Monday, March 28, 2022

BUKAN MILIKKU 23

 

BUKAN MILIKKU  23

(Tien Kumalasari)

 

“Apa kabarmu ?” suara itu begitu lembut terdengar.

Retno bangkit lalu duduk di tepi ranjang.

“Kamu sehat? Bayi kamu sehat?”  lanjutnya.

Retno diam terpaku. Bagaimana mungkin Sapto melakukannya sementara isterinya ada disini? Apa Kori tidak melihat kedatangan suaminya?

Tiba-tiba timbul niat nakal di hati Retno. Ia ingin ber akrab-akrab dengan Sapto untuk memanasi hati Kori. Mulutnya tersenyum. Sapto terpana melihat senyum itu. Senyum yang tidak pernah dilihatnya selama ia menjadi suami Retno.

“Aku baik-baik saja,” jawabnya pelan.

“Selalu kontrol tepat waktu kan?”

“Ya, tentu.”

“Bagus. Aku senang kamu sangat memperhatikan bayi kita.

Retno tersenyum, tapi dalam hati ia merasa miris.

“Bayi kita? Berarti juga bayiku? Bukankah kamu akan mengambilnya dan memberikannya kepada Kori?” kata batin Retno.

“Mengapa senyummu hilang? Tadi kamu tersenyum, aku suka melihatnya.”

“Kamu ingat bukan, bahwa aku tidak mencintai kamu?”

“Ya, aku tahu. Memangnya kenapa? Bayi yang kamu kandung itu akan menautkan hati kita,” kata Sapto sambil menyentuh perut Retno.

Kata-kata yang terucap itu terasa sangat menyentuh. Tapi Retno merasa bahwa itu hanyalah palsu. Pada suatu hari nanti laki-laki yang bermanis-manis didepannya ini akan menyakitinya, bersama dengan ayahnya yang sok kuasa itu.

“Kamu kan punya isteri?”

“Aku punya kamu juga. Dan bayi yang kamu kandung itu sangat berharga untuk aku.”

“Tentu saja,” kata Retno tersenyum, sinis.

Tapi kemudian Retno teringat akan keinginan nakalnya.

“Senyummu kok aneh. Apa kamu mengejek aku?”

“Tidak, siapa mengejek kamu? Kamu memang benar, bayi ini sangat berharga untuk aku.”

“Dan untuk aku.”

“Baiklah, apa kamu sudah makan?”

“Belum, aku memang lapar. Maukah kamu menemani aku makan?”

“Tentu saja, akan aku siapkan,” kata Retno sambil berdiri, kamudian melangkah ke arah pintu.

“Retno.”

Retno berhenti melangkah.

“Tersenyumlah lagi, seperti tadi.”

Retno tersenyum. Benar-benar tersenyum, mengingat kenakalan yang akan dia lakukan.

“Terimakasih. Maukah selalu tersenyum untukku?”

Retno hanya tersenyum, lalu keluar dari kamarnya, menuju dapur. Ia menata meja untuk makan siang suaminya. Tulus atau tidak, ia melakukannya seperti seorang isteri melayani suami. Lagi pula dia sedikit merasa nyaman mendengar suara lembut suaminya.

“Bu Retno mau makan lagi?” tanya Yu Asih yang heran melihat Retno menghangatkan sayur kare yang tadi dibuatnya,

Retno meletakkan jari telunjuknya dimulut, meminta agar Asih diam saja.

Asihpun diam, tapi dia membantu Retno yang sibuk menyiapkan semuanya. Retno heran tak melihat Kori di ruang tengah. Tampaknya sudah masuk ke dalam kamarnya, sehingga tak tahu bahwa suaminya datang. Bu Siswanto juga tak terlihat disana.

Lalu Retno masuk kedalam kamarnya. Dilihatnya Sapto berbaring di atas ranjang sambil  memejamkan mata.

“Makan sudah siap,” katanya dari depan pintu.

Sapto diam. Barangkali juga pura-pura tidur, agar Retno mendekat.

Dan Retno memang mendekat.

“Makan sudah siap Mas.”

Sapto membuka matanya, menatap isterinya yang berdiri agak jauh di samping tempat tidur.

“Mas.”

“Mendekat dong, masa sih memanggil suaminya dari kejauhan begitu,” bujuk Sapto.

Retno menghela napas. Ia tak pernah berbaik-baik dengan suaminya, Tapi kali ini ia merasa lain. Perlahan dia mendekat.

“Jadi makan tidak?”

“Jadi dong. Tapi mendekatlah.”

“Ada apa? Sayurnya keburu dingin.”

“Maukah memeluk aku sebentar saja?”

Retno terkejut. Walaupun ingin berbaik-baik tapi dia tak mau melakukannya. Ia berdiri mematung.

“Retno.”

“Aku ingin muntah,” katanya sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Dan ulahnya itu berhasil membuat Sapto khawatir.

“Baiklah … baiklah … tidak usah. Aku tidak tahu kalau kamu masih suka muntah setiap kali dekat denganku,” katanya sambil bangkit, lalu meraih tangan Retno tapi kemudian ditepiskannya.

Sapto mencoba mengerti. Ia cukup senang dengan sikap Retno siang itu. Ia tersenyum tipis, lalu melangkah ke arah meja makan. Retno mengikutinya, sambil menoleh ke arah kamar Kori yang tertutup. Agak kecewa melihat kamar itu masih tertutup. Lalu Retno berpikir, apa yang harus dilakukan supaya Kori melihatnya sedang bersama Sapto di ruang makan.

“Yuu, buatkan jus jambu buat Mas Sapto yaa,” tiba-tiba Retno berteriak dari arah ruang tengah, berharap Kori bisa mendengarnya.

Lalu Retno melangkah ke ruang makan dimana Sapto sudah lebih dulu duduk.

“Bu Retno tadi minta apa?” tanya Asih yang mendekat karena mendengar teriakan Retno.

“O, itu Yu, tolong buatkan jus untuk mas Sapto, tapi letakkan di ruang tengah saja,” kata Retno sambil menyendokkan nasi untuk Sapto.

“Baiklah Bu, saya malah tidak tahu kalau Pak Sapto datang.”

Retno tersenyum. Yu Asih pun tersenyum. Ia senang melihat kedekatan sepasang suami isteri yang tampak damai dan nyaman.

Benar-benar bagai bumi dan langit kalau dibandingkan dengan Kori saat meladeni suaminya. Banyak bicara, tapi lebih banyak marah-marahnya.

“Kamu tidak makan?”

“Aku hanya ingin menemani, tadi sudah makan bersama Ibu.”

“Tapi tidak apa-apa makan sedikit lagi. Hanya supaya aku bisa menyuap makanan ini lebih nikmat.

“Baiklah, aku makan sedikit saja.”

“Bagus, menyenangkan suami itu kan berpahala,” kata Sapto tersenyum.

“Sayur ini enak sekali. Yu Asih selalu bisa menyenangkan lidah penghuni rumah ini,” lanjut Sapto.

“Itu yang masak Bu Retno,” kata Asih yang kebetulan  melintas sambil membawa jus jambu pesanan Retno. Yu Asih juga heran mendengar Sapto memujinya. Selamanya Sapto selalu bersikap dingin, jarang sekali bicara dengannya kalau tidak sangat perlu.

“Oh ya? Kamu yang memasak?”

“Yu Asih yang mengajari aku.”

Sementara itu Asih meletakkan dua gelas jus jambu seperti yang dipesan Retno, di ruang tengah.

“Siapa yang tadi berteriak?” tanya Kori yang tiba-tiba keluar dari kamarnya. Asih tak menjawab, ia sudah membalikkan tubuhnya untuk kembali ke dapur ketika Kori kembali bicara.

“Ini jus jambu ya Yu?”

“Iya, kalau bu Kori mau, akan saya buatkan lagi.”

“Lha ini buat siapa?”

“Bu Retno yang memesan. Untuk bu Retno dan Pak Sapto.”

“Apa? Mas Sapto ada disini?”

“Sedang makan di ruang makan Bu,” kata Asih yang bergegas ke dapur karena enggan mendengarkan suara-suara kasar yang akan terdengar.

Kori merasa dadanya panas oleh gemuruh kemarahan. Ia melangkah ke arah ruang makan seperti terbang, lalu matanya melotot melihat Retno melayani suaminya. Retno sengaja mengambilkan sepotong ayam goreng ke piring Sapto tanpa Sapto memintanya, begitu mendengar suara Kori dari ruang tengah.

“Mas !!” pekiknya seperti menggetarkan ruangan dimana Sapto sedang asyik makan.

Sapto terkejut. Ia sama sekali tak mengira Kori ada dirumah.

“Kamu disini?”

“Huh, kamu kira aku ini bodoh? Kamu bilang tidak akan mampir ke Solo, tapi aku tidak percaya. Dan benar kan? Kamu mampir ke rumah? Kamu sudah tidak tahan menahan kerinduan kamu kepada perempuan itu kan?”

“Diam, Kori ! Kamu itu tidak pernah bisa bicara pelan ya?”

“Siapa yang tidak marah melihat suaminya selingkuh?” suara Kori semakin meninggi.

“Siapa selingkuh? Aku mendatangi isteri sah aku,” kata Sapto sambil menatap Retno yang sudah selesai makan.

“Kok sudah selesai makannya?” tanyanya kepada Retno.

“Kan aku bilang bahwa tadi sudah makan bersama ibu.”

“Ya sudah kamu beristirahat saja dulu,” kata Sapto lembut.

“Jus jambu ada di ruang tengah,” kata Retno sambil tersenyum, mengacuhkan madu nya yang berdiri di dekat suaminya dengan wajah merah padam.

“Terima kasih Retno,” kata Sapto sambil melanjutkan makannya.

“Mas!”

“Kecilkan suaramu,” kata Sapto sambil mencomot ayam gpreng dan melahapnya dengan nikmat.

“Yu, aku sudah Yu,” teriak Sapto sambil meletakkan tulang ayam yang dagingnya bersih disantapnya.

Asih mendekat, melihat pemandangan yang membuatnya ngeri. Sang suami duduk makan, dan isterinya berkacak pinggang sambil berdiri di dekatnya.

“Aku sudah Yu, masakan Retno enak sekali,” kata Sapto sambil berdiri, menuju ke arah wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu ia berjalan ke ruang tengah untuk minum jus yang disiapkan Asih.

Kori semakin marah melihat suaminya mengacuhkannya. Ia mengejarnya dan menarik tangannya, tapi Sapto mengibaskannya.

“Mas !”

“Jangan bicara kalau kamu tidak bisa bersikap lebih halus.”

“Aku sedang marah karena kamu membohongi aku. Bagaimana mungkin orang marah bicara halus?”

Sapto duduk di sofa, lalu meminum jus nya perlahan.

“Katakan, mengapa Mas membohongi aku. Katanya tidak mau ke Solo, nyatanya bagaimana?”

“Aku tidak perlu mencari alasan apapun ketika aku ingin mendekati isteriku.”

“Kenapa bohong?”

“Tiba-tiba saja ingin pulang kemari.”

“Kangen sama perempuan itu?”

“Perempuan itu bernama Retno. Dan kalau iya, apakah aku salah?”

“Aku benci kamu Mas.”

“Ada apa ini? Lho, kamu Sap?” tiba tiba bu Siswanto sudah berada diantara mereka.

“Iya Bu, dari Semarang, mampir ke Solo dulu.”

“Syukurlah, sudah lama kamu tidak menjenguk isterimu.”

“Iya Bu, tidak bisa meninggalkan pekerjaan.”

“Ada apa ini, suaminya datang malah ribut?”

“Mas Sapto membohongi saya Bu, katanya tidak akan mampir ke Solo, ternyata mampir, tentu saja saya marah.”

“Kalau Sapto mampir ke Solo, itu tidak salah, bahkan sudah seharusnya mampir, karena dia juga punya kewajiban untuk menafkahi isterinya disini.”

“Aku benci Mas. Aku juga benci Retno. Mas juga berjanji akan menceraikan dia kan setelah anaknya lahir? Tapi sikap Mas tidak menunjukkan ke arah itu. Mas malah memperlihatkan bahwa Mas suka sama dia,” omel Kori tanpa sungkan kepada ibu mertuanya.

“Siapa yang akan bercerai? Menikah itu, sekali untuk selamanya, tidak sembarangan bercerai, apalagi sudah punya anak," kata bu Siswanto.

“Itu janji Mas Sapto sendiri Bu,” protes Kori.

“Tidak, lupakan janji itu.”

“Mas ingkar. Mas bohong.”

“Bu, ini tadi Sapto hanya mampir sebentar dan makan. Sore ini juga Sapto akan kembali ke Jakarta.

“Lho, secepat itu?”

“Iya bu, besok harus kembali bekerja.”

***

Di dalam kamarnya, Retno benar-benar menyesali kenakalannya. Ia hanya iseng, tapi ternyata kemudian  ia sedih mendengar keributan yang terjadi.

Retno lupa bahwa Kori tak akan pernah bisa menahan amarah di mana-mana.

“Ampunkan hamba, Ya Allah,” bisiknya penuh sesal.

Retno masih duduk di sofa di dalam kamarnya ketika pintu kamarnya terbuka, dan Sapto  muncul sambil tersenyum.

“Kenapa kemari? Isteri Mas marah-marah dan akan semakin marah nanti."

“Biarkan saja,” kata Sapto enteng.

“Maafkan aku,” kata Retno lirih.

“Mengapa minta maaf? Kamu tidak salah apa-apa.”

Retno diam.

“Aku mau kembali ke Jakarta,” katanya sambil duduk di dekat Retno.

Retno menatapnya.

“Jaga anak kita baik-baik, dan jangan lupa kontrol kalau sudah saatnya,” pesan Sapto.

Retno mengangguk.

“Benar-benar tak ingin aku menyentuhmu?”

Retno menutup mulutnya dengan tangan. Sapto berdiri menjauh.

“Baiklah, jangan sampai aku membuat kamu muntah. Aku pergi ya.”

Retno mengangguk.

“Bolehkah aku menelpon kamu sesekali?”

“Tidak usah, aku ingin merasa lebih tenang.”

“Memangnya kenapa?”

“Jangan membuat isteri Mas marah.”

“Maaas!” suara teriakan dari luar terdengar. Retno mengelus dadanya.

Sapto keluar, menutupkan pintu kamar pelan, tapi tak menjawab teriakan Kori.

Saat itu juga mereka pulang ke Jakarta, dan Retno merasa lega.

***

“Budi, kamu masih di kantor?” tanya pak Siswanto ketika menelpon Budiono.

“Ya Pak, pulang sebentar lagi.”

“Apa Kori menelpon kamu?”

“Kori? Mbak Kori?”

“Iya, siapa lagi?”

“Tidak.”

“Tidak? Tadi dia bilang mau belanja, lalu aku minta agar kamu pulang agak awal untuk menemaninya.”

“Tapi Mbak Kori tidak menelpon saya.”

“Baiklah, kamu cepat pulang  sekarang. Kasihan dia tidak ada temannya.”

“Bapak akan pulang jam berapa?”

“Ini belum selesai, mungkin sore nanti. Tiba di rumah agak malam pastinya. Cepat kamu pulang ya. Kasihan dia.”

“Baiklah.”

Budi mengemasi berkas-berkas di mejanya, lalu beranjak pulang. Ada rasa enggan ketika ayahnya memintanya agar menemani Kori belanja.

***

Dengan mulut cemberut Budi masuk ke dalam rumah. Tapi sebelum menaiki tangga, bu Siswanto menyapanya.

“Budi, masih sore kok sudah pulang, tumben.”

“Bapak menyuruh Budi pulang cepat.”

“Ayahmu?”

“Kata bapak, Budi harus mengantarkan mbak Kori. Dimana dia sekarang?”

“Sudah pulang.”

“Pulang ke rumahnya yang disini?”

“Pulang ke Jakarta.”

“Kok pulang? Tumben ke rumah hanya sebentar,” tukas Budi yang merasa lega.

“Kakakmu Sapto datang dari Semarang, mereka ribut, lalu kakakmu memutuskan pulang sore ini.”

“Mbak Kori ikut pulang jadinya?”

“Ya. Begitulah .”

“Syukurlah. Budi senang tidak harus mengantarkannya jalan-jalan.”

“Bapakmu sangat perhatian sama menantunya yang satu itu,”

“Ya sudah Bu, Budi istirahat dulu.”

***

Wahyudi sudah seminggu berada di Solo. Tapi dia harus kembali ke Jakarta karena pimpinannya tidak ingin Wahyudi terlalu lama meninggalkan tugasnya.

Sore hari itu Wahyudi mengajak Wuri jalan-jalan, sebelum esok harinya kembali ke Jakarta.

“Mas Yudi dulu pernah cerita kalau ada teman mas Yudi yang mau mengenalkan seseorang agar menjadi pacar Mas,” kata Wuri sambil ngemil kacang rebus yang dibelinya di pinggir jalan ketika mereka istirahat di sebuah taman.

“Dia itu bohong.”

“Bohong bagaimana sih?”

“Ya bohong. Katanya mau mencarikan aku pacar, lalu kami bertamu ke rumah gadis itu. Eeh, beberapa hari kemudian gadis itu malah dipacari sendiri oleh dia.”

“Oh ya?” kata Wuri sambil tertawa.

“Kok malah tertawa sih? Kamu senang ya melihat aku kecewa?”

“Bukan senang, Lucu sekali sih. Bisa-bisanya dibohongi teman.”

“Bukan dibohongi, gadis itu yang memilih teman aku, bukan aku yang dipilihnya.”

“O, kenapa? Kalah ganteng pasti.”

“Kalah dalam merayu.”

“Ya sudah, bukan jodoh, barangkali. Eh mas, lihat!” tiba-tiba Wuri berteriak.

“Ada apa sih?”

“Lihat itu, orang yang menggandeng perempuan itu.”

“Iya kenapa? Orang dia tidak menggandeng tangan kamu, kok kamu yang ribut?”

“Yee, mas Yudi kok gitu, Laki-laki itu, bukankah yang kita pernah ketemu dulu itu? Bapaknya Mbak Retno, ya kan?”

Wahyudi terkejut. Itu memang pak Kartomo, bersama perempuan lain, bukan ibunya Retno.

***

Besok lagi ya.

 

78 comments:

  1. Alhamdulillah Retno dah hadir
    Makasih bunda...
    Aduhai

    ReplyDelete
  2. Juara 1 nya yang barusan nulis aku mung mau langsung baca kakek....PREK

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah BM_23 sudah tayang. Matur nuwun bu Tien, walau capek seharian packing _MUG SYANTIEK_ tetap menulis lanjutan BM untuk para penggemarnya.

      Delete
  3. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah...sdh terbit.Senang lihat foto temu fans PCTK ,Sehat dll mbak Tien

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah akhirnya muncul juga. matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  7. Sahabat blogger yang UNKNOWN, ayo dong update profilmu, biar dikenal sesama blogger, khususnya oleh bu Tien Kumalasari, sdh berkali-kali kulanuwun, permisi, spadaaa, sampurasun, tapi gak kelihatan mana orangnya minimal fotonya dan namanya.
    Padahal caranya gampang.

    1. Ketuk/klik tulisan UNKNOWN pada profil komenmu.
    2. Perhatikan kanan atas warna orange, tertulis EDIT PROFIL, selanjutnya ketuk/klik tulisan "edit profil"
    3. Isikan biodatamu, namamu, alamatmu, pekerjaanmu. Hobymu jangat lupa upload foto tersyantiekmu bila Anda perempuan, termacomu jika Anda cowok/laki².
    4. Periksa daftar isianmu, fotomu, jika sdh benar ketuk/klik tulisan SIMPAN.
    5. Selesai tugasmu , silakan keluar dari blogspot.
    Masuk lagi lihat profilmu sdh berubah belum? Jika belum hubungi saya berati ada yang gak bener urutannya.
    Kakek Habi 0851 0177 6038.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah sampun tayang mbakyu Tienkumalasari cerbungnya yg sll dinanti- nanti oleh penggemar yg berada di seantero jagat raya top markotop, salam aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  9. Makasih Bunda untuk BM nya
    Sehat selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  10. Matur suwun Bunda Tien...
    BukanMiliku 23 sdh hadir

    sehat slalu utk bunda Tien n kel besar

    salam Seroja dr Semarang

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah , yg dditunggu sdh muncul.

    ReplyDelete
  12. Terimakasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu bu.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulilah...akhirnya hadir jg....suwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  14. hebat euy, ditinggal sebentar bu Iin sdh jreng..manusang bu Tien, BM 23 sdh tayang seblm bobok. slm Aduhai

    ReplyDelete
  15. Ibu nani pancen oyeeeee monggo tayang yes betul tayang hehehe suwun bu nani

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah BM 23 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Wow..makin seru..top markotop Bu cantik makasih ya salam sehat selalu dan bahagia untuk Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun bunda Tien BM 23 telah tayang.

    Salam sehat selalu dan tetap ADUHAI..

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat selalu beserta keluarga, dan semakin ADUHAI ceritanya

    ReplyDelete
  20. Assalamualaikum wrwb
    Alhamdulillah Retno bisa terenyum , walsupun jiatnya nakal untuk mengusik
    Hati Kori, semoga senyum Retno berlanjut menjadi senyum tulus selamanya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bu susy..sy juga seneng skrg retno bs tersenyum.. Bahagia nya klo senyum retno menjadi senyum tulus selamanya..

      Delete
  21. Terima kasih sahabat²ku para pendukung Acara JUMPA FANS WAG PCTK dengan SANG IDOLA, Ibu Tien Kumalasari di hotel LOJI SOLO. 26-27 Maret 2023 pkl 10.30 sd selesai pkl 14.00 WIB

    Juga terima kasih atas kehadiran bunda Tien didampingi suami (bpk. Tom Widayat), putra², menantu², cucu² dan segenap kerabat pak Tom, menambah semaraknya acara kemarin.

    Hadir pula perwakilan anggota WAG PCTK dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya. Solo, Sragen, Madiun, Bojonegoro, Surabaya, Malang fan Situbondo. Sahabat blogger 2 irang dari Semarang. Teman² bu Tien seangkatan, para penyiar Radio PTPN, pemain organ tunggal dan penyanyinya.

    Meriah, semarak, santai, sukses & bahagia / heppy semua.

    Bbrp cindera mata dari WAG PCTK, 2 kue tart dari anggota dan pembaca dari luar negeri, lukisa eajah sang Idola dari jeng Laksmi Sutawan.
    Dll....dll ... Yang tdk dapat saya sebut satu persatu.

    Yang berkesan adalah souvenir dari sang Idola berupa MUG SYANTIEK yang ditanda Oleh bu Tien bagi para yang hadir di acara JUMPA FANS kemarin.

    Bagi sahabat blogger yang ingin memiliki MUG SYANTIEK, (yang ada tandatangan bunda Tien Kumalasari) silakan japri ke saya 0851 0177 6038
    Terima kasih.

    ReplyDelete
  22. Ternyata pak kartomo punya simpenan to... wong gemblung!

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah sdh hadir BM 23..
    Terima kasih Ibu Tien..
    Semoga sehat selalu..
    Salam *ADUHAI*..

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah BM 23 dah hadir
    Terimakasih bunda Tien
    SalamSehat dan aduhai

    ReplyDelete
  25. Ahamdulillah sdh tayang BM .... makin seru aja critanya..... salam sehat n salam aduhai

    ReplyDelete
  26. Maturnuwun Bu Tien BM23 sampun nongol sudah saya tunggu², sehat selalu.
    Sugeng istirahat, sare! sampun ngantos kesayahen, tambah yuswo lho, tetap semangat, salam aduhai.🙏

    ReplyDelete
  27. Matur nuwun, ibu Tien...capek habis Temu Kangen, masih packing orderan Mug Cantik...masih konsisten menulis untuk para penggemar. Salut!! Sehat selalu ya, ibu sayang...😘😘😘

    ReplyDelete
  28. Alhmdllh, yg dtunggu sdh hadir... bkin degdegan baca part ini, seneng, betah bacnya... trma kasih Mbu Tien.. sehat² trs

    ReplyDelete
  29. Terima kasih, ibu Tien cantiik.... Saya sinta maaf enggak bisa hadir di acara ultah Ibu, tapi senang dan bahagia liat foto2nya..... Seperti ikut hadir di situ... Acaranya sukses dan meriah, ya Bu.... Salam kangen dari Mita

    ReplyDelete
  30. 𝐒𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮 𝐬𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐢𝐬𝐭𝐢𝐫𝐚𝐡𝐚𝐲 & 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, akhirnya BM 23 muncul juga,
    Terimaksih bu Tien, sehat selalu.
    Dalam Aduhayy

    ReplyDelete
  32. Terimakasih bunda Tien, salam Aduhai selalu..

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, suwun Bu Tien....semoga Pak Kartomo kena batunya.....
    Salam sehat selalu....🙏🙏😊

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah BM sdh tayang. Matursuwun bu Tien semakin ADUHAI
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.Amboi Kartomo ah Aduhai.Maturnuwun Mbak Tiem

    ReplyDelete
  36. Wah pak kartono setelah dapat uang banyak dari pak siswanto dipakai pacaran lagi

    ReplyDelete
  37. 1. Trmksh mb Tien BM sdh tayang... Smg sikap manis Sapto mampu menjd pelipur hati Retno...agar menjd ibu anak2nya yg diidamkan Sapto tdk spt Kori yg krn takut ditinggalkan Sapto menjd sosok yg tdk ramah. Slm utk Sapto dr sdr jauhnya Sapti mb Tien🤭
    2. Trmksh kakek Habi klu salah 1 dr 2 blogger itu yg dimksd adalah sy🙏... Bu Tien sdh kenal kok...krn bulan Mei 2020 sy pernah sowan ke rmh beliau...kebetulan domisili sy Soloraya...kdg2 kami japri🙏
    3. Sy pertama kali bc cerbung mb Tien dr wag teman kost wkt kuliah tp krn menunggu kdg sharenya tdk tentu tiap hr jd iseng buka lwt google... Smp skrg...trmksh...sdh larut wktnya istirahat🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  38. 𝘖 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘱𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘳𝘵𝘰𝘮𝘰 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘱𝘪...
    𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...

    ReplyDelete
  39. Aduh rame deh ada kori ada Sapto trus ada bp nya yg gandengan sama perempuan nakal ,widih tambah kasian si Retno

    ReplyDelete
  40. Penyelesaian konflik Retno-Sapto, manis deh bu Tien, semoga nanis juga sampai melahirkan tanpa sentuhan Sapto,.... Aduhai....

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah BM Eps 23 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  42. Maturnuwun, mb Tien
    Kori tdk berubah
    Kartomo edan
    Salam manis nan aduhai mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah. Maturnuwun bunda Tien.
    Sehat dan bahagia selalu njih . .

    ReplyDelete
  44. Assalamualaikum wr wb..slmt pgi bunda Tien..terima msih BM nya..smg bunda sll sehat sll dan tetap aduhai..salam sayangqu sll buat bunda..muuaacchh

    ReplyDelete
  45. Alhamdulilah.. BM yg ditunggu sdh tayang. Tks bunda Tien.. Semoga bunda selalu sehat..tetap aduhai dg senyuman bahagia. Salam hangat utk bunda..

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah .... terima kasih bunda, semoga bunda sehat selalu,senang retno mau tersenyum pd suaminya.

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah....Retno dah hadir...salam aduhai ...

    ReplyDelete
  48. Terimakasih mbakyu....makin seru si Kartomo mulai berulah....bisa ya mbakyu bikin karakter yang begitu menyebalkan....orang yang gila harta sampai2 tega mengorbankan anaknya sendiri....salam ADUHAI dari Situbondo

    ReplyDelete
  49. Salam ADUHAI jeng In. Sayang bertemu hanya sebentar.
    Tapi terima kasih banyak atas perhatiannya. Teruslah membaca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu membaca mbakyu walau kadang lambat....🙏🙏🙏

      Delete
  50. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
    Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗💖
    Retno nakal ya,,,,
    n Aduhaaii Pak Kartono sdg menghambur - hambur uang

    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    🙏🙂

    ReplyDelete
  51. Trimakasih bu Tien BM23nya..
    Baru sempat baca..😔

    Retno cerdik..nakal yg unik..

    Kori kasian..bisa darting tuh marah2 terus..gmn mau nimang bayi..apalagi bkn anak kandungnya..🤦‍♀️🤨

    Pinisirin lanjutannya...

    Salam sehat selalu dan aduhaiii sekali bu Tien..🙏🌷

    ReplyDelete
  52. Alhamdullilah bunda Tien..BM 23 sdh bc dan bikin penasaran aja antara Retno.Sapto dan kori..slm sht dan tetap 🙏😍😘

    ReplyDelete
  53. Alhamdulillah..
    Semalem dibuka buka blom nongol...eee..skrg paling blkg bacanya...terlambat GPP...yg penting tombo penasaran e ...wes legooo😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo wis lego. Jgn intap intip no 24 He.. He.. 😀

      Delete
  54. Trmksh BM nya bu Tien cantieq..
    Salam sayaang dari bu Tien depok.

    ReplyDelete
  55. Retno...bagaimana nasibnya kelak klu sdh melahirkan yaaa

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...