MEMANG KEMBANG JALANAN 16
(Tien Kumalasari)
Haryo tertegun. Menatap kearah jalan, dan melihat seseorang memarkir motornya di tengah jalan keluar dari halaman.
Nina bergegas ke depan.
“Mas, Mas ... tolong Mas, ini ... mobil suami saya mau keluar, motornya Mas menghalangi jalan,” katanya sambil menunjuk ke arah motor Hendri.
“Jadi Mas Haryo itu suaminya? Benar ini tempat isterinya? Lalu bagaimana dengan Tindy, apa Tindy mengetahuinya?” pikir Hendri sambil terus melangkah mendekati mobil.
“Hendri?” gumam Haryo yang kemudian turun dari mobilnya.
Nina heran, apakah suaminya mengenal orang itu? Sekarang mereka berdiri berhadapan. Tatapan mereka tampak tak saling suka.
“Hendri, apa maksudmu?”
“Aku kebetulan lewat situ Mas, kok melihat seseorang mirip mas Haryo, lalu aku berhenti dan bermaksud meyakinkan. Ternyata benar, Mas Haryo tinggal disini?” kata Hendri santai, sambil menatap ke arah Nina yang tampak keheranan.
“Aku tahu maksud kedatangan kamu menyimpan sesuatu yang akan membuatku marah.”
“Lhoh mas, aku datang hanya ingin meyakinkan penglihatan aku kok. Jadi mas Haryo tinggal disini? Apa Tindy juga bersama Mas Haryo disini?”
“Kamu tidak usah ikut campur. Singkirkan motor kamu, atau aku menabraknya,” geram Haryo.
“Ini isteri mas Haryo?” tanya Hendri.
“Diam Hendri, sebelum aku memukul wajahmu,” Haryo benar-benar marah. Perasaannya sedang tidak baik, dan kedatangan Hendri seperti sedang mengejeknya.
“Waduh, mas Haryo kok jadi marah, padahal aku tidak bermaksud apa-apa tadinya. Tapi sekarang aku jadi tahu, mas Haryo menyimpan sesuatu.”
“Singkirkan motor kamu, atau aku menabraknya. Aku sedang tergesa-gesa,” hardik Haryo.
“Mas Haryo tidak ingin memperkenalkan isteri muda Mas?”
Haryo tak tahan lagi. Ia mengayunkan tangannya dan wajah Hendri terkena pukulan. Hendri terdorong ke belakang, lalu mengusap wajahnya yang sedikit lebam.
“Mas Haryo menyakiti aku,” geram Hendri. Ia maju selangkah dan bermaksud membalas pukulan itu, Tapi Haryo berhasil menahan tangannya. Tapi dengan sebelah kakinya Hendri menendang tubuh Haryo, mengenai bawah perutnya.
“Auwww!” Haryo melepaskan cekalannya, lalu memegangi bawah perutnya yang terasa sakit bukan kepalang. Nina menjerit.
“Mas! Hentikan! Ada apa ini?”
Hendri menatap Haryo yang masih membungkuk sambil memegangi area yang sakit. Ia tersenyum sinis, kemudian berlalu dengan sepeda motornya.
“Mas, ada apa sebenarnya? Siapa dia?”
Haryo meringis menahan sakit. Ia mengibaskan tangan Nina, lalu dengan terbungkuk ia memasuki mobilnya.
“Mas_”
“Aku pergi dulu,” katanya sambil menstarter mobilnya, tapi wajahnya masih menampakkan rasa sakit.
Nina terpaku di tempatnya, memandangi mobil Haryo yang keluar dari halaman.
“Siapa dia sebenarnya? Mengapa tiba-tiba mas Haryo marah. Lalu mereka berantem. Tampaknya dia mengenal Tindy. Aduh, sejak kemarin ada-ada saja hal yang membuatku merasa tak enak,” keluh Nina sambil masuk kedalam rumah.
***
Hendri mengendarai sepeda motor dengan seribu satu pertanyaan yang tak terjawab. Ia baru tiga hari kembali, dan tak pernah mendengar apapun tentang kehidupan rumah tangga Tindy. Ia hanya tahu bahwa Tindy punya tiga orang anak gadis yang sudah remaja, dan pastinya hidup mereka bahagia. Tidak dinyana ia menemukan fakta bahwa Haryo punya isteri lagi. Bagaimana bisa terjadi? Apakah Tindy tahu akan hal ini?
Hendri tak jadi belanja. Ia menuju ke kampus dimana Tindy mengajar.
Tindy terkejut melihat Hendri muncul lagi di hadapannya.
“Hendri ?”
Hendri menatap wajah Tindy lekat-lekat. Ia mencari sesuatu di wajah Tindy. Barangkali ada kesedihan disana. Beberapa hari yang lalu Hendri tak memperhatikan apapun, karena ia merasa Tindy tampak biasa-biasa saja. Tindy justru memarahinya atas kelakuan isterinya.
Tapi Hendri tak menemukan apa-apa. Tindy justru merasa lebih tenang. Kejadian semalam di rumah membuatnya merasa lega. Semuanya sudah terbuka, dan sikap serta kemauan suaminya sudah terjawab. Tindy ikhlas menjalani hidup selanjutnya, dan merasa tak dibebani apapun.
“Mengapa kamu menatap aku seperti itu Hendri? Ada yang aneh?”
“Apa kamu baik-baik saja?”
“Seperti kamu lihat, aku sangat baik. Ada apa?”
“Ya Tuhan. Kamu tahu Tindy, setelah berpisah dari kamu, aku selalu berharap agar hidup kamu bahagia. Aku senang mendengar akhirnya kamu menikah dengan mas Haryo, dan memiliki anak yang pintar-pintar.”
“Hm, ya ... lalu ada apa?”
“Benarkah kamu bahagia?”
“Apa aku terlihat buruk ? Menderita?”
Hendri terus menatap Tindy.
“Aku tadi ketemu mas Haryo,” katanya hati-hati.
“Oh ya, dia menyapa kamu baik kan?”
“Lihat wajahku ....”
“Haaa, aku baru memperhatikan, pipi kiri kamu biru lebam, kenapa?”
“Mas Haryo memukulku.”
Tindy terbelalak.
“Kenapa? Kamu ketemu dimana ?”
“Dirumah seorang wanita, yang mengaku sebagai isterinya,” kata Hendri pelan. Sungguh ia khawatir Tindy terkejut karenanya. Dan dia mengira Tindy akan terluka mendengarnya.
Tapi Tindy tampak tenang.
“Maaf, aku tidak bermaksud _ “
“Aku sudah tahu, jangan khawatir, aku baik-baik saja,” kata Tindy sambil tersenyum. Senyumnya begitu ikhlas.”
Hendri terpana.
“Kamu sudah tahu?”
“Mereka berhubungan cukup lama. Sepuluh tahun lebih ... tapi aku baru tahu semuanya kemarin.”
“Kamu ?”
“Tidak apa-apa Hendri, segala beban harus aku lepaskan, agar aku merasa bebas. Aku lega, sungguh aku lega.”
“Kamu tidak tampak terluka.”
“Aku menutupinya dengan rasa ikhlas. Aku memang tak pernah beruntung dalam cinta,” kata Tindy lirih.
Hendri menundukkan wajahnya. Ia berperan dalam kegagalan cinta Tindy, ketika ia meninggalkannya karena terpaksa menikahi Daniar.
“Aku minta maaf.”
“Tidak, kamu tidak perlu minta maaf, kamu tidak bersalah. Lihat hidupku, aku sangat merasa tenang sekarang, setelah bertahun-tahun didera oleh sebuah pertanyaan ... ‘apa yang terjadi dengan suamiku’ ... sekarang aku lega karena sudah tahu semuanya.”
Hendri menghempaskan napas beratnya.
“Baiklah, apa kamu masih akan lama disini? Jangan sering menemuiku, kalau tak ingin isterimu lebih mencurigaiku lagi.”
“Besok aku akan kembali.”
“Oh, secepat itu?”
Hendri hanya mengangguk, lalu berdiri.
“Maafkanlah isteriku, aku sudah menegurnya,” katanya pelan.
“Aku sudah melupakannya.”
“Aku pergi Tindy, aku berharap kamu akan selalu baik-baik saja, dan bahagia.”
“Begitu juga harapanku untuk kamu dan keluarga kamu.”
Hendri membalikkan tubuhnya, lalu keluar dari ruangan Tindy.
Tindy menghela napas. Ia ingat dulu amat mencintai laki-laki itu. Tapi sekarang tak ada lagi yang tersisa. Cinta hanya membuatnya menderita. Tapi masih ada cinta yang menyala dihatinya, cinta yang abadi, cintanya kepada anak-anaknya, dan itu lebih indah.
“Mereka milikku yang paling berharga,” bisiknya pelan.
***
Hari demi hari berjalan seperti biasa. Tindy bersikap sangat lembut dan tampak tak ada luka dihadapan anak-anaknya. Ia selalu mengatakan bahwa semua yang terjadi biarlah berlalu.
“Mari kita menjalani hidup ini seperti apa yang ingin kita cita-citakan. Lupakan hal buruk yang telah terjadi, dan jalani semuanya dengan ikhlas. Jangan lagi ada air mata. Jadikan semua itu seperti sebuah pelajaran dalam kita melangkah selanjutnya. Jangan lagi ada duka dan kecewa,” kata Tindy berkali-kali, dan itu sangat tertanam di hati anak-anaknya.
Lala sudah wisuda, dan bermaksud melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
“Tidak apa-apa kalau aku meninggalkan Ibu disini?”
“Tidak Lala, kamu pikir ibu ini anak kecil? Apa lagi ada adik-adikmu yang akan menemani ibu setiap saat. Raih cita-cita kamu. Ibu selalu mendukungmu.”
“Terima kasih Bu.”
Selama berhari-hari Haryo tidak pulang ke rumah. Tapi sore itu Simbok mengatakan bahwa Haryo pulang untuk mengambil baju-baju dan entah apa saja, Simbok tidak tahu.
“Tidak apa-apa Mbok, biarkan saja dia mengambil barang-barangnya,” kata Tindy lembut.
“Iya Bu, tapi sebaiknya Ibu periksa barang-barang Ibu, nanti kalau ada yang hilang, Simbok jadi takut,” kata Simbok yang merasa khawatir kalau Haryo juga mengambil barang-barang berharga milik isterinya.
“Tidak Mbok, tidak ada yang hilang. Almariku dan almarinya Bapak kan berbeda dan masing-masing memiliki kunci sendiri.”
“Ya sudah Bu, takutnya ada yang hilang, sementara yang ada di rumah kan hanya Simbok.”
“Aku percaya sama kamu Mbok, jangan khawatir,” kata Tindy sambil tersenyum.
Simbok sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarganya dan sudah dianggap keluarga sendiri oleh Tindy dan anak-anaknya. Jadi mereka sangat percaya akan kejujuran Simbok.
***
Haryo sedang termenung sendirian di teras rumah yang dikontraknya untuk Nina. Banyak yang dipikirkannya. Hari-hari yang dilaluinya selalu dirasa sangat mendebarkan. Mungkin saja Tindy sudah melaporkannya ke rektor, dan Haryo menunggu vonis yang akan diterimanya. Namun sebulan ... dua bulan ... tiga bulan ... bahkan lebih, telah berlalu tanpa ada tanda apa-apa yang membuatnya khawatir. Tak ada teguran, tak ada peringatan apapun yang diterimanya.
“Barangkali Tindy tidak melaporkan aku, atau mungkin belum ? Tidak mungkin dia menunggu selama ini baru akan melaporkan aku,” bisiknya seorang diri.
“Mas,” tiba-tiba Nina mengejutkannya.
Haryo menoleh, dan melihat Nina kemudian duduk di depannya.
“Antarkan aku belanja yuk mas,” katanya merengek.
Haryo menatap Nina sedikit kesal. Hatinya sedang gelisah selama beberapa bulan ini, dan ada saja ulah Nina yang membuatnya kesal.
“Ya Mas,” Nina masih merengek.
“Mengapa harus dengan aku? Bukankah kamu bisa mengajak Endah atau Ana?”
Ini kan hari libur. Sekali-sekali aku ingin pergi berduaan dong Mas. Masa di rumah terus.
“Belanjalah dengan naik taksi, aku sedang tak ingin pergi ke mana-mana,” kata Haryo tanpa menatap Nina sedikitpun.
“Masa aku naik taksi, kan ada mobil?”
“Memangnya aku sopir kamu?” sekarang Haryo menatap Nina dengan pandangan marah. Ucapan itu membuat Nina tertegun. Benarkah Haryo marah? Nina merasa sudah mengucapkannya dengan lembut. Biasanya hati Haryo luruh mendengar rengekan Nina.
“Mas, kok gitu sih. Aku hanya ingin berduaan sama Mas.”
“Kamu hanya akan belanja dan menghamburkan uang. Kamu melupakan pesanku untuk berhemat,” kata Haryo dingin.
Nina terdiam. Ia memang mengajak Haryo karena ingin agar Haryo membelikannya baju. Sudah lama Nina tidak membeli baju. Benar kata Haryo, Nina melupakan pesan Haryo untuk berhemat. Tentu saja ia lupa, karena Haryo masih memberinya uang lebih untuk belanja,
“Aku tidak tahu apakah aku masih akan bekerja.”
“Mas khawatir Tindy melaporkan Mas? Nyatanya tidak kan, mungkin dia takut. Jadi Mas tidak usah khawatir,” kata Nina enteng.
“Sudah, diamlah. Pergi sana kalau mau belanja. Aku di rumah saja.”
“Kalau begitu tambahin dong uangnya, barangkali ada yang akan aku beli nanti.”
Haryo menatap Nina tajam. Ia bergeming. Nina merasa miris melihat tatapan itu, lalu Nina pergi ke belakang. Keinginan untuk pergi belanja sudah lenyap.
“Enak saja suruh berhemat. Dia kalau makan maunya yang enak-enak. Dikira murah makanan enak? Kalau aku hanya masak sayur bayam sama tahu tempe, apa dia mau?” gumamnya dengan wajah muram. Sama sekali Nina tak menyadari apa yang sedang dipikirkan Haryo.
***
Di hari libur itu Tutut mengajak ibunya belanja. Tindy sudah siap menunggu, karena ia tak ingin mengecewakan hati anaknya.
“Desy mau ikut?” tanya Tindy. Lala sedang keluar untuk suatu keperluan.
“Tidak bu, besok ada ujian praktikum pagi sekali. Ibu saja bersama Tutut. Atau mungkin Simbok juga disuruh ikut,” usul Desy.
“Ya, sekali-sekali mengajak Simbok, biar dia senang. Sana, bilang sama Simbok kalau ibu mau mengajaknya belanja.”
Desy segera beranjak ke belakang, menyuruh Simbok bersiap.
“Baiklah mbak, Simbok hanya perlu ganti baju saja,” kata Simbok.
“Jangan hanya ganti baju Mbok, dandan yang cantik. Pakai bedak, pakai lipstik, pakai gincu,” goda Desy.
“Lhaa, mbak Desy ada-ada saja. Kalau Simbok dandan, nanti malah dikira badut.”
“Kok bisa Mbok?”
“Lha iya lah, selamanya Simbok nggak pernah pakai lipstik, gincu segala macam, nanti malah cemong-cemong wajah Simbok, lalu jadi bahan tertawaan di mana-mana.”
Desy tertawa, meninggalkan Simbok di kamarnya untuk bersiap-siap.
Desy mengantarkan ibunya yang pergi bersama Simbok dan Tutut ke depan, menunggu sampai mobil ibunya hilang dibalik pagar.
Desy bersiap masuk kembali ke dalam, ketika dilihatnya seorang laki-laki muda berjalan memasuki halaman. Desy belum pernah melihat laki-laki itu. Ia berjalan dengan tenang. Wajahnya tampan, ehem ... diam-diam Desy mengaguminya. Ia menunggunya di teras.
“Selamat siang,” sapa laki-laki itu dengan sopan.
“Siang,” jawab Desy sedikit berdebar, karena laki-laki itu menatapnya tak berkedip.
“Maaf, benarkah ini rumah pak Haryo?”
Desy terkejut. Ia hanya mengangguk pelan.
***
Besok lagi ya.
Asyik
ReplyDeleteJeng dokter jaga gawang....
DeleteSelamat Jeng juara 1
Alhamdulillah akhirnya yg ditunggu datang jg . Terimakasih bunda Tien sayang.. salam Aduhaaaai ❤️
DeleteHoreeee MKJ_16 sdh tayang. Selamat buat jeng dokter Dewi.
DeleteSelamat malam semuanya.
Terima kasih bu Tien sehat selalu dan selalu sehat ya....
Agar tetap menghibur dan menghibur kita semua...
🤗🤗
DeleteYes
ReplyDeleteAlhamdulillah Tindy dah hadir
ReplyDeleteMaturnuwun mbk Tien
ReplyDeleteSami2 jeng Nani
DeleteAlhamdulillah akhirnya yg ditunggu datang jg . Terimakasih bunda Tien sayang.. salam Aduhaaaai ❤️
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAduhai
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira,
Alhamdulillah
ReplyDeleteApa kabar ibu Nur
DeleteLama tidak komen
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah.Maturnuwun Mbak Tien kian seru ada 2H Haryo vs Hendri.Salam Aduhai tetap sehat&semangat
ReplyDeleteSami2 pak Herry
DeleteAamiin
ADUHAI
ReplyDeleteeMKaJe_16 tayang.... bgmn yg sikap Haryo bersama Nina ketemu Hendri??????
Yuk kita baca bareng².
Matur nuwun bunda Tien... salam sehat dan tetap ADUHAI.....
Sami2 Kakek
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, semoga mbak Tien sehat terus, salam ADUHAI untuk semuanya..
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Nanung
DeleteAamiin
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Sami2 pak Wedeye
DeleteSalam ADUHAI
Siapa ya tamu yg datang ke rmh haryo? Jd tambah penasaran.. nunggu bsk lagi yaa...
ReplyDeleteSemoga bunda Tien sehat & bahagia selalu ya bun..
Salam hangat dan teraduhai dari gegerbitung sukabumi.. 🙏🙏😍❤
Aamiin ibu Hermina
DeleteSalam hangat dan ADUHAI
Alhamdulillah ... trimakasih bu Tien dalam sehat selalu.Makin seru critsnya
ReplyDeleteEndang Amirul jember
ReplyDeleteADUHAI ibu Endang Amirul
DeleteSalam hangat buat Jember
Alhamdulillah ..matur nuwun Mbak Tien .
ReplyDeleteADUHAI sabar buanget bu Dosen 🌷🌷🌷🌷🌷
Sami2 ibu Susi
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ 16 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Apa kabar ibu Isti
ReplyDeleteMasyaa Allah. Ibu Tindy yg berhati mulia. Matur nuwun bu Tien. Salam sehat selalu.🙏👍
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteSalam sehat
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteAda orang baru, mungkin penagih hutang.... begitu boroskah Nina?
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Haryo.. Haryo..selalu bikin ulah...
ReplyDeleteMakasih Bu Tien, salam sehat selalu...
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah MKJ Episode 16 sudah tayang. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimaasih MKJ nya bunfa Tien
Salam sehay dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulillah, Terima kasih Ibu Tien.. Salam *ADUHAI* Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteADUHAI unknown.
DeleteAlhamdululillah... serrruuu... asyiiik
ReplyDeleteADUHAI pak Zimo
DeleteAlhamdulillah, matursuwun MKJnya mbak Tien. ADUHAI...salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Umi
DeleteADUHAI
Horeeee...
ReplyDeleteAsyiiik tenan aku bacanya..
Salam Aduhaiii 😍
Salam ADUHAI ibu Yulie
DeleteMbak Tien .....😘
ReplyDeleteIbu Purwani... 😍😍😍
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu.
Salam bahagia dari Nganjuk.
Sami2 ibu Sri
DeleteSalam bahagia buat Nganjuk
Alhamdulillah MKJ 16 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, ceritanya semakin seru dan bikin penasaran
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Sami2 ibu Ting
DeleteSalam ADUHAI
Waduuh siapa lagi nih cowok pendatang baru? Salam sehat dN salam aduhai bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Alhamdulillaah.... MKJ sudah tayang...
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien..., Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI...
Sami2 ibu Nur
DeleteAamiin
ADUHAI
Terimakasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteTerimakasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteAlhamdulillah MKJ~16 telah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga tercinta..Aamiin..🤲
Sami2 pak Djodhi
DeleteAamiin
Alhamdulillah.. Terima kasih Ibu Tien.. *SALAM ADUHAI* dari Mbu Nina Karawang Jawa Barat..
ReplyDeleteSehat dan sukses selalu Ibu Tien..
Sami2 ibu Nina
DeleteSalam ADUHAI juga
Kira2 siapa ya pemuda itu?????
ReplyDeleteAh bikin penasaran Bu Tien....sehat selalu Bu tien
Siapa yaa
DeleteADUHAI ibu Suparmia
Wah siapa lagi ni..ada pemuda mencari Haryo..muridnya ato anaknya lagi..🤦♀️
ReplyDeleteTindy bener2 sangat luarbiasa..begitu tegar..betuul diklaskan aja..mengko kan kesandung2..klo Tindy tdk melaporkan ke kampusnya..brarti Tindy yg ngasih makan Haryo..nina n anak2nya..mikir ga ya Haryo..dasar katrok..😏😏
Maturnuwun mbak Tien MKJ 16..bikin pinisirin...
Besook lagiii...
Salam sehat dan aduhai bangeet mbak Tien..🙏💟🥰
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI
BARU INGAT ADA ISTILAH KATROK.. HAHAAA
Rasanya pertama berat dikesendirian; tapi kan jelas sudah tujuannya, itu yang penting.
ReplyDeleteBaru merasakan mengapa; dulu ada yang mengingatkan, dianggap diri ini sebagai yang lebih tahu karena lebih dekat, tapi kan terbelai perhatian lebih dari seseorang yang ada maksud.
Anggap aja kilaf, dah gitu aja.
Semua juga harus berjalan, hanya masa yang rutin pagi, siang, malam itu ada; jadi kenangan, kalau sudah berlalu.
Itu pasti, kalau sekali aja terkenang aja udah; macam-macam respon akan bermunculan.
Apalagi kalau dasarnya pakai ego; waduh sampai nggak inget, tahunya ya ini urusanku, wow.
Ini bergengsi ria rupanya.
Ya menata diri aja; biarkan hati bening tak ada dengki apalagi dendam yang mengotori hati ini, biarkan rasa damai selalu ada, rasanya ringan melangkah, syukuri apa yang ada.
Tuh siapa yang datang, kebetulan lagi sendiri dirumah; mudah-mudahan orang baik-baik, Desy yang rada kenceng terguncang hebat seolah ingin melumat penyebab kemelut keluarga nya, semoga berita baik datang padanya.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke enam belas sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Rasanya pertama berat dikesendirian; tapi kan jelas sudah tujuannya, itu yang penting.
Baru merasakan mengapa; dulu ada yang mengingatkan, dianggap diri ini sebagai yang lebih tahu karena lebih dekat, tapi kan terbelai perhatian lebih dari seseorang yang ada maksud.
Anggap aja kilaf, dah gitu aja.
Semua juga harus berjalan, hanya masa yang rutin pagi, siang, malam itu ada; jadi kenangan, kalau sudah berlalu.
Itu pasti, kalau sekali aja terkenang aja udah; macam-macam respon akan bermunculan.
Apalagi kalau dasarnya pakai ego; waduh sampai nggak inget, tahunya ya ini urusanku, wow.
Ini bergengsi ria rupanya.
Ya menata diri aja; biarkan hati bening tak ada dengki apalagi dendam yang mengotori hati ini, biarkan rasa damai selalu ada, rasanya ringan melangkah, syukuri apa yang ada.
Tuh siapa yang datang, kebetulan lagi sendiri dirumah; mudah-mudahan orang baik-baik, Desy yang rada kenceng terguncang hebat seolah ingin melumat penyebab kemelut keluarga nya, semoga berita baik datang padanya.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke enam belas sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaaang
DeleteKedobel tuh
Ya wis karepmuh.. pokoke ADUHAI
Waduh konangan wis buyutên, drijiné kålå-kålå drêdhêg
DeleteMak dek sapa lagi ..eee mau pensiun apa ter🤭ihhh gemes .alhamdulillàh bu Tien selamat istirahat🤲🙏💐💐💐💐🌹🌹
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteSalam gemes
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan selalu aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSelalu ADUHAI
Aduhai .. ckckckckck .. mtr nwn mbak Tien
ReplyDeleteSami2 pak Pri
ReplyDeleteADUHAI
ADUHAI .... kulo sanes jaler dados sanes Pak hehehehe.. , mbak Tien salam sehat bahagia
DeletePutih sekali hati Tindi, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Assalamualaikum wr wb. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik, seru dan selalu membuat penasaran..Siapa anak muda laki laki yg mencari Haryo, mahasiswanya, anaknyakah... Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Terimakasih pak Mashudi
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas... Semoga dilancarkan segala aktifitasnya..
ReplyDeleteSalam... 🙏🙏🙏
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHangat
ReplyDeleteAlhamdulillah, akhirnya hadir juga yang kutunggu penuh debar
ReplyDeleteADUHAI ibu Ira
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien..
ReplyDeleteSemangat sehat dan beraktifitas
Sami2 ibu Ermi
ReplyDeleteSalam Aduhai
Hem, akhirnya... rengekanmu yang menjijikan itu gak mempan lagi sama haryo...
ReplyDeleteAduhai! Siapakah pria tampan yang mencari haryo?
Aduh! Penasaran aku bun.
Telat melulu bacanya.
Soalnya langsung di wepp sih.
Matur nuwun bu tien tamnaj seru tambah penasaran....
ReplyDeleteTomo Soenarko ... magelang