di ulang tahun Bunga.”

“Danarto sudah pulang. Belum lama, sepuluh menit atau seperempat jam an yang lalu.”

Desy membelalakkan matanya.

“Pulang?”

“Iya, apa dia tidak bilang sama kamu?”

“Tidak. Tadi bilang mau nyamperin aku sebelum ke kamar inap Bunga.”

“Waduh, pulang ganti pakaian barangkali. Kan mau kamu ajak ke pesta?” kata Danis seenaknya.

“Pesta apa, aduuh, cuma Bunga ulang tahun. Dia ingin aku datang, lalu aku mengajak mas Danarto, dan dia sanggup kok. Bagaimana sih ini?”

“Coba kamu telpon dia.”

Desy memutar nomor kontak Danarto, tak diangkat sampai beberapa lama, lalu ditelponnya lagi, malah dimatikan ponselnya.

“Gimana sih mas Danar ini.”

“Nggak bisa dihubungi ya?”

“Tadi nggak diangkat sampai lama. Aku coba lagi, malah dimatikan. Kenapa dia?”

“Wah, gawat ini,” Danis masih saja menggoda.

“Gawat bagaimana sih Dan?”

“Tampaknya dia marah.”

“Kenapa marah? Tadi ketemu nggak apa-apa kok. Dia malah bilang mau nyamperin aku jam sebelas. Ini sudah hampir setengah duabelas.”

“Kenapa ya? Tadi nggak bilang apa-apa?”

“Nggak tuh.”

“Barangkali ada berita atau ada sesuatu yang membuat dia harus segera pergi. Ada saudara yang sakit, atau apa.”

“Kalau memang begitu, harusnya dia beri tahu aku dong.”

“Iya juga sih.”

“Dokteeer,” sebuah teriakan membuat keduanya menoleh ke arah datangnya suara.

Mbak Sri setengah berlari mendekati mereka.

“Ya Mbak.”

“Dokter sudah ditunggu, Bunga sudah menanyakannya terus,” kata mbak Sri.

“Baiklah, saya ke sana sekarang. Yuk Danis, ikut?”

“Nggak ah, kan aku nggak diundang.”

“Untuk menemani aku lah Dan, pakai aturan segala sih. Cuma anak kecil berulang tahun. Ayuk.”

Danis terpaksa menurut, lalu mereka bergegas berjalan ke arah ruang inap Bunga.

***

"Mana dokter Danarto?" tanya Harun ketika Desy datang bersama Danis. Ia pernah bertemu dokter Danarto ketika dia baru masuk, dan seorang perawat menyapanya.

"Dia sedang ada urusan, ini dokter Danis " kata Desy memperkenalkan Danis, lalu keduanya bersalaman.

Bunga diijinkan duduk oleh dokter Nisa. Ia tampak senang sekali ketika mendengar semuanya bernyanyi, walaupun tidak bisa bertepuk tangan karena satu tangannya tersambung dengan infus yang tergantung di sisi tempat tidur.

“Happy birth day … happy birth day … happy birth day … to you …”

Sebuah bangku kecil tadi di dekatkan ke depan Bunga. Diatasnya sebentuk taart mungil dengan hiasan bunga dan coklat yang indah.

“Potong kuenya … potong kuenya … potong kuenya sekarang juga …”

Lalu Bunga memotong kue nya, diletakkan di sebuah piring kecil yang sudah disediakan.

“Berikan untuk papi … “ kata Desy. Tapi Bunga memberikannya untuk Desy.

“Oh, ya ampuun, terima kasih Bunga, ayo potong lagi, sekarang buat papi kan?”

Tapi bunga memberikannya kepada dokter Nisa.

Dokter Nisa tertawa senang.

“Dokter Nisa sudah membuat Bunga sembuh. Kata papi, kalau dokter Nisa tidak mengobati, Bunga tidak bisa pulang dan main bersama Azka,” celoteh Bunga, lalu mengiris lagi kuenya, dan kali ini diberikannya kepada ayahnya.

“Terima kasih Bunga.

Dokter Desy mencium Bunga bertubi tubi.

“Selamat ya bunga, segera sehat, panjang umur, jadi anak pintar. Ya.”

Bunga tersenyum riang, ketika Desy mengulurkan sebuah bungkusan.

Lalu dokter Nisa mendekat, dan mencium Bunga dengan hangat.

“Selamat ulang tahun, cantik, segera sehat, panjang umur, pintar, dan menjadi kebanggaan orang tua yaa?”

Dokter Nisa juga memberikan kado, sebuah boneka beruang yang lucu. Desy teringat ulah Tutut kemarin, yang merengek minta dibelikan beruang putih. Tapi beruang dari dokter Nisa tak sebesar punya Tutut yang hampir sebesar orangnya. Rupanya tadi dokter Nisa pergi mencari kado dadakan setelah Harun mengundangnya.

Bunga tersenyum senang, lalu meletakkan kedua hadiah itu di sampingnya.

Lalu Danis ikut memberikan ucapan ulang tahun, dan kemudian Harun yang menciumi Bunga dengan linangan air mata.

“Anak papi sayang, cepat sehat, pintar ya nak, panjang umur,” kata Harun dengan suara bergetar, membuat dokter Desy dan dokter Nisa nyaris menitikkan air mata haru. Mereka meraih tissue lalu mengelap ke dua mata mereka yang dipenuhi butir-butir bening.

Harun tak henti menciumi gadis kecilnya. Terbayang kembali olehnya, saat dua tahun lalu sang istri masih bisa ikut merayakan hari ulang tahun anaknya.

Bangku kecil berisi kue itu sudah disingkirkan. Mbak Sri bertugas mengirisnya dan meletakkannya di piring-piring kecil, dan ditata di atas meja, berikut minuman-minuman yang sudah disiapkan sebelumnya.

Bunga berteriak girang ketika kado dari Desy dibuka, berisi boneka yang bisa bicara saat tombol di belakang boneka ditekan.

“Happy birth day … happy birth day … “

“Bagus sekali, bagus sekali … “ teriaknya.

***

Tapi begitu keluar dari kamar inap Bunga, Desy menjadi gelisah. Ia tak tahu mengapa tiba-tiba Danarto pergi tanpa mengatakan apapun, dan juga tidak bisa dihubungi sama sekali.

Danis yang merasa kasihan juga mencoba menghubungi Danarto, tapi sama saja tak berhasil, karena Danarto mematikan ponselnya.

“Heran aku, ada apa ya? Kalian bertengkar?” tanya Danis.

“Ya ampuun, tidak Danis. Kami tadi bicara baik-baik saja.”

“Kok begitu ya.”

“Ya sudah, aku mau ke rumahnya saja,” akhirnya kata Desy.

“Mau diantar? Kamu belum mencoba mobil baru aku bukan?”

“Tidak usah Danis, besok saja aku mau mencoba mobil kamu. Kali ini aku ke sana sendiri saja, kan aku membawa mobil sendiri.”

“Baiklah, nanti kalau pulang nitip salam ya.”

“Salam lagi? Buat Tutut kan?”

“Nah itu kamu pintar.”

“ Sebetulnya tadi dia mau ikut. Katanya pengin tahu yang namanya Bunga. Tapi aku melarangnya. Dan kamu … jangan ganggu dia dulu, biarkan dia menyelesaikan kuliahnya.”

“Aduh, siapa juga yang mengganggunya, aku kan cuma nitip salam.”

“Nitip salam, nitip salam, lama-lama bisa nitip lamaran kamu,” sergah Desy.

Danis terbahak.

“Memangnya dia mau, sama duda seperti aku?”

“Nggak tahu aku. Kalau sekarang, kamu ini belum jelas statusnya. Duda belum bersertifikat, ya kan?”

“Tapi duda lah, aku sudah jatuhkan talak tiga sama dia.”

“Hm, kamu tuh. Ya sudah, aku pergi dulu.”

“Semoga ketemu. Aku khawatir dia diculik kuntilanak cantik.”

Desy hanya tersenyum menanggapi candaan Danis. Ia ingin segera sampai di rumah Danarto dan segera tahu apa yang terjadi.

***

Di teras rumah Danarto, Sriani sedang duduk bersama Hesti. Walau wajah Hesti cemberut, Sriani tak peduli. Ia mengipas-ngipas tubuhnya dengan kipas yang dibawanya, karena udara memang sangat panas.

“Kemana dia, mengapa lama sekali? Ini sudah hampir sore,” gerutu Sriani.

“Ibu, lebih baik kita pulang saja,” keluh Hesti.

“Pulang bagaimana maksudmu? Kamu tahu, Danarto sudah tidak berhubungan dengan Desy. Desy sudah bertunangan dengan seorang pengusaha kaya. Duh, ganteng sekali dia, ibu sudah melihatnya. Mengapa kamu tidak seperti Desy? Bisa mencari pacar yang ganteng dan kaya?”

“Lalu kalau dia sudah tidak berhubungan dengan Desy, Ibu mau apa?”

“Jangan bodoh. Kamu bisa merebutnya.”

“Tidak Bu, Hesti tidak mau. Hesti akan menyelesaikan kuliah dulu.”

“Kamu tidak suka sama Danarto?”

“Tidak,” jawab Hesti tegas, membuat Sriani membulatkan matanya dengan wajah memerah karena marah.

Sementara itu Desy yang sudah sampai di depan pagar rumah Danarto, melihat dua orang duduk di teras. Ia yakin salah satunya adalah Sriani, karena ia masih ingat baju yang dipakainya.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

42 comments:

  1. Replies
    1. Oalaah Desy dsn Danarto itu gimana sih...sukanya ambil kesimpulan sendiri. Kenapa Danarto nggak lanjut masuk saja, supaya jelas? Hmmm...

      Delete
    2. Suwun jeng Nani ora njarak balapan, pas nginguk blog kok eps 24 wis tayang.... mula komene mung "Alhamdulillah" yen niat balapan komen wis disiapna..... rada dawa...hehehe

      Matur nuwun bu Tien.

      Delete
  2. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡

    ReplyDelete
  3. Yuk kita ikuti bersama alur cerita episode 24 malam ini. Terima kasih bu Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdullilah AA 24 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..slmt mlm dan slmt istrahat..salam seroja dari sukabumi🥰🌹😘

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun bu Tien tayang gasik... salam sehat

    ReplyDelete
  6. Aduhai Ah part 24 sudah tayang, terimakasih Bu Tien Kumasari.🙏

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah ...... sdh tayang
    Trimakasih bu Tien semoga bu Tien selslu sehat

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah sampun tayang episode 24, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari, salam sayang n aduhaai dari Pagelaran, Lampung

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah AA~24 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  10. Teeimakasih bunda Tien..
    Cerbung AA ssh tayang..
    Seruuu.. Danarto marah karena cemburu sama Desy.. semoga mereka bs cepet ketemu dan baikan lg..

    Selamat malam bunda dan selamat beristirahat..
    Semoga bunda sehat dan bahagia selalu..
    Salam kangen dan Aduhai dari sukabumi..

    ReplyDelete
  11. Bu Sriani kok ngeyel ya..😀😀 Terimakasih bunda Tien.. salam sehat dan Aduhai Ah...

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah ADUHAI AH Episode 24 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien Kamalasari.
    Semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
    Itulah Lika liku cerita yang dapat membuat pembaca 'lho kok gitu'. Memang diluar perkiraan pembaca akan sikap Desy .
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.

    ReplyDelete
  14. AA... Makin pinisirin trs.... terima kasih Mbu Tien... sehat² trs....

    ReplyDelete
  15. Waduh danarto kemana ya kok belum sampai rumah

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ADUHAI-AH 24 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Penisiriiiin...
    Bagaimana Danarto dan Desy jika bertemu dg kedua tamu yg berada diteras ??...

    ReplyDelete
  18. Terimakasih Bunda Tien, salam sehat selalu 🙏😍

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien...
    Wah gantian Danarto yg ngambek ni yee..

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah AA 24 sdh hadir
    semakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  21. Aduhai Amboi Sriati.Alhamdulillah Mbak Tien.Salam Sehat tetap Semangat Maturnuwun

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bu Tien ADUHAI nya...
    Selamat malam selamat beristirahat..

    ReplyDelete
  23. Yaa...salah paham lagi ini Danarto 😔

    Matur nuwun bunda Tien AA 24 telah tayang.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah AA 24 sdh hadir, semakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya
    Terima kasih mbak Tien, sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah pasti salah kan Dr Danarto wkwwkwk ayo jgn kayak anak kecil kan Tahu Desy itu kepepet ma sriani🙈🙈🤣,makasih bu Tien pinteer ubek2 kita buat mumet🤦‍♀️🤦‍♀️🙈🤣🤭

    ReplyDelete
  26. Desi..Desi..cari gara² nih.
    Danar, jangan salah ambil kesimpulan.
    Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  27. Makasih bu Tien, semoga sehat dan salam aduhai selalu.

    ReplyDelete
  28. Ngadem dirumah yang baru aja, rumah digadang jadi tempat tinggal bersama jadi berantakan, hancur sudah rupanya diem diem sudah tunangan mereka.

    Waduh gini ya, kalau Danarto ngambek di ketuk berkali kali nggak di bukain, jelas mobilnya diparkir dihalaman, orangnya nggak nongol².

    Yaudah aku cuma bilang tuh ditunggu calon mertuamu di teras, sana di sambut baik baik.
    Dah aku mau pulang ke rumah.

    Eh bener ibu dan anak itu nungguin di teras rumah nggak jadi pulang rumah ah lagi suntuk, ketempat Danis aja,

    Bro dari mana lho, dicari Desy tadi katanya nyamperin Desy ke ultah Bunga, di tunggu tunggu nggak nongol jadi aku yang nemenin Desy.

    Ada apa marahan lagi?



    Terimakasih Bu Tien,
    ADUHAI AH yang kedua puluh empat sudah tayang,
    Sehat sehat selalu, semangat, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  29. Waah dessy terlalu mempermainkan danarto. Masa mempersilahkan bu sriati utk terus ngejar danarto. Dia main2. Bisa jadi pak gagah ganteng itu jatuh cinta beneran ke dessy

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...