Tuesday, February 1, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 28

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  28

(Tien Kumalasari)                 

 

“Siapa memanggilmu Mas?” tanya Desy heran.

Danarto mencari-cari, tapi ia tak melihat seorangpun disekitar mereka yang dikenalnya. Pandangan matanya terus mencari-cari, tapi orang itu tak dilihatnya. Apa ia salah dengar? Kalau salah dengar, mengapa Desy juga mendengarnya?

“Nggak ada siapa-siapa ….”

“Ya sudah, yuk masuk, kita menghalangi orang yang mau keluar tuh,” kata Desy sambil terus melangkah, diikuti Danarto yang semula memegangi lengannya.

Sementara itu, dua orang gadis keluar dari persembunyiannya, dibalik sebuah mobil box yang diparkir tak jauh dari rumah makan bakso itu.

“Mengapa kamu mengajakku sembunyi?” kesal Endah karena Ana menariknya untuk sembunyi.

“Kamu itu bodoh atau apa. Dia sedang bersama seorang gadis, untuk apa kamu menemuinya? Bisa sakit hati kamu Mbak.”

“Aku tahu siapa gadis itu. Aku akan memperlihatkan padanya bahwa aku juga mengenal pria yang digandengnya.”

“Ya percuma saja. Kemarin-kemarin dia acuh sama kamu, dan sekarang mau sok dekat dihadapan gadis itu? Siapa sih dia?”

“Itu namanya Desy, anaknya pak Haryo.”

“O, dia yang kamu lihat di rumah sakit ? Cantik banget.”

“Huh, biasalah, orang pakaiannya bagus ya kelihatan cantik. Coba aku punya pakaian bagus, pasti bisa lebih cantik dari dia.”

“Hiih … kepedean deh. Dia tuh memang cantik. Asli.”

“Ya sudah, kamu membuat aku kesal saja. Jalan-jalan tuh mencari kesenangan, bukan mencari keributan.”

“Siapa juga yang ribut. Aku hanya mengatakan apa adanya. Tapi aku penasaran juga. Yuk kita dekati mereka.”

“Mereka lagi makan didalam, apa kamu punya uang?”

“Ada, kalau untuk dua mangkuk bakso dan segelas minuman, aku kumpulkan uang saku dari ibu, dan lumayan sisanya.”

“Curang, udah begitu tiap hari masih minta uang bensin lagi.”

“Sudahlah, mau nggak ikutan masuk.”

“Terus mau ngapain ? Katanya ogah, karena dia sudah menggandeng gadis lain.”

“Aku tahu bagaimana caranya supaya bisa mengenalnya lebih baik, dan juga terkesan baik. Ketika masuk, berusahalah agar wajahmu tidak dikenali oleh mereka. Tutup dengan tas itu, atau apa. Kita lihat dulu mereka duduk di mana.” kata Ana sambil menarik kakaknya masuk kedalam.

Endah mengikuti langkah adiknya dengan perasaan ragu. Ana tampak tenang, lalu mencari tempat yang jauh dari tempat duduk Danarto dan Desy.

“Lalu apa?” bisik Endah kesal dengan tingkah adiknya.

“Pesan dulu lah. Bakso biasa saja, jangan yang istimewa, nanti duitnya nggak cukup.” pesan Ana yang kemudian melambai ke arah pelayan.

Sementara itu Danarto dan Desy tampak sangat ceria duduk berdua, dan berbincang dengan manis.”

“Sudah pernah makan disini?” tanya Danarto sambil terus menatap Desy yang menurutnya selalu tampak menarik.

“Sudah, waktu itu sama teman-teman.”

“Sama pacar ?”

“Ah ….”

“Ah lagi deh,” kata Danar sambil tertawa.

“Aku nggak punya pacar.”

“Masa sih, gadis secantik kamu nggak punya pacar?”

“Memangnya cantik itu ukuran untuk punya pacar?”

“Bukan sih, heran saja kalau belum punya juga.”

“Kok heran sih. Memang belum. Kami bertiga harus fokus pada sekolah kami masing-masing. Kasihan orang tua yang membiayai kalau sampai tidak berhasil. Dan ketidak berhasilan itu salah satunya adalah apabila  sambil belajar, pacaran juga.”

“Yah, nggak pasti begitu dong.”

“Menurutku itu pasti. Karenanya kami selalu membatasi diri dalam bergaul. Agar tidak mengganggu kuliah kami."

“Hm, hebat. Kenapa Ibu mengijinkan kita jalan berdua? Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana?”

“Tidak diinginkan itu apa? Apa Mas tukang perkosa gadis-gadis?”

Danar tertawa sangat keras, dan itu membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka, termasuk Endah dan Ana yang duduk sambil sebentar-sebentar mengawasi dari kejauhan.

“Masa iya aku tukang perkosa?”

“Tidak kan? Itu sebabnya aku tidak takut dan ibu juga mengijinkan. Lalu yang Mas maksud ‘tidak diinginkan’ itu apa?”

“Kalau aku jatuh cinta sama kamu dan juga sebaliknya,” kata Danarto enteng.

“Ah ….”

“Tuh kan, sudah empat kali.”

Desy menutup mulutnya. Ada yang menarik dari laki-laki dihadapannya ini. Kecuali tampan, pintar, dia juga kocak.

“Iya kan?” tanya Danarto.

“Iya apanya?”

“Bagaimana kalau itu terjadi?”

“Terjadi apa?”

“Aduh, kamu tuh gadis pintar, mengapa cuma begitu saja tidak mengerti?”

“Nggak jelas,” kata Desy sambil meneguk minumannya.

“Baiklah, dengar dan camkan baik-baik ya, bagaimana kalau aku jatuh cinta sama kamu dan juga sebaliknya? Awas ya, jangan bilang ‘ah’ sekali lagi. Itu membuat aku gemes, tahu.”

Desy tertawa lirih, tapi rona kemerahan segera merebak pada wajahnya.

“Orang yang terlalu cepat jatuh cinta itu, pasti akan cepat pula melupakannya.”

“Ya enggak lah, tergantung orangnya.”

Tiba-tiba seorang gadis lewat di samping  Danarto, lalu jatuh di dekat kakinya.

“Aduh,” pekik gadis itu yang ternyata adalah Ana.

“Eh, mbak, hati-hati. Kok bisa jatuh sih,” kata Danar.

“Maaf, maaf … tt_tapi … kak..kaki saya … sak_kit …”

Danarto bangkit, lalu membantu Ana bangun. Ana berdiri, tapi masih meringis kesakitan.

“Kaki … kaki saya … terkilir … “

“Waduh, meja Mbak dimana? Biar saya bantu kembali ke meja Mbak.”

“Saya.. ss_saya mau keluar … pp..pulang.”

“Mbak sendirian?”

“Iy_ya, cuma beli ini … mau dibawa pulang. Terima kasih,” katanya sambil berjalan terpincang ke arah keluar.”

Danarto yang tak tega membantunya berjalan sampai keluar dari rumah makan itu.

“Naik apa?” tanya Danarto sesampainya di luar.

“Taksi, biar saya tunggu disini saja, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, tinggalkan saja saya, taksinya pasti segera datang.”

“Oh, baiklah kalau begitu. Hati-hati.”

“Hm-mh. Oh ya, perkenalkan nama saya Ana.”

“Oh, saya Danarto, hati-hati ya Mbak,” kata Danarto sambil kembali masuk.

Begitu Danarto masuk, Endah yang rupanya sudah lebih dulu keluar, segera menghampiri Ana.

“Dasar gila.”

“Tapi aku berhasil kan?”

Lalu keduanya tertawa-tawa sambil mengambil motornya di tempat parkir.

“Nggak jadi beli buku?” tanya Endah.

“Nggak, uangku habis, ini aku pura-pura beli lagi sebungkus supaya bisa melewati tempat duduk mereka,” kata Ana enteng.

***

“Pembicaraan kita tadi belum selesai,” kata Danarto dalam perjalanan pulang.

“Pembicaraan yang mana? Kan kita bicara banyak tadi.”

“Iya, lalu terputus gara-gara ada orang jatuh tadi.”

“Iya, kenapa ya tiba-tiba gadis itu jatuh ?”

“Nggak tahu, tersandung apa, untunglah bungkusan bakso yang dibawanya nggak tumpah. Kalau tumpah bisa parah tuh lukanya. Luka terkilir dan luka terbakar. Kan kuah bakso itu panas banget.”

“Sukurlah tidak sampai tumpah.”

“Heii, kok belok lagi omongan kita?”

“Oh ya, ngomongin apa tadi?”

“Kita tadi disana kan ngomongin soal, yang menghawatirkan. Nah, bagaimana kalau tiba-tiba aku jatuh cinta atau sebaliknya.”

“Kan sudah dibahas tadi, kalau cinta tiba-tiba datang itu hilangnya juga cepat.”

“Dan aku juga sudah menjawab, bahwa itu tergantung orangnya. Lalu bagaimana?”

“Bagaimana ya, nggak tahu aku, aku kan belum pernah jatuh cinta.”

“Aku juga belum sih, tapi sebelum bertemu kamu.”

“Maksudnya?”

“Setelah bertemu kamu, sepertinya aku benar-benar jatuh cinta.”

“Ah ….”

“Yaaa … ‘ah' lagi.”

“Masa tiba-tiba bisa jatuh cinta.”

“Jatuh cinta pada pandangan pertama itu bisa saja lho.”

“Itu adanya di sebuah cerita, dongeng.”

“Bukan, aku mengalaminya.”

“Jangan tergesa-gesa menilai diri jatuh cinta. Harus ada proses, harus menyelami isi hati masing-masing. Karena kalau kita terjebak dalam sebuah perasaan, pada suatu hari akan ada yang kita sesali. Bukankah setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan?”

“Wauuww, kamu ini masih muda tapi punya pemikiran yang sangat bijak. Sungguh aku semakin kagum sama kamu.”

“Bukan aku bijak, itu terjadi di banyak orang yang mengalaminya. Aku tahu karena aku merasakan dan menyaksikannya. Kekecewaan pada saat yang sudah terlanjur tenggelam dalam sebuah lingkungan yang menurut mereka baik, ternyata sangat menyakitkan dan bisa saja menimbulkan luka.”

“Bagaimana kamu bisa mengatakannya?”

“Dari orang tua aku,” kata Desy pilu.

Danarto terdiam. Ia merasa telah membuat Desy mengingat akan kegagalan yang dialami orang tuanya. Sedikit banyak Danarto bisa mengerti kehidupan keluarga Desy.

“Maaf. Aku tidak bermaksud membuat kamu mengingat itu.”

“Mas tahu tentang keluarga aku?”

“Sedikit.”

“Baiklah, suatu saat Mas akan tahu semuanya. Dan itu pula sebabnya maka aku  menyarankan agar Mas tidak tergesa-gesa menyatakan cinta, karena bisa jadi itu hanya perasaan sesaat.”

“Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku akan membuktikan bahwa ini bukan perasaan sesaat. Kamu boleh mencatatnya.”

“Semoga saja. Tapi aku tidak berani mengatakan perasaanku, dengan alasan sama seperti yang aku katakan tadi.”

“Kamu gadis yang hebat.”

“Pengalaman pahit orang tuaku yang memberiku pelajaran. Tapi aku senang, Mas bisa menjadi sahabat yang baik. Kalau jodoh mempertemukan, maka kita akan bersatu.”

Desy berkata bijak, bukan karena pengalaman yang dialaminya sendiri, tapi karena orang tuanya. Bohong kalau ibunya tak tersakiti. Walau senyum selalu tersungging di bibirnya, bagaimana dengan hatinya? Pasti tercabik-cabik oleh luka, dan membuatnya berdarah-darah. Aduhai. Dan itu membuatnya takut.

***

“Mengapa kalian membeli bakso? Ibu kan sudah masak lauk, nanti siapa yang makan masakan Ibu?” teriak Nina ketika Ana meletakkan sebungkus bakso di meja.

“Hanya sebungkus bu, masa sih pengin bakso saja nggak boleh. Soal masakan Ibu, pasti nanti kami akan habiskan, Ibu jangan khawatir,” kata Ana santai.

“Itu tadi akal-akalan Ana bu, hanya karena ingin mendekati Danarto, dia pura-pura beli bakso.”

Nina meletakkan piring yang akan ditatanya di meja makan. Ia menatap anaknya heran.

“Bagaimana kalian bisa bertemu Danarto?”

“Aku hanya ingin menunjukkan pada mbak Endah, bagaimana caranya mendekati pria. Bukan pura-pura sakit seperti dia.”

“Tapi pura-pura jatuh.”

“Apa? Kalian bertemu Danarto dimana?”

“Dia sedang makan bakso bersama itu, anaknya pak Haryo yang bernama Desy,” kata Ana  lirih, takut terdengar oleh Haryo yang masih berada di kamarnya.

“Lalu Ana mengajak aku masuk dan makan bakso. Setelah makan, dia pura-pura beli bakso yang dibungkus, sementara aku disuruh keluar lebih dulu.”

“Mengapa pakai pura-pura beli bakso yang dibungkus?”

“Supaya aku bisa lewat disamping Danarto, lalu pura-pura jatuh.”

“Di syukurin dong kamu,” celetuk Nina.

“O tidak Bu, aku dibantu berdiri, dan dituntun keluar karena aku jalan terpincang-pincang, sementara mbak Endah hanya melihat aku sambil ngiler,” kata Ana sambil tertawa bangga.

“Huh, siapa ngiler. Kamu tuh yang konyol.”

“Tapi kan aku berhasil,” sergah Ana tak terima dibilang konyol.

“Sudah … sudah,  sekarang siap-siap makan malam, aku mau memanggil pak Haryo dulu,” kata Nina sambil berlalu, kemudian kembali bersama Haryo untuk bersiap makan malam bersama.

“Mas sudah kelihatan segar,” kata Nina sambil menarik kursi untuk Haryo.

“Lumayan.”

“Mas mau bakso ? Anak-anak tadi beli bakso.”

“Nggak, aku makan yang ini saja,” kata Haryo ketika Nina menyendokkan nasi ke piringnya.

“Baiklah, lauknya ambil sendiri atau saya ambilkan?”

“Aku ambil sendiri saja, nanti kebanyakan.”

Seperti beberapa hari terakhir ini, mereka selalu makan tak banyak bicara, kecuali Nina yang bermanis-manis di hadapan suaminya.

“Mas, apa besok Mas sudah akan mulai mengajar?”

“Ya.”

“Syukurlah, senang mendengarnya,” kata Nina dengan sumringah, membayangkan besok akan mendapat uang belanja. Ia ingat, dua hari lagi Siska akan menagih uangnya.

***

“Kemana saja kalian?” tanya Lala ketika Desy sudah bersantai di kamarnya.

“Hanya jalan-jalan, lalu beli bakso.”

“Tampaknya Danarto suka sama kamu.”

“Ah ….”

“Iya juga tidak apa-apa, sudah saatnya kamu punya pacar.”

“Kok Mbak bilang begitu. Bukankah Mbak yang seharusnya punya pacar lebih dulu?”

“Tidak. Mbak tidak terburu-buru. Mbak harus mencapai dulu cita-cita Mbak. Kalau kamu lebih dulu menemukan jodoh, silakan saja, Mbak tidak keberatan kok. Jangan terhambat menemukan jodoh, hanya karena Mbak lebih tua dan harus menikah lebih dulu. Tidak, jodoh itu akan datang saat ia harus datang.”

“Entahlah, aku masih belum bisa menerimanya.”

“Bukankah Danarto itu baik?”

“Baik sih, tapi seperti juga Mbak Lala, aku ingin mencapai cita-citaku dulu.”

“Kalau Danarto keburu dicomot orang lhoh.”

Desy tertawa.

“Bukankah Mbak yang bilang, bahwa jodoh itu akan datang saat dia harus datang? Kami baru beberapa saat berkenalan, belum tahu hati masing-masing, dan aku juga belum berani melangkah ke arah sana.”

“Baiklah, Mbak akan mendoakan yang terbaik untuk adik-adik Mbak.”

“Dan kami juga akan mendoakan yang terbaik untuk Mbak.”

“Semoga kita akan menjadi anak-anak yang bisa membuat bangga orang tua kita.”

“Aamiin. Aku mau ketemu Ibu dulu.”

“Ya, ibu ada di kamar.”

Lala menghela napas berat. Ia ingin menceritakan pertemuannya dengan ayahnya, tapi diurungkannya. Ada hal yang kurang mengenakkan atas pertemuannya dengan Nina, yang pastinya akan membuat Desy mencak-mencak. Dan sudah dipastikan bahwa Desy pasti akan langsung mendatanginya dan membuat heboh.

***

Nina menyambut kedatangan Haryo sore itu dengan senyuman merekah. Pastilah Haryo sudah mengambil gajinya, dan besok dia akan bisa membayar hutangnya pada Siska,

Begitu masuk, Nina langsung mengambil tas kerja yang dibawa Haryo, dan meletakkan di tempat biasa. Kemudian dia berjongkok untuk membantu melepaskan sepatu Haryo.

“Mas mau minum kopi atau teh?”

“Kopi tanpa gula.”

“Baiklah.”

Lalu Nina bergegas kebelakang menyedu kopi tanpa gula sesuai permintaan Haryo. Ketika kembali ke ruang tengah, dilihatnya Haryo sudah duduk disana.

Begitu kopi diletakkan, Haryo memberikan amplop ke hadapan Nina.

Nina dengan segera mengambil amplop itu dan menghitungnya, lalu tiba-tiba wajahnya berkerut.

“Kok cuma sejuta Mas?” pekiknya tanpa bisa ditahan.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

105 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Sragen lsgi juara 1-nya beda kampuang.
      Selamat buat kung Latief.

      Delete
    2. Alhamdulillah eMKaJe_28 sdh tayang di tahun baru "shio macan" terima kasih bunda Tien, semoga bunda sehat terus shg dpt menghibur kita semua.
      Salam ADUHAI. kakekhabi mbandung

      Delete
    3. Makasih mbak Aini, mbak I'in, mbak Wiwik, mas kakek, kebetulan nunul" pas tayang.

      Delete
    4. Selamat p. Latief, juara 1.terima kasih bu Tien MKJ 28 tayang.

      Delete
  2. Alhamdulillah MKJ 28 sdh tayang
    Makasih bu Tien
    Aduhai

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sdh tayang. Trimakasih bu Tien sehat selalu
    Endang Amirul

    ReplyDelete
    Replies
    1. Edit profilmu, caranya :
      1. Klik UNKNOWN
      2. Klik Edit profil (kanan atas)
      3. Isi biodatamu, nomor HPmu dan Foto tersyantiekmu dan info lain yang perlu ditampilkan.
      4. Cek kembali biodatamu, jika sdh "OK" selanjutnya "SIMPAN'
      5. Selesai tugasmu.

      Ada kesulitan ?
      Callme 085101776038 (kakekhabi)
      Mau bergabung di WAG PCTK call bu Nani 082116677789

      Kami mau ngadain JUMPA FANS LHO, InsyaAllah 26 Maret 2022 di Solo, mau gabung kami, hubungi bu Nani Nur' Aini.

      Delete
    2. #SYARAT & KETENTUAN BERLAKU
      #TETAP JAGA PROKES 5 M
      #SDH VAKSIN & BOOSTER
      #Hotel LOJI Solo (dekat stasiun Solo Balapan)

      Delete
  5. Terimakasih bubda...
    Semoga sehat selalu.. Salam aduhai 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun Bu Tien...
    Salam sehat selalu nggih...

    ReplyDelete
  7. Makasih Bunda Met malam dan met istirahat.Sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  8. Alhandulillah MKJ~28 sudah hadir.. maturnuwun Bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  9. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap.

      Delete
  10. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun jeng Tien Sugeng Dalu salam sehat,,,ADUHAI,,maca Sik aahh

    ReplyDelete
  12. Yang ditunggu sudah muncul. Matur nuwun, bu Tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete
  15. Rasain no ..Nina dikasih uang sejuta sedang itang dia satujuta lebih ...
    Terima kasih bu Tien..salam sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Ana meramaikan bursa perebutan dokter ganteng. Makin ramai dan tentunya makin asyik.
    Soal 'nglangkahi' sudah biasa Des, tenang saja, kakak sudah kasih lampu hijau. Ah...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  17. Terimakasih Ibu TIEN, teruslah berkarya dengan semangat, kami akan selalu menunggu karya" mu, salam Aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  18. Nah lo..buat bayar utang ke Siska aja kurang..gmn dgn blanja bulanan n anak2mu Nina...sptnya Haryo sengaja ngasih hny sejuta..krn tau nina punya utang..🤭😏

    Pak dokter Danar terlalu cepat nembak Desy..tp drpd keduluan yg lain kali..ato takut dikejar2 Endah/Ana yg modus pura2 jatuh..dasar cewek apaan..🤦‍♀️

    Lanjuut besok lagiii...
    Maturnuwun mbak Tien tgl merah tetep tayang...
    Salam sehat selalu dan sangat aduhaii..🙏💟🌹

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang jelas Endah dan Ana bukan cewek nDelanggu, jeng Maria... Tenang aja...

      Delete
  19. Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, MKJ eps 28 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat untuk keluarga.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Salam sehat dan Aduhai

    ReplyDelete
  21. Bagus mas hargo di beri uang saku satu jta biar beri pelajaran
    Gemes amat sama nina dan anak”nya

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah, MKJnya makin ADUHAI
    Matursuwun dan salam sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  24. Terima kasih mbak Tien. Semoga mbak Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah MKJ 28 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  26. Uang satu juta buat sebulan klenger kamu na .....trims Bu Tien sudah menghibur

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah bisa baca sebelum tidur. Wah hebat anak anak Tindy punya prinsip, cerdas, tidak seperti anaknya Nina..Nah kena deh Nina, senyuman kepalsuan berubah menjadi kepahitan karena dijatah Haryo 1 juta. Biar tahu rasa dia, disuruh prihatin tidak mau. Harto sengaja memberi 1 juta supaya Nina tidak bisa bayar hutang... lena deh. Matur nuwun bu Tien. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik.

    ReplyDelete
  28. Terimakasih mbak Tien, mantap prinsip hidup anak bu Tindy
    sehat2 selalu ya mbak Tien
    salam aduhai

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien MKJ28,,
    Sehat wal'afiat semua ya
    Salam ADUHAAII 🙏

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah MKJ28 sdh hadir.
    semakin bikin gemas krn anak2 nina mulai berulah spt ibunya, dan haryo bikin nina semakin jengkel dgn gaji 1 jt hehehe...., sungguh bertolak belakang dgn tindi dan ke 3 putri nya yg yg cantik2 begitu baik, bijak.....
    Trm ksh mbak Tien. Salam sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat, semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  32. Waauuuu aahh aahh aduhai.doa yang terbaik u/Mbak Tien .Maturnuwun

    ReplyDelete
  33. 𝙉𝙞𝙣𝙖 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙣𝙞𝙠 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙟𝙪𝙢𝙡𝙖𝙝 𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙞 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖...
    𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng salami2nyo

    ReplyDelete
  35. Belum terpikirkan walau ada sedikit mengusik hati Desy, keseharian bersama ibunya; persoalan rumah tangga yang dihadapi orang tua nya menjadikan kehati-hatian dalam membuat sikap bila ada pria mendekati, tapi yang ini langsung tembak bahkan akan membuktikan bahwa serius menjalin hubungan. Baiklah, tapi tetap belum bisa janjian, biarlah berjalan apa adanya, sahabatan sambil menyelesaikan pendidikan nya.

    Lala masih merasa heran kenapa bisa bapaknya tertarik pada seorang wanita yang dia temui nya tadi dan beraninya Lala mengatakan 'bila mau pulang kerumah, pulanglah'.
    Jangan-jangan ibunya justru mengejek dan mencemooh Haryo. Siapa tahu, biarlah..
    Apapun yang nanti bakal terjadi, terjadilah.
    Sudah terlontar kata-kata, bila berubah pikiran tentu akan dipertimbangkan.

    Sudah dingin La, mana sudah nggak ada kehangatan, sudah menguap.
    Yå kan biasanya suka nasi goreng, biar nasi sudah dingin masih bisa dibuat hangat dan sedap juga.
    Kåyå thèklèk kecemplung kalèn, wow; diganti 'nyêgå gorèng'.

    Tapi Ana bangga bisa mengajari kakaknya, metode ngambruk mencari cara mendapatkan kenalan baru. Moga-moga enggak diajari menabrakan diri.
    Nina demo dikasih duwit dibawah umr, mau nuntut penyesuaian kan ada kegiatan jug diluar rumah, belum nanti buat study banding.

    ADUHAI



    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh delapan sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  36. Eps ini romantis dan berbunga2 menimbulkan senyum sendiri... Terimakasih mbak Tien... Ah.. Aduhai

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah
    Terima kasih bu Tien
    Salam sehat dan Aduhai

    ReplyDelete
  38. Alhamdulilah terima kasih bu tien mkj sdh tayang .... wah bakalan tambah sengsara hidupya nina dan anak2nya ... salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Senantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete
  40. Pg, mb Tien. Ketiduran...
    Wah sejuta... Tp harusnya lumayan jg kalau ga utk bayar utang. Sukurin Nina.
    Maturnuwun, Danarto ayo semangat... Deketin Desi
    Maturnuwun, mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  41. 🤭🤲💐😩nah kah anak pelakor pasti kelakuan sama.. ibunya dan Danarto suka Desy anak pintar...jgn lah jd suka selingkuh 😭😭😭udah . 1 juta hua hua cukup u bayar dan byr utang juga byr ke Tindy 20 juta m..asem kata hati Nina..sipp Bu Tien di syok terapi ..kerja makanya nyadonk tok...salam Aduhai bu Tien ..br baca

    ReplyDelete
  42. Assalamualaikum wr wb. Nampaknya Haryo sdh pelit thdp Nina soal duit, peritahnya berhemat. Akankah Haryo meninggalkan Nina, bisa ya bisa tdk.. Lbh baik menunggu lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien tdk terasa sdh episode 28,semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  43. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
    Aamiin Allahumma Aamiin
    Matur nuwun pak Mashudi

    ReplyDelete
  44. Siang mbak Tien .....
    Salam hangat dari Malang

    ReplyDelete
  45. Haryo Harus tegas ke Nina. Jangan mau terus diporotin. Ingat anak kandungmu yg kau telantarkan. He..he. kesel dg tokoh Haryo dan Nina.
    Mba Tien paling pinter deh meng aduk2 perasaan readernya.
    Makasih mba Tien. Sehat selalu mba
    Aduhai

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 06

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  06 (Tien Kumalasari)   Dewi berdiri lalu menatap tajam kepada siapa yang datang. “Apa kabar, cantik?” sapa...