Saturday, April 23, 2022

ADUHAI AH 06

 

ADUHAI AH  06

(Tien Kumalasari)

 

Desy merasa heran, gadis di depannya ini tampaknya bukan anak sembarangan, setidaknya anak sekolahan, yang pastinya tahu tatanan jam bezoek di setiap rumah sakit, mengapa memaksa untuk masuk dengan alasan Danarto menyuruhnya datang pagi-pagi? Danarto seorang dokter pula di rumah sakit ini, yakin bahwa dia pasti juga tahu peraturannya. Dari semua itu Desy menangkap kebohongan dari alasan yang dikatakan Hesti. Karenanya dia harus berkata tegas.

“Maaf dik, jam-jam begini di area kamar rawat inap sedang dibersihkan. Di setiap lorong, disetiap kamar inap, mungkin masih basah, atau sedang dibersihkan, jadi tidak seorangpun boleh memasukinya.”

“Tapi, mas Danarto minta agar … “

“Tidak mungkin di saat seperti ini. Dokter Danarto tahu semua  tatanan di rumah sakit ini. Jadi tunggulah sampai jam bezoek, jam sepuluh nanti.”

Hesti diam, tapi wajahnya langsung gelap karena kecewa.

“Desy, kamu baru datang?”

Tiba-tiba Danis yang baru datang kemudian mendekati Desy.

“Ya Danis. Baru saja.”

“Tadi Danarto mengirim pesan, dia butuh baju ganti, aku tidak tahu baju yang bagaimana. Katanya dia menyuruh aku menanyakannya sama kamu.”

“Aku ?”

“Nggak tahulah, hanya nama kamu yang disebut, aku hanya menyampaikan. Oh ya, bukankah kuncinya ada padamu? Kunci rumahnya, maksudnya. Katanya dia sudah berkali-kali menghubungi kamu tetap nggak bisa.”

“Iya, aku bawa kunci rumahnya. Lupa aku, kok nggak kepikiran bawain baju ganti kemarin. Tapi kalau sekarang ke rumahnya, pasti lama. Rumahnya lumayan jauh lho.”

“Jadi bagaimana?”

“Aku beliin saja di toko dekat sini, nanti yang kotor biar di laundry.”

“Baiklah, ukuran badannya kamu lhoh yang tahu, kan kamu pacarnya,” goda Danis.

“Yaah, kamu nih, ayo temenin aku,” kata Desy sambil kembali ke mobilnya,diikuti Danis,  sementara Hesti terpaku di tempatnya.

“Tampaknya dia benar-benar pacar mas Danarto. Sombong banget minta dibantuin agar supaya aku bisa masuk saja nggak mau. Padahal aku harus segera ke kampus pagi ini. Ya sudah lah, nanti siang saja kemari lagi. Aku sudah bela-belain membelikan bubur ini tadi.

Lalu Hesti kembali keluar, sambil masih menenteng tas keresek berisi bungkusan bubur yang tadi dibelinya, lalu memanggil ojol agar mengantarnya ke kampus.

***

Danarto terkejut, ketika perawat yang membersihkan badannya sudah siap juga menggantikan bajunya. Semuanya masih baru. Dari baju dalam sampai baju luarnya, walaupun ia juga memakai baju yang diberikan dari rumah sakit.

“Ini, milik siapa?”

“Ini untuk dokter, tadi dokter Desy yang memberikannya,” jawab perawat yang melayaninya.

“Mana dokter Desy ?”

“Mungkin langsung ke poli, dok. Tadi hanya memberikan ini.”

“Ooh …”

Danarto diam, sedikit kecewa karena Desy tidak mau menemuinya, walau sebentar saja.

“Dia seperti kesal sama aku. Aku salah apa? Apakah karena aku tidak mengabarinya ketika aku harus mencarikan tempat kost untuk Hesti?”

“Ketika ketemu kemarin juga dia tampak tidak ramah dan tidak bersikap manis seperti biasanya," kata batin Danarto.

Danarto kembali menuliskan pesan singkat untuk Desy.

“Desy, setelah selesai praktek, tolong temui aku.”

Itu adalah pesan untuk yang ke sekian kalinya, yang tampaknya sama sekali belum dibaca oleh Desy.

“Entahlah, kamu membacanya atau tidak, aku tetap akan mengirimkan pesan, karena menelpon pun kamu tidak pernah mau mengangkatnya,” gumam Danarto sedih.

Ia sedang merasakan sakit. Walau mengatakan dirinya baik-baik saja, tapi rasa lemas membuatnya tak berdaya. Ia terkadang juga masih merasakan demam.

***

“Sarman, kamu tidak ke kampus hari ini?” tanya Haryo karena melihat Sarman masih berkutat dengan bukunya di dalam kamar.

“Nanti Pak, sebentar lagi. Hanya mau mengembalikan buku-buku yang saya pinjam dari perpustakaan,” jawab Sarman sambil menutup bukunya.

“Kalau mau ke kampus, bawa mobilku saja, sekalian pulangnya taruh di bengkel. Sudah lama tidak di servis.”

“Baiklah Pak.”

“Sama suruh memeriksa rem nya juga. Rasanya sudah kurang pakem.”

“Ya Pak, kalau begitu saya berangkat sekarang saja.”

“Bagus, aku ambilkan kuncinya,” kata Haryo sambil berlalu.

Lalu tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Dari Tutut.

Mas Sarman, nanti bisa menjemput aku?”

“Jam berapa?”

“Jam setengah dua.”

“Baiklah.”

“Ke bengkel pulangnya saja, jadi tidak mengganggu tugas kamu di kampus,” kata Haryo sambil menyerahkan kunci mobil.

“Tapi Pak, nanti Tutut minta dijemput jam setengah dua.”

“Tidak apa-apa, nanti aku jemput memakai mobil Ibu.”

“Baiklah kalau begitu.”

***

Sarman sudah sampai di kampusnya, dan bermaksud masuk ke perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya, ketika tiba-tiba seorang gadis menabraknya, sehingga menjatuhkan semua buku-buku yang dibawanya.

“Eiitt.” Pekik Sarman terkejut.

“Maaf … maaf …”

Seorang gadis serta merta berjongkok untuk memungut beberapa buku yang berserakan, justru lebih dulu dari pada dirinya.”

“Sudah, biar aku saja,” kata Sarman sambil tersenyum, melihat gadis itu tampak pucat, mungkin ketakutan.

“Maaf ya Mas.”

“Tidak apa-apa. Sudah, biar aku saja.”

“Nggak lah, kan aku yang membuat buku-buku ini berserakan.”

Keduanya berdiri, ketika semua buku sudah berhasil kembali berada di tangan Sarman.

“Bapak … dosen disini ? Maaf,” tanya gadis itu yang ternyata adalah Hesti. Tadinya ia mengira Sarman adalah mahasiswa, tapi ketika melihat wajahnya, maka dia sangat terkejut, dan yakin bahwa yang ditabraknya adakah salah seorang dosen.

“Bukan, saya mahasiswa juga, semester akhir.”

“Oh, maaf, tapi kok ….”

“Kok kelihatan sudah terlalu tua untuk seorang mahasiswa?”

“Tidak ,,. Bukan begitu … maksud saya … bapak … eh … mas … kok membawa buku terlalu banyak.”

“Saya mau mengembalikannya ke perpus.”

“Oh, iya. Sekali lagi maaf ya. Permisi, saya mau pulang.”

“Eit, nanti dulu. Kenalan juga belum. Namaku Sarman.”

“Iya, saya Hesti. Hesti Nurani.”

“Mahasiswa baru ya?”

“Iya. Sudah ya Mas, saya pergi dulu,” katanya kemudian bergegas pergi.

Sarman melanjutkan langkahnya menuju perpus sambil tersenyum geli. Ia yakin bahwa wajahnya sudah tampak terlalu tua, sehingga Hesti mengira dirinya adalah dosen.

***

Desy membuka ponselnya. Beberapa pesan masuk dari Danarto belum dibacanya sejak kemarin. Pasti Danarto kesal. Tapi pesan terakhir yang diterimanya membuatnya tersenyum. Tampaknya Danarto sangat berharap dia menemuinya. Pasien yang harus diperiksanya sudah habis. Ia beranjak keluar. Tak sampai hati merasa kesal terhadap Danarto terus menerus.

Bayangan gadis cantik bernama Hesti itu dikibaskannya. Dia masih kanak-kanak. Sikapnya juga masih kekanak-kanakan. Ia tak ingin bersaing dengannya. Bersaing? Lalu Desy terkejut menemukan kata bersaing di benaknya. Bersaing untuk apa? Merebut cinta Danarto? Bukankah sudah jelas Danarto mencintainya? Tapi bagaimana kalau si kecil Hesti bisa merebutnya?

Desy melangkah dengan langkah ringan. Ia memang harus menemuinya. Paling tidak menanyakan perkembangan kesehatannya.

Ia membuka pintu ruang rawat itu, dan melihat Danis sudah ada disana.

“Nah, ini dia orangnya sudah datang,” seru Danis sambil berdiri.

“Baru selesai,” jawab Desy singkat, sambil tersenyum.

“Kalau begitu aku duluan ya.”

“Lhoh, kok pergi? Aku mengganggu ya?” tanya Desy.

“Tidak, justru aku yang takut mengganggu,” katanya sambil ngeloyor pergi. Desy memelototinya dengan mulut cemberut. Tapi Danis tertawa terbahak sebelum kemudian menutup pintunya.

Danarto menatap Desy lekat-lekat. Alangkah rindu rasa hatinya, karena hampir tiga hari tidak bercanda dengan manis seperti biasanya. Rindu menikmati senyumannya yang teramat menggoda dan mendebarkan rasa.

“Bagaimana keadaanmu?”

“Aku kangen sama kamu.”

“Ah.”

“Kangen itu juga. Ah itu indah buat aku.”

“Kamu lagi sakit, pikirannya yang enggak-enggak.”

“Aku penasaran, sejak kemarin sikapmu membuatku penasaran. Apa kamu marah sama aku?”

“Seandainya aku marah, menurutmu apa penyebabnya? Kamu merasa telah membuat aku marah? Padahal sebenarnya aku kan tidak  berhak marah sama kamu.”

“Tuh, kata-katamu selalu nggak enak di dengar.”

“Masa sih?”

“Itu tandanya kamu marah atau kesal sama aku.”

“Mengapa ya kok aku kesal sama kamu? Kan kamu nggak salah apa-apa.”

“Pada hari pertama aku tidak ke rumah sakit, aku tidak sempat mengabari kamu. Aku lelah muter-muter mencarikan tempat kost untuk Hesti, dan saat itu sebenarnya aku sudah merasa kurang sehat.”

“Iya, nggak apa-apa kok.”

“Syukurlah kalau kamu bisa mengerti.”

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Maksudku apa yang kamu rasakan sehubungan dengan sakitmu itu. Tadi kamu belum menjawabnya.”

“Saat kamu ada, aku merasa sangat sehat.”

“Sakit kok ya masih bisa merayu. Katakan yang sebenarnya. Masih pusing? Lemas? Demam?”

“Kadang-kadang pusing, lemas, iya. Demam, kalau malam, iya.”

“Kamu harus banyak istirahat. Kamu kan dokter, pasti tahu dong apa yang harus kamu lakukan.”

“Sering-seringlah menengok aku, supaya aku cepat sembuh. Perasaan itu juga mempengaruhi kesehatan seseorang.”

“Ah … bisa aja,” senyum Desy.

“Itu benar. Maukah sering menengok aku?”

“Bukankah sudah ada yang sering menengok kamu?”

“Siapa?”

“Gadis yang kamu suruh datang pagi-pagi.”

“Siapa ya, aku nggak pernah menyuruh orang lain datang, kecuali kamu. Aku kan nggak punya siapa-siapa.”

“Oh ya?”

“Itu benar. Danarto nggak pernah bohong.”

“Ya sudah, santai saja dan istirahatlah. Kamu sudah makan?”

“Suapin…”

“Iih…”

“Kok Ih, bukan ah?”

Tapi kemudian Desy mengambil nampan berisi makanan yang masih terletak di atas meja dan belum disentuhnya, lalu menyuapinya dengan telaten.

“Mas Danar !”

Danar dan Desy terkejut. Tiba-tiba Hesti sudah masuk kedalam kamar itu, sambil menenteng bungkusan yang sejak pagi sudah dibawanya.

“Hesti? Aku kan sudah bilang, kamu nggak usah sering-sering kemari. Aku tidak apa-apa.”

Nah, ketahuan bohongnya. Tadi bilang bahwa Danarto menyuruhnya datang pagi-pagi. Tapi Desy tak mengatakan apa-apa. Ada senyum yang ditahannya, sementara Hesti hanya diam. Ia berharap Desy sudah melupakan kata-katanya pagi tadi.

“Lagi makan ya? Aku beli bubur sejak pagi, baru bisa memberikannya sekarang..” kata Hesti sambil meletakkan bungkusan bubur di meja.

“Aku sudah makan Hes. Ini lagi makan. Mana muat perutku makan bubur lagi.”

“Dan kalau sore pasti sudah basi dong. Makan saja sendiri sekarang, daripada terbuang," kata Desy sambil terus menyuapi Danarto.

“Waduh, padahal aku nggak suka bubur.”

“Maaf Hesti, aku tidak bisa menambahkan makanan lagi.”

“Ya sudah, nanti aku berikan teman kost aku saja,” katanya sambil duduk di sofa, setelah mengambil kembali bungkusan yang tadi diletakkannya di meja.

Ada rasa kesal dihatinya, melihat Desy menyuapinya, dan kadang-kadang menyapu bibir Danarto yang belepotan dengan tissue.

“Mas, aku pulang dulu ya.”

“Kamu dari kampus?”

“Iya. Semoga Mas Danar cepat sembuh ya. Kabari aku kalau sudah boleh pulang,” katanya sambil mendekat, lalu menyalami Desy.

“Saya pulang dulu ya dok.”

“Kok buru-buru? Nggak ingin ngobrol dulu?” tanya Desy.

“Lain kali saja, saya ditungguin teman saya,” jawab Hesti sambil berlalu.

“Anak itu, sudah dibilangin jangan sering-sering kemari, nekat juga,” gumam Danarto.

“Dia tampak sangat mengkhawatirkan kamu,” kata Desy tanpa ingin mempermalukan Hesti karena kebohongannya tadi pagi.

“Ah …”

“Kok ikutan ngomong ‘ah’ sih,” kata Desy sambil tertawa.

“Iya sih, ketularan.”

“Setelah ini aku mau pulang ya, supaya kamu bisa beristirahat.”

“Baiklah, Ibu dokter.”

Desy tersenyum, barangkali rasa kesalnya sudah cair, ketika melihat bahwa tampaknya antara Danarto dan Hesti tidak ada hubungan apapun.

***

Hesti sebenarnya datang sendiri, jadi tidak ditungguin temannya seperti yang tadi dikatakannya. Ia sedang memutar nomor ojol ketika ponselnya berdering, dari ibunya.

“Hallo Ibu,” sapanya menjawab panggilan ibunya.

“Apa kabar kamu?”

“Baik Bu.”

“Sudah kerasan, tinggal di tempat kost yang dicarikan Danarto?”

“Sudah bu, tempatnya nyaman, teman-teman kost juga baik.”

“Syukurlah. Ibu akan menelpon Danarto untuk mengucapkan terima kasih. Sejak dua hari ini Ibu sibuk terus.”

“Mas Danarto lagi sakit Bu, ini Hesti juga masih ada di rumah sakit.”

“Sakit apa?” tanya ibunya terkejut.

“Kayaknya terkena tipes. Ini Hesti sudah diluar, mau memanggil ojol untuk kembali ke tempat kost.”

“Oh, ya sudah. Kamu harus sering menjenguknya. Dan Ibu berharap kalian bisa semakin dekat.”

“Tapi dia sudah punya pacar Bu, seorang dokter juga.”

“Apa? Itu tidak boleh terjadi. Lain kali ibu akan menemuinya. Kamu tahu Hesti, sebenarnya almarhumah ibunya Danar itu sudah menjodohkan kamu dan Danar.”

“Apa?”

***

Besok lagi ya.

 

 

56 comments:

  1. Replies
    1. Lho rak tenan.....ethok2e ngantuk jebule nyalip aku di tikungan

      Delete
    2. Hahaha....kakek kok bisa kalah sm mbk Iin,kurang kenceng tu larinya

      Delete
    3. Wuih juara nieh. Gawangnya dikawal juga loh sama om kakek,... Ah... Aduhai. Nah gitu bu Tien, gemes sama Hesty.. Eeeeeh keliru sama Danarto?

      Delete
  2. Alhamdulillahi... ADUHAI...AH eps_06 sdh tayang.
    Matur nuwun.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ADUHAI AH~06 sudah hadir... maturnuwun bu Tien.. 🙏
    .

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah suwun mbakyuku salam aduhaai dari kebonku Lampung

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah,
    Maturnuwun Ibu Tien...

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah.. mtrnwn bu tien

    Mugi tansah pinaringan sehat... Aamiin3x

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.... Hatur nuhun Bu Tien, mugi sehat salamina.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah.. Yg ditunggu sdh tayang
    Matur nwn bunda..
    Salam sehat selalu..
    Selamat beristirahat ya bun..
    Salam Aduhaii..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah ADUHAI-AH 06 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Maturnuwun, mb Tien
    Ah, ceritanya ada aja.
    Ibu Hesti ikut2 an...
    Sabar Desy
    Salam manis nan aduhai mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah....asyik..aduhai 6 dah tayang...smg Mas Danar menolak perjodohan....matur nuwun bunda Tien..smg sehat sll..aamiin..

    ReplyDelete
  13. Alhamdullah, AA06 sdh terbit, matur nuwun mb. Tien, salam sehat dan bahagia selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah AA Eps 06 sdh tayang, matur nuwun mbak Tien.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
    Hooreeeee... Sarman dapat kenalan dengan cewek cantik, nah itu harus dijaga dan dipelihara sebaik baiknya ya... jangan nguber adikmu.
    Wah ibunya Hesti masih orang kolot ya, suka jodoh jodoi segala.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.

    ReplyDelete
  16. Ibunya Hesti..ah.
    Makasih mba Tien
    Sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  17. Maturnuwun Bu Tien... AA 06 sudah tayang. Sehat selalu Bu Tien🙏

    ReplyDelete
  18. Terima kasih banyak mbak tien. Semoga sehat² selalu.

    ReplyDelete
  19. Makasih Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA �� mr wien

    ReplyDelete
  20. Makin rame nih, ternyata hesti sdh dijodohkan oleh ibu nya danarto.

    ReplyDelete
  21. 𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐮𝐭𝐤 𝐈𝐛𝐮 & 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  22. Wuah yang dinanti sudah datang
    Terima kasih Bu Tien 🙏
    Salam Aduhai ❤️

    ReplyDelete
  23. Sebuah harapan melegakan hati mereka, sudah dapat bercanda kembali.
    Untuk saling perhatian Danar dan Desy.

    Harap harap cemas mengikuti janji sang teman yang nyatanya datang belakangan kurun waktupun sudah puluhan tahun, lha Sri suLarsih juga nggak pesan pada anaknya, dan itupun waktu masih kuliah dulu, masih adakah angan itu?

    Wah répot yèn Sriani mbergudhul karêpé njodhokaké karo Hesti anaké.

    Padahal Hesti curhaté karo Sarman,
    malah kåyå
    dengar pendapat.

    Lha wêruh Hesti suntrut dadi di tanggap; ånå pikiran åpå sing ngebot boti, cerita donk sama ak ak..

    Tahu Sarman punya gèbètan baru;
    Tutut mengerucut lambéné ..

    Danar minta bukti bermeterai
    ha ha ha..
    La katanya janji adalah utang
    ya harus pakai meterai tho..

    Padahal Danar bingung, lha waktu itu kan masih nggak ngêh,
    lha cuma mbuatkan & ngantar minuman ya sambil lalu aja ndengernya.


    Desy rada pédhé lagi biasa; ngambang lagi,
    cara jawané kampul kampul..



    Terimakasih Bu Tien,

    ADUHAI AH yang ke enam sudah tayang.

    Sehat sehatlah selalu doaku,
    sedjahtera dan berbahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk ADUHAAIInya. ah Danarto ketularan
    Mantab 👍,,, tambah seru nih,, Danarto & Hesty

    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗💖,, Aduhaaii

    ReplyDelete
  25. Ceritanya semakin asyik...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, terima kasih ADUHAI AH 06 sdh hadir..
    semakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya.
    Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  27. crita nya semakin seru...suwun bu Tien
    sukses selalu

    ReplyDelete
  28. Smg D tetap dgn D
    Dan S dgn H
    Tutut akan jodohnya nti.. dg S kan sedarah?
    Perjodohan bs jd batal tgt bgmn Danarto menyikapi... Wong perjanjiannya hanya antar 2 sahabat smtr ybs tdk tahu menahu
    🤭 Trmksh mb Tien AA 06 sdh terbit. Slm seroja selalu utk mb Tien dan para pctk dimanapun berada🤗

    ReplyDelete
  29. Hahaha Hesti mana mau Danarto di jodohkan ma.Hesti ..cinta pertama sama Desy kok ..Wk wk wk.ngarep com.nih si ibu hahahah enak aja

    ReplyDelete
  30. Waduh...seperti jaman siti nurbaya.....Salam sehat, bu Tien

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien AAnya yg semakin AA juga
    Salam sehat selalu... met sahur krn dibalik sahur sll ada berkah, in syaa Alloh

    ReplyDelete
  32. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  33. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,

    ReplyDelete
  34. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  35. Apa ? Itu tdk boleh terjadi
    Wah2...nganyelke ibunya Hesti itu he.he...salam sehat selalu buat bu Tien ..trimakasih 👃

    ReplyDelete
  36. Rasanya nunggu hari Senin kok lama bingiiittt 🥴

    ReplyDelete
  37. Aduhaai aaah .. dikodohkan ? Hehehee ...matur nuwun mbak Tien

    ReplyDelete
  38. Hatur nuwun sangat bunda..slm sht dan Aduhai sll dri sukabumi🙏😘😍

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG 30

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  30 (Tien Kumalasari)     Ketika mbok Manis masuk kembali ke dalam rumah, hatinya terasa disayat melihat sa...