BUKAN MILIKKU 23
(Tien Kumalasari)
“Apa kabarmu ?” suara itu begitu lembut terdengar.
Retno bangkit lalu duduk di tepi ranjang.
“Kamu sehat? Bayi kamu sehat?” lanjutnya.
Retno diam terpaku. Bagaimana mungkin Sapto
melakukannya sementara isterinya ada disini? Apa Kori tidak melihat kedatangan
suaminya?
Tiba-tiba timbul niat nakal di hati Retno. Ia ingin
ber akrab-akrab dengan Sapto untuk memanasi hati Kori. Mulutnya tersenyum.
Sapto terpana melihat senyum itu. Senyum yang tidak pernah dilihatnya selama ia
menjadi suami Retno.
“Aku baik-baik saja,” jawabnya pelan.
“Selalu kontrol tepat waktu kan?”
“Ya, tentu.”
“Bagus. Aku senang kamu sangat memperhatikan bayi
kita.
Retno tersenyum, tapi dalam hati ia merasa miris.
“Bayi kita? Berarti juga bayiku? Bukankah kamu akan
mengambilnya dan memberikannya kepada Kori?” kata batin Retno.
“Mengapa senyummu hilang? Tadi kamu tersenyum, aku
suka melihatnya.”
“Kamu ingat bukan, bahwa aku tidak mencintai kamu?”
“Ya, aku tahu. Memangnya kenapa? Bayi yang kamu
kandung itu akan menautkan hati kita,” kata Sapto sambil menyentuh perut Retno.
Kata-kata yang terucap itu terasa sangat menyentuh.
Tapi Retno merasa bahwa itu hanyalah palsu. Pada suatu hari nanti laki-laki
yang bermanis-manis didepannya ini akan menyakitinya, bersama dengan ayahnya
yang sok kuasa itu.
“Kamu kan punya isteri?”
“Aku punya kamu juga. Dan bayi yang kamu kandung itu
sangat berharga untuk aku.”
“Tentu saja,” kata Retno tersenyum, sinis.
Tapi kemudian Retno teringat akan keinginan nakalnya.
“Senyummu kok aneh. Apa kamu mengejek aku?”
“Tidak, siapa mengejek kamu? Kamu memang benar, bayi
ini sangat berharga untuk aku.”
“Dan untuk aku.”
“Baiklah, apa kamu sudah makan?”
“Belum, aku memang lapar. Maukah kamu menemani aku
makan?”
“Tentu saja, akan aku siapkan,” kata Retno sambil berdiri,
kamudian melangkah ke arah pintu.
“Retno.”
Retno berhenti melangkah.
“Tersenyumlah lagi, seperti tadi.”
Retno tersenyum. Benar-benar tersenyum, mengingat
kenakalan yang akan dia lakukan.
“Terimakasih. Maukah selalu tersenyum untukku?”
Retno hanya tersenyum, lalu keluar dari kamarnya,
menuju dapur. Ia menata meja untuk makan siang suaminya. Tulus atau tidak, ia
melakukannya seperti seorang isteri melayani suami. Lagi pula dia sedikit
merasa nyaman mendengar suara lembut suaminya.
“Bu Retno mau makan lagi?” tanya Yu Asih yang heran
melihat Retno menghangatkan sayur kare yang tadi dibuatnya,
Retno meletakkan jari telunjuknya dimulut, meminta
agar Asih diam saja.
Asihpun diam, tapi dia membantu Retno yang sibuk
menyiapkan semuanya. Retno heran tak melihat Kori di ruang tengah. Tampaknya
sudah masuk ke dalam kamarnya, sehingga tak tahu bahwa suaminya datang. Bu
Siswanto juga tak terlihat disana.
Lalu Retno masuk kedalam kamarnya. Dilihatnya Sapto
berbaring di atas ranjang sambil memejamkan
mata.
“Makan sudah siap,” katanya dari depan pintu.
Sapto diam. Barangkali juga pura-pura tidur, agar
Retno mendekat.
Dan Retno memang mendekat.
“Makan sudah siap Mas.”
Sapto membuka matanya, menatap isterinya yang berdiri agak
jauh di samping tempat tidur.
“Mas.”
“Mendekat dong, masa sih memanggil suaminya dari kejauhan
begitu,” bujuk Sapto.
Retno menghela napas. Ia tak pernah berbaik-baik
dengan suaminya, Tapi kali ini ia merasa lain. Perlahan dia mendekat.
“Jadi makan tidak?”
“Jadi dong. Tapi mendekatlah.”
“Ada apa? Sayurnya keburu dingin.”
“Maukah memeluk aku sebentar saja?”
Retno terkejut. Walaupun ingin berbaik-baik tapi dia
tak mau melakukannya. Ia berdiri mematung.
“Retno.”
“Aku ingin muntah,” katanya sambil menutup mulutnya
dengan sebelah tangan.
Dan ulahnya itu berhasil membuat Sapto khawatir.
“Baiklah … baiklah … tidak usah. Aku tidak tahu kalau
kamu masih suka muntah setiap kali dekat denganku,” katanya sambil bangkit,
lalu meraih tangan Retno tapi kemudian ditepiskannya.
Sapto mencoba mengerti. Ia cukup senang dengan sikap
Retno siang itu. Ia tersenyum tipis, lalu melangkah ke arah meja makan. Retno
mengikutinya, sambil menoleh ke arah kamar Kori yang tertutup. Agak kecewa
melihat kamar itu masih tertutup. Lalu Retno berpikir, apa yang harus dilakukan
supaya Kori melihatnya sedang bersama Sapto di ruang makan.
“Yuu, buatkan jus jambu buat Mas Sapto yaa,” tiba-tiba
Retno berteriak dari arah ruang tengah, berharap Kori bisa mendengarnya.
Lalu Retno melangkah ke ruang makan dimana Sapto sudah
lebih dulu duduk.
“Bu Retno tadi minta apa?” tanya Asih yang mendekat
karena mendengar teriakan Retno.
“O, itu Yu, tolong buatkan jus untuk mas Sapto, tapi
letakkan di ruang tengah saja,” kata Retno sambil menyendokkan nasi untuk
Sapto.
“Baiklah Bu, saya malah tidak tahu kalau Pak Sapto
datang.”
Retno tersenyum. Yu Asih pun tersenyum. Ia senang
melihat kedekatan sepasang suami isteri yang tampak damai dan nyaman.
Benar-benar bagai bumi dan langit kalau dibandingkan
dengan Kori saat meladeni suaminya. Banyak bicara, tapi lebih banyak marah-marahnya.
“Kamu tidak makan?”
“Aku hanya ingin menemani, tadi sudah makan bersama
Ibu.”
“Tapi tidak apa-apa makan sedikit lagi. Hanya supaya
aku bisa menyuap makanan ini lebih nikmat.
“Baiklah, aku makan sedikit saja.”
“Bagus, menyenangkan suami itu kan berpahala,” kata
Sapto tersenyum.
“Sayur ini enak sekali. Yu Asih selalu bisa
menyenangkan lidah penghuni rumah ini,” lanjut Sapto.
“Itu yang masak Bu Retno,” kata Asih yang kebetulan melintas sambil membawa jus jambu pesanan Retno. Yu Asih juga heran mendengar Sapto memujinya. Selamanya Sapto selalu bersikap dingin, jarang sekali bicara dengannya kalau tidak sangat perlu.
“Oh ya? Kamu yang memasak?”
“Yu Asih yang mengajari aku.”
Sementara itu Asih meletakkan dua gelas jus jambu
seperti yang dipesan Retno, di ruang tengah.
“Siapa yang tadi berteriak?” tanya Kori yang tiba-tiba
keluar dari kamarnya. Asih tak menjawab, ia sudah membalikkan tubuhnya untuk
kembali ke dapur ketika Kori kembali bicara.
“Ini jus jambu ya Yu?”
“Iya, kalau bu Kori mau, akan saya buatkan lagi.”
“Lha ini buat siapa?”
“Bu Retno yang memesan. Untuk bu Retno dan Pak Sapto.”
“Apa? Mas Sapto ada disini?”
“Sedang makan di ruang makan Bu,” kata Asih yang
bergegas ke dapur karena enggan mendengarkan suara-suara kasar yang akan terdengar.
Kori merasa dadanya panas oleh gemuruh kemarahan. Ia melangkah
ke arah ruang makan seperti terbang, lalu matanya melotot melihat Retno melayani
suaminya. Retno sengaja mengambilkan sepotong ayam goreng ke piring Sapto tanpa
Sapto memintanya, begitu mendengar suara Kori dari ruang tengah.
“Mas !!” pekiknya seperti menggetarkan ruangan dimana
Sapto sedang asyik makan.
Sapto terkejut. Ia sama sekali tak mengira Kori ada
dirumah.
“Kamu disini?”
“Huh, kamu kira aku ini bodoh? Kamu bilang tidak akan
mampir ke Solo, tapi aku tidak percaya. Dan benar kan? Kamu mampir ke rumah? Kamu
sudah tidak tahan menahan kerinduan kamu kepada perempuan itu kan?”
“Diam, Kori ! Kamu itu tidak pernah bisa bicara pelan
ya?”
“Siapa yang tidak marah melihat suaminya selingkuh?”
suara Kori semakin meninggi.
“Siapa selingkuh? Aku mendatangi isteri sah aku,” kata
Sapto sambil menatap Retno yang sudah selesai makan.
“Kok sudah selesai makannya?” tanyanya kepada Retno.
“Kan aku bilang bahwa tadi sudah makan bersama ibu.”
“Ya sudah kamu beristirahat saja dulu,” kata Sapto
lembut.
“Jus jambu ada di ruang tengah,” kata Retno sambil
tersenyum, mengacuhkan madu nya yang berdiri di dekat suaminya dengan wajah
merah padam.
“Terima kasih Retno,” kata Sapto sambil melanjutkan
makannya.
“Mas!”
“Kecilkan suaramu,” kata Sapto sambil mencomot ayam
gpreng dan melahapnya dengan nikmat.
“Yu, aku sudah Yu,” teriak Sapto sambil meletakkan
tulang ayam yang dagingnya bersih disantapnya.
Asih mendekat, melihat pemandangan yang membuatnya
ngeri. Sang suami duduk makan, dan isterinya berkacak pinggang sambil berdiri
di dekatnya.
“Aku sudah Yu, masakan Retno enak sekali,” kata Sapto
sambil berdiri, menuju ke arah wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu ia
berjalan ke ruang tengah untuk minum jus yang disiapkan Asih.
Kori semakin marah melihat suaminya mengacuhkannya. Ia
mengejarnya dan menarik tangannya, tapi Sapto mengibaskannya.
“Mas !”
“Jangan bicara kalau kamu tidak bisa bersikap lebih
halus.”
“Aku sedang marah karena kamu membohongi aku. Bagaimana
mungkin orang marah bicara halus?”
Sapto duduk di sofa, lalu meminum jus nya perlahan.
“Katakan, mengapa Mas membohongi aku. Katanya tidak
mau ke Solo, nyatanya bagaimana?”
“Aku tidak perlu mencari alasan apapun ketika aku
ingin mendekati isteriku.”
“Kenapa bohong?”
“Tiba-tiba saja ingin pulang kemari.”
“Kangen sama perempuan itu?”
“Perempuan itu bernama Retno. Dan kalau iya, apakah
aku salah?”
“Aku benci kamu Mas.”
“Ada apa ini? Lho, kamu Sap?” tiba tiba bu Siswanto sudah berada diantara mereka.
“Iya Bu, dari Semarang, mampir ke Solo dulu.”
“Syukurlah, sudah lama kamu tidak menjenguk isterimu.”
“Iya Bu, tidak bisa meninggalkan pekerjaan.”
“Ada apa ini, suaminya datang malah ribut?”
“Mas Sapto membohongi saya Bu, katanya tidak akan
mampir ke Solo, ternyata mampir, tentu saja saya marah.”
“Kalau Sapto mampir ke Solo, itu tidak salah, bahkan
sudah seharusnya mampir, karena dia juga punya kewajiban untuk menafkahi
isterinya disini.”
“Aku benci Mas. Aku juga benci Retno. Mas juga
berjanji akan menceraikan dia kan setelah anaknya lahir? Tapi sikap Mas tidak
menunjukkan ke arah itu. Mas malah memperlihatkan bahwa Mas suka sama dia,”
omel Kori tanpa sungkan kepada ibu mertuanya.
“Siapa yang akan bercerai? Menikah itu, sekali untuk
selamanya, tidak sembarangan bercerai, apalagi sudah punya anak," kata bu Siswanto.
“Itu janji Mas Sapto sendiri Bu,” protes Kori.
“Tidak, lupakan janji itu.”
“Mas ingkar. Mas bohong.”
“Bu, ini tadi Sapto hanya mampir sebentar dan makan. Sore
ini juga Sapto akan kembali ke Jakarta.
“Lho, secepat itu?”
“Iya bu, besok harus kembali bekerja.”
***
Di dalam kamarnya, Retno benar-benar menyesali
kenakalannya. Ia hanya iseng, tapi ternyata kemudian ia sedih mendengar keributan yang terjadi.
Retno lupa bahwa Kori tak akan pernah bisa menahan
amarah di mana-mana.
“Ampunkan hamba, Ya Allah,” bisiknya penuh sesal.
Retno masih duduk di sofa di dalam kamarnya ketika pintu
kamarnya terbuka, dan Sapto muncul sambil
tersenyum.
“Kenapa kemari? Isteri Mas marah-marah dan akan
semakin marah nanti."
“Biarkan saja,” kata Sapto enteng.
“Maafkan aku,” kata Retno lirih.
“Mengapa minta maaf? Kamu tidak salah apa-apa.”
Retno diam.
“Aku mau kembali ke Jakarta,” katanya sambil duduk di
dekat Retno.
Retno menatapnya.
“Jaga anak kita baik-baik, dan jangan lupa kontrol
kalau sudah saatnya,” pesan Sapto.
Retno mengangguk.
“Benar-benar tak ingin aku menyentuhmu?”
Retno menutup mulutnya dengan tangan. Sapto berdiri
menjauh.
“Baiklah, jangan sampai aku membuat kamu muntah. Aku
pergi ya.”
Retno mengangguk.
“Bolehkah aku menelpon kamu sesekali?”
“Tidak usah, aku ingin merasa lebih tenang.”
“Memangnya kenapa?”
“Jangan membuat isteri Mas marah.”
“Maaas!” suara teriakan dari luar terdengar. Retno
mengelus dadanya.
Sapto keluar, menutupkan pintu kamar pelan, tapi tak menjawab
teriakan Kori.
Saat itu juga mereka pulang ke Jakarta, dan Retno
merasa lega.
***
“Budi, kamu masih di kantor?” tanya pak Siswanto
ketika menelpon Budiono.
“Ya Pak, pulang sebentar lagi.”
“Apa Kori menelpon kamu?”
“Kori? Mbak Kori?”
“Iya, siapa lagi?”
“Tidak.”
“Tidak? Tadi dia bilang mau belanja, lalu aku minta
agar kamu pulang agak awal untuk menemaninya.”
“Tapi Mbak Kori tidak menelpon saya.”
“Baiklah, kamu cepat pulang sekarang. Kasihan dia tidak ada temannya.”
“Bapak akan pulang jam berapa?”
“Ini belum selesai, mungkin sore nanti. Tiba di rumah
agak malam pastinya. Cepat kamu pulang ya. Kasihan dia.”
“Baiklah.”
Budi mengemasi berkas-berkas di mejanya, lalu beranjak
pulang. Ada rasa enggan ketika ayahnya memintanya agar menemani Kori belanja.
***
Dengan mulut cemberut Budi masuk ke dalam rumah. Tapi
sebelum menaiki tangga, bu Siswanto menyapanya.
“Budi, masih sore kok sudah pulang, tumben.”
“Bapak menyuruh Budi pulang cepat.”
“Ayahmu?”
“Kata bapak, Budi harus mengantarkan mbak Kori. Dimana
dia sekarang?”
“Sudah pulang.”
“Pulang ke rumahnya yang disini?”
“Pulang ke Jakarta.”
“Kok pulang? Tumben ke rumah hanya sebentar,” tukas Budi
yang merasa lega.
“Kakakmu Sapto datang dari Semarang, mereka ribut,
lalu kakakmu memutuskan pulang sore ini.”
“Mbak Kori ikut pulang jadinya?”
“Ya. Begitulah .”
“Syukurlah. Budi senang tidak harus mengantarkannya
jalan-jalan.”
“Bapakmu sangat perhatian sama menantunya yang satu
itu,”
“Ya sudah Bu, Budi istirahat dulu.”
***
Wahyudi sudah seminggu berada di Solo. Tapi dia harus
kembali ke Jakarta karena pimpinannya tidak ingin Wahyudi terlalu lama
meninggalkan tugasnya.
Sore hari itu Wahyudi mengajak Wuri jalan-jalan,
sebelum esok harinya kembali ke Jakarta.
“Mas Yudi dulu pernah cerita kalau ada teman mas Yudi yang mau mengenalkan seseorang agar menjadi pacar Mas,” kata Wuri sambil ngemil
kacang rebus yang dibelinya di pinggir jalan ketika mereka istirahat di sebuah
taman.
“Dia itu bohong.”
“Bohong bagaimana sih?”
“Ya bohong. Katanya mau mencarikan aku pacar, lalu kami
bertamu ke rumah gadis itu. Eeh, beberapa hari kemudian gadis itu malah
dipacari sendiri oleh dia.”
“Oh ya?” kata Wuri sambil tertawa.
“Kok malah tertawa sih? Kamu senang ya melihat aku kecewa?”
“Bukan senang, Lucu sekali sih. Bisa-bisanya dibohongi
teman.”
“Bukan dibohongi, gadis itu yang memilih teman aku,
bukan aku yang dipilihnya.”
“O, kenapa? Kalah ganteng pasti.”
“Kalah dalam merayu.”
“Ya sudah, bukan jodoh, barangkali. Eh mas, lihat!”
tiba-tiba Wuri berteriak.
“Ada apa sih?”
“Lihat itu, orang yang menggandeng perempuan itu.”
“Iya kenapa? Orang dia tidak menggandeng tangan kamu,
kok kamu yang ribut?”
“Yee, mas Yudi kok gitu, Laki-laki itu, bukankah yang
kita pernah ketemu dulu itu? Bapaknya Mbak Retno, ya kan?”
Wahyudi terkejut. Itu memang pak Kartomo, bersama perempuan
lain, bukan ibunya Retno.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah Retno dah hadir
ReplyDeleteMakasih bunda...
Aduhai
Alhamdulillah...suwun
ReplyDeleteMbk Iin Jaga gawang iki mesti
ReplyDeleteYess
ReplyDeleteJuara 1 nya yang barusan nulis aku mung mau langsung baca kakek....PREK
ReplyDeleteAlhamdulillah BM_23 sudah tayang. Matur nuwun bu Tien, walau capek seharian packing _MUG SYANTIEK_ tetap menulis lanjutan BM untuk para penggemarnya.
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Alhamdulillah...sdh terbit.Senang lihat foto temu fans PCTK ,Sehat dll mbak Tien
ReplyDeleteSelamat mbak I'in juara 1
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya muncul juga. matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSahabat blogger yang UNKNOWN, ayo dong update profilmu, biar dikenal sesama blogger, khususnya oleh bu Tien Kumalasari, sdh berkali-kali kulanuwun, permisi, spadaaa, sampurasun, tapi gak kelihatan mana orangnya minimal fotonya dan namanya.
ReplyDeletePadahal caranya gampang.
1. Ketuk/klik tulisan UNKNOWN pada profil komenmu.
2. Perhatikan kanan atas warna orange, tertulis EDIT PROFIL, selanjutnya ketuk/klik tulisan "edit profil"
3. Isikan biodatamu, namamu, alamatmu, pekerjaanmu. Hobymu jangat lupa upload foto tersyantiekmu bila Anda perempuan, termacomu jika Anda cowok/laki².
4. Periksa daftar isianmu, fotomu, jika sdh benar ketuk/klik tulisan SIMPAN.
5. Selesai tugasmu , silakan keluar dari blogspot.
Masuk lagi lihat profilmu sdh berubah belum? Jika belum hubungi saya berati ada yang gak bener urutannya.
Kakek Habi 0851 0177 6038.
Alhamdulilah sampun tayang mbakyu Tienkumalasari cerbungnya yg sll dinanti- nanti oleh penggemar yg berada di seantero jagat raya top markotop, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk BM nya
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat
Matur suwun Bunda Tien...
ReplyDeleteBukanMiliku 23 sdh hadir
sehat slalu utk bunda Tien n kel besar
salam Seroja dr Semarang
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien ⚘⚘⚘⚘⚘
Alhamdulillah , yg dditunggu sdh muncul.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu bu.
ReplyDeleteAlhamdulilah...akhirnya hadir jg....suwun bunda Tien...
ReplyDeletehebat euy, ditinggal sebentar bu Iin sdh jreng..manusang bu Tien, BM 23 sdh tayang seblm bobok. slm Aduhai
ReplyDeleteIbu nani pancen oyeeeee monggo tayang yes betul tayang hehehe suwun bu nani
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteSuwun
Alhamdulillah BM 23 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Yesss.
ReplyDeleteWow..makin seru..top markotop Bu cantik makasih ya salam sehat selalu dan bahagia untuk Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien BM 23 telah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu dan tetap ADUHAI..
Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat selalu beserta keluarga, dan semakin ADUHAI ceritanya
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb
ReplyDeleteAlhamdulillah Retno bisa terenyum , walsupun jiatnya nakal untuk mengusik
Hati Kori, semoga senyum Retno berlanjut menjadi senyum tulus selamanya ..
Iya bu susy..sy juga seneng skrg retno bs tersenyum.. Bahagia nya klo senyum retno menjadi senyum tulus selamanya..
DeleteTerima kasih sahabat²ku para pendukung Acara JUMPA FANS WAG PCTK dengan SANG IDOLA, Ibu Tien Kumalasari di hotel LOJI SOLO. 26-27 Maret 2023 pkl 10.30 sd selesai pkl 14.00 WIB
ReplyDeleteJuga terima kasih atas kehadiran bunda Tien didampingi suami (bpk. Tom Widayat), putra², menantu², cucu² dan segenap kerabat pak Tom, menambah semaraknya acara kemarin.
Hadir pula perwakilan anggota WAG PCTK dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya. Solo, Sragen, Madiun, Bojonegoro, Surabaya, Malang fan Situbondo. Sahabat blogger 2 irang dari Semarang. Teman² bu Tien seangkatan, para penyiar Radio PTPN, pemain organ tunggal dan penyanyinya.
Meriah, semarak, santai, sukses & bahagia / heppy semua.
Bbrp cindera mata dari WAG PCTK, 2 kue tart dari anggota dan pembaca dari luar negeri, lukisa eajah sang Idola dari jeng Laksmi Sutawan.
Dll....dll ... Yang tdk dapat saya sebut satu persatu.
Yang berkesan adalah souvenir dari sang Idola berupa MUG SYANTIEK yang ditanda Oleh bu Tien bagi para yang hadir di acara JUMPA FANS kemarin.
Bagi sahabat blogger yang ingin memiliki MUG SYANTIEK, (yang ada tandatangan bunda Tien Kumalasari) silakan japri ke saya 0851 0177 6038
Terima kasih.
Ternyata pak kartomo punya simpenan to... wong gemblung!
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh hadir BM 23..
ReplyDeleteTerima kasih Ibu Tien..
Semoga sehat selalu..
Salam *ADUHAI*..
Alhamdulillah BM 23 dah hadir
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
SalamSehat dan aduhai
Ahamdulillah sdh tayang BM .... makin seru aja critanya..... salam sehat n salam aduhai
ReplyDeletealhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien BM23 sampun nongol sudah saya tunggu², sehat selalu.
ReplyDeleteSugeng istirahat, sare! sampun ngantos kesayahen, tambah yuswo lho, tetap semangat, salam aduhai.🙏
Matur nuwun, ibu Tien...capek habis Temu Kangen, masih packing orderan Mug Cantik...masih konsisten menulis untuk para penggemar. Salut!! Sehat selalu ya, ibu sayang...😘😘😘
ReplyDeleteAlhmdllh, yg dtunggu sdh hadir... bkin degdegan baca part ini, seneng, betah bacnya... trma kasih Mbu Tien.. sehat² trs
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien cantiik.... Saya sinta maaf enggak bisa hadir di acara ultah Ibu, tapi senang dan bahagia liat foto2nya..... Seperti ikut hadir di situ... Acaranya sukses dan meriah, ya Bu.... Salam kangen dari Mita
ReplyDeleteBu Siswadi?
ReplyDeleteKesasar... 😆
Delete𝐒𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮 𝐬𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐢𝐬𝐭𝐢𝐫𝐚𝐡𝐚𝐲 & 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚.
ReplyDeleteAlhamdulillah, akhirnya BM 23 muncul juga,
ReplyDeleteTerimaksih bu Tien, sehat selalu.
Dalam Aduhayy
Matur nuwun, bu Tien. Salam ADUHAI
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, salam Aduhai selalu..
ReplyDeleteSemakin seru mbak ...
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun Bu Tien....semoga Pak Kartomo kena batunya.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏🙏😊
Alhamdulillah BM sdh tayang. Matursuwun bu Tien semakin ADUHAI
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Alhamdulillah.Amboi Kartomo ah Aduhai.Maturnuwun Mbak Tiem
ReplyDeleteWah pak kartono setelah dapat uang banyak dari pak siswanto dipakai pacaran lagi
ReplyDelete1. Trmksh mb Tien BM sdh tayang... Smg sikap manis Sapto mampu menjd pelipur hati Retno...agar menjd ibu anak2nya yg diidamkan Sapto tdk spt Kori yg krn takut ditinggalkan Sapto menjd sosok yg tdk ramah. Slm utk Sapto dr sdr jauhnya Sapti mb Tien🤭
ReplyDelete2. Trmksh kakek Habi klu salah 1 dr 2 blogger itu yg dimksd adalah sy🙏... Bu Tien sdh kenal kok...krn bulan Mei 2020 sy pernah sowan ke rmh beliau...kebetulan domisili sy Soloraya...kdg2 kami japri🙏
3. Sy pertama kali bc cerbung mb Tien dr wag teman kost wkt kuliah tp krn menunggu kdg sharenya tdk tentu tiap hr jd iseng buka lwt google... Smp skrg...trmksh...sdh larut wktnya istirahat🙏🙏🙏
𝘖 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘱𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘳𝘵𝘰𝘮𝘰 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘱𝘪...
ReplyDelete𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
Aduh rame deh ada kori ada Sapto trus ada bp nya yg gandengan sama perempuan nakal ,widih tambah kasian si Retno
ReplyDeleteTrims Bu Tien udah menghibur
ReplyDeletePenyelesaian konflik Retno-Sapto, manis deh bu Tien, semoga nanis juga sampai melahirkan tanpa sentuhan Sapto,.... Aduhai....
ReplyDeleteAlhamdulillah BM Eps 23 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Maturnuwun, mb Tien
ReplyDeleteKori tdk berubah
Kartomo edan
Salam manis nan aduhai mb Tien
Yuli Semarang
Alhamdulillah. Maturnuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSehat dan bahagia selalu njih . .
Assalamualaikum wr wb..slmt pgi bunda Tien..terima msih BM nya..smg bunda sll sehat sll dan tetap aduhai..salam sayangqu sll buat bunda..muuaacchh
ReplyDeleteAlhamdulilah.. BM yg ditunggu sdh tayang. Tks bunda Tien.. Semoga bunda selalu sehat..tetap aduhai dg senyuman bahagia. Salam hangat utk bunda..
ReplyDeleteAlhamdulillah .... terima kasih bunda, semoga bunda sehat selalu,senang retno mau tersenyum pd suaminya.
ReplyDeleteAlhamdulillah....Retno dah hadir...salam aduhai ...
ReplyDeleteTerima kasih
ReplyDeleteSami2 Ibu Suprilina
DeleteTerimakasih mbakyu....makin seru si Kartomo mulai berulah....bisa ya mbakyu bikin karakter yang begitu menyebalkan....orang yang gila harta sampai2 tega mengorbankan anaknya sendiri....salam ADUHAI dari Situbondo
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng In. Sayang bertemu hanya sebentar.
ReplyDeleteTapi terima kasih banyak atas perhatiannya. Teruslah membaca.
Selalu membaca mbakyu walau kadang lambat....🙏🙏🙏
DeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam aduhai
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗💖
Retno nakal ya,,,,
n Aduhaaii Pak Kartono sdg menghambur - hambur uang
Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
🙏🙂
Trimakasih bu Tien BM23nya..
ReplyDeleteBaru sempat baca..😔
Retno cerdik..nakal yg unik..
Kori kasian..bisa darting tuh marah2 terus..gmn mau nimang bayi..apalagi bkn anak kandungnya..🤦♀️🤨
Pinisirin lanjutannya...
Salam sehat selalu dan aduhaiii sekali bu Tien..🙏🌷
Alhamdullilah bunda Tien..BM 23 sdh bc dan bikin penasaran aja antara Retno.Sapto dan kori..slm sht dan tetap 🙏😍😘
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteSemalem dibuka buka blom nongol...eee..skrg paling blkg bacanya...terlambat GPP...yg penting tombo penasaran e ...wes legooo😂
Kalo wis lego. Jgn intap intip no 24 He.. He.. 😀
DeleteTrmksh BM nya bu Tien cantieq..
ReplyDeleteSalam sayaang dari bu Tien depok.
Retno...bagaimana nasibnya kelak klu sdh melahirkan yaaa
ReplyDeleteGimana kalo langsung di Caesar saja Bu dosen...
DeleteWkkkk
Delete