MEMANG KEMBANG JALANAN
28
(Tien Kumalasari)
“Siapa memanggilmu Mas?” tanya Desy
heran.
Danarto mencari-cari, tapi ia tak
melihat seorangpun disekitar mereka yang dikenalnya. Pandangan matanya terus
mencari-cari, tapi orang itu tak dilihatnya. Apa ia salah dengar? Kalau salah
dengar, mengapa Desy juga mendengarnya?
“Nggak ada siapa-siapa ….”
“Ya sudah, yuk masuk, kita
menghalangi orang yang mau keluar tuh,” kata Desy sambil terus melangkah,
diikuti Danarto yang semula memegangi lengannya.
Sementara itu, dua orang gadis keluar
dari persembunyiannya, dibalik sebuah mobil box yang diparkir tak jauh dari
rumah makan bakso itu.
“Mengapa kamu mengajakku sembunyi?”
kesal Endah karena Ana menariknya untuk sembunyi.
“Kamu itu bodoh atau apa. Dia sedang
bersama seorang gadis, untuk apa kamu menemuinya? Bisa sakit hati kamu Mbak.”
“Aku tahu siapa gadis itu. Aku akan
memperlihatkan padanya bahwa aku juga mengenal pria yang digandengnya.”
“Ya percuma saja. Kemarin-kemarin dia
acuh sama kamu, dan sekarang mau sok dekat dihadapan gadis itu? Siapa sih dia?”
“Itu namanya Desy, anaknya pak
Haryo.”
“O, dia yang kamu lihat di rumah
sakit ? Cantik banget.”
“Huh, biasalah, orang pakaiannya
bagus ya kelihatan cantik. Coba aku punya pakaian bagus, pasti bisa lebih
cantik dari dia.”
“Hiih … kepedean deh. Dia tuh memang
cantik. Asli.”
“Ya sudah, kamu membuat aku kesal
saja. Jalan-jalan tuh mencari kesenangan, bukan mencari keributan.”
“Siapa juga yang ribut. Aku hanya
mengatakan apa adanya. Tapi aku penasaran juga. Yuk kita dekati mereka.”
“Mereka lagi makan didalam, apa kamu
punya uang?”
“Ada, kalau untuk dua mangkuk bakso
dan segelas minuman, aku kumpulkan uang saku dari ibu, dan lumayan sisanya.”
“Curang, udah begitu tiap hari masih
minta uang bensin lagi.”
“Sudahlah, mau nggak ikutan masuk.”
“Terus mau ngapain ? Katanya ogah,
karena dia sudah menggandeng gadis lain.”
“Aku tahu bagaimana caranya supaya
bisa mengenalnya lebih baik, dan juga terkesan baik. Ketika masuk, berusahalah
agar wajahmu tidak dikenali oleh mereka. Tutup dengan tas itu, atau apa. Kita
lihat dulu mereka duduk di mana.” kata Ana sambil menarik kakaknya masuk
kedalam.
Endah mengikuti langkah adiknya
dengan perasaan ragu. Ana tampak tenang, lalu mencari tempat yang jauh dari
tempat duduk Danarto dan Desy.
“Lalu apa?” bisik Endah kesal dengan
tingkah adiknya.
“Pesan dulu lah. Bakso biasa saja,
jangan yang istimewa, nanti duitnya nggak cukup.” pesan Ana yang kemudian
melambai ke arah pelayan.
Sementara itu Danarto dan Desy tampak sangat ceria duduk berdua, dan berbincang dengan manis.”
“Sudah pernah makan disini?” tanya
Danarto sambil terus menatap Desy yang menurutnya selalu tampak menarik.
“Sudah, waktu itu sama teman-teman.”
“Sama pacar ?”
“Ah ….”
“Ah lagi deh,” kata Danar sambil tertawa.
“Aku nggak punya pacar.”
“Masa sih, gadis secantik kamu nggak
punya pacar?”
“Memangnya cantik itu ukuran untuk
punya pacar?”
“Bukan sih, heran saja kalau belum
punya juga.”
“Kok heran sih. Memang belum. Kami
bertiga harus fokus pada sekolah kami masing-masing. Kasihan orang tua yang
membiayai kalau sampai tidak berhasil. Dan ketidak berhasilan itu salah satunya
adalah apabila sambil belajar, pacaran juga.”
“Yah, nggak pasti begitu dong.”
“Menurutku itu pasti. Karenanya kami
selalu membatasi diri dalam bergaul. Agar tidak mengganggu kuliah kami."
“Hm, hebat. Kenapa Ibu mengijinkan
kita jalan berdua? Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bagaimana?”
“Tidak diinginkan itu apa? Apa Mas
tukang perkosa gadis-gadis?”
Danar tertawa sangat keras, dan itu
membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka, termasuk Endah dan Ana yang
duduk sambil sebentar-sebentar mengawasi dari kejauhan.
“Masa iya aku tukang perkosa?”
“Tidak kan? Itu sebabnya aku tidak
takut dan ibu juga mengijinkan. Lalu yang Mas maksud ‘tidak diinginkan’ itu
apa?”
“Kalau aku jatuh cinta sama kamu dan
juga sebaliknya,” kata Danarto enteng.
“Ah ….”
“Tuh kan, sudah empat kali.”
Desy menutup mulutnya. Ada yang
menarik dari laki-laki dihadapannya ini. Kecuali tampan, pintar, dia juga
kocak.
“Iya kan?” tanya Danarto.
“Iya apanya?”
“Bagaimana kalau itu terjadi?”
“Terjadi apa?”
“Aduh, kamu tuh gadis pintar, mengapa
cuma begitu saja tidak mengerti?”
“Nggak jelas,” kata Desy sambil
meneguk minumannya.
“Baiklah, dengar dan camkan baik-baik
ya, bagaimana kalau aku jatuh cinta sama kamu dan juga sebaliknya? Awas ya,
jangan bilang ‘ah’ sekali lagi. Itu membuat aku gemes, tahu.”
Desy tertawa lirih, tapi rona
kemerahan segera merebak pada wajahnya.
“Orang yang terlalu cepat jatuh cinta
itu, pasti akan cepat pula melupakannya.”
“Ya enggak lah, tergantung orangnya.”
Tiba-tiba seorang gadis lewat di samping Danarto, lalu jatuh di dekat kakinya.
“Aduh,” pekik gadis itu yang ternyata
adalah Ana.
“Eh, mbak, hati-hati. Kok bisa jatuh
sih,” kata Danar.
“Maaf, maaf … tt_tapi … kak..kaki
saya … sak_kit …”
Danarto bangkit, lalu membantu Ana
bangun. Ana berdiri, tapi masih meringis kesakitan.
“Kaki … kaki saya … terkilir … “
“Waduh, meja Mbak dimana? Biar saya
bantu kembali ke meja Mbak.”
“Saya.. ss_saya mau keluar … pp..pulang.”
“Mbak sendirian?”
“Iy_ya, cuma beli ini … mau dibawa
pulang. Terima kasih,” katanya sambil berjalan terpincang ke arah keluar.”
Danarto yang tak tega membantunya
berjalan sampai keluar dari rumah makan itu.
“Naik apa?” tanya Danarto sesampainya
di luar.
“Taksi, biar saya tunggu disini saja,
sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, tinggalkan saja saya, taksinya pasti
segera datang.”
“Oh, baiklah kalau begitu.
Hati-hati.”
“Hm-mh. Oh ya, perkenalkan nama saya
Ana.”
“Oh, saya Danarto, hati-hati ya
Mbak,” kata Danarto sambil kembali masuk.
Begitu Danarto masuk, Endah yang
rupanya sudah lebih dulu keluar, segera menghampiri Ana.
“Dasar gila.”
“Tapi aku berhasil kan?”
Lalu keduanya tertawa-tawa sambil
mengambil motornya di tempat parkir.
“Nggak jadi beli buku?” tanya Endah.
“Nggak, uangku habis, ini aku
pura-pura beli lagi sebungkus supaya bisa melewati tempat duduk mereka,” kata
Ana enteng.
***
“Pembicaraan kita tadi belum selesai,”
kata Danarto dalam perjalanan pulang.
“Pembicaraan yang mana? Kan kita
bicara banyak tadi.”
“Iya, lalu terputus gara-gara ada
orang jatuh tadi.”
“Iya, kenapa ya tiba-tiba gadis itu
jatuh ?”
“Nggak tahu, tersandung apa,
untunglah bungkusan bakso yang dibawanya nggak tumpah. Kalau tumpah bisa parah
tuh lukanya. Luka terkilir dan luka terbakar. Kan kuah bakso itu panas banget.”
“Sukurlah tidak sampai tumpah.”
“Heii, kok belok lagi omongan kita?”
“Oh ya, ngomongin apa tadi?”
“Kita tadi disana kan ngomongin soal,
yang menghawatirkan. Nah, bagaimana kalau tiba-tiba aku jatuh cinta atau
sebaliknya.”
“Kan sudah dibahas tadi, kalau cinta
tiba-tiba datang itu hilangnya juga cepat.”
“Dan aku juga sudah menjawab, bahwa itu
tergantung orangnya. Lalu bagaimana?”
“Bagaimana ya, nggak tahu aku, aku
kan belum pernah jatuh cinta.”
“Aku juga belum sih, tapi sebelum bertemu
kamu.”
“Maksudnya?”
“Setelah bertemu kamu, sepertinya aku
benar-benar jatuh cinta.”
“Ah ….”
“Yaaa … ‘ah' lagi.”
“Masa tiba-tiba bisa jatuh cinta.”
“Jatuh cinta pada pandangan pertama
itu bisa saja lho.”
“Itu adanya di sebuah cerita,
dongeng.”
“Bukan, aku mengalaminya.”
“Jangan tergesa-gesa menilai diri
jatuh cinta. Harus ada proses, harus menyelami isi hati masing-masing. Karena
kalau kita terjebak dalam sebuah perasaan, pada suatu hari akan ada yang kita
sesali. Bukankah setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan?”
“Wauuww, kamu ini masih muda tapi
punya pemikiran yang sangat bijak. Sungguh aku semakin kagum sama kamu.”
“Bukan aku bijak, itu terjadi di
banyak orang yang mengalaminya. Aku tahu karena aku merasakan dan
menyaksikannya. Kekecewaan pada saat yang sudah terlanjur tenggelam dalam
sebuah lingkungan yang menurut mereka baik, ternyata sangat menyakitkan dan
bisa saja menimbulkan luka.”
“Bagaimana kamu bisa mengatakannya?”
“Dari orang tua aku,” kata Desy pilu.
Danarto terdiam. Ia merasa telah
membuat Desy mengingat akan kegagalan yang dialami orang tuanya. Sedikit banyak
Danarto bisa mengerti kehidupan keluarga Desy.
“Maaf. Aku tidak bermaksud membuat
kamu mengingat itu.”
“Mas tahu tentang keluarga aku?”
“Sedikit.”
“Baiklah, suatu saat Mas akan tahu
semuanya. Dan itu pula sebabnya maka aku menyarankan agar Mas tidak
tergesa-gesa menyatakan cinta, karena bisa jadi itu hanya perasaan sesaat.”
“Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku
akan membuktikan bahwa ini bukan perasaan sesaat. Kamu boleh mencatatnya.”
“Semoga saja. Tapi aku tidak berani
mengatakan perasaanku, dengan alasan sama seperti yang aku katakan tadi.”
“Kamu gadis yang hebat.”
“Pengalaman pahit orang tuaku yang
memberiku pelajaran. Tapi aku senang, Mas bisa menjadi sahabat yang baik. Kalau
jodoh mempertemukan, maka kita akan bersatu.”
Desy berkata bijak, bukan karena
pengalaman yang dialaminya sendiri, tapi karena orang tuanya. Bohong kalau
ibunya tak tersakiti. Walau senyum selalu tersungging di bibirnya, bagaimana
dengan hatinya? Pasti tercabik-cabik oleh luka, dan membuatnya berdarah-darah.
Aduhai. Dan itu membuatnya takut.
***
“Mengapa kalian membeli bakso? Ibu
kan sudah masak lauk, nanti siapa yang makan masakan Ibu?” teriak Nina ketika
Ana meletakkan sebungkus bakso di meja.
“Hanya sebungkus bu, masa sih pengin
bakso saja nggak boleh. Soal masakan Ibu, pasti nanti kami akan habiskan, Ibu
jangan khawatir,” kata Ana santai.
“Itu tadi akal-akalan Ana bu, hanya
karena ingin mendekati Danarto, dia pura-pura beli bakso.”
Nina meletakkan piring yang akan
ditatanya di meja makan. Ia menatap anaknya heran.
“Bagaimana kalian bisa bertemu
Danarto?”
“Aku hanya ingin menunjukkan pada
mbak Endah, bagaimana caranya mendekati pria. Bukan pura-pura sakit seperti
dia.”
“Tapi pura-pura jatuh.”
“Apa? Kalian bertemu Danarto dimana?”
“Dia sedang makan bakso bersama itu, anaknya
pak Haryo yang bernama Desy,” kata Ana lirih, takut terdengar oleh Haryo yang masih
berada di kamarnya.
“Lalu Ana mengajak aku masuk dan
makan bakso. Setelah makan, dia pura-pura beli bakso yang dibungkus, sementara
aku disuruh keluar lebih dulu.”
“Mengapa pakai pura-pura beli bakso
yang dibungkus?”
“Supaya aku bisa lewat disamping
Danarto, lalu pura-pura jatuh.”
“Di syukurin dong kamu,” celetuk
Nina.
“O tidak Bu, aku dibantu berdiri, dan
dituntun keluar karena aku jalan terpincang-pincang, sementara mbak Endah hanya
melihat aku sambil ngiler,” kata Ana sambil tertawa bangga.
“Huh, siapa ngiler. Kamu tuh yang
konyol.”
“Tapi kan aku berhasil,” sergah Ana
tak terima dibilang konyol.
“Sudah … sudah, sekarang siap-siap makan malam, aku mau
memanggil pak Haryo dulu,” kata Nina sambil berlalu, kemudian kembali bersama
Haryo untuk bersiap makan malam bersama.
“Mas sudah kelihatan segar,” kata
Nina sambil menarik kursi untuk Haryo.
“Lumayan.”
“Mas mau bakso ? Anak-anak tadi beli
bakso.”
“Nggak, aku makan yang ini saja,”
kata Haryo ketika Nina menyendokkan nasi ke piringnya.
“Baiklah, lauknya ambil sendiri atau
saya ambilkan?”
“Aku ambil sendiri saja, nanti kebanyakan.”
Seperti beberapa hari terakhir ini,
mereka selalu makan tak banyak bicara, kecuali Nina yang bermanis-manis di
hadapan suaminya.
“Mas, apa besok Mas sudah akan mulai
mengajar?”
“Ya.”
“Syukurlah, senang mendengarnya,”
kata Nina dengan sumringah, membayangkan besok akan mendapat uang belanja. Ia
ingat, dua hari lagi Siska akan menagih uangnya.
***
“Kemana saja kalian?” tanya Lala
ketika Desy sudah bersantai di kamarnya.
“Hanya jalan-jalan, lalu beli bakso.”
“Tampaknya Danarto suka sama kamu.”
“Ah ….”
“Iya juga tidak apa-apa, sudah
saatnya kamu punya pacar.”
“Kok Mbak bilang begitu. Bukankah
Mbak yang seharusnya punya pacar lebih dulu?”
“Tidak. Mbak tidak terburu-buru. Mbak
harus mencapai dulu cita-cita Mbak. Kalau kamu lebih dulu menemukan jodoh,
silakan saja, Mbak tidak keberatan kok. Jangan terhambat menemukan jodoh, hanya
karena Mbak lebih tua dan harus menikah lebih dulu. Tidak, jodoh itu akan
datang saat ia harus datang.”
“Entahlah, aku masih belum bisa
menerimanya.”
“Bukankah Danarto itu baik?”
“Baik sih, tapi seperti juga Mbak
Lala, aku ingin mencapai cita-citaku dulu.”
“Kalau Danarto keburu dicomot orang
lhoh.”
Desy tertawa.
“Bukankah Mbak yang bilang, bahwa
jodoh itu akan datang saat dia harus datang? Kami baru beberapa saat
berkenalan, belum tahu hati masing-masing, dan aku juga belum berani melangkah
ke arah sana.”
“Baiklah, Mbak akan mendoakan yang
terbaik untuk adik-adik Mbak.”
“Dan kami juga akan mendoakan yang
terbaik untuk Mbak.”
“Semoga kita akan menjadi anak-anak
yang bisa membuat bangga orang tua kita.”
“Aamiin. Aku mau ketemu Ibu dulu.”
“Ya, ibu ada di kamar.”
Lala menghela napas berat. Ia ingin
menceritakan pertemuannya dengan ayahnya, tapi diurungkannya. Ada hal yang
kurang mengenakkan atas pertemuannya dengan Nina, yang pastinya akan membuat Desy
mencak-mencak. Dan sudah dipastikan bahwa Desy pasti akan langsung
mendatanginya dan membuat heboh.
***
Nina menyambut kedatangan Haryo sore
itu dengan senyuman merekah. Pastilah Haryo sudah mengambil gajinya, dan besok
dia akan bisa membayar hutangnya pada
Siska,
Begitu masuk, Nina langsung mengambil
tas kerja yang dibawa Haryo, dan meletakkan di tempat biasa. Kemudian dia
berjongkok untuk membantu melepaskan sepatu Haryo.
“Mas mau minum kopi atau teh?”
“Kopi tanpa gula.”
“Baiklah.”
Lalu Nina bergegas kebelakang menyedu
kopi tanpa gula sesuai permintaan Haryo. Ketika kembali ke ruang tengah,
dilihatnya Haryo sudah duduk disana.
Begitu kopi diletakkan, Haryo memberikan amplop ke hadapan Nina.
Nina dengan segera mengambil amplop
itu dan menghitungnya, lalu tiba-tiba wajahnya berkerut.
“Kok cuma sejuta Mas?” pekiknya tanpa
bisa ditahan.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang
ReplyDeleteSelamat Pak Latief.... Juara 1
DeletePak Latief hallo
DeleteSelamat p. Latief juara 1
DeleteAlhamdulillah Sragen lsgi juara 1-nya beda kampuang.
DeleteSelamat buat kung Latief.
Alhamdulillah eMKaJe_28 sdh tayang di tahun baru "shio macan" terima kasih bunda Tien, semoga bunda sehat terus shg dpt menghibur kita semua.
DeleteSalam ADUHAI. kakekhabi mbandung
Makasih mbak Aini, mbak I'in, mbak Wiwik, mas kakek, kebetulan nunul" pas tayang.
DeleteSelamat p. Latief, juara 1.terima kasih bu Tien MKJ 28 tayang.
DeleteMtnuwun mbk Tien
ReplyDeleteSami2 jeng Nani
DeleteAlhamdulillah MKJ 28 sdh tayang
ReplyDeleteMakasih bu Tien
Aduhai
Alhamdulillah ibu 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteWa syukirillah
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteAlhamdulillah sdh tayang. Trimakasih bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteEndang Amirul
Sami2 ibu E ndang
DeleteAamiin
Edit profilmu, caranya :
Delete1. Klik UNKNOWN
2. Klik Edit profil (kanan atas)
3. Isi biodatamu, nomor HPmu dan Foto tersyantiekmu dan info lain yang perlu ditampilkan.
4. Cek kembali biodatamu, jika sdh "OK" selanjutnya "SIMPAN'
5. Selesai tugasmu.
Ada kesulitan ?
Callme 085101776038 (kakekhabi)
Mau bergabung di WAG PCTK call bu Nani 082116677789
Kami mau ngadain JUMPA FANS LHO, InsyaAllah 26 Maret 2022 di Solo, mau gabung kami, hubungi bu Nani Nur' Aini.
#SYARAT & KETENTUAN BERLAKU
Delete#TETAP JAGA PROKES 5 M
#SDH VAKSIN & BOOSTER
#Hotel LOJI Solo (dekat stasiun Solo Balapan)
Terimakasih bubda...
ReplyDeleteSemoga sehat selalu.. Salam aduhai 🙏🙏❤
Sami2 ibu Hermina
DeleteAamiin
ADUHAI
Matur nuwun Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu nggih...
Sami2 ibu Mastini
DeleteSalam sehat
Makasih Bunda Met malam dan met istirahat.Sehat dan tetap semangat
ReplyDeleteSami2 mas Bambang
DeleteSalam ADUHAI
Alhandulillah MKJ~28 sudah hadir.. maturnuwun Bu Tien..🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
Sami2 pak Wedeye
DeleteADUHAI
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Matur nuwun jeng Tien Sugeng Dalu salam sehat,,,ADUHAI,,maca Sik aahh
ReplyDeleteSami2 mbak Yanik
DeleteWis diwaos?
Alhamdulillah
ReplyDeleteADUHAI pak Gondo
DeleteYang ditunggu sudah muncul. Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSehat selalu
Alhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹
ReplyDeleteSami2 ibu Susi
DeleteADUHAI
Alhmdulillah... terima kasih Mbu...
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteRasain no ..Nina dikasih uang sejuta sedang itang dia satujuta lebih ...
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien..salam sehat selalu
Sami2 ibu Winarni, sehat dan ADUHAI
DeleteAna meramaikan bursa perebutan dokter ganteng. Makin ramai dan tentunya makin asyik.
ReplyDeleteSoal 'nglangkahi' sudah biasa Des, tenang saja, kakak sudah kasih lampu hijau. Ah...
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Salam sehat dan ADUHAI, Juara.
DeleteAlhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Ermi
DeleteTerimakasih Ibu TIEN, teruslah berkarya dengan semangat, kami akan selalu menunggu karya" mu, salam Aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteSalam ADUHAI
Nah lo..buat bayar utang ke Siska aja kurang..gmn dgn blanja bulanan n anak2mu Nina...sptnya Haryo sengaja ngasih hny sejuta..krn tau nina punya utang..🤭😏
ReplyDeletePak dokter Danar terlalu cepat nembak Desy..tp drpd keduluan yg lain kali..ato takut dikejar2 Endah/Ana yg modus pura2 jatuh..dasar cewek apaan..🤦♀️
Lanjuut besok lagiii...
Maturnuwun mbak Tien tgl merah tetep tayang...
Salam sehat selalu dan sangat aduhaii..🙏💟🌹
Yang jelas Endah dan Ana bukan cewek nDelanggu, jeng Maria... Tenang aja...
DeleteAlhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, MKJ eps 28 sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat untuk keluarga.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam sehat dan hangat juga
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Salam sehat dan Aduhai
Sami2 ibu Endah
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Bagus mas hargo di beri uang saku satu jta biar beri pelajaran
ReplyDeleteGemes amat sama nina dan anak”nya
Salam gemes ibu Engkas
DeleteAlhamdulillah, MKJnya makin ADUHAI
ReplyDeleteMatursuwun dan salam sehat selalu
Samo2 ibu Umi
DeleteADUHAI
Terima kasih bu Tien, salam sehat dan aduhai selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Komariah
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasih mbak Tien. Semoga mbak Tien sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 28 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2ibu Uchu
DeleteAamiin
Uang satu juta buat sebulan klenger kamu na .....trims Bu Tien sudah menghibur
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteADUHAI
Alhamdulillah bisa baca sebelum tidur. Wah hebat anak anak Tindy punya prinsip, cerdas, tidak seperti anaknya Nina..Nah kena deh Nina, senyuman kepalsuan berubah menjadi kepahitan karena dijatah Haryo 1 juta. Biar tahu rasa dia, disuruh prihatin tidak mau. Harto sengaja memberi 1 juta supaya Nina tidak bisa bayar hutang... lena deh. Matur nuwun bu Tien. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik.
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
DeleteADUHAI
Terimakasih mbak Tien, mantap prinsip hidup anak bu Tindy
ReplyDeletesehat2 selalu ya mbak Tien
salam aduhai
Sami2 ibu Alfes
DeleteAamiin
ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien MKJ28,,
Sehat wal'afiat semua ya
Salam ADUHAAII 🙏
Sami2 ibu Ika Laksmi
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MKJ28 sdh hadir.
ReplyDeletesemakin bikin gemas krn anak2 nina mulai berulah spt ibunya, dan haryo bikin nina semakin jengkel dgn gaji 1 jt hehehe...., sungguh bertolak belakang dgn tindi dan ke 3 putri nya yg yg cantik2 begitu baik, bijak.....
Trm ksh mbak Tien. Salam sehat dan bahagia selalu.
Sami2 ibu Pudya
DeleteSalam sehat bahagia dan ADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat, semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
ReplyDeleteAamiin
ADUHAI ibu Butut
ReplyDeleteBuat Radieska51, salam ADUHAI
ReplyDeleteWaauuuu aahh aahh aduhai.doa yang terbaik u/Mbak Tien .Maturnuwun
ReplyDeleteSami2 pak Herry
DeleteAamiin
𝙉𝙞𝙣𝙖 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙣𝙞𝙠 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙟𝙪𝙢𝙡𝙖𝙝 𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙞 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖...
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...
Sami2 KP LOVER..
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng salami2nyo
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Belum terpikirkan walau ada sedikit mengusik hati Desy, keseharian bersama ibunya; persoalan rumah tangga yang dihadapi orang tua nya menjadikan kehati-hatian dalam membuat sikap bila ada pria mendekati, tapi yang ini langsung tembak bahkan akan membuktikan bahwa serius menjalin hubungan. Baiklah, tapi tetap belum bisa janjian, biarlah berjalan apa adanya, sahabatan sambil menyelesaikan pendidikan nya.
ReplyDeleteLala masih merasa heran kenapa bisa bapaknya tertarik pada seorang wanita yang dia temui nya tadi dan beraninya Lala mengatakan 'bila mau pulang kerumah, pulanglah'.
Jangan-jangan ibunya justru mengejek dan mencemooh Haryo. Siapa tahu, biarlah..
Apapun yang nanti bakal terjadi, terjadilah.
Sudah terlontar kata-kata, bila berubah pikiran tentu akan dipertimbangkan.
Sudah dingin La, mana sudah nggak ada kehangatan, sudah menguap.
Yå kan biasanya suka nasi goreng, biar nasi sudah dingin masih bisa dibuat hangat dan sedap juga.
Kåyå thèklèk kecemplung kalèn, wow; diganti 'nyêgå gorèng'.
Tapi Ana bangga bisa mengajari kakaknya, metode ngambruk mencari cara mendapatkan kenalan baru. Moga-moga enggak diajari menabrakan diri.
Nina demo dikasih duwit dibawah umr, mau nuntut penyesuaian kan ada kegiatan jug diluar rumah, belum nanti buat study banding.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh delapan sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Sami2 Nanang
DeleteADUHAI deh
Kemarin kemana?
Yang hoby nasgor
DeleteEps ini romantis dan berbunga2 menimbulkan senyum sendiri... Terimakasih mbak Tien... Ah.. Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Nanik
DeleteAH. ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Salam sehat dan Aduhai
Sami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat dan ADUHAi
Alhamdulilah terima kasih bu tien mkj sdh tayang .... wah bakalan tambah sengsara hidupya nina dan anak2nya ... salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam ADUHAI dan sehat
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
Pg, mb Tien. Ketiduran...
ReplyDeleteWah sejuta... Tp harusnya lumayan jg kalau ga utk bayar utang. Sukurin Nina.
Maturnuwun, Danarto ayo semangat... Deketin Desi
Maturnuwun, mb Tien
Yuli Semarang
Sami2 ibu Yuli
DeleteADUHAI
🤭🤲💐😩nah kah anak pelakor pasti kelakuan sama.. ibunya dan Danarto suka Desy anak pintar...jgn lah jd suka selingkuh 😭😭😭udah . 1 juta hua hua cukup u bayar dan byr utang juga byr ke Tindy 20 juta m..asem kata hati Nina..sipp Bu Tien di syok terapi ..kerja makanya nyadonk tok...salam Aduhai bu Tien ..br baca
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Yanti
DeleteAssalamualaikum wr wb. Nampaknya Haryo sdh pelit thdp Nina soal duit, peritahnya berhemat. Akankah Haryo meninggalkan Nina, bisa ya bisa tdk.. Lbh baik menunggu lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien tdk terasa sdh episode 28,semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Siang mbak Tien .....
ReplyDeleteSalam hangat dari Malang
Haryo Harus tegas ke Nina. Jangan mau terus diporotin. Ingat anak kandungmu yg kau telantarkan. He..he. kesel dg tokoh Haryo dan Nina.
ReplyDeleteMba Tien paling pinter deh meng aduk2 perasaan readernya.
Makasih mba Tien. Sehat selalu mba
Aduhai