MEMANG KEMBANG JALANAN
47
(Tien Kumalasari)
“Itu ibu saya bersama saya, ketika
saya sudah lulus SMA,” terang Sarman tanpa ditanya.
Haryo hanya mengangguk, tapi matanya
tetap menatap ke arah foto yang dipajang. Ia tidak lupa wajah itu. Wajah cantik
yang lugu, yang pernah mengisi hatinya, saat dia masih perjaka. Namanya
Wulansih. Tapi benarkah dia? Banyak wajah mirip di dunia ini. Penasaran, Haryo
berdiri, mendekat ke arah foto. Seorang laki-laki muda tampan, bersama seorang
wanita berwajah cantik, dengan dandanan Jawa yang begitu luwes dan menawan.
Dulu Haryo mengenalnya, ketika Wulan menjadi peladen di sebuah perhelatan teman
sekolahnya. Ia juga berpakaian seperti itu, dengan beberapa teman gadis
lainnya. Gadis itu menumpahkan minuman dan membasahi bajunya.
“Maaf … maaf, aduh bagaimana ini,”
kata Wulan kebingungan, Wajahnya menampakkan wajah takut. Serta merta dia meletakkan
baki yang sudah kosong di sebuah meja yang ada di dekatnya, lalu melepaskan
selendang yang mengikat pinggangnya, kemudian mengelap baju Haryo dengan tangan
gemetar.
“Sudah, sudah … tidak apa-apa,
kata Haryo sambil menahan tangan Wulan, dan menatapnya kagum.
“Ss_saya tidak .. tidak
sengaja …” katanya terbata.
“Ya, tidak apa-apa, tidak
kelihatan basah kok. “
Seorang laki-laki yang
mengenakan pakaian Jawa juga, mendekati Wulan dan menegurnya.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Ss_say_ya ….”
“Tidak apa-apa kok Mas, kan dia tidak sengaja. Biarlah. Ini tidak kelihatan basah,” kata Haryo membela Wulan ketika itu. Saat itu Haryo mengenakan batik berdasar hitam, berkembang warna kecoklatan. Memang tidak kelihatan basah. Haryo merasa kasihan pada gadis yang tadi tampak ketakutan.
“Maaf ya Mas, ss_saayya …
tidak sengaja.”
“Iya, sudah sana, lanjutkan
pekerjaan kamu.”
Haryo tersenyum, lalu pura-pura
menikmati acara sungkeman pengantin di atas panggung, sementara di gadis
kemudian berlalu. Tentu dengan perasaan sangat bersalah.
Ketika pulang, Haryo
mengendarai mobilnya seorang diri, ia melihat seorang gadis sedang berdiri di
tepi jalan. Tampaknya dia sedang menunggu tumpangan atau apa. Ia berpakaian Jawa. Haryo mengenalnya, dia gadis yang menumpahkan minuman di bajunya.
Serta merta dia menghentikan
mobilnya tepat di depan gadis itu.
Wulan mundur beberapa langkah,
tapi Haryo kemudian turun menghampirinya.
“Mbak, menunggu siapa?” tanya
Haryo lembut.
Gadis itu menatap Haryo, dan
tersipu ketika melihat Haryo. Ia tidak lupa bahwa dia telah membuat baju Haryo
basah.
“Menunggu angkot. Saya sedang
di kamar mandi ketika teman-teman saya pulang, jadinya saya harus pulang
sendiri.
“Ayo aku antar,” tawar Haryo.
“Tidak. Saya menunggu angkot
saja.”
“Ini sudah malam, jarang ada
angkot lewat. Bahkan mungkin sudah tidak ada. Lihat, mendung sangat tebal,
sebentar lagi hujan.”
Wulan menatap ke atas, dan
melihat awan hitam bergumpal di langit.
“Ayolah, sudah malam sendirian
di tepi jalan, kalau diculik orang bagaimana?” Haryo menakut-nakuti.
Akhirnya Wulan menurut. Haryo
membukakan pintu samping, dan karena Wulan memakai kain, maka agak sukar untuk
naik, sehingga dengan suka rela Haryo membantunya.
Tapi itu bukan pertemuan
terakhir. Pertemuan demi pertemuan berlanjut, sehingga mereka saling jatuh
cinta. Saat itu Haryo masih kuliah. Haryo sedang patah hati karena cintanya
kepada Tindy kandas gara-gara kalah bersaing. Tapi karena hubungan yang semakin
akrab, orang tua Wulan menuntut agar Haryo segera menikahinya. Haryo yang tak
siap menikah, hanya bersedia menikah siri.
Saat itu tiba-tiba Haryo
menyadari bahwa dia tidak sungguh-sungguh mencintai Wulan. Ia tak bisa
melupakan Tindy dan berkeras untuk berusaha mendapatkannya.
Perlahan tapi pasti, Haryo
benar-benar meninggalkan Wulan.
“Bapak pernah mengenal ibu saya?”
pertanyaan Sarman mengejutkannya.
Haryo mengusap peluh yang mendadak
membasahi keningnya, wajahnya, lehernya, kemudian dia kembali duduk.
“Seperti pernah mengenalnya, tapi kan
banyak orang mirip di dunia ini?” Haryo mengambil tissue yang ada didepannya,
lalu mengusap keringat yang membasah.
“Ibu saya bernama Wulansih.”
“Oh ….” Keringat itu kembali
membanjir. Dalam hati dia bertanya, apakah Sarman darah dagingnya? Ataukah
Wulan menikah lagi dan Sarman adalah anak suaminya?
“Ibu saya sangat menderita. Setelah
kakek dan nenek meninggal dunia, ibu membesarkan saya seorang diri.”
Haryo menatap lekat wajah Sarman.
“Bapak tidak bertanya kemana ayah
saya?”
“Eh … iya, kemana ayah kamu?” Haryo
menahan getar hatinya.
“Ayah saya meninggalkan ibu ketika saya
masih dalam kandungan. Meninggalkan ibu saya, bukan meninggal dunia. Ibu tak pernah
menikah lagi sampai saat meninggalnya, lima tahunan yang lalu,” ujar Sarman
sendu. Ia terus menatap foto yang dipajangnya.
“Tapi sampai sekarang saya tidak tahu
siapa nama ayah saya. Ibu saya yang patah hati mengatakan bahwa jangan bertanya
siapa namanya. Saya juga tak pernah melihat foto ayah saya karena ibu membakar
semua foto-foto saat menikah dan semua kenangan atasnya.
Haryo tak menjawab.
“Laki-laki itu begitu kejam. Saya
sangat membencinya.”
Haryo merasa dadanya bagai dipukul
dengan palu godam sebesar pohon kelapa tua yang tumbuh di halaman itu.
“Apa yang Bapak pikirkan tentang
laki-laki kejam itu?”
Haryo mengeluh lemah.
“Aku juga bukan laki-laki yang baik,”
katanya pelan sambil kembali mengusap keringat di wajahnya.
***
Malam itu Haryo tak bisa tidur. Ia
teringat akan mimpinya, dan tiba-tiba wajah anak laki-laki yang memakinya
didalam mimpi itu terbayang kembali. Lalu Haryo sadar bahwa wajah itu adalah
wajahnya Sarman.
“Ya Tuhan … Ya Tuhan … apa yang telah
aku lakukan? Dan apa yang harus aku lakukan?” bisiknya berkali-kali.
“Benarkah Sarman adalah anakku?
Itukah sebabnya maka sekarang ini kami begitu dekat?”
Tapi mendengar bahwa Sarman amat
membanci ayahnya, hatinya hancur berkeping-keping. Satu lagi dia menemukan buah
dosa yang pernah dilakukannya. Lalu apa selanjutnya? Haryo merasa bahwa hidupnya
dikepung oleh laksaan dosa. Menghantamnya dalam rasa yang sakit dan menggigit.
Ia merasa hidupnya akan tenang setelah menyendiri, ternyata tidak. Kali ini ia
tak kuasa menghadapinya. Kebencian anak-anak gadisnya telah terurai ketika
pertemuannya yang terakhir di rumah sakit. Tapi sekarang? Apakah Sarman akan
begitu mudah memaafkannya? Memaafkan seorang laki-laki yang membuat hidup
ibunya menderita sampai akhir hayatnya? Haryo memijit keningnya, karena
kepalanya terasa sangat pusing. Ia bangun dan bermaksud mengambil obat, tapi ia
terjatuh karena ia lupa bahwa kakinya harus ditopang saat berjalan, sementara
dia langsung turun dari tempat tidur dan melangkah.
Tubuhnya terjerembab ke lantai,
keningnya terasa nyeri karena beradu dengan lantai yang pastinya amatlah keras.
Haryo berusaha bangkit dengan susah payah, dan kali ini ia meraih tongkatnya.
Napasnya terengah-engah. Ia meraih segelas air yang selalu disediakannya dalam
nakas. Meneguknya sampai habis.
“Ya Tuhan … ya Tuhan … “ keluhnya
berkali-kali.
Tak jadi mengambil obat, Haryo
kembali membaringkan tubuhnya. Keinginannya berdamai dengan semua yang
membencinya, kandas karena ada yang sangat membencinya dan entah dengan cara
apa dia akan mendapatkan maafnya.
Haryo tak bisa tidur sampai pagi
menjelang. Ia ingin berwudhu, tapi tubuhnya tak bisa digerakkan. Badannya
terasa panas, dan dia menggigil. Ia menarik selimut tebalnya, dan meraih bantal
disampingnya yang kemudian diletakkannya di atas dadanya, bermaksud mengurangi
demam yang menderanya.
***
Tutut memasuki kamar Desy, bermaksud
mengambil ponselnya yang tertinggal ketika berbincang dengan kakaknya. Tapi dilihatnya
Desy belum tidur. Ia masih belum mematikan lampu kamarnya, telentang di atas
ranjang sambil menatap langit-langit kamar.
“Mbak, belum tidur ?”
“Belum bisa tidur. Kamu mau mengambil
ponsel kamu?”
“Iya, ketinggalan. Tuh di depan
cermin.”
“Ambillah.”
“Mbak melamunkan apa? Kangen sama mas
dokter ya?”
“Ngawur kamu. Itu saja yang kamu
pikirkan.”
“Habis, mbak Desy kelihatan kalau
sedang melamun.”
“Aku memikirkan Bapak.”
“Yah, kan tadi kita sudah membahasnya.
Memang uang pensiun Bapak diberikan ke kita. Tepatnya kepada Ibu, tapi
diberikan kepada kita.”
“Yang aku pikirkan adalah, kalau uang
Bapak diberikan kepada kita, Bapak makan apa? Bapak juga punya kebutuhan kan?”
“Pastinya Bapak sudah memikirkannya.”
“Tapi dengan apa? Aku sedih Tut.
Bagaimana ya caranya agar bisa menemukan Bapak?”
“Mbak kan co-ass di rumah sakit, Bapak
pernah dirawat disana, apakah Mbak tidak bisa menemukan data dimana Bapak
tinggal?”
“Menurutmu aku tidak memikirkan itu?
Sudah aku lakukan Tut, tapi Bapak mempergunakan alamat rumah ini. Bukan rumah
barunya. Mungkin karena KTP Bapak juga masih beralamat di rumah ini.”
“Aduh, sayang ya Mbak.”
“Bapak kontrol di rumah sakit,
beberapa hari yang lalu. Tapi aku tidak bertemu. Entah bagaimana caranya, aku
sampai tidak bisa bertemu Bapak.”
“Rumah sakit kan luas Mbak, ada
bagian-bagian untuk setiap penyakit. Tidak menjadi satu dalam satu ruangan.”
“Jadi Mbak harus berpesan kepada bagian pendaftaran, kalau ada pasien bernama Suharyo, Mbak minta dikabari.”
“Aku juga sudah melakukannya.”
“Kalau begitu kita harus menunggu,
suatu hari Bapak pasti kontrol lagi. Ya kan?”
“Mudah-mudahan kali itu aku bisa
bertemu. Ya sudah, kembalilah ke kamar kamu, ini sudah malam.”
“Baiklah, selamat tidur Ibu Dokter
yang cantik,” goda Tutut.
Desy tersenyum, dan tiba-tiba dia
teringat kepada Danarto. Ia selalu menyapanya dengan sebutan dokter yang
cantik.
“Ah ….” Desy mendesah. Ternyata tidak
setiap hari dia bisa berbincang dengan Danarto. Barangkali karena kesibukannya.
Pastilah. Danarto sudah berjanji akan menyelesaikan studinya tepat waktu.
Dan seperti sebuah magnet yang saling
tarik menarik, tiba-tiba Danarto menelpon.
Desy tersenyum lebar, melihat gambar
laki-laki ganteng yang tersenyum begitu menawan di layar ponselnya. Untunglah
Tutut sudah keluar dari kamar. Kalau tidak, pasti dia sudah menggodanya
habis-habisan.
“Hallo, assalamu’alaikum,” sapa Desy.
“Wa’alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh,” jawabnya dengan salam yang lebih lengkap.
“Apa kabar Mas?”
“Baik, tapi aku selalu kangen sama
kamu.”
“Ah ….”
“Yeeeey, dapat ‘ah’ diawal
percakapan, sangat indah.”
“Gombal ah.”
“Lagi ngapain nona dokter yang cantik.”
“Lagi ngomong sama kamu.”
“Yah, pinter ngeles nih. Sebelum
ngomong sama aku, maksudnya.”
“Aku juga kangen.”
“Aduhai, senengnya dikangenin.”
“Bukan sama kamu.”
“Duuh, jahatnya, kamu selingkuh ya?”
kesal Danarto.
“Kangen sama Bapak, tahu.”
“Oh, ya ampuun, aku hampir menangis
nih.”
“Kok menangis sih.”
“Habis, tadi mengira kamu selingkuh
sama siapaaa … gitu.”
“Belum menemukan kabar dimana Bapak
berada, jadi aku cuma bisa kangen.”
“Iya Des, maaf. Aku juga tidak bisa
menghubungi Bapak karena nomor kontaknya sudah tidak aktif lagi. Pastinya Bapak
sudah menggantinya dengan nomor baru.”
“Iya, benar.”
“Ya sudah, berdoa saja dan menunggu,
semoga Bapak segera bisa kita temukan.”
“Iya.”
“Minggu depan aku libur, aku mau
pulang.”
“Benarkah?”
“Iya, nggak tahan lagi nih, kangen
melihat dokter mudaku yang cantik.”
“Ah ….”
“Aduh Des, bener-bener deh. Suka
banget mendengar ‘ah’ dari bibir kamu. Kalau bisa kamu buat agar saat aku
pulang, kamu juga libur.”
“Kalau jadwalnya jaga, bagaimana?”
“Tukeran dong sama yang lain.”
“Akan aku usahakan.”
“Malam ini bulan sedang penuh. Dan
aku sedang memandanginya di luar.”
“Oh ya?”
“Keluarlah, agar kita bisa menatap rembulan
yang sama.”
“Baiklah,” kata Desy sambil bangkit.
Ia keluar dari kamar dan berjalan ke arah taman yang ada di samping rumah.
Ada bangku dari batu, yang dulu
dibuat oleh ayahnya. Desy duduk disana.
“Aku sudah diluar.”
“Kamu melihat bulan itu bukan?”
“Ya.”
“Aku juga sedang memandanginya.”
“Aku juga.”
“Aku sedang berpesan kepada bulan,
apa kamu mendengarnya?”
“Yah, mengapa harus berpesan kepada
bulan? Kamu kan bisa bicara di ponsel ini?”
“Ya ampun Des, kamu kenapa tidak
romantis sih? Biarpun ada ponsel, tapi bicara melalui rembulan itu lebih
romantis. Awas, kali ini jangan bilang ‘ah’ lagi. Katakan itu kepada rembulan.”
Dan Desy tertawa geli mendengar Danarto
berbincang sok romantis.
Walau Desy selalu mengatakan bahwa
dia tak ingin jatuh cinta, nyatanya dia selalu meladeni setiap kali Danarto
berbicara tentang cinta. Aduhai, Desy sebenarnya takut, tapi kok suka ya.
Entahlah, barangkali waktu yang akan menentukan, kapan perasaan cinta itu
sampai kepada muaranya.
***
Sepulang dari kampus, Sarman mengunjungi
Haryo di rumahnya. Saat mengantarnya pulang, Sarman melihat bahwa Haryo
sepertinya sedang sakit. Ia bicara cuma sepotong-sepotong, itupun kalau Sarman
mengajaknya bicara. Itu sebabnya Sarman khawatir.
Ketika memarkir sepeda motornya di
halaman, Sarman melihat lampu di teras masih menyala. Dan itu berarti Haryo
tidak mematikannya pagi tadi. Sarman berdebar. Apakah Haryo benar-benar sakit?
Sarman membuka pintu, dan ternyata
tidak terkunci. Ia juga heran melihat lampu di semua ruangan masih menyala.
Dengan berdebar Sarman membuka pintu kamar Haryo, dan melihat Haryo meringkuk
di ranjang, dengan tubuh tertutup selimut.
Sarman mendekat, dan meraba tubuh
Haryo. Panas sekali.
***
Besok lagi ya.
Hoooorreeee....
ReplyDeleteAku juara 1.......
Alhamdulillah.
Matur nuwun bu Tien, MKJ_47 Sampun tayang. Salam SEROJA & tetap cemungut & ADUHAI
Kakek juaranya....
DeleteMtnuwun mbk Tien
Selamat👍👍🏆
DeleteSuwun MKJ 47 sudah tayang
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah.....sdh tayang tks Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, Terima kasih semoga mbak Tien sehat selalu
ReplyDeleteSalam ADUHAI....
Alhamdulillah MKJ47 telah hadir,
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tien
Sehat selalu dan salam aduhai
Alhamdulillah maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteAduhai ah...
semoga selalu sehat
salam dari baturetno
Alhamdulillah... maturnuwun paringanipun..
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Alhamdulilah.. Terimakasih bunda..
ReplyDeleteSalam aduhai dari sukabumi
Suwun...
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ~47 sudah hadir..
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien 🙏🙏🙏
Akhirnya atang juga... tks bu tien salam sehat dam salaam aah aduhaiii
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAsyiiik👍👍 Salam aduhai, bu Tien❤
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien MKJ nya.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏
Alhamdulillah .Terimakasih MKJ ke 47 nya Mbak Tien.Salam Sehat sekalu
ReplyDeleteAlhamdulilah Bu. Salam sehat semua
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 47 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Terima kasih..m
ReplyDeleteAh....
ReplyDeleteAlhamdulillah... luar biasa... terima kasih....
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat untuk semuanya...
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun MBak Tin MKJ 47 SDH up.
ReplyDeleteSmg MB Tin selalu sehat.
Salam Aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteAduhai
Ahh senangnya MJK dah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah ... matur nuwun Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ dan tayang.
ReplyDeleteMakasih Bunda Tien met malam dan met istirahat sehat selalu dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Alhamdulillah MKJ sudah tayang, matursuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI dan sehat selalu
trmksh mb Tien sdh tayang mkj 47...smg sakitnya haryo kali ini bs mempertemukan kel haryo yg terpecah... bgmnpun kondisi di. masa lalu... slm seroja utk mb tien d para pctk.. crt semakin aduhai...
ReplyDeleteSeneng MKJ sdh dateng.... Cepet banget selesainya.
ReplyDeleteMb Tien, Sarman anak pak Haryo.... Haryo merasa banget dosanya.
Pengen baca lanjutannya
Sugeng dalu mb Tien, sugeng istirahat
Salam manis nan aduhai
Yuli Suryo
Semarang
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,
Alhamdulillah.. bisa menikmati MKJ47 yg semakin aduhai.. salam sejat selalu buat bunda Tien
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Aku no brp yaaa?....mtrswn buTien🙏
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Haryo.
ReplyDeleteHaryoo.
Anakmu kq banyak...
Alhamdulillah MKJ Eps 47 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam hangat untuk keluarga.
Alhamdulillaah tayang juga
ReplyDeleteAkhirnya Kasihan sama pa haryo... akibat dari ulahnya sendiri, makanya bapa bapa, kakek kakek jangan mempermainkan wanita, cukup p haryo saja dlm cerita
Alhamdulillah. Mtr nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSehat selalu bunda ..
Maturnuwun bu Tien MKJ 47nyaa..
ReplyDeleteAduhaii bangeeet..
Desy n Danarto memandang bulan yg sama..😊
Akhirnya kasian Haryo jg ya..
Lanjut beaok lagiii...
Salam sehat selalu dan aduhaii bu Gien..🙏💟🌹
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSehat selalu nggih,Aamiin.
Nah terus apa yang akan dilakukan Haryo terhadap bang sopir yang ternyata adalah anaknya. Mau mengakui takut ditinggal pergi, atau malah diajak pulang ke rumah Tindy. Bingung , bingung aku bingung. Ah... nunggu besok saja Ah...
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Aduhai...ah
ReplyDeleteMakasih mba Tin
Alhamdulillah MKJ 47 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan sukses selalu
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Sarman kelihatan nya baik.. Dan pasti gak akan marah lagi kalau tau bahwa bapaknya pak Haryo
ReplyDelete𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐝𝐠𝐧 𝐃𝐞𝐬𝐲 𝐝𝐢 𝐑𝐒. 𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐒𝐚𝐫𝐦𝐚𝐧 𝐤𝐞 𝐑𝐒.
ReplyDelete𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐒𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮..🙏🙏🙏❤💛
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien. Salam aduhai.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSeneng akuu MKJ 47 tayang...dg sabar terus menunggu kelanjutannya
Salam sehat ...salam Aduhaiii
Kagem mbak Tien
Dr. Danarto and Desy lbh seru kisah percontaannya kalee bu Tien? jangan tambah lagi dng tokoh baru..ah
ReplyDeleteWaduhh... 😋
ReplyDeleteTernyata oh ternyata ... 😋🥲
Suharyo sejak muda belia/mahasiswa sudah jago 'nikah siri dan korban pertama nya adalah gadis Wulansih dan putranya Sarman.
Kiat 'nikah sirih itu jadi senjata andalan sampai dewasa dalam menggaet wanita idamannya.😷
Kini setelah tua dan pensiun baru pak Haryo menyesali perbuatannya.🤭
Penyesalan itu memang datangnya belakangan ...😀 Dan kalau didepan namanya 'Pendaftaran. 🤗
... Bu Tien, sungguh ADUHAII ... 🌹
Waduh...pak Haryo benihnya bertebaran dimana2...
ReplyDeleteWaduh...pak Haryo benihnya bertebaran dimana2...sehat selalu mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...terima kasih bu Tien..salam.sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulilah..MKJ sudah tayang..matur nuwun sanget Ibu..
ReplyDeleteCerita makin seru, ternyata ibunda tercinta Sarman adalah istri siri Haryo.Memang Kumbang Jalanan..he he
Hayo..bagaimana caranya ngomong ke Sarman...bingung..sampai sakit..
Sudah ketemu ah..
Mugi ibu tansah sehat.
Matur nuwun bunda Tien..
ReplyDeleteSudah Haryo kamu nggak bisa lari, berani nggak memenuhi janjimu kalau semua akan diceritakan kepada Sarman; tapi sudah keduluan menggaris bawahi, pertanyaan bagaimana pendapat bapak tentang 'laki-laki kejam itu'.
ReplyDeleteNyungsep nyalimu.
Terus gimana niatan mau menyendiri tapi nyatanya nggak bisa juga kan; mana ada orang bisa mengubur diri sendiri.
Mau mengenang nggak ada kenangan yang bisa menjadikan tenang, mau refreshing malah datang masalah yang fresh.
Udah nggak bisa menghindar berdamai aja, apa baru tahu kalau bayangan itu selalu akan nampak tinggal dari mana asal cahaya.
Berdamai.. kaya yang lagi trend;
Biar pandemi jadi endemi hé hé hé hé
Wah bakalan ada pertemuan besar di rumah sakit, berani terus terang sama Sarman?!.
Ya nggak mungkin kalau Sarman mau nguyel-unyel kamu, to Yo yo.. lha kamu aja tepar gitu, tuh sebentar lagi mau mantu, dah terus terang saja, terang terus kan enak.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke empat puluh tujuh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Nanaaaang...
DeleteADUHAI AH CRIGISER
Aamiin doanya
Aah.... telat bacanya, matur nuwun bu Tien salam sehat n bugar sllu
ReplyDeleteSami2 Ibu Wiwik
DeleteSalam sehat ADUHAI AH
Haryo Haryo, makan itu gengsi. Apakah bisa hidup sendiri di masa tua sakit sakitan lagi. Kalau berani mempermainkan perempuan harusnya berani bertanggung jawab dan berani mengakui kesalahan. Kembalilah kepada Tindy dan anak anakmu, apalagi ada yang jadi dokter paling tidak bisa merawat sakitmu. Matur nuwun bu Tien. Akhirnya Haryo merasakan akibat perbuatannya di masa lalu, penyesalan datang belakangan setelah satu persatu derita menerpa. Semoga Haryo dibawa ke UGD dan ketemu Desy yang lagi jaga dan dipaksa pulang. aamiin. Salam sehat selalu, ditunggu MKJ 48 yang penuh kejutan
ReplyDeleteADUHAI AH Ibu Noor
DeleteAssalamualaikum wr wb. Nampaknya Haryo benar benar jatuh sakit, tapi tetap tdk mau minta tolong kpd orang lain. Keras kepala dan tinggi hati... Semoga Sarman menolongnya membawa ke rumah sakit, dimana Desy co-ass, shg bisa bertemu. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan bahagia bersama keluarga. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr.wb.
DeleteAAMIIN Ya Robb
Matur nuwun Pak Mashudi
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga dilancarkan segala sesuatunya... Salam sehat penuh semangat... Salam... 💪💪💪🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin Ya Robb.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya. Makin penasaran dg Sarman bgm kl tahu Haryo itu bpknya,,,😔😔 ADUHAAII banget 👍
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
🤗🙏🥰
Sami2 ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI AH.
Sweet Bonanza Xmas - TITANIUM-ART
ReplyDeleteSweet Bonanza Xmas is a Christmas is titanium expensive video slot game developed by TITONICART and published by ridge titanium wallet BitStarz as part titanium blade of their partnership with Bigwinboard Rating: samsung titanium watch 4.7 · 9 votes infiniti pro rainbow titanium flat iron