ADUHAI AH 06
(Tien Kumalasari)
Desy merasa heran, gadis di depannya ini tampaknya
bukan anak sembarangan, setidaknya anak sekolahan, yang pastinya tahu tatanan
jam bezoek di setiap rumah sakit, mengapa memaksa untuk masuk dengan alasan
Danarto menyuruhnya datang pagi-pagi? Danarto seorang dokter pula di rumah
sakit ini, yakin bahwa dia pasti juga tahu peraturannya. Dari semua itu Desy
menangkap kebohongan dari alasan yang dikatakan Hesti. Karenanya dia harus
berkata tegas.
“Maaf dik, jam-jam begini di area kamar rawat inap
sedang dibersihkan. Di setiap lorong, disetiap kamar inap, mungkin masih basah,
atau sedang dibersihkan, jadi tidak seorangpun boleh memasukinya.”
“Tapi, mas Danarto minta agar … “
“Tidak mungkin di saat seperti ini. Dokter Danarto
tahu semua tatanan di rumah sakit ini.
Jadi tunggulah sampai jam bezoek, jam sepuluh nanti.”
Hesti diam, tapi wajahnya langsung gelap karena
kecewa.
“Desy, kamu baru datang?”
Tiba-tiba Danis yang baru datang kemudian mendekati
Desy.
“Ya Danis. Baru saja.”
“Tadi Danarto mengirim pesan, dia butuh baju ganti,
aku tidak tahu baju yang bagaimana. Katanya dia menyuruh aku menanyakannya sama
kamu.”
“Aku ?”
“Nggak tahulah, hanya nama kamu yang disebut, aku
hanya menyampaikan. Oh ya, bukankah kuncinya ada padamu? Kunci rumahnya,
maksudnya. Katanya dia sudah berkali-kali menghubungi kamu tetap nggak bisa.”
“Iya, aku bawa kunci rumahnya. Lupa aku, kok nggak
kepikiran bawain baju ganti kemarin. Tapi kalau sekarang ke rumahnya, pasti
lama. Rumahnya lumayan jauh lho.”
“Jadi bagaimana?”
“Aku beliin saja di toko dekat sini, nanti yang kotor
biar di laundry.”
“Baiklah, ukuran badannya kamu lhoh yang tahu, kan
kamu pacarnya,” goda Danis.
“Yaah, kamu nih, ayo temenin aku,” kata Desy sambil kembali
ke mobilnya,diikuti Danis, sementara
Hesti terpaku di tempatnya.
“Tampaknya dia benar-benar pacar mas Danarto. Sombong
banget minta dibantuin agar supaya aku bisa masuk saja nggak mau. Padahal aku
harus segera ke kampus pagi ini. Ya sudah lah, nanti siang saja kemari lagi.
Aku sudah bela-belain membelikan bubur ini tadi.
Lalu Hesti kembali keluar, sambil masih menenteng tas
keresek berisi bungkusan bubur yang tadi dibelinya, lalu memanggil ojol agar
mengantarnya ke kampus.
***
Danarto terkejut, ketika perawat yang membersihkan
badannya sudah siap juga menggantikan bajunya. Semuanya masih baru. Dari baju
dalam sampai baju luarnya, walaupun ia juga memakai baju yang diberikan dari
rumah sakit.
“Ini, milik siapa?”
“Ini untuk dokter, tadi dokter Desy yang memberikannya,”
jawab perawat yang melayaninya.
“Mana dokter Desy ?”
“Mungkin langsung ke poli, dok. Tadi hanya memberikan
ini.”
“Ooh …”
Danarto diam, sedikit kecewa karena Desy tidak mau
menemuinya, walau sebentar saja.
“Dia seperti kesal sama aku. Aku salah apa? Apakah
karena aku tidak mengabarinya ketika aku harus mencarikan tempat kost untuk
Hesti?”
“Ketika ketemu kemarin juga dia tampak tidak ramah dan
tidak bersikap manis seperti biasanya," kata batin Danarto.
Danarto kembali menuliskan pesan singkat untuk Desy.
“Desy, setelah selesai praktek, tolong temui aku.”
Itu adalah pesan untuk yang ke sekian kalinya, yang
tampaknya sama sekali belum dibaca oleh Desy.
“Entahlah, kamu membacanya atau tidak, aku tetap akan
mengirimkan pesan, karena menelpon pun kamu tidak pernah mau mengangkatnya,”
gumam Danarto sedih.
Ia sedang merasakan sakit. Walau mengatakan dirinya
baik-baik saja, tapi rasa lemas membuatnya tak berdaya. Ia terkadang juga masih
merasakan demam.
***
“Sarman, kamu tidak ke kampus hari ini?” tanya Haryo
karena melihat Sarman masih berkutat dengan bukunya di dalam kamar.
“Nanti Pak, sebentar lagi. Hanya mau mengembalikan
buku-buku yang saya pinjam dari perpustakaan,” jawab Sarman sambil menutup
bukunya.
“Kalau mau ke kampus, bawa mobilku saja, sekalian
pulangnya taruh di bengkel. Sudah lama tidak di servis.”
“Baiklah Pak.”
“Sama suruh memeriksa rem nya juga. Rasanya sudah
kurang pakem.”
“Ya Pak, kalau begitu saya berangkat sekarang saja.”
“Bagus, aku ambilkan kuncinya,” kata Haryo sambil
berlalu.
Lalu tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke
ponselnya. Dari Tutut.
“Mas Sarman, nanti bisa menjemput aku?”
“Jam berapa?”
“Jam setengah dua.”
“Baiklah.”
“Ke bengkel pulangnya saja, jadi tidak mengganggu
tugas kamu di kampus,” kata Haryo sambil menyerahkan kunci mobil.
“Tapi Pak, nanti Tutut minta dijemput jam setengah
dua.”
“Tidak apa-apa, nanti aku jemput memakai mobil Ibu.”
“Baiklah kalau begitu.”
***
Sarman sudah sampai di kampusnya, dan bermaksud masuk
ke perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya, ketika
tiba-tiba seorang gadis menabraknya, sehingga menjatuhkan semua buku-buku yang
dibawanya.
“Eiitt.” Pekik Sarman terkejut.
“Maaf … maaf …”
Seorang gadis serta merta berjongkok untuk memungut
beberapa buku yang berserakan, justru lebih dulu dari pada dirinya.”
“Sudah, biar aku saja,” kata Sarman sambil tersenyum,
melihat gadis itu tampak pucat, mungkin ketakutan.
“Maaf ya Mas.”
“Tidak apa-apa. Sudah, biar aku saja.”
“Nggak lah, kan aku yang membuat buku-buku ini
berserakan.”
Keduanya berdiri, ketika semua buku sudah berhasil
kembali berada di tangan Sarman.
“Bapak … dosen disini ? Maaf,” tanya gadis itu yang
ternyata adalah Hesti. Tadinya ia mengira Sarman adalah mahasiswa, tapi ketika
melihat wajahnya, maka dia sangat terkejut, dan yakin bahwa yang ditabraknya
adakah salah seorang dosen.
“Bukan, saya mahasiswa juga, semester akhir.”
“Oh, maaf, tapi kok ….”
“Kok kelihatan sudah terlalu tua untuk seorang
mahasiswa?”
“Tidak ,,. Bukan begitu … maksud saya … bapak … eh …
mas … kok membawa buku terlalu banyak.”
“Saya mau mengembalikannya ke perpus.”
“Oh, iya. Sekali lagi maaf ya. Permisi, saya mau
pulang.”
“Eit, nanti dulu. Kenalan juga belum. Namaku Sarman.”
“Iya, saya Hesti. Hesti Nurani.”
“Mahasiswa baru ya?”
“Iya. Sudah ya Mas, saya pergi dulu,” katanya kemudian
bergegas pergi.
Sarman melanjutkan langkahnya menuju perpus sambil
tersenyum geli. Ia yakin bahwa wajahnya sudah tampak terlalu tua, sehingga
Hesti mengira dirinya adalah dosen.
***
Desy membuka ponselnya. Beberapa pesan masuk dari
Danarto belum dibacanya sejak kemarin. Pasti Danarto kesal. Tapi pesan terakhir
yang diterimanya membuatnya tersenyum. Tampaknya Danarto sangat berharap dia
menemuinya. Pasien yang harus diperiksanya sudah habis. Ia beranjak keluar. Tak
sampai hati merasa kesal terhadap Danarto terus menerus.
Bayangan gadis cantik bernama Hesti itu dikibaskannya.
Dia masih kanak-kanak. Sikapnya juga masih kekanak-kanakan. Ia tak ingin
bersaing dengannya. Bersaing? Lalu Desy terkejut menemukan kata bersaing di
benaknya. Bersaing untuk apa? Merebut cinta Danarto? Bukankah sudah jelas
Danarto mencintainya? Tapi bagaimana kalau si kecil Hesti bisa merebutnya?
Desy melangkah dengan langkah ringan. Ia memang
harus menemuinya. Paling tidak menanyakan perkembangan kesehatannya.
Ia membuka pintu ruang rawat itu, dan melihat Danis
sudah ada disana.
“Nah, ini dia orangnya sudah datang,” seru Danis
sambil berdiri.
“Baru selesai,” jawab Desy singkat, sambil tersenyum.
“Kalau begitu aku duluan ya.”
“Lhoh, kok pergi? Aku mengganggu ya?” tanya Desy.
“Tidak, justru aku yang takut mengganggu,” katanya
sambil ngeloyor pergi. Desy memelototinya dengan mulut cemberut. Tapi Danis tertawa
terbahak sebelum kemudian menutup pintunya.
Danarto menatap Desy lekat-lekat. Alangkah rindu rasa
hatinya, karena hampir tiga hari tidak bercanda dengan manis seperti biasanya.
Rindu menikmati senyumannya yang teramat menggoda dan mendebarkan rasa.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Aku kangen sama kamu.”
“Ah.”
“Kangen itu juga. Ah itu indah buat aku.”
“Kamu lagi sakit, pikirannya yang enggak-enggak.”
“Aku penasaran, sejak kemarin sikapmu membuatku
penasaran. Apa kamu marah sama aku?”
“Seandainya aku marah, menurutmu apa penyebabnya? Kamu
merasa telah membuat aku marah? Padahal sebenarnya aku kan tidak berhak marah
sama kamu.”
“Tuh, kata-katamu selalu nggak enak di dengar.”
“Masa sih?”
“Itu tandanya kamu marah atau kesal sama aku.”
“Mengapa ya kok aku kesal sama kamu? Kan kamu nggak
salah apa-apa.”
“Pada hari pertama aku tidak ke rumah sakit, aku tidak
sempat mengabari kamu. Aku lelah muter-muter mencarikan tempat kost untuk
Hesti, dan saat itu sebenarnya aku sudah merasa kurang sehat.”
“Iya, nggak apa-apa kok.”
“Syukurlah kalau kamu bisa mengerti.”
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Maksudku apa yang kamu
rasakan sehubungan dengan sakitmu itu. Tadi kamu belum menjawabnya.”
“Saat kamu ada, aku merasa sangat sehat.”
“Sakit kok ya masih bisa merayu. Katakan yang
sebenarnya. Masih pusing? Lemas? Demam?”
“Kadang-kadang pusing, lemas, iya. Demam, kalau malam,
iya.”
“Kamu harus banyak istirahat. Kamu kan dokter, pasti
tahu dong apa yang harus kamu lakukan.”
“Sering-seringlah menengok aku, supaya aku cepat
sembuh. Perasaan itu juga mempengaruhi kesehatan seseorang.”
“Ah … bisa aja,” senyum Desy.
“Itu benar. Maukah sering menengok aku?”
“Bukankah sudah ada yang sering menengok kamu?”
“Siapa?”
“Gadis yang kamu suruh datang pagi-pagi.”
“Siapa ya, aku nggak pernah menyuruh orang lain
datang, kecuali kamu. Aku kan nggak punya siapa-siapa.”
“Oh ya?”
“Itu benar. Danarto nggak pernah bohong.”
“Ya sudah, santai saja dan istirahatlah. Kamu sudah
makan?”
“Suapin…”
“Iih…”
“Kok Ih, bukan ah?”
Tapi kemudian Desy mengambil nampan berisi makanan
yang masih terletak di atas meja dan belum disentuhnya, lalu menyuapinya dengan
telaten.
“Mas Danar !”
Danar dan Desy terkejut. Tiba-tiba Hesti sudah masuk
kedalam kamar itu, sambil menenteng bungkusan yang sejak pagi sudah dibawanya.
“Hesti? Aku kan sudah bilang, kamu nggak usah
sering-sering kemari. Aku tidak apa-apa.”
Nah, ketahuan bohongnya. Tadi bilang bahwa Danarto
menyuruhnya datang pagi-pagi. Tapi Desy tak mengatakan apa-apa. Ada senyum yang
ditahannya, sementara Hesti hanya diam. Ia berharap Desy sudah melupakan
kata-katanya pagi tadi.
“Lagi makan ya? Aku beli bubur sejak pagi, baru bisa
memberikannya sekarang..” kata Hesti sambil meletakkan bungkusan bubur di
meja.
“Aku sudah makan Hes. Ini lagi makan. Mana muat
perutku makan bubur lagi.”
“Dan kalau sore pasti sudah basi dong. Makan saja sendiri
sekarang, daripada terbuang," kata Desy sambil terus menyuapi Danarto.
“Waduh, padahal aku nggak suka bubur.”
“Maaf Hesti, aku tidak bisa menambahkan makanan lagi.”
“Ya sudah, nanti aku berikan teman kost aku saja,”
katanya sambil duduk di sofa, setelah mengambil kembali bungkusan yang tadi
diletakkannya di meja.
Ada rasa kesal dihatinya, melihat Desy menyuapinya,
dan kadang-kadang menyapu bibir Danarto yang belepotan dengan tissue.
“Mas, aku pulang dulu ya.”
“Kamu dari kampus?”
“Iya. Semoga Mas Danar cepat sembuh ya. Kabari aku
kalau sudah boleh pulang,” katanya sambil mendekat, lalu menyalami Desy.
“Saya pulang dulu ya dok.”
“Kok buru-buru? Nggak ingin ngobrol dulu?” tanya Desy.
“Lain kali saja, saya ditungguin teman saya,” jawab
Hesti sambil berlalu.
“Anak itu, sudah dibilangin jangan sering-sering
kemari, nekat juga,” gumam Danarto.
“Dia tampak sangat mengkhawatirkan kamu,” kata Desy
tanpa ingin mempermalukan Hesti karena kebohongannya tadi pagi.
“Ah …”
“Kok ikutan ngomong ‘ah’ sih,” kata Desy sambil
tertawa.
“Iya sih, ketularan.”
“Setelah ini aku mau pulang ya, supaya kamu bisa
beristirahat.”
“Baiklah, Ibu dokter.”
Desy tersenyum, barangkali rasa kesalnya sudah cair,
ketika melihat bahwa tampaknya antara Danarto dan Hesti tidak ada hubungan
apapun.
***
Hesti sebenarnya datang sendiri, jadi tidak ditungguin
temannya seperti yang tadi dikatakannya. Ia sedang memutar nomor ojol ketika
ponselnya berdering, dari ibunya.
“Hallo Ibu,” sapanya menjawab panggilan ibunya.
“Apa kabar kamu?”
“Baik Bu.”
“Sudah kerasan, tinggal di tempat kost yang dicarikan
Danarto?”
“Sudah bu, tempatnya nyaman, teman-teman kost juga
baik.”
“Syukurlah. Ibu akan menelpon Danarto untuk
mengucapkan terima kasih. Sejak dua hari ini Ibu sibuk terus.”
“Mas Danarto lagi sakit Bu, ini Hesti juga masih ada
di rumah sakit.”
“Sakit apa?” tanya ibunya terkejut.
“Kayaknya terkena tipes. Ini Hesti sudah diluar, mau
memanggil ojol untuk kembali ke tempat kost.”
“Oh, ya sudah. Kamu harus sering menjenguknya. Dan Ibu
berharap kalian bisa semakin dekat.”
“Tapi dia sudah punya pacar Bu, seorang dokter juga.”
“Apa? Itu tidak boleh terjadi. Lain kali ibu akan
menemuinya. Kamu tahu Hesti, sebenarnya almarhumah ibunya Danar itu sudah
menjodohkan kamu dan Danar.”
“Apa?”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah AA 6 tayang
ReplyDeleteLho rak tenan.....ethok2e ngantuk jebule nyalip aku di tikungan
DeleteSelamat mbak I'in juara 1
Delete😊😊
DeleteHahaha....kakek kok bisa kalah sm mbk Iin,kurang kenceng tu larinya
DeleteWuih juara nieh. Gawangnya dikawal juga loh sama om kakek,... Ah... Aduhai. Nah gitu bu Tien, gemes sama Hesty.. Eeeeeh keliru sama Danarto?
DeleteAlhamdulillahi... ADUHAI...AH eps_06 sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun.
Makasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDelete☺☺☺
ReplyDeleteLama nggak tayang nih
DeleteAlhamdulillah ADUHAI AH~06 sudah hadir... maturnuwun bu Tien.. 🙏
ReplyDelete.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah suwun mbakyuku salam aduhaai dari kebonku Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah,
ReplyDeleteMaturnuwun Ibu Tien...
Matur nwn bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah.. mtrnwn bu tien
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat... Aamiin3x
Alhamdulillah.... Hatur nuhun Bu Tien, mugi sehat salamina.
ReplyDeleteAlhamdulilah.. Yg ditunggu sdh tayang
ReplyDeleteMatur nwn bunda..
Salam sehat selalu..
Selamat beristirahat ya bun..
Salam Aduhaii..
Alhamdulillah ADUHAI-AH 06 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien
ReplyDeleteAh, ceritanya ada aja.
Ibu Hesti ikut2 an...
Sabar Desy
Salam manis nan aduhai mb Tien
Yuli Semarang
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulilah....asyik..aduhai 6 dah tayang...smg Mas Danar menolak perjodohan....matur nuwun bunda Tien..smg sehat sll..aamiin..
ReplyDeleteAlhamdullah, AA06 sdh terbit, matur nuwun mb. Tien, salam sehat dan bahagia selalu. Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah AA Eps 06 sdh tayang, matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang
Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
ReplyDeleteHooreeeee... Sarman dapat kenalan dengan cewek cantik, nah itu harus dijaga dan dipelihara sebaik baiknya ya... jangan nguber adikmu.
Wah ibunya Hesti masih orang kolot ya, suka jodoh jodoi segala.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.
Ibunya Hesti..ah.
ReplyDeleteMakasih mba Tien
Sehat dan tetap semangat
Alhamdulillah 🙏
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien... AA 06 sudah tayang. Sehat selalu Bu Tien🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak tien. Semoga sehat² selalu.
ReplyDeleteMakasih Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA �� mr wien
ReplyDeleteMakin rame nih, ternyata hesti sdh dijodohkan oleh ibu nya danarto.
ReplyDelete𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐮𝐭𝐤 𝐈𝐛𝐮 & 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...🙏🙏🙏
ReplyDeleteWuah yang dinanti sudah datang
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien 🙏
Salam Aduhai ❤️
Sebuah harapan melegakan hati mereka, sudah dapat bercanda kembali.
ReplyDeleteUntuk saling perhatian Danar dan Desy.
Harap harap cemas mengikuti janji sang teman yang nyatanya datang belakangan kurun waktupun sudah puluhan tahun, lha Sri suLarsih juga nggak pesan pada anaknya, dan itupun waktu masih kuliah dulu, masih adakah angan itu?
Wah répot yèn Sriani mbergudhul karêpé njodhokaké karo Hesti anaké.
Padahal Hesti curhaté karo Sarman,
malah kåyå
dengar pendapat.
Lha wêruh Hesti suntrut dadi di tanggap; ånå pikiran åpå sing ngebot boti, cerita donk sama ak ak..
Tahu Sarman punya gèbètan baru;
Tutut mengerucut lambéné ..
Danar minta bukti bermeterai
ha ha ha..
La katanya janji adalah utang
ya harus pakai meterai tho..
Padahal Danar bingung, lha waktu itu kan masih nggak ngêh,
lha cuma mbuatkan & ngantar minuman ya sambil lalu aja ndengernya.
Desy rada pédhé lagi biasa; ngambang lagi,
cara jawané kampul kampul..
Terimakasih Bu Tien,
ADUHAI AH yang ke enam sudah tayang.
Sehat sehatlah selalu doaku,
sedjahtera dan berbahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk ADUHAAIInya. ah Danarto ketularan
ReplyDeleteMantab 👍,,, tambah seru nih,, Danarto & Hesty
Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗💖,, Aduhaaii
Ceritanya semakin asyik...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Alhamdulillah, terima kasih ADUHAI AH 06 sdh hadir..
ReplyDeletesemakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya.
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
crita nya semakin seru...suwun bu Tien
ReplyDeletesukses selalu
Smg D tetap dgn D
ReplyDeleteDan S dgn H
Tutut akan jodohnya nti.. dg S kan sedarah?
Perjodohan bs jd batal tgt bgmn Danarto menyikapi... Wong perjanjiannya hanya antar 2 sahabat smtr ybs tdk tahu menahu
🤭 Trmksh mb Tien AA 06 sdh terbit. Slm seroja selalu utk mb Tien dan para pctk dimanapun berada🤗
Hesti Nurani
ReplyDeleteUntung gak Hesti Nur'Aini
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih Bu Tien.
Hahaha Hesti mana mau Danarto di jodohkan ma.Hesti ..cinta pertama sama Desy kok ..Wk wk wk.ngarep com.nih si ibu hahahah enak aja
ReplyDeleteWaduh...seperti jaman siti nurbaya.....Salam sehat, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun bu Tien AAnya yg semakin AA juga
ReplyDeleteSalam sehat selalu... met sahur krn dibalik sahur sll ada berkah, in syaa Alloh
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Apa ? Itu tdk boleh terjadi
ReplyDeleteWah2...nganyelke ibunya Hesti itu he.he...salam sehat selalu buat bu Tien ..trimakasih 👃
👍
ReplyDeleteRasanya nunggu hari Senin kok lama bingiiittt 🥴
ReplyDeleteAduhaai aaah .. dikodohkan ? Hehehee ...matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteHatur nuwun sangat bunda..slm sht dan Aduhai sll dri sukabumi🙏😘😍
ReplyDelete