ADUHAI
AH 24
(Tien
Kumalasari)
“Terkejut ya?
Kemudian Anda tahu kan, saya ini siapa?” kata Sriani sambil mengangkat
wajahnya, menampakkan kesombongan yang entah untuk apa.
“Tidak Ibu,
saya tidak terkejut. Ibu adalah ibunya Hesti yang dengan gagah berani
mendatangi saya.”
“Bagus. Kalau
begitu pasti Anda tahu apa maksud kedatangan saya bukan?”
“Oh, kalau
ini saya tidak tahu Bu. Saya justru menunggu apa yang akan Ibu katakan, atau
apa keperluan Ibu datang ke tempat ini,” kata Desy tanpa melepaskan pandangannya
kepada Sriani. Tak ada rasa takut, karena sesungguhnya Desy adalah pemberani.
“Tidak tahu
ya? Baiklah, saya akan memberi tahu Anda, bahwa Anda telah merebut Danarto dari
anak saya Hesti.”
Desy
tersenyum lebar. Wanita bernama Sriani ini ternyata tak punya rasa malu atau
memang dia begitu bodoh dalam menghadapi situasi.
“Saya
merebut? Apakah Hesti pernah menjadi pacar mas Danarto?”
“Bukan hanya
pacar. Dia dijodohkan oleh orang tua Danarto sejak belum dilahirkan.”
“Waauuw,
sangat hebat ya Bu, belum lahir sudah dijodohkan. Baiklah, akan saya jawab
begini. Pertama, saya tahu itu bukan perjodohan. Hanya tulisan dibalik sebuah
foto bukan? Itu adalah keinginan atau harapan.
Sriani
terkejut mendengar Desy mengetahui tentang tulisan dibalik foto itu. Mulutnya
terkunci rapat, atau memang tak bisa mengatakan apapun.
“Boleh dong
manusia punya keinginan. Lalu kedua, saya juga tahu kalau Danarto tidak pernah
suka kepada Hesti.”
Sriani ingin
menjawab, wajahnya sudah merah padam, tapi Desy buru-buru melanjutkan.
“Dan ketiga
….”
Tiba-tiba
seseorang masuk kedalam, dan terkejut karena ada tamu, soalnya pintu tidak tertutup,
dan diluar tidak ada perawat pembantu yang menunggu.
“Oh, maaf,
ada tamu rupanya,” celetuknya yang ingin segera berbalik. Tapi secepat kilat
muncul di pikiran Desy untuk mempermainkan Sriani.
“Tunggu,
jangan pergi dulu,” katanya kepada Harun, laki-laki yang baru saja masuk. Harun
tampak bingung, tapi Desy mengerdipkan sebelah matanya, untuk sebuah isyarat
yang Harun sesungguhnya tidak mengerti. Tapi dia menghentikan langkahnya untuk
keluar.
“Duduklah
sebentar Mas,” kata Desy yang juga membuat Harun terkejut, karena tiba-tiba
dipanggil ‘mas’.
“Saya
lanjutkan ya Bu, eh sampai mana tadi, eh ya, ke tiga ya Bu, ketiga adalah bahwa
saya sudah bertunangan. Ini dia tunangan saya,” katanya sambil menunjuk ke arah
Harun. Sriani menoleh ke samping, di mana Harun duduk dengan bingung yang
sungguh-sungguh bingung.
“Dia bernama
Harun Kusuma, seorang pengusaha terkenal di kota ini,” lanjutnya.
Sriani
terdiam. Begitu gampangnya Desy menggandeng pria ganteng.
“Nah Ibu,
karena saya sudah bertunangan dengan dia, maka ibu bebas mendekati Danarto, dan
bisa memaksanya untuk menjadi menantu Ibu.”
Harun gemetar
di kursinya. Sesuatu yang tiba-tiba dan tak pernah diduganya. Dokter Desy
tunangannya? Namun kecuali itu, seseorang sedang berdiri di balik pintu,
mendengarkan pembicaraan itu. Seseorang itu adalah Danarto, yang belum sampai
masuk ke dalam ruangan karena mendengar sebuah pembicaraan. Tentu saja dia
tidak tahu bahwa Sriani ada di dalamnya, tapi dia tahu ada Harun disitu, karena
Desy menyebutkan namanya.
Seketika
Danarto membalikkan tubuhnya, bergegas menjauhi tempat itu.
“Apa lagi
yang ingin ibu katakan?” kata Desy sambil menatap tajam Sriani, yang kemudian berdiri
dengan lunglai, seperti prajurit kalah perang.
Dan tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia keluar dari ruangan itu.
Desy
tersenyum manis sekali. Lalu ia teringat bahwa di depannya ada Harun, yang
sedang menatapnya dengan bingung.
“Aduh, pak
Harun, maaf ya pak … maaf sekali saya telah membawa-bawa nama Bapak dalam
pembicaraan yang penuh kebohongan ini.”
“Saya sungguh
bingung.”
“Pak Harun,
wanita tadi adalah seseorang, yang merasa sakit dan terluka, mengira saya telah
merebut pacar anaknya. Dan dia itu bohong dengan mengatakan bahwa anaknya sudah
ditunangkan dengan pria itu. Ketika tiba-tiba Pak Harun muncul, terbitlah niat
saya untuk mempermainkan dia. Saya bilang bahwa pak Harun adalah tunangan saya,
biar dia puas.” Lalu Desy tertawa geli.
“Maaf ya Pak,
sungguh saya minta maaf,” lanjutnya sambil merangkapkan ke dua tangannya.
Walau tidak
sepenuhnya tahu tentang apa yang dikatakan Desy, tapi Harun mengangguk. Yang
jelas adalah bahwa ketika Desy mengatakan bahwa dia tunangannya, adalah hanya
untuk membohongi tamunya yang entah siapa, dia tidak tahu juga. Harun ingin
bertanya lebih jauh, tapi sungkan karena menyangkut urusan pribadi orang lain.
“Oh ya, Pak
Harun ada perlu apa?”
“Ini Bu
Dokter, tadi saya ingin bilang bahwa Bu Dokter sudah ditunggu Bunga, dia
menanyakannya terus menerus.”
“Oh, iya Pak,
baiklah, saya segera ke sana, saya sedang menunggu teman saya, dokter Danarto,
boleh saya mengajaknya bukan?”
“Ya, tentu
saja Bu, semakin banyak yang datang akan semakin rame, Bunga pasti senang.
Baiklah, saya tunggu ya Dok.”
Desy
mengangguk sambil tersenyum, lalu Harun keluar dari ruangan.
Desy kembali
duduk sambil tersenyum geli.
“Heran aku,
ibunya Hesti seperti orang tak berpendidikan. Menemui aku, sementara mas
Danarto sudah menolaknya. Apa tidak malu. Apa tidak berarti bahwa dia
merendahkan dirinya sendiri? Rasain. Setelah aku mengatakan bahwa aku telah
bertunangan, apakah dia masih gencar mengejar mas Danarto? Aku ingin tahu bagaimana mas Danarto akan tetap menolaknya, lalu dia akan kelimpungan nanti.” gumamnya sambil
terus tersenyum-senyum. Ia sama sekali tak menduga bahwa seseorang sedang
meninggalkan rumah sakit dengan darah mendidih.
***
“Danis !”
Danis yang
baru saja keluar dari ruangan, berhenti melangkah ketika mendengar Desy
memanggilnya.
“Ada apa?
Jangan memarahi aku karena aku menculik adik kamu kemarin sore ya.”
“Ih, bukan
itu. Mas Danarto kemana? Aku cari di ruangannya sudah nggak ada?”
“Lhoh, gimana
sih ini?”
“Sudah ketemu
tadi, dan aku minta agar menemani aku di ulang tahun Bunga.”
“Danarto sudah
pulang. Belum lama, sepuluh menit atau seperempat jam an yang lalu.”
Desy
membelalakkan matanya.
“Pulang?”
“Iya, apa dia
tidak bilang sama kamu?”
“Tidak. Tadi
bilang mau nyamperin aku sebelum ke kamar inap Bunga.”
“Waduh,
pulang ganti pakaian barangkali. Kan mau kamu ajak ke pesta?” kata Danis
seenaknya.
“Pesta apa,
aduuh, cuma Bunga ulang tahun. Dia ingin aku datang, lalu aku mengajak mas
Danarto, dan dia sanggup kok. Bagaimana sih ini?”
“Coba kamu telpon
dia.”
Desy memutar
nomor kontak Danarto, tak diangkat sampai beberapa lama, lalu ditelponnya lagi,
malah dimatikan ponselnya.
“Gimana sih
mas Danar ini.”
“Nggak bisa
dihubungi ya?”
“Tadi nggak
diangkat sampai lama. Aku coba lagi, malah dimatikan. Kenapa dia?”
“Wah, gawat
ini,” Danis masih saja menggoda.
“Gawat
bagaimana sih Dan?”
“Tampaknya
dia marah.”
“Kenapa
marah? Tadi ketemu nggak apa-apa kok. Dia malah bilang mau nyamperin aku jam
sebelas. Ini sudah hampir setengah duabelas.”
“Kenapa ya?
Tadi nggak bilang apa-apa?”
“Nggak tuh.”
“Barangkali ada
berita atau ada sesuatu yang membuat dia harus segera pergi. Ada saudara yang
sakit, atau apa.”
“Kalau memang
begitu, harusnya dia beri tahu aku dong.”
“Iya juga
sih.”
“Dokteeer,”
sebuah teriakan membuat keduanya menoleh ke arah datangnya suara.
Mbak Sri
setengah berlari mendekati mereka.
“Ya Mbak.”
“Dokter sudah
ditunggu, Bunga sudah menanyakannya terus,” kata mbak Sri.
“Baiklah,
saya ke sana sekarang. Yuk Danis, ikut?”
“Nggak ah,
kan aku nggak diundang.”
“Untuk
menemani aku lah Dan, pakai aturan segala sih. Cuma anak kecil berulang tahun.
Ayuk.”
Danis
terpaksa menurut, lalu mereka bergegas berjalan ke arah ruang inap Bunga.
***
"Mana dokter Danarto?" tanya Harun ketika Desy datang bersama Danis. Ia pernah bertemu dokter Danarto ketika dia baru masuk, dan seorang perawat menyapanya.
"Dia sedang ada urusan, ini dokter Danis " kata Desy memperkenalkan Danis, lalu keduanya bersalaman.
Bunga
diijinkan duduk oleh dokter Nisa. Ia tampak senang sekali ketika mendengar
semuanya bernyanyi, walaupun tidak bisa bertepuk tangan karena satu tangannya
tersambung dengan infus yang tergantung di sisi tempat tidur.
“Happy birth
day … happy birth day … happy birth day … to you …”
Sebuah
bangku kecil tadi di dekatkan ke depan Bunga. Diatasnya sebentuk taart mungil dengan
hiasan bunga dan coklat yang indah.
“Potong
kuenya … potong kuenya … potong kuenya sekarang juga …”
Lalu Bunga
memotong kue nya, diletakkan di sebuah piring kecil yang sudah disediakan.
“Berikan
untuk papi … “ kata Desy. Tapi Bunga memberikannya untuk Desy.
“Oh, ya
ampuun, terima kasih Bunga, ayo potong lagi, sekarang buat papi kan?”
Tapi bunga
memberikannya kepada dokter Nisa.
Dokter Nisa
tertawa senang.
“Dokter Nisa
sudah membuat Bunga sembuh. Kata papi, kalau dokter Nisa tidak mengobati, Bunga
tidak bisa pulang dan main bersama Azka,” celoteh Bunga, lalu mengiris lagi
kuenya, dan kali ini diberikannya kepada ayahnya.
“Terima kasih
Bunga.
Dokter Desy
mencium Bunga bertubi tubi.
“Selamat ya
bunga, segera sehat, panjang umur, jadi anak pintar. Ya.”
Bunga
tersenyum riang, ketika Desy mengulurkan sebuah bungkusan.
Lalu dokter
Nisa mendekat, dan mencium Bunga dengan hangat.
“Selamat
ulang tahun, cantik, segera sehat, panjang umur, pintar, dan menjadi kebanggaan
orang tua yaa?”
Dokter Nisa
juga memberikan kado, sebuah boneka beruang yang lucu. Desy teringat ulah Tutut
kemarin, yang merengek minta dibelikan beruang putih. Tapi beruang dari dokter
Nisa tak sebesar punya Tutut yang hampir sebesar orangnya. Rupanya tadi dokter Nisa pergi mencari kado dadakan setelah Harun mengundangnya.
Bunga
tersenyum senang, lalu meletakkan kedua hadiah itu di sampingnya.
Lalu Danis
ikut memberikan ucapan ulang tahun, dan kemudian Harun yang menciumi Bunga
dengan linangan air mata.
“Anak papi
sayang, cepat sehat, pintar ya nak, panjang umur,” kata Harun dengan suara
bergetar, membuat dokter Desy dan dokter Nisa nyaris menitikkan air mata haru.
Mereka meraih tissue lalu mengelap ke dua mata mereka yang dipenuhi butir-butir
bening.
Harun tak
henti menciumi gadis kecilnya. Terbayang kembali olehnya, saat dua tahun lalu
sang istri masih bisa ikut merayakan hari ulang tahun anaknya.
Bangku kecil
berisi kue itu sudah disingkirkan. Mbak Sri bertugas mengirisnya dan
meletakkannya di piring-piring kecil, dan ditata di atas meja, berikut
minuman-minuman yang sudah disiapkan sebelumnya.
Bunga
berteriak girang ketika kado dari Desy dibuka, berisi boneka yang bisa bicara
saat tombol di belakang boneka ditekan.
“Happy birth
day … happy birth day … “
“Bagus
sekali, bagus sekali … “ teriaknya.
***
Tapi begitu
keluar dari kamar inap Bunga, Desy menjadi gelisah. Ia tak tahu mengapa
tiba-tiba Danarto pergi tanpa mengatakan apapun, dan juga tidak bisa dihubungi
sama sekali.
Danis yang
merasa kasihan juga mencoba menghubungi Danarto, tapi sama saja tak berhasil,
karena Danarto mematikan ponselnya.
“Heran aku,
ada apa ya? Kalian bertengkar?” tanya Danis.
“Ya ampuun,
tidak Danis. Kami tadi bicara baik-baik saja.”
“Kok begitu
ya.”
“Ya sudah,
aku mau ke rumahnya saja,” akhirnya kata Desy.
“Mau diantar?
Kamu belum mencoba mobil baru aku bukan?”
“Tidak usah
Danis, besok saja aku mau mencoba mobil kamu. Kali ini aku ke sana sendiri
saja, kan aku membawa mobil sendiri.”
“Baiklah,
nanti kalau pulang nitip salam ya.”
“Salam lagi?
Buat Tutut kan?”
“Nah itu kamu
pintar.”
“ Sebetulnya
tadi dia mau ikut. Katanya pengin tahu yang namanya Bunga. Tapi aku melarangnya.
Dan kamu … jangan ganggu dia dulu, biarkan dia menyelesaikan kuliahnya.”
“Aduh, siapa
juga yang mengganggunya, aku kan cuma nitip salam.”
“Nitip salam,
nitip salam, lama-lama bisa nitip lamaran kamu,” sergah Desy.
Danis
terbahak.
“Memangnya
dia mau, sama duda seperti aku?”
“Nggak tahu aku. Kalau
sekarang, kamu ini belum jelas statusnya. Duda belum bersertifikat, ya kan?”
“Tapi duda lah, aku sudah
jatuhkan talak tiga sama dia.”
“Hm, kamu tuh. Ya sudah, aku
pergi dulu.”
“Semoga ketemu. Aku khawatir
dia diculik kuntilanak cantik.”
Desy hanya
tersenyum menanggapi candaan Danis. Ia ingin segera sampai di rumah Danarto dan
segera tahu apa yang terjadi.
***
Di teras
rumah Danarto, Sriani sedang duduk bersama Hesti. Walau wajah Hesti cemberut,
Sriani tak peduli. Ia mengipas-ngipas tubuhnya dengan kipas yang dibawanya,
karena udara memang sangat panas.
“Kemana dia,
mengapa lama sekali? Ini sudah hampir sore,” gerutu Sriani.
“Ibu, lebih baik kita pulang
saja,” keluh Hesti.
“Pulang bagaimana maksudmu?
Kamu tahu, Danarto sudah tidak berhubungan dengan Desy. Desy sudah bertunangan dengan
seorang pengusaha kaya. Duh, ganteng sekali dia, ibu sudah melihatnya. Mengapa kamu
tidak seperti Desy? Bisa mencari pacar yang ganteng dan kaya?”
“Lalu kalau dia sudah tidak berhubungan
dengan Desy, Ibu mau apa?”
“Jangan bodoh. Kamu bisa
merebutnya.”
“Tidak Bu, Hesti tidak mau.
Hesti akan menyelesaikan kuliah dulu.”
“Kamu tidak suka sama Danarto?”
“Tidak,” jawab Hesti tegas,
membuat Sriani membulatkan matanya dengan wajah memerah karena marah.
Sementara itu Desy yang sudah
sampai di depan pagar rumah Danarto, melihat dua orang duduk di teras. Ia yakin
salah satunya adalah Sriani, karena ia masih ingat baju yang dipakainya.
***
Besok lagi ya.
alhamdulillah
ReplyDeleteKakek juara 1
DeleteOalaah Desy dsn Danarto itu gimana sih...sukanya ambil kesimpulan sendiri. Kenapa Danarto nggak lanjut masuk saja, supaya jelas? Hmmm...
DeleteSuwun jeng Nani ora njarak balapan, pas nginguk blog kok eps 24 wis tayang.... mula komene mung "Alhamdulillah" yen niat balapan komen wis disiapna..... rada dawa...hehehe
DeleteMatur nuwun bu Tien.
𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡
ReplyDeleteYuk kita ikuti bersama alur cerita episode 24 malam ini. Terima kasih bu Tien
ReplyDeleteAlhamdullilah AA 24 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..slmt mlm dan slmt istrahat..salam seroja dari sukabumi🥰🌹😘
ReplyDeleteSlmt suara ke satu kakak Habi
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Matur nuwun bu Tien tayang gasik... salam sehat
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasiiiih... 🙏
ReplyDeleteAh.... Perang lagi deh...
ReplyDeleteAduhai Ah part 24 sudah tayang, terimakasih Bu Tien Kumasari.🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah ...... sdh tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien semoga bu Tien selslu sehat
Alhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulilah sampun tayang episode 24, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari, salam sayang n aduhaai dari Pagelaran, Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah AA~24 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteTeeimakasih bunda Tien..
ReplyDeleteCerbung AA ssh tayang..
Seruuu.. Danarto marah karena cemburu sama Desy.. semoga mereka bs cepet ketemu dan baikan lg..
Selamat malam bunda dan selamat beristirahat..
Semoga bunda sehat dan bahagia selalu..
Salam kangen dan Aduhai dari sukabumi..
Bu Sriani kok ngeyel ya..😀😀 Terimakasih bunda Tien.. salam sehat dan Aduhai Ah...
ReplyDeleteAlhamdulillah ADUHAI AH Episode 24 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien Kamalasari.
ReplyDeleteSemoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
ReplyDeleteItulah Lika liku cerita yang dapat membuat pembaca 'lho kok gitu'. Memang diluar perkiraan pembaca akan sikap Desy .
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.
AA datang ... dan baca yaaa...
ReplyDeleteAA... Makin pinisirin trs.... terima kasih Mbu Tien... sehat² trs....
ReplyDeleteWaduh danarto kemana ya kok belum sampai rumah
ReplyDeleteAlhamdulillah ADUHAI-AH 24 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Penisiriiiin...
ReplyDeleteBagaimana Danarto dan Desy jika bertemu dg kedua tamu yg berada diteras ??...
Terimakasih Bunda Tien, salam sehat selalu 🙏😍
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien...
ReplyDeleteWah gantian Danarto yg ngambek ni yee..
Alhamdulillah AA 24 sdh hadir
ReplyDeletesemakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Aduhai Amboi Sriati.Alhamdulillah Mbak Tien.Salam Sehat tetap Semangat Maturnuwun
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien ADUHAI nya...
ReplyDeleteSelamat malam selamat beristirahat..
Alhamdulillah
ReplyDeleteYaa...salah paham lagi ini Danarto 😔
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien AA 24 telah tayang.
Alhamdulillah AA 24 sdh hadir, semakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien, sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulillah pasti salah kan Dr Danarto wkwwkwk ayo jgn kayak anak kecil kan Tahu Desy itu kepepet ma sriani🙈🙈🤣,makasih bu Tien pinteer ubek2 kita buat mumet🤦♀️🤦♀️🙈🤣🤭
ReplyDeleteDesi..Desi..cari gara² nih.
ReplyDeleteDanar, jangan salah ambil kesimpulan.
Makasih mba Tien
Makasih bu Tien, semoga sehat dan salam aduhai selalu.
ReplyDeleteNgadem dirumah yang baru aja, rumah digadang jadi tempat tinggal bersama jadi berantakan, hancur sudah rupanya diem diem sudah tunangan mereka.
ReplyDeleteWaduh gini ya, kalau Danarto ngambek di ketuk berkali kali nggak di bukain, jelas mobilnya diparkir dihalaman, orangnya nggak nongol².
Yaudah aku cuma bilang tuh ditunggu calon mertuamu di teras, sana di sambut baik baik.
Dah aku mau pulang ke rumah.
Eh bener ibu dan anak itu nungguin di teras rumah nggak jadi pulang rumah ah lagi suntuk, ketempat Danis aja,
Bro dari mana lho, dicari Desy tadi katanya nyamperin Desy ke ultah Bunga, di tunggu tunggu nggak nongol jadi aku yang nemenin Desy.
Ada apa marahan lagi?
Terimakasih Bu Tien,
ADUHAI AH yang kedua puluh empat sudah tayang,
Sehat sehat selalu, semangat, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Aduh hai
ReplyDeleteWaah dessy terlalu mempermainkan danarto. Masa mempersilahkan bu sriati utk terus ngejar danarto. Dia main2. Bisa jadi pak gagah ganteng itu jatuh cinta beneran ke dessy
ReplyDelete