Tuesday, October 5, 2021

ROTI CINTA 44

 

ROTI CINTA  44

(Tien Kumalasari)

 

Diluar segera terdengar keributan, seorang laki-laki menatap kesekeliling ruangan dengan mata berapi-api. Seperti kuda dicambuk, Rustanto segera melesat keluar.

“Ayo kita pergi dari sini, dan jangan sekalipun kembali lagi kesini. Ini warung jorok dan menjijikkan,” laki-laki itu masih berteriak.

Seperti mendapatkan aba-aba, semua pelanggan meletakkan sendoknya, dan mengernyitkan mulutnya tanda jijik.

“Saya ingin muntah. Untung belum sempat memakannya,” kata seseorang.

“Sabar bapak, sabar..” katanya sambil mendekati laki-laki yang marah tersebut.

Laki-laki itu menatap Rustanto dengan mata melotot.

“Anda pemilik warung ini ?”

“Saya bertanggung jawab atas semua yang terjadi disini,” kata Rustanto sambil menatap tajam laki-laki itu.

“Bagus kalau begitu. Sekarang katakan, warung macam apa ini? Yang baru pada hari pertama buka sudah menyuguhkan makanan yang menjijikkan?”

“Sabar pak, biarkan saya bicara. Mohon maaf kalau terjadi kejadian seperti itu. Tapi coba bapak pikir, siapa yang bisa melakukan hal seburuk ini? Kami membuka warung dengan harapan banyak pelanggan yang bisa menikmati dengan senang. Mana mungkin kami menyuguhkan sesuatu yang menjijikkan?”

“Ah, tai kucing kamu,” laki-laki itu mulai bicara kasar. Rustanto mengendapkan perasaan kesalnya. Ia tetap menahan kekesalan itu dengan tersenyum ramah.

“Tunggu dulu. Siapa yang tadi menghidangkan bakso di meja bapak ini?” Rustanto berteriak kepada pelayan.

Seorang pelayan maju kedepan.

“Tadi saya membawakannya, tapi diminta oleh gadis yang katanya anak bapak ini.”

“Anak siapa? Aku makan bersama dua teman sekantor aku. Keduanya laki-laki.”

“Apa maksudmu diminta  oleh gadis anak bapak ini?” tanya Rustanto.

“Seorang gadis mendekat ketika saya sedang mau menghidangkan pesanan, dan bilang :

“Ini untuk meja nomor berapa mas?”

“Meja nomor enam mbak,” jawab saya.

“Oh, mana.. biar aku saja, aku anaknya bapak itu,” kata gadis itu.

Perasaan saya bahwa karena pelayan begitu sibuk melayani, dia ingin agar pesanan dihidangkan lebih cepat. Saya mengangguk dan membiarkan dia membawa nampan itu.”

“Benar, seorang gadis membawakan pesanan kami,” sambung bapak tadi dengan mata masih melotot.

“Tapi pak, pelayan disini semuanya laki-laki,” kata Rustanto dengan heran.

“Laki-laki? Tapi tadi dia perempuan.”

“Iya pak, seorang gadis meminta nampan itu dan mengaku bahwa dia anak bapak.”

“Bagaimana mungkin?”

“Tunggu pak, berarti ada seseorang yang ingin menjatuhkan warung ini dengan memasukkan kacoak kedalam mangkuk bapak,” kata Rustanto.

 “Apa ?”

“Sungguh kami tidak punya pelayan perempuan.”

“Baju kuning pakai kerudung hijau tadi?”

“Jo, kamu salah. Mengapa menyerahkan makanan kepada orang yang kamu tidak kenal?”

“Dia bilang anaknya bapak ini, dan saya juga bingung karena dibelakang saya berteriak menanyakan pesanannya.”

“Cari dia sampai ketemu,” perintah Rustanto, dan Bejo segera keluar dengan setengah berlari, serta berharap wanita itu masih ada disekitar warung.

Laki-laki yang tadi marah-marah tampak sudah mengendapkan kemarahannya. Barangkali benar ada orang yang ingin menjatuhkan warung ini. Dia kembali duduk, sementara pelayan itu bergegas keluar dan mencari-cari.

“Maaf atas ketidak nyamanan ini pak, dan percayalah kami tidak bermaksud menghidangkan makanan yang menjijikkan. Bapak boleh melihat ke dapur kami, semuanya tertata rapi dan bersih,” kata Rustanto yang merasa lega karena permasalahan sudah mendekati selesai, dengan dugaan ada yang sengaja merusak nama baik warungnya.

“Min, hidangkan lagi bakso yang baru untuk bapak ini dan teman-temannya,” perintah Rustanto.

“Tunggu sebentar ya pak. Ini mau kami buang saja semuanya, takutnya ketiga mangkuk ini sudah dicemari oleh binatang menjijikkan oleh pengacau tadi.”

Rustanto mengambil kantong plastik, menuang ke tiga mangkuk bakso kedalamnya, lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Bapak-bapak, ibu-ibu, maaf ada kejadiann yang mengganggu. Tapi percayalah bahwa kami dari mengolah sampai menghidangkan selalu mengutamakan kebersihan. Kalau tidak percaya kami persilahkan bapak dan ibu melihat ke dapur kami,” kata Rustanto ke arah para pelanggan yang masih duduk dikursinya.

Beberapa pelanggan berdiri dan masuk kedalam, ketika Rustanto mempersilahkan untuk melihat dapurnya, dan melihat sampai ke tempat cucian mangkuk bekas, dan gelas bekas yang disendirikan. Mereka juga melihat tempat pembuatan minuman yang terpisah dengan dapur dan tempat menata mangkuk-mangkuk bakso. Semuanya rapi dan bersih.

“Bersih kok, bagus..” celetuk salah seorang tamu yang dusul oleh celetuk yang lainnya.

Mereka kembali ke meja mereka masing-masing.

“Untuk bapak dan ibu yang masih ada disini, kami akan menghidangkan bakso yang baru untuk bapak dan ibu sekalian,” kata Rustanto yang kemudian pergi kebelakang dan memerintahkan kepada anak buahnya untuk menghidangkan bakso yang baru.

Sementara itu Bejo yang terkena getah dari pengacau itu terus mencari-cari. Hatinya mulai diliputi ketakutan karena baru bekerja pertama kali dan mendapat kesulitan.

“Bagaimana kalau aku dipecat?” gumamnya sambil terus mencari-cari.

Tapi mana mungkin orang yang ingin membuat kekacauan lalu masih berada disekitar tempat itu? Pasti dia telah kabur jauh.

***

Ketika keadaan sudah tenang kembali Rustanto masuk kedalam ruangan kantor, dan dilihatnya Dina sedang menopang kepalanya dengan ke dua-belah telapak tangannya.

“Tidak apa-apa, jangan dipikirkan,” kata Rustanto yang kemudian duduk didepannya, menatap mata bening yang tampak gelisah. Ingin sekali Rustanto merengkuhnya dan mengucapkan kata-kata menghibur, tapi keinginan itu hanya dipendam dalam hati. Mana mungkin diaa berani?.

“Apa yang terjadi ?” tanyanya lirih.

“Seorang wanita meminta nampan yang dibawa Bejo, mengaku anak dari bapak-bapak itu yang ingin membantu menghidangkan. Bejo menyerahkannya karena keadaan sedang sangat repot. Permintaan beberapa pelanggan belum sempat dipenuhi.”

“Itu anak bapak yang marah-marah tadi?”

“Bukan, bapak itu datang dengan dua orang temannya, semuanya laki-laki. Jadi sudah jelas ada wanita pengganggu yang ingin merusak nama baik warung ini.”

“Siapa dia ?”

“Apa kamu melihat dari sini, ada seorang wanita berbaju kuning dan berkerudung hijau?”

“Banyak wanita berbaju kuning berkerudung hijau. Yang mana ? Aku melihat mereka datang kemudian duduk dan memesan bakso.”

“Bapak tadi yang bilang bahwa wanita itu berbaju kuning dan berkerudung hijau.”

“Pastinya dia langsung pergi setelah membuat kekacauan.”

“Bejo masih mencari, entahlah bisa ketemu atau tidak.”

“Ya pastilah dia langsung kabur. Mana ada penjahat diam ditempat setelah melakukan kejahatannya.”

“Iya juga sih, tapi sampai sekarang Bejo belum kembali. Mencari kemana dia ?”

“Aku sudah takut setengah mati tadi. Baru buka sudah ada orang berteriak-teriak marah. Untunglah ada kamu mas. Terimakasih banyak,” kata Dina sambil tersenyum dan menatap Rustanto dengan rasa penuh terimakasih.

Mata mereka bertatapan, dan Dina terkejut ketika dadanya terasa bergetar. Mengapa hari ini pandangan mata Rustanto begitu menggetarkan hatinya? Hari ini, atau justru hari-hari sebelumnya juga begitu? Dina belum begitu merasakannya sebelum ini.

“Ini aneh,” gumamnya lirih.

“Apa yang aneh ?”

Lalu Dina terkejut menyadari dia telah mengucapkan kata itu. Kata yang merupakan ungkapan hatinya.

“Apa yang aneh?” ulang Rustanto karena Dina tidak menjawabnya.

“Itu.. maksudku.. kejadian itu.”

Rustanto tersenyum lebar.

“Ada orang yang sirik melihat keberhasilan kita, itu tidak aneh,” kata Rustanto tanpa mengalihkan pandangannya, dan membuat Dina kemudian menundukkan kepalanya.

“Iya..”

“Dan itu tidak aneh..”

“Iya..”

“Eh, kok kamu seperti orang bingung begitu ?”

“Iya..”

“Tuh.. iya lagi..”

Dina tersenyum manis sekali. Berdekatan dengan Rustanto rasanya sangat nyaman.

“Apakah dia bisa menjadi pelindungku ? Nyatanya ketika aku panik dia bisa mencairkan suasana,” untunglah kali ini Dina hanya menahan kata-kata itu didalam hati. Kalau sampai terlontar keluar, alangkah malunya.

“Kamu masih tampak gelisah. Apakah kamu ingin pulang saja? Aku antarkan pulang ya.”

“Tidak, aku pulang nanti sore saja.”

“Apa nggak gerah dan pengin mandi?”

“Aku bawa peralatan mandi dan juga baju ganti, nanti aku mandi dulu disini.”

“Oh, bagus sekali.”

“Mas Rustanto tidak membawa ganti ?”

“Tidak. Kan rencana kita akan tutup sore hari?”

“Besok mas harus bawa. Kan disini ada kamar mandi, bisa mandi disini dan istirahat sejenak biarpun tidak berbaring, daripada pulang, kan jauh rumah kost mas Rustanto.”

“Iya benar.”

“Saya sekarang merasa lebih tenang.”

“Memangnya tadi kenapa?”

“Ketakutan lah, ada orang marah-marah begitu, dan nama warung kita kan dipertaruhkan dengan kejadian tadi?”

“Benar, sekarang sudah lebih baik kan?”

“Ya, karena ada mas Rustanto,” katanya sambil menatap pria bermata teduh itu lekat-lekat.

Rustanto tersipu. Cara pandang Dina kali ini dirasanya berbeda, dan itu membuatnya gelisah, bahkan lebih daripada kegelisahan yang tadi dirasakan Dina.

Keduanya seperti sedang bertanya-tanya kepada hati masing-masing. Apakah yang terjadi dengan diriku?

Ketika itulah Bejo datang dengan wajah pucat. Ia sungguh merasa bersalah atas kejadian itu. Dia tak mengira ada wanita sejahat itu. Bejo langsung masuk keruangan kantor setelah lebih dulu mengetuk pintu.

“Bagaimana Jo?” tanya Rustanto.

“Maaf pak, saya tidak bisa menemukannya. Tadi saya dimaki-maki karena salah orang.”

“Bagaimana bisa salah orang?”

“Tinggi dan bentuk tubuhnya sama, bajunya kuning kerudungnya hijau. Saya melihatnya dari belakang, ketika saya tarik tangannya, dia seorang nenek pak.”

Rustanto dan Dina tertawa terkekeh mendengar penuturan Bejo.

“Saya dimaki-maki karena dikira mau berbuat kurangajar. Masa saya mau kurangajar sama nenek-nenek?”

“Ya, pastilah dia sudah kabur. Tapi aku yakin dia akan kembali untuk melihat suasana. Kan dia ingin warung kita hancur karena perbuatannya? Nah, besok dia pasti akan melihat lihat warung ini, entah dengan cara apa.”

“Iya benar. Kalau begitu besok Bejo harus jaga diluar saja. “

“Nah, bu Dina  benar, kamu harus tugas diluar, menyambut pelanggan, sambil melihat suasana, barangkali ada yang lewat dan mencurigakan. Bukankah kamu masih ingat wajahnya?”

“Masih ingat pak, orangnya cantik.”

“Tuh, orangnya cantik tapi hatinya jahat benar,” kata Dina dengan wajah kesal.

“Ya sudah Jo, kamu masih bertugas atau sudah mau pulang?”

“Tapi saya tidak dipecat kan pak?”

“Gimana kamu ini, kalau kamu dipecat pasti tidak akan diberi tugas untuk berjaga diluar.”

“Terimakasih banyak pak.”

Sepeninggal Bejo, Dina dan Rustanto masih bertanya-tanya. Siapa wanita cantik yang membuat keributan itu.

“Siapa kira-kira mas, apakah kita punya musuh ?”

“Tidak ada, aku berusaha baik kepada semua orang.”

“Barangkali ada yang sirik dengan usaha kita ini.”

“Tapi seorang wanita cantik..”

“Siapa tahu dia hanya orang suruhan.”

“Nah, bisa jadi dia orang suruhan. Tapi kembali lagi siapa yang menyuruh dia?”

“Waktu kita habis untuk bertanya-tanya dan belum ketemu jawabannya. Aku mau melihat laporan di kasir dulu,” kata Rustanto sambil bangkit.

“Hari ini jangan berharap banyak keuntungan dulu. Kan kita jual murah?”

“Iya benar. Bukan apa-apa, setidaknya kita tahu berapa banyak pengunjung di hari pertama ini.”

***

Acara lamaran dirumah bu Narti berjalan lancar. Semuanya tampak bahagia. Mereka juga segera membicarakan kapan keduanya dinikahkan, supaya semuanya segera selesai.

Dian dan Witri duduk berdampingan dan tampak sangat bahagia.

“Besok Dian dan Witri akan memiliki rumah sendiri, tidak lagi berkumpul bersama kami, walaupun setiap hari Dian harus ke kantornya, karena dia punya tanggung jawab disana. Bapak sama ibu kan cuma mendampingi,” kata Baskoro.

“Baiklah bapak, saya siap,” kata Dian.

“Bolehkah saya minta, kemanapun saya mengikuti mas Dian, saya akan membawa ibu saya?” kata Witri lirih, agak sungkan.

“Mengapa kamu bertanya begitu? Sudah tentu boleh Witri, kamu kan hanya berdua sama ibu, kalau kamu pergi, tidak mungkin ibu kamu tinggalkan sendirian,” kata Baskoro.

“Terimakasih banyak pak.”

Bu Narti tampak mengusap air matanya. Ia sangat bahagia, dan juga terharu atas kebaikan calon besannya yang mengijinkan ia ikut bersama Witri.

Tiba-tiba ponsel Leo berdering, lalu ia pamit keluar untuk menerima telponnya.

“Aku keluar dulu, Dina menelpon,” kata Leo yang kemudian keluar dari ruangan.

“Jadi apakah ibu setuju, kalau anak-anak kami nikahkan dua bulan yang akan datang?”

“Saya tidak bisa ngomong apa-apa pak, semuanya terserah keluarga bapak. Dan seperti bapak ketahui, kami tidak memiliki apa-apa, jadi…”

“Bu, ibu jangan memikirkan apapun,” potong Yanti.

“Benar bu, semuanya kami yang akan menyelesaikan. Ibu hanya duduk manis dan kami yang akan mengaturnya,” kata Baskoro.

“Terimakasih banyak pak,” kata bu Narti yang lagi-lagi mengusap air matanya.

“Ada yang mengacau di warung Dina,” kata Leo sambil memasuki ruangan.

“Mengacau bagaimana?” tanya Baskoro dan membuat semua orang kemudian memandang Leo.

“Ada orang tak dikenal memasukkan kacoak di mangkuk salah seorang pembeli, sehingga pembeli itu marah-marah.”

Semua orang terkejut.

“Bagaimana kejadiannya?” tanya Rina cemas.

“Lalu bagaimana?” yang lain ikut bertanya.

Leo kemudian menceritakan semuanya seperti apa yang dikatakan Dina.

“Yah, untunglah Rustanto akhirnya bisa meredam kemarahan orang itu,” kata Rina.

***

“Apakah kamu akan pulang sore ini?” tanya Rustanto setelah Dina mandi dan berganti  pakaian.

“Kita hampir tutup kan? Masakan tinggal sedikit lagi. Sekalian nanti saja pulangnya.”

“Ya, dan untuk selanjutnya kita akan tutup sampai malam bukan?”

“Sebaiknya begitu, jadi kita buka agak siang, tutup jam delapan malam.”

“Bagus, aku setuju.”

“Ya ampuun.. kok sudah sepi?” tiba-tiba teriakan itu mengejutkan Rustanto dan Dina yang sedang duduk di luar.

“Eny ?”

“Tadi siang mau kemari, tapi ramainya bukan main. Masihkah ada bakso untuk aku ?”

“Masih ada, silahkan duduk En,” kata Rustanto yang segera memerintahkan pelayan untuk melayani pesanan Eny.

Tapi tiba-tiba Dina berpikir. Gadis cantik, baju kuning, kerudung hijau. Itu yang dikenakan Eny sore itu. Dina mencari Bejo, apakah Bejo mengenali wanita itu.

***

Besok lagi ya

 

 

 

82 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak Tien.

      Salam ADUHAI.

      Delete
    2. Komennya lucu banget.
      ADUHAI juara

      Delete
    3. Waduh ADUHAI bnr bunda keliru nunul tuh
      Biar rame bwahaha

      Delete
    4. Alhamdulillah rotinya udah mateng

      Rocin 44 tayang
      Mksh bunda...sehat selalu menghibur kita2

      Penasaran si kecoa td asalnya packet dari siapa

      Yuk kita ikutin apa kata hati bunda Tien

      ADUHAI

      Delete
  2. Alhamdulillah Roti Cinta eps_44 masih hangat, sdh datang.
    Yuk .... kita nikmati bareng-bareng.

    Terima kasih bu Tien selamat malam, salam SEROJA dan tetap ADUHAII......

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah Rocin44 sudah tayang

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah kesuwun mbak Tienkumalasari cerbung eps 44 tayang gasik, salam sehat selalu injih wassalam...

    ReplyDelete
  6. Horreeeee.. rocin sdh ready.. Terimakasih bunda Tien.. salam sehat penuh Aduhaaaai ❤️😘

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah... Makasih mbak Tien... Salam sehat selalu dan tambah aduhai

    ReplyDelete
  8. Terima kasih Mbak Tien ... Alhamdulillah dapat 10 besar ... mau jadi juara 1 gak bisa2 ...hehe ... Salam Sehat & Aduhai

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah RC dah tayang
    Terima kasih bunda πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Syukron mbak Tien ,semoga kita semua sehat Aamiin.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah rotcint sdh up, trmksh bu tien sehat dn bahagia selalu..

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien Rocin nya
    Semoga bunda srlali sehat walafiat aamiin
    Dalsm dehat dan wduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  13. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bu Tien.. RoCin 44nya masih fresh from the oven. Udah nungguin sambil ngantuk². Sehat selalu nggih Bu... Salam Aduhai

    ReplyDelete
  15. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi

    ReplyDelete
  16. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah sudah tayang kelanjutannya,.. mbak Tien semoga sehat selalu...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, RC44 telah tayang, terima kasih bu Tien. sehat n bahagia selalu.
    UR. T411653L

    ReplyDelete
  19. Alhamdulilah. Matur nuwun sanget Bunda Tien. Sehat selalu n salam ADUHAIII

    ReplyDelete
  20. Alhmdllh.... termaksih mbu tien... sehat trs.... rocin nya makin asyiik trs

    ReplyDelete
  21. Tu kan pasti Eny ini...dalam hati aku berkata..πŸ˜„πŸ˜„

    ach sok tau njih bunda Tien...🀭

    Matur nuwun bunda Tien..πŸ™

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah ROCIN 44 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  23. Met malam mbak tien.. sehat terus.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Rocin 44 sdh tayang


    Trmksh mb Tien, smg sehat sll

    Salam seroja ADUHAI SELALU

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu untuk Ibu dan semuanya,aamiin

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun jeng Tien ,,dengaren kok sepi ,,apa mungkin mengejar orang cantik yang baju kuning kudung hijau itu yaaa,,,waah sayang ada pengacau

    ReplyDelete
  27. Waduh besok lagi....
    Apa betul Eny...
    Apa maunya yaaa
    Bisa aja bu Tien bikin penisirin

    ReplyDelete
  28. Assalamualaikum ibuu..
    Alhamdulilah Rocin sudah hadir.

    Sehat selalu ya bu..
    Love yu ibu...

    ReplyDelete
  29. Waduh ..... Mungkinkah Eny pembuat onarnya ...... ?
    Makasih bu Tien, salam aduhai bu.

    ReplyDelete
  30. Makasih Bunda Rotinya.Met malam dan met istirahat.
    Sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  31. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah terhidang rapi.
    Bejo... jangan pulang dulu...ini gadis cantik baju kuning kembali. Coba ditelusuri apa ada tangan lain yang pegang baki.
    Semangat Dina!!! Supaya usaha maju, mendapat jodoh idaman juga.
    Salam sehat penuh semangat juga hormat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah ... Terimakasih kiriman Rocinnya Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk kita semua ... πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  33. Terima kasih Bu Tien, Roti cinta nya udh tayang , semoga selalu sehat dan tetap semangat, salam Aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah sudah tayang malam ini sebelum tidur.. Dugaan saya koq seperti yang dipikirkan Dina, karena Eny naksir Rustanto, mungkin ada usaha untuk memisahkan Dina dan Rustanto lewat sabotase, sehingga Rustanto balik jualan di pinggir jalan lagi.. Semoga Bejo bisa mengenali siapa wanita yang tadi mengambil alih mengantarkan pesanan bakso dan mensabotase dengan memasukkan kecoa. aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduhai ... Bukn bu tien kalo gampang ditebak. Mantan rustanto harus masuk nominasi jg.

      Delete
  35. Waduh ternyata pelakunya Eny to..kok tega ya melakukan perbuatan seperti itu...Apa karena cemburu dengan Dina ya ??? Kita tunggu saja kelanjutannya dari Bu Tien semoga makin aduhai dan sebaiknya memang dipasang CCTV untuk lebih mudah mengontrol kejadian berikutnya. Salam sehat utk bu Tien.

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  37. Mudah2an eny pelakunya dan bejo mengenalinya.
    Terima kasih bu tien cerbungnya

    ReplyDelete
  38. Apakah benar pengacaunya Eny? Sabar ya tunggu besok saja jd tambah penasaran nih mbak Tien.
    Salam aduhaiii

    ReplyDelete
  39. Yoo yo sopo .Eny ki cemburu ma Rustanto n Dina🀭🀭🀭Rocin ...salam aduhai dan sehat u bu Tien..malam semuaaa

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah, salam sehat buat mbak Tien dan semuanya... 😘😘

    ReplyDelete
  41. Sepandai pandainya membungkus bau busuk, akan tercium juga akhirnya.
    Untunglah Rustanto sabar...

    Terima kasih ibu Tien, monggo dolanjut aja. Penasaran banget... Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  42. Trimakasih mbak Tien RC44nyaa...

    Td jm 20.30 blm muncul..ditinggal dl iklan..eh jd br baca...nungguuu..

    Kalo Eny yg mengacau brarti tdk pintar sore dtg msh dgn baju yg sama..kuning+hijau..semoga Bejo mengenali..dan beres..
    Mau diapakan ya..klo bener Eny si pengacauu...πŸ˜’
    Dina & Rustanto org baik gt...bgmn mbak Tien ajah...

    Bahagianya Dian & Witri..
    Sapa lg yg nyusuul..
    Besok lagiii...😊

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..πŸ™πŸ₯°⚘


    ReplyDelete
  43. Horeeee adabyg lucu, Bejo narik nenek .. hehehehe

    ReplyDelete
  44. Bs sj Eny yg membuat olah? Tp semua yg tahu jln crt hanya mb Tien...kita tunggu sj bsk apakah Bejo ingat wajah gadis itu? Atau R
    Eny yg krg pandai membaca situasi.. smp bsk...slm seroja utk mb Tien dan para pctkπŸ€—

    ReplyDelete
  45. OOO ternyata ada yang cemburu ,pujaan hatinya ,lebih perhatian sama sahabatnya ,penasaran akhirnya datang ,pura pura ingin makan baso ,semoga aja ada yang mengenalin kedatangannya ,kita tunggu aja bagaimana kelanjutannya ,makin penasaran nih

    ReplyDelete
  46. Makasih mb.Tien , mumpung msh anget rotine dk abisin, keterlaluan yo Enny sama sahabatnya sendiri kok tega ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om Tante Unknown, Bunda Tien ingin menyapamu sebagai pembaca setia, ayo dong di kasih nama biar kami bisa mengenalimu, seperti pepatah Tak kenal maka tak sayang, walaupun untuk menyayangi ga perlu kenalan, tapi tidak ada salahnya kasih nama kaaan, walaupun ga dikasih nama juga ga salah juga hi hi hi,
      Tulisan UNKNOWN di ketuk, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lanjut isi biodata dan sertakan foto termanis yaa, okaay ❤❤❤

      Delete
    2. Betuuul.. ibu Arin..
      Ibu memang ADUHAI..

      Delete
  47. Semoga segera terkuak.... Terima kasih rocinnya Bu Tien.

    ReplyDelete
  48. dari awal kan Eni suka sama mas Rustanto...
    Alhamdulillah, suwun ROCIN nya mbak Tien, salam sehat selalu
    Aduhai...tetep aduhai ....

    ReplyDelete
  49. Alhamdulilah terima kasih bu tien ... wah tambah seru ...semoga bu tien sehat sehat ...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  50. Alhamdulillah RC44 sdh tayang. Penasaran apa benar yg mengganggu warso/warung bakso itu eny...
    Ditunggu lanjutannya bu Tien. Tks
    Salam sehat1..

    ReplyDelete
  51. Pagi bu tien.
    Mantan rustanto yg bikin masalh spertinya. eny muncul, sengaja bu tien bikin pnasarn pembaca. Besok lg ya ...

    ReplyDelete
  52. Alhamdulillah, walaupun terlambat masih kebagian rocinnya....
    Terima kasih Bu Tien....😊
    Salam sehat selalu....πŸ™

    ReplyDelete
  53. Makasih mba Tien. Salam hangat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah ROTI CINTA nya semakin asyik disantap dg Bakso CINTAnya Dina n Rustanto,,,matur nuwun bu TienπŸ™

    Salam ADUHAAII n sehat wal'afiat semua

    ReplyDelete
  55. Slmt pgi mbak Tien.. Mksihcerbung Rocinnya.. Salamseroja dan aduhaaii dri sukabumi.. 😍😍

    ReplyDelete
  56. Alhamdulillah ROCIN 44 buat sarapan pagi aja, maturnuwun Bu Tien πŸ™, salam sehat semangat dan ADUHAI....hmhm ikut dag dig dugπŸ˜€ siapa peneror nya .. ADUHAI

    ReplyDelete
  57. Alhamdulillah,masih sempat menikmati roti cinta..terima kasih Bu Tien, senantiasa sehat..Aamiin.

    ReplyDelete
  58. Manager cantik ini selalu menyatakan keberhasilan ini keberhasilan bersama, betapa cantiknya hati manager ini.
    Ribet banget rasanya mau nembak duluan nggak nyaman, ketika yakin terbuka peluang dan ada kesempatan menyatakan,;4¢” ditunda lagi, ada si Bejo yang teriak pada orang yang dicurigai dan minta berhenti..
    Batal deh pernyataan luapan hati Rustanto sama manager cantiknya.
    Sabar ya Rus.. kan masih ada waktu, besok lagi yaa...

    ADUHAI..

    Witri sudah punya gambaran bisa dekat dan merawat ibunya di rumah barunya hmm..
    Berharap ending nya bahagia agar tidak terbeban pembatasan² kegiatan yang mengiingat menekankan agar selalu waspada ..

    Terimakasih Bu Tien roti cintanya yang ke empat puluh empat, sudah tayang, salam sehat; sehat selalu doaku, sedjahtera, bahagia bersama keluarga tercinta πŸ™

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...