ROTI CINTA 43
(Tien Kumalasari)
“Oh, pak pengacara.. pak Dian ada di kantornya, mari saya antar,” kata Witri sambil menunjukkan pintu masuk ke kantornya Dian.
“Maaf, nama saya Suwondo, jangan panggil saya pak pengacara lagi,” kata pengacara itu sambil tersenyum dan melirik sekilas ke arah Ningsih.
“Oh iya.. maaf, pak Suwondo, mari saya antarkan,” kata Witri sambil tersipu, karena dia memang belum tahu namanya.
Ningsih ikut tersenyum, karena diapun kalau memanggil juga ‘pak pengacara’ bukan namanya.
Setelah mengantarkan Suwondo ke ruangan kantor Dian, Witri kembali ke loket kasir.
“Ada apa ya dia mencari mas Dian?” tanya Ningsih.
“Nggak tahu juga, katanya ada hubungannya dengan kasus pak Kusno.
“Semoga bukan berita buruk,” kata Ningsih sambil melayani pelanggan.
“Jangan khawatir mbak, bukankah kita berada dipihak yang benar? Pengadilan tidak akan menghukum orang yang salah.”
“Iya sih..”
“Nanti juga mas Dian pasti mengatakan pada mbak Ningsih, tentang pembicaraannya dengan pak pengacara, eh, pak Suwondo. Hehe.. kebiasaan ya, panggil pak pengacara?”
“Iya, semoga didepannya nanti tidak salah panggil, nanti dia menegur lagi.”
“Kebiasaan sih.”
“Oh ya Wit, nanti pulangnya aku nggak usah bareng ya?”
“Lha kenapa? Mau mampir-mampir?”
“Nggak sih, cuma nggak enak kalau ikut mas Dian terus. Kan dia sebenarnya hanya ingin mengantar kamu ?”
“Mengapa bilang begitu?”
“Takut mengganggu.”
“Memangnya aku sama mas Dian ngapain kalau pulang kerja? Cuma ngobrol.. dan selalu langsung ke rumah kok. “
“Nggak enak saja. Biarlah aku naik angkot saja.”
“Jangan mbak, sungguh tidak apa-apa. Masa sih, tinggal serumah tapi harus pulang sendiri-sendiri? Aneh dong.”
“Tapi kan..”
“Sudah, jangan pikirkan dan nggak ada itu, yang namanya pulang sendiri-sendiri. Berangkat bersama dan pulang harus bersama-sama pula. Sebentar ya, aku mau tukar uang kecil ke kantor. Sepertinya hampir habis uang kecilnya.”
“Iya Wit, memang tinggal sedikit.”
***
“Mas Wondo tadi mengatakan bahwa persidangan akan segera dilangsungkan,” kata Dian ketika mengantarkan Witri dan Ningsih pulang.
“Cepat sekali ya mas,” kata Witri.
“Kasusnya tidak begitu berat.”
“Mungkinkah Nurdin bisa lepas dari jeratan hukum ?”
“Mungkin bukti-bukti yang dikatakannya tidak akurat. Artinya nanti bakal ada saksi-saksi yang memberatkan. Bukankah ketika pak Kusno kehilangan sertifikatnya ada yang mendengar? Bu Narti misalnya.”
“Tapi bapak berharap Nurdin dibebaskan,” kata Ningsih.
“Pak Kusno sangat baik. Tapi mungkin karena itu Nurdin akan mendapat keringanan, entahlah. Dan tampaknya Nurdin cukup senang ketika mas Wondo mengatakan bahwa uangnya akan kembali.”
“Kasihan pak Kusno, uang seratus juta itu kan tidak sedikit?”
“Kemungkinannya tidak akan sampai sebegitu banyak. Mas Wondo sudah memancing-mancing, tapi belum tahu akan seberapa banyak. Nanti bilang sama ibu, tidak usah takut kalau harus menjadi saksi.”
“Iya mas, aku sudah bilang sama ibu karena kemungkinan itu kan ada. Ibu bersedia kok membantu.”
“Syukurlah.”
“Ngomong-ngomong pak pengacara itu namanya Suwondo ya? Tadi dia mengatakannya karena aku masih memanggilnya dengan panggilan ‘pak pengacara’.”
“Iya, memang namanya Suwondo. Kami sudah lama kenal baik. Dia itu seorang duda, isterinya meninggal saat melahirkan.”
“Innalilahi.. lalu bayinya sama siapa?”
“Ada pengasuhnya, sekarang hampir dua tahun umurnya.”
“Duuh… sejak lahir tidak mengenal ibunya ya.”
“Mas Wondo bekerja dirumahnya, jadi tidak sering meninggalkan anaknya.”
“Syukurlah.”
“Ningsih kok diam saja?”
“Saya mendengarkan saja,” kata Ningsih tersipu.
“mBak Ningsih itu tadi bilang, katanya mau pulang sendiri saja, nggak bareng kita.”
“Memangnya kenapa?”
“Takut mengganggu katanya.”
“Lhah.. memangnya kami mengapa?” kata Dian sambil tertawa.
“Takut merepotkan juga.”
“Mengapa berpikir begitu? Kan hanya sekalian pulang. Dan Witri pasti juga selalu harus buru-buru pulang karena punya tugas melayani ibunya. Tapi ibu sudah sehat kan Wit?”
“Sudah mas.. kemarin kontrol, sudah boleh makan nasi.. dan aktifitas sedikit-sedikit. Cuma saya belum mengijinkan ibu memasak. Saya selalu menyiapkannya pagi sebelum berangkat kerja.”
“Witri sangat rajin,” sela Ningsih.
“Biasa saja mbak.. itu kan kewajiban setiap anak kepada orang tuanya. mBak Ningsih pasti juga akan melakukannya kalau ibu sedang nggak enak badan. Tapi bu Kusno masih sangat sehat. Rajin memasak, bersih-bersih rumah.”
“Iya, ibu selalu begitu. Tapi ketika saya pulang, sedikit-sedikit saya membantu. Kalau dilarang pasti nggak mau.”
“Betul mbak, orang tua maunya semua dikerjakan sendiri. Ibu kalau tidak sedang sakit pasti tidak suka dilarang-larang.”
“Tuh kan, ibu-ibu kalau sedang ngrumpi jadi rame deh,” kata Dian sambil tersenyum.
Ningsih dan Witri tertawa.
“Memangnya bapak-bapak nggak suka ngrumpi ya?” tanya Ningsih.
“Kalau bapak-bapak sih ngrumpinya beda..” jawab Dian.
“Pasti tentang yang bening-bening..”
“Apa tuh bening? Kolam ? Sungai..?” kata Dian sambil tertawa.
“Iya barangkali..” kata Witri sambil tertawa.
Dan Ningsih senang menyaksikan keakraban itu. Biarpun anak seorang pengusaha tapi Dian selalu bersikap baik kepada semua orang.
***
“Bapak, persidangan mungkin akan diadakan dalam waktu dekat.”
“Begitu cepat?”
“Nggak tahu Ningsih pak, tadi pak Suwondo yang mengatakan itu.”
“Pak Suwondo siapa ?”
“Pak Suwondo itu nama pengacaranya. Bapak tidak tahu ?”
“Iya, bapak nggak begitu merasakan ketika dia memperkenalkan namanya. Bapak juga memanggilnya pak pengacara.”
“Tadi menemui mas Dian di kantornya, ketika Witri memanggilnya pak pengacara, dia mengatakan bahwa namanya Suwondo.”
“O.. iya, akan bapak ingat-ingat nama itu. Jadi kapan sidangnya?”
“Dalam waktu dekat katanya, nanti kan akan ada panggilannya.”
“Aku sudah mengatakan pada mas Suwondo bahwa aku mencabut gugatan itu, mengapa masih disidang?”
“Ya tetap akan disidang pak, ini perkara penipuan dan pencurian.”
“Tidak bisakah dia tidak dihukum?”
“Nanti pengadilan yang akan menentukan, bapak sudah melakukan yang terbaik, jadi tidak usah memikirkannya lagi.”
“Baiklah, lalu sekarang tentang nak Witri. Tadi ibumu bilang, bu Narti minta agar kita ikut menyambut tamu besan yang akan datang besok hari Minggu. Benarkah?”
“Iya pak, itu benar. Hari Minggu Witri dilamar, mereka tidak punya keluarga disini, jadi kita diminta untuk mewakili keluarganya.”
“Syukurlah, bapak ikut senang, nak Witri sudah akan menemukan jodohnya.”
“Iya pak.”
“Semoga nanti kamu juga akan bisa menemukan jodoh yang baik ya nak.”
“Bapak, Ningsih belum memikirkannya lagi. Kegagalan yang telah lalu membuat Ningsih jadi takut.”
“Malam tidak selalu kelam, karena akan datang hari esok yang benderang. Kamu harus percaya itu.”
“Iya bapak, semoga hari yang benderang itu akan segera tiba.”
“Aamiin.”
“Sekarang Ningsih akan membantu ibu dibelakang ya pak, ibu sedang menyiapkan makan malam.”
“Ya sudah sana, ibumu pasti senang, sekarang ada yang ngebantuin.”
***
Begitu sampai di Jakarta, Leo segera memeluk Dian dengan erat. Tadi yang menjemput keluarga Leo hanya Baskoro karena Dian sedang mengurusi pesanan untuk sebuah pesta.
“Anak bapak akhirnya sudah akan punya isteri. Bapak sangat bahagia Dian.”
“Iya pak, doakan terus Dian ya pak.”
“Bapak selalu mendoakan kamu nak, semoga kamu selalu menemukan kebahagiaan dalam hidup kamu.”
“Aamiin, terimakasih pak.”
“Curang kamu Dian, berani-beraninya mendahului aku,” canda Bian ketika ikut merangkul Dian.
“Kamu harus mengalah dik, kakak kamu ini lebih tua..”
“Oh, baiklah kakak.. “ kata Bian yang disambut tawa semua orang.
“Lha kamu kapan Bian ?” tanya Yanti.
“Sebentar lagi bu, nungguin Dita kalau sudah besar,” canda Bian lagi, yang kemudian menjerit karena Dita mencubitnya keras.
“Memangnya aku masih kecil ? Weeekk…” kata Dita sambil memeletkan lidahnya.
“Kan belum berani menikah, memangnya sudah berani?” sambung Dian.
Tapi Dita tidak menjawab, dia bersembunyi dibelakang punggung ibunya.
“Ayo aku antarkan kalian ke kamar. Bian biar tidur bersama Dian dikamarnya. Mas Leo dan ibu Rina juga sudah kami siapkan. Biar Dita dikamar Arin,” kata Yanti ramah sambil mengantarkan tamunya ke kamar masing-masing.
“Besok jam berapa acaranya?” tanya Leo ketika Baskoro mengikuti mereka.
“Pagi Leo. Jam sepuluhan begitu.”
“Baguslah, soalnya Bian sama Dita akan kembali sore harinya.”
“Mengapa buru-buru? Nggak libur Dit ?”
“Nggak om..”
“Dita sedang ngebut, supaya segera selesai kuliahnya.”
“Betul om, dia kan inginnya segera dilamar,” canda Bian lagi.
“Iiih… norak,” kata Dita sambil memelototi Bian, yang dipelototi malah tertawa.
“Ini Dina lagi sibuk ya ?” tanya Baskoro.
“Besok itu kebetulan juga pas hari pembukaan warungnya. Sayang juga kami tidak bisa ikut menikmati baksonya di hari pertama dia berjualan,” kata Leo.
“Waah, iya Leo, pasti kamu kecewa kan?”
“Tidak Bas, tidak ada acara khusus untuk itu, dia hanya memberi potongan harga bagi yang makan disitu hari besok.”
“Bagus, pintar juga dia menarik pelanggan. Semoga sukses deh. Lain kali kami juga ingin ke Solo beramai-ramai. Aku sudah bilang sama Dian, tapi nanti kalau suasana sudah memungkinkan, karena setelah lamaran ini kan kemudian harus segera memikirkan pernikahan mereka.”
“Iya, aku tahu. Aku ikut berbahagia Dian sudah menikah.”
Suasana menyenangkan itu berlanjut sampai malam. Dian merasa sangat bahagia berada diantara orang-orang yang mengasihinya.
“Sayang Arin tidak bisa pulang, karena tidak libur,” gumam Dian pelan.
“Sabar Dian, nanti saat kamu menikah pasti adik kamu akan datang,” kata Baskoro.
“Bapak harus mencari hari, dimana Arin bisa liburan.”
“Iya, pasti, siapa tahu mbak Risma dan mas Broto bisa ikut juga.”
“Semoga semuanya ada..” gumam Dian dengan wajah berseri.
***
“Benarkah kita tidak memasak apapun untuk menyambut tamu kita besok pagi?”
“Tidak bu, mas Dian sudah memesan masakan untuk besok, jadi kita tidak repot.”
“Oh, baiklah kalau begitu. Jam berapa mereka datang?”
“Jam sepuluhan bu.”
“Kita harus meminjam kursi dari pak Kusno juga, kita kan tidak punya banyak kursi.”
“Tidak bu, pak Kusno sudah meminjam kursi dari RT, besok pagi-pagi akan dikirim berikut mejanya. Kan tamunya tidak banyak.”
“Berapa kira-kira tamunya?”
“Hanya keluarga pak Baskoro, terus ada tamu bapak angkatnya mas Dian dari Solo, dan keluarga pastinya.”
“Wah, banyak tamunya.”
“Iya bu.”
“Tidak mengira hidup kamu akan seberuntung ini. Semoga kamu bahagia selamanya ya nduk.”
“Aamin bu.. kan semua ini terjadi karena doa ibu juga.”
“Apakah setelah menikah nanti ibu akan kamu tinggalkan?” kata bu Narti yang tiba-tiba wajahnya berubah sendu.”
Witri merangkul ibunya erat-erat.
“Mengapa ibu berkata begitu? Ibu adalah milik Witri satu-satunya. Kemanapun Witri pergi pasti ibu akan aku bawa serta.”
“Benarkah ? Apakah suami kamu akan mengijinkan?”
“Pasti dong bu, mas Dian sangat pengertian, mana mungkin dia melarang Witri tetap dekat dengan ibu?”
“Berhari-hari ibu memikirkannya, betapa akan sedihnya kalau ibu hidup sendiri.”
“Tidak bu, ibu tidak akan sendiri, Witri akan selalu berada dekat dengan ibu.”
“Terimakasih nak..”
“Ibu mikirnya aneh-aneh saja. Witri juga tidak akan bahagia kalau jauh dari ibu.”
Berlinang air mata bu Narti karena rasa haru yang meliputi perasaannya.
***
Hari itu warung bakso Dina dibuka. Banyak pembeli yang datang karena warung baru itu memberikan potongan separuh harga pada hari pertama buka.
Dina menyaksikan tamu-tamunya dengan tersenyum senang.
“Lihat mas, kalau begini terus kita bakalan sibuk.
“Ini kan karena ada potongan harga,” kata Rustanto.
“Tapi dengan ini mereka akan mencicipi masakan bakso di warung ini, dan semoga mereka suka dan akan kembali lagi kemari.”
“Iya benar.”
“Kita lupa memberi nama warung kita ini ya mas..”
“Iya, kita lupa. Ayo carilah nama yang bisa menarik pembeli,” kata Rustanto.
“Yang bisa menarik pembeli itu rasa baksonya, bukan nama warungnya.”
“Sama saja, kalau mereka membicarakannya ditempat lain, harus tahu nama warung ini kan?”
“Tidak apa-apa, sambil jalan aku akan memesan papan nama yang besar didepan sana. Enaknya diberi nama apa ya? BAKSO RUSTANTO,” kata Dina.
“Ogah ah, masa nama aku.”
“Bagaimana kalau BAKSO CINTA?”
“Mengapa bakso cinta?”
Dina tertawa.
“Ingat toko roti punya om aku di Jakarta. Namanya Roti Cinta.”
“Bagus nama itu, aku suka, supaya pembeli benar-benar jatuh cinta sama bakso kita?”
“Oke, setuju ya.. BAKSO CINTA ? Nanti aku mau pesan papan namanya yang agak besar.”
“Wouww… bakso cinta,” gumam Rustanto.
Apakah nama cinta itu menyindir dirinya yang memang sedang jatuh cinta?
Rustanto memaki dirinya sendiri yang selalu mengangankan sesuatu yang tak mungkin. Diliriknya Dina yang sedang berseri-seri wajahnya sambil sesekali menatap hiruk pikuk pembeli diluar, dari kaca yang membatasi ruangannya.
Tiba-tiba terdengar teriakan keras orang marah-marah.
“Apa? Warung apa ini? Bagaimana mungkin didalam mangkuk ini bisa ada kacoaknya?”
Dina dan Rustanto terkejut bukan alang kepalang.
***
Besok lagi ya
Siap mbk
ReplyDeleteAlhamdulillah mb Nani juara 1
DeleteTerimakasih bu Tien dpt roti hangat, slm sehat tetap semangat
DeleteSelamat jeng Nani Juara 1
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta eps_43 masih hangat, sdh datang.
DeleteYuk .... kita nikmati bareng-bareng.
Terima kasih bu Tien selamat malam, salam SEROJA dan tetap ADUHAII......
Selamat juara 1 mbak Nani
DeleteSelamat juara 1 mbak
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah, terima kasih bu tien... suguhan rc 43 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah... Makasih mbak Tien kiriman rotinya. Masih anget kebul kebul nih.
ReplyDeleteSalam aduhai mbak Tien. Selamat rehat
Alhamdulillah rocin ready.. salam sehat penuh Aduhaaaai bunda Tien sayang ❤️😘
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi Grobogan.
Aku nek nyegat Roti mesthi telat,,,Sugeng Dalu jeng Tien selalu sehat nggih,,
ReplyDeleteSuwum mb Tien Rocin ...salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah yang di tunggu telah hadir RoCin 43 , terimakasih bunda Tien ,moga sehat selalu ,salam kangen dari Jakarta
ReplyDeleteSelamat malam Bu Tien....
ReplyDelete😀.. semalam saya baca sampai ketiduran, ketika terbangun lanjutkan membaca
Delete😀😀😀.. akhirnya seperti tebakan awal ku, ketika pertamakali Dina jajan bakso, akan ada 'BAKSO CINTA'
Trimakasih Ibu Tien semoga ibu dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
.
Tiba-tiba terdengar teriakan keras orang marah-marah.
Delete“Apa? Warung apa ini? Bagaimana mungkin didalam mangkuk ini bisa ada kacoaknya?”
Dina dan Rustanto terkejut bukan alang kepalang.
Jangan-2 ini ilah orang suruhan Eny... Yang tidak rela Rustanto berjodoh dengan Dina....mereun...
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih Rocin mya bunfa Tien
Masij hangat
Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat aamiin
Dalam sehat fan aduhai dari Purworejo
Terima kasih roti cinta nya mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi Grobogan
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Slmt mlm mbak Tien.. Alhamdullilajsdh hadir rocin 43..Semoga mbak sehat selalu danbtetap semangat berkarya.. Slmseroja dan aduhai dri sukabumi unk mbak Tien sekeluarga🥰🥰
ReplyDeleteTerima kasih.Roti.Cinta ke 43
ReplyDeleteSalam sehat dari surabaya....
Sebutin namanya dong dari sby
DeleteAlhamdulillaah... Roti Cinta sudah tayang..
ReplyDeleteMakin menarik,
Matur nuwun ibu Tien,
Semoga ibu dan keluarga Sehat dan Bahagia Selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin....
Salam SeRoJa.... ADUHAI...
Alhdulillah Bakso Cinta sudah buka...
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien salam sehat
Mksh, mb Tien. sampun gasik.
ReplyDeleteWaduh kok ada yg sirik ya.
Semoga ketahuan
Salam sehat mb Tien.
Yuli.Semarang
Makasih bu Tien, salam aduhai 🙏
ReplyDeleteRoti cinta, bakso cinta... Aduhai sekali...
ReplyDeleteAduh siapa yang bikin onar nih. Pasti ada yang sirik tuh. Ngasih kecoak di mangkoknya terus bikin ribut. Semoga Ketahun ya. Kasihan Dina dan Rustanto. Baru merintis usaha kok sudah ada yang sirik... Huh... Bikin gemes tenan ki
Makasih Bunda untuk ROTI CINTA nya.Sukses selalu.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.Salam kami dari Jkt
𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕒𝕕𝕒 𝕪𝕘 𝕦𝕤𝕚𝕝 𝕜𝕒𝕣𝕖𝕟𝕒 𝕥𝕚𝕕𝕒𝕜 𝕤𝕖𝕟𝕒𝕟𝕘 𝕕𝕖𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕤𝕦𝕜𝕤𝕖𝕤𝕟𝕪𝕒 𝕓𝕒𝕜𝕤𝕠 𝕔𝕚𝕟𝕥𝕒..𝕤𝕖𝕙𝕚𝕟𝕘𝕘𝕒 𝕒𝕕𝕒 𝕜𝕖𝕔𝕠𝕒𝕜 𝕪𝕘 𝕞𝕒𝕤𝕦𝕜 𝕕𝕒𝕝𝕒𝕞 𝕞𝕒𝕟𝕘𝕜𝕠𝕜...𝕊𝕒𝕓𝕒𝕣 𝕤𝕒𝕓𝕒𝕣 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕜𝕖𝕝𝕒𝕟𝕛𝕦𝕥𝕒𝕟𝕟𝕪𝕒 𝕞𝕦𝕟𝕘𝕜𝕚𝕟 𝕓𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕪𝕘 𝕝𝕖𝕓𝕚𝕙 𝕥𝕒𝕙𝕦...𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀 𝕀ℕ𝕀 ℂ𝔼ℝ𝕀𝕋𝔸. 𝕊𝕒𝕝𝕒𝕞 𝕤𝕖𝕙𝕒𝕥 𝕤𝕖𝕝𝕒𝕝𝕦 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟.
ReplyDelete𝕊𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚𝕟𝕪𝕒 ℕ𝕚𝕟𝕘𝕤𝕚𝕙 𝕛𝕦𝕘𝕒 𝕒𝕜𝕒𝕟 𝕓𝕖𝕣𝕛𝕠𝕕𝕠𝕙 𝕕𝕖𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕊𝕦𝕨𝕠𝕟𝕕𝕠 𝕟𝕒𝕘𝕒 𝕟𝕒𝕘𝕒 𝕟𝕪𝕒...𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝔸𝕕𝕦𝕙𝕒𝕚 𝕒𝕝𝕦𝕣 𝕔𝕖𝕣𝕚𝕥𝕒 𝕟𝕪𝕒.
DeleteAlhamdulilah Rocin 43 sudah hadir. Matur nuwun Bunda Tien semoga sehat selalu, barokah dan lancar.
ReplyDeleteAlhamdulillah,roti cinta sudah ternikmati..terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 43 sdh mateng
ReplyDeleteMatursuwun mb Tien, smg sehat sll
Salam seroja ADUHAI BANGET
Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien ROTI CINTA nya,,
ReplyDeleteSabar ya Dina,,itu org yg tdk suka,,,
SALAM sehat wal'afiat semua n Aduhaaii banget bu Tien 🙏🙏
Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien Rocinnya. Semoga selalu sehat.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteSelamat ya Dina-Rustanto, atas dibukanya Bakso Cinta.... Tapi bagaimana ada kecoa di bakso seorang pembeli? Mungkin itu akal akalan orang yang takut tersaingi. Semoga cepat terselesaikan.
Benar perasaan pembaca, pemain figuranpun dibuat bahagia, pak Pengacara mudah-mudahan berjodoh dengan Ningsih.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Bakso cinta....bagus juga....terima kasih mbak Tien, semangat terus...semoga selalu sehat...
ReplyDeleteMatur nuwun bu.... segera dinikmati rocin paringan.
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Untuk meraih keberhasilan selalu saja ada kerikil kerikil yg menghadang.
ReplyDeleteAtas dasar iri atau mungkin cemburu orang bisa bertindak semau que. Dan Enikah pelakunya ???
Jadi ingin cepat pingin hadir Rocin berikutnya.
Wah mas8h ada saja orang yang sabotase
ReplyDeleteYetona kasih bu tien
Terima kasih bu tien cerbungnya
ReplyDeleteWhadduuuh.. bakso cinta ada kecoak??
ReplyDeleteSmg Fina dan Rustanto tdk lupa pasang cctv di warungnya ya bunda Tien.. biar ketauan yg memfitnah mereka. Aamiin..
Maksudnya Dina bukan Fina.. maaf salah nutul.. hihihi🙏😁
ReplyDeleteAlhamdulillah...wah siapa yg bikin onar di bakso cinta yaa..haduhhh....bikin dag dig dug bacanya..setelah diawal cerita bikin adem ayem....semakin aduhai cerita nya.... terimakasih bunda Tien....
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda 🙏🙏🙏
*LEMBAR KOREKSI:*
ReplyDelete1. “Bapak selalu mendoakan kamu nak, semoga kamu selalu _menamukan kebahagiaan_ dalam hidup kamu.”
# “Bapak selalu mendoakan kamu nak, semoga kamu selalu *_menemukan kebahagiaan_* dalam hidup kamu.” #
2. Semoga sukses deh. Lain kali kami juga ingin ke Solo _berramai-ramai._ Aku.....
# Semoga sukses deh. Lain kali kami juga ingin ke Solo *_beramai-ramai._* Aku .....#
3. “Pasti dong bu, mas Dian sangat pengertian, _mana mungki_ dia melarang Witri tetap dekat dengan ibu?”
# “Pasti dong bu, mas Dian sangat pengertian, *_mana mungkin_* dia melarang Witri tetap dekat dengan ibu?” #
Wah......bu Tien bikin konfik baru nich.....
Masak basonya ada kecoaknya?
Ulah siapa ini ...ya????
Monggo bu dilanjuttttt
Ditunggu episode berikutnya....
Selamat malam salam ADUHAI...
Setiap di akhir sesi selalu ada kejutan.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Sugeng dalu Bu Tien, kiriman Roti vinta sedang di nikmati, matur nuwun sanget?, salam aduhai dari kota Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah, rocin sdh hadir...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien...
Salam sehat selalu....🙏🙏
Alhamdulillah ROCIN 43 madih anget, maturnuwun Bu Tien, smoga sehat selalu,salam hangat dan ADUHAI...tetap ADUHAI ya bu..
ReplyDeleteTetap ADUHAI Yangti
ReplyDeleteAduhai siapa lg nih yg mau cari gara2 ada kacoak dalam mangkok ? Pasti yg iri hati,,,besok lagi....
ReplyDeleteTks mbak Tien.
Alhamdulillah ROCIN 43 sdh datang, matursuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu dari BEKTI...makin ADUHAI deh
Waduh belum apa-apa sudah ada yang ga suka dengan bakso cinta...ngasih kecoa tambah seru tegang ceritanya
ReplyDeleteSehat terus ya bu Tien
Trimakasiih mbak Tien..RC43nyaa...
ReplyDeleteDuuuh...lg senengnya baca..
yang mau lamaran..
yang mau lirik2an..
yang senang nama warung 'bakso cinta'
Eeeh...ada yg siriik...
Siapa yaaa...
Jangan2 suruhan Eni tuh...😔😔
Semoga ga pengaruh pd pembeli lain yaaaa...🤲
Salam sehat selalu dan aduhaii sekali mbak Tien...🙏🥰⚘
Rocin 43 makin geumes ..loo ada yg mau jahil ma kecoak .awas hati2 Rustanto sering perhatikan yaa .biasa julit ...semangat Bakso Cintaaa..salam Aduhai dan Sehat u Bu Tien
ReplyDeleteSiapa yg cb buat suasana gaduh di wrg Bakso Cinta? Jgn2 org yg tdk suka dg kerjasama antara Dina dan Rustanto? Tdk mgkn klu Ferry...sdh berhutang budi pd Abian? Atau jgn2 org suruhan Eny kah? Slm seroja utk mb Tien dan para pctk🤲🙏
ReplyDeleteWah Bakso Cinta?? sekuel Roti Cinta ni bunda Tien njih....
ReplyDeleteasiikk makin ADUHAI sekali ni bun..😍😍
Suwun ibu....
ReplyDeleteMugi ibu tansah pinaringan sehat.
Siapa yg bikin kacau ya..
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Semakin seruu..
Salam hangat dan selalu aduhai
Alhamdulillah kiriman Rocinnya Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk kita semua 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSeroja dan ADUHAI Ibu Sri
DeleteLama gak main2 kesini...ternyata Roti Cinta sdh sampai episode ke 43.... Harus agak ngebut nih bacanya...
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Kemana saja cak ?
DeleteAkhirnya ada bakso cinta...plus kecoa...haa idenya aduhai...yes yes...
ReplyDeleteADUHAI ibu Ninik
DeleteAssalamualaikum wr wb. Rupanya ada seseorang yg tidak senang atau benci, iri atas kesuksesan Dina dan Rustanto, shg membuat fitnah. Agar nyaman dan aman bagi pembeli Bakso Cinta, sebaiknya Dina segera memasang CCTV, di dalam dan di luar warung. Dengan demikian semua kegiatan warung itu, baik saat buka maupun saat tutup, keadaan warung bisa dipantau CCTV. Maturnuwun Bu Tien, setelah subuh sdh bisa menikmati RC, yg semakin menarik dan seru. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon, sehat wal afiat dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
ADUHAI pak Mashudi
Alhamdulillah datang RoCin nya
ReplyDeleteSemaleman dipentelengi blom keluar dr oven
Salam sehat mbak Tien
Salam Aduhaiii
Masih sore lho ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah RC43 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Nah semakin seru aja bu Tien. Nampak tokoh baru Suwondo. Akankah Suwondo tertarik dengan Ningsih? Ya terserah bu Tien lah yg punya cerita, aduhai bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sempat baca Rocin 43.. sepertinya ada yang sabotase fengan menaruh kecoak fi mangkok baksonya.
ReplyDeleteSemoga bisa diselesaikan dan yg sabotase dapat ditangkap .aamiin
Nah yg ada kerlip antara Ningsih dan pak.pengacara..yg satu janda tdk bisa punya anak..yg satu duda punya anak balita yg butuh kasih sayang ibunya.. Semoga bu Tien mencomblangi keduanya..aamiin. ngarep.com
Rocin....crita nya makin seru...yg selalu di tunggu mb Tien...salam aduhai
ReplyDeleteNungguin sambil terkantuk-kantuk😫
ReplyDeleteKopinya sdh habis
ReplyDeleteRocin 44 belum nongol juga
Alhamdulillah Rocin 44 telah tayang...
ReplyDeleteMakasih mb.Tien,dak tunggu rocin 44 .
ReplyDelete