Saturday, October 2, 2021

ROTI CINTA 42

 

ROTI CINTA  42

(Tien Kumalasari)

 

Rustanto menoleh, dan melihat tiga orang wanita memasuki ruangan, tapi salah satunya mendekat kearah meja dimana Rustanto dan Dina duduk.

“Eny ?” sapa Rustanto.

Eny segera menarik kursi kedekat Rustanto, dan duduk dengan santai, sementara dua orang temannya sudah duduk di tempat yang agak jauh.

“Dina, restoran kamu sudah mulai? Beberapa hari yang lalu aku pengin makan di baksonya Rustanto, tapi sudah nggak ada,” katanya kepada Dina.

“Mungkin dalam dua tiga hari mendatang, tanya tuh sama mas Rustanto. Dia kan motornya.”

“Aah, Dina bisa aja..”

Eny menatap Rustanto dengan pandangan memikat, tapi ia heran Rustanto memanggil Dina dengan namanya saja, dulu kan pakai ‘mbak’.

“Rus.. tapi kamu sekarang kelihatan ganteng lho. Aku ingat ketika kita masih kuliah dulu, wajah kamu nggak berubah. Beda dengan ketika kamu masih jualan bakso,” kata Eny.

“Iya, aku kotor dan bau kan?” kata Rustanto sambil menatap Dina yang sibuk minum sisa minumannya di gelas.

“Benar, dan sekarang kok bau wangi ya?” katanya sambil mencium pundak Rustanto.

“Sudah, kamu ini nggak pantas berbuat begitu, dilihatin orang banyak, tahu.”

“Memangnya aku ngapain? Cuma mencium pundak kamu, dan wangi lho. Ya nggak Din?” katanya kemudian kepada Dina.”

“Nggak tahu aku, kan aku nggak nyium-nyium begitu, kayak kucing saja,” kata Dina sambil tersenyum, masam sih.

“Hahaa.. iya sih, aku kayak kucing, tapi bukan kucing garong lho.”

“Ya sudah Din, sebaiknya kita pulang sekarang kan? Apa masih mau nambah lagi?” tanya Rustanto kepada Dina.

Dina tersenyum lebar. Ia senang Rustanto mengajaknya pulang. Kedatangan Eny sungguh merusak suasana akrab bersama Rustanto yang susah sekali dibangunnya, karena tadinya Rustanto selalu sungkan berakrab-akrab dengannya.

“Baiklah, kita sudah selesai dan sudah kenyang. Tuh En, ditungguin teman-teman kamu,” kata Dina.

“Iya, itu teman-teman kantor, habis belanja-belanja terus kelaparan. Jadi sudah mau pulang nih?” tanyanya sambil menatap Rustanto.

“Iya, kami sudah dari tadi,” katanya sambil berdiri, diikuti Dina. Keduanya menuju ke arah kasir.

Eny bersungut-sungut melihat ke akraban mereka, lalu iapun bergabung dengan teman-temannya.

Sambil melangkah keluar, Dina merasa aneh pada dirinya sendiri. Mengapa melihat sikap Eny dia merasa kesal? Memangnya salah apa Eny kalau berakrab-akrap dengan Rustanto.

“Jangaaan, perasaan apa ini?” kata batinnya.

Dina terkejut ketika Rustanto menariknya, rupanya ia berjalan sambil melamun, sehingga tidak berhenti dimana mobilnya di parkir.

“Dina, itu mobil kamu disitu.”

“Aaaah.. iya tuh, hahaaa… aku melamun..” katanya sambil tertawa dan kembali menuju ke arah mobilnya.

“Ngelamunin apa sih?” tanya Rustanto ketika dalam perjalanan pulang.

“Apa ya tadi.. kok lupa aku, tadi ngelamunin apa..”

Rustanto tertawa.

“Masa sih lamunannya sendiri bisa lupa?”

“Iya, banyak yang dilamunin..”

“Ada-ada saja..”

“Besok aku samperin jam sembilan pagi ya. Kita harus menunggu kiriman perabot yang kita pesan.”

“Iya..  banyak yang besok mau kirim barang. Kita semakin sibuk.”

“Iya mas, tapi aku sudah minta tolong pada orang yang nanti mengirim, untuk ikut menata barang-barang kita. Nanti kita tambahin tip buat dia.”

“Syukurlah, jadi biar cepat selesai.”

“Besok teman mas yang tukang masak itu suruh datang ya mas, biar dia ikut belanja semua keperluan masak.”

“Iya, besok aku ajak dia, barangkali dia juga bisa bantu-bantu menata barang-barang.”

“Hhh… seneng aku.. akhirnya jadi ya mas..”

Rustanto ikut tersenyum melihat Dina tampak ceria.

“Tapi aku nggak suka melihat sikap Eny tadi.”

Tuh kan, akhirnya berbelok ke arah Eny.

“Memangnya kenapa?”

“Dia akrab banget sama mas Rustanto.”

“Dari dulu dia begitu.”

“Tampaknya mas Rustanto itu istimewa buat dia. Itu juga sebabnya ketika aku ajak dia makan baksonya mas Rustanto, ia begitu cepat mengenali mas Rustanto, sedangkan aku lama sekali mengingat-ingat tapi nggak ketemu juga.”

“Iya, kelihatan dari baunya barangkali,” kata Rustanto bercanda.

“Bau bakso itu, kalau ketika kuliah mungkin agak wangi kayak tadi ketika dia mencium-cium seperti kucing,” kata Dina gemas.

“Tapi bukan kucing garong katanya,” kata Rustanto sambil tertawa.

“Kalau diladenin, lama-lama bisa jadi kucing garong dia.”

“Aduh, aku tuh kan orangnya tidak gampang akrab sama orang, biarpun teman. Jadi susah juga meladeni dia, takutnya benar-benar jadi kucing garong.”

“Dia sejak dulu suka sama mas Rustanto.”

“Nggak, siapa yang suka sama aku? Nggak ada lho.”

“Dia bilang sendiri tuh.”

“Bohong..”

“Benar. Seneng lho, dicintai orang cantik, pintar, sudah mapan..”

“Tapi aku nggak suka kucing..”

Dina tertawa. Entah mengapa jawaban itu melegakannya. Aduuh, kenapa dengan hati Dina?

***

“Bapak, kita jadi ke rumah bu Narti Minggu depan kan?” kata Dian kepada  Baskoro.

“Iya, kan sudah direncanakan.”

“Kalau begitu Dian akan mengabari bapak Leo ya?”

“Lho, memangnya kamu belum mengabari ?”

“Sudah sih, tapi kan harus diingatkan lagi setelah dekat. Siapa tahu bapak Leo lupa?”

“Ya sudah, ingatkan lagi saja kalau begitu. Dia pasti bersama anak-anak kan ?”

“Dita, mungkin bisa, tapi Dina sedang sibuk membuka usahanya.”

“Ooh, iya, warung bakso itu ya? Sudah buka ?”

“Baru proses mau buka pak, makanya belum bisa kemana-mana.”

“Syukurlah, senang mendengarnya. Akhirnya kesampaian juga apa yang diinginkannya. Ini adalah dunianya. Semoga berhasil.”

“Dia dibantu seorang penjual bakso, yang sebenarnya juga seorang sarjana.”

“Bagus, ada pakarnya berarti. “

“Nanti kalau sudah selesai Dian akan mengajak Witri ke Solo untuk melihat warung baksonya Dina.”

“Bapak juga ikut kalau begitu.”

“Yaaah..akhirnya kita akan ramai-ramai kesana.”

“Tapi nanti setelah kamu menikah.”

“Dian jadi deg-degan.. bagaimana ya rasanya menikah?”

“Ya nanti kan kamu bisa merasakannya, masa bapak harus menceritakannya.”

“Ya sudahlah, Dian mau menelpon bapak Leo dulu.”

“Sampaikan salam bapak sama ibu ya.”

***

“Rin, aku hampir lupa, besok Minggu kita ke Jakarta lho.”

“Iya, bapak kok bisa lupa?”

“Kalau Dian tidak mengingatkan, bapak benar-benar lupa.”

“Dian akan menangis kalau mas benar-benar lupa.”

“Ah.. ya enggaklah, Dian pasti mengingatkannya, dan dia memang juga sudah mengingatkannya kan.”

“Dita mau ikut ?” tanya Leo kepada Dita yang baru keluar dari kamar. Akhir-akhir ini Dita sangat sibuk belajar. Ia harus bisa segera menyelesaikan kuliahnya.

“Kemana pak?”

“Acara lamaran kakakmu Dian..”

“Duh, ingin pak.. tapi kalau cuma sehari saja ya nggak apa-apa.”

“Mas, Dita ngebut supaya segera dilamar..” ledek ibunya.

“Ah, ibu..”

“Iya, cuma sehari. Siapa tahu Bian bisa ikut, dia kan sahabat Dian. Kalau kamu ingin sehari saja, bisa pulang bareng Bian, Bapak kan inginnya ketemu Dian lebih lama,” kata Rina.

“Benar, coba tanya sama Bian, apakah dia ada waktu., kata Leo.

“Iya, nanti Dita tanyakan. Pasti mas Dian seneng kalau mas Bian ikut.

“Kalau Bian ikut, kamu bisa pulang lebih dulu.”

“Iya bu, sekarang Dita mau mandi dulu.”

***

“Ke Jakarta? Besok minggu?” tanya Bian ketika menjemput Dita.

“Iya mas, tapi berangkat hari Sabtunya. Setelah selesai acara kita pulang duluan ya mas, pasti bapak sama ibu ingin lebih lama disana.”

“Baik, memang hari Seninnya ada pertemuan penting di kantor, baguslah kalau bisa pulang Minggu sorenya, atau kalau harus Senen ya pagi-pagi.”

“Aku harus masuk hari Senennya.”

“Nanti kita atur saja, yang penting kepentingan kita masing-masing bisa terpenuhi. Aku juga ingin lebih lama bersama kamu, habisnya setiap hari kamu selalu buru-buru, hari Minggu juga jarang bisa keluar.”

“Kan kita pasti ketemu kalau aku pulang kuliah. Bukankah aku harus segera menyelesaikan kuliah aku?”

“Iya aku tahu, aku juga ingin buru-buru melamar nih.”

“Hm.. dari dulu inginnya buru-buru terus.”

“Aku sudah tua Dit..”

“Tapi aku masih kecil…”

“Hiih.. kecil hidungnya kan?” kata Bian dengan gemas. Ingin sekali ia mencubit hidung kecil mancung yang menghiasi wajah cantik nan menawan itu.

“Aku berharap mbak Dina bisa menikah lebih dulu.”

“Apa sudah ada seseorang yang dekat dengan Dina?”

“Entahlah. Akhir-akhir ini mbak Dina sibuk dengan warung bakso yang hampir dibuka dalam waktu dekat ini. Kalau dia pergi-pergi.. paling-paling ya cuma sama mas Rustanto.”

“Nah, siapa tahu mas Rustanto bisa menarik hati Dina.”

“Ah.. benarkah? Tapi mas Rustanto itu kan pemalu, sedangkan mbak Dian itu cerewet.”

“Justru itu pasangan yang pas. Mas Rustanto itu sebenarnya ganteng lho. Dan dia juga anak sekolahan. Hanya karena keadaan saja dia jadi penjual bakso.”

“Iya sih. Dia juga baik, tutur bahasanya apik. Seandainya benar, aku senang. Nanti aku godain mbak Dina deh.”

“Nah, dengan itu nanti akan ketahuan isi hatinya.”

“Kalau benar, maka mbak Dina harus menikah lebih dulu. Itu harapan aku.”

“Iya, aku juga suka, lebih baik Dina dulu. Sekarang kita mau makan dimana?”

“Bakso..”

“Lhoh, kemarin kita sudah lewat dan baksonya sudah tutup seminggu lalu,” kata orang disekitar situ.”

“Iya, aku lupa. Lewat di kios barunya saja yuk.”

“Tapi mereka belum jualan bakso lho.”

“Iya .. aku pengin lihat warungnya dulu.”

“Nggak jadi lapar dong.”

“Nanti cari bakso yang lain.”

“Baiklah, aku ngikut saja kok.”

***

“Witri, aku tidak mengira bahwa mas Dian itu calon kamu,” tanya Ningsih di tempat kerjanya.

Witri tersenyum, tersipu.

“Iya, sebetulnya kami tidak sepadan ya, tapi mas Dian nekat mau memperisteri aku. Yah, mau bagaimana lagi.”

“Kamu sungguh beruntung Witri, mendapatkan calon suami yang begitu baik dan kaya. Dia juga ganteng.”

“Iya mbak, tapi sebetulnya predikat kaya itu membuat tadinya langkahku terhenti. Apa ya pantas, aku jadi menantu pemilik toko dan resto ini. Aku menolaknya berkali-kali, tapi dia tak mau berhenti.”

“Namanya juga cinta Wit, apapun dan bagaimanapun harus didapatkan. Bukan seperti aku ini. Tadinya aku nggak suka sama Nurdin, tapi ia terus membujuk dengan iming-iming harta. Dia bersedia memperbaiki rumah bapak, bersedia memberi makan bapak sama ibu setiap bulan. Yah, bukannya aku tergiur hartanya sih, tapi tergiur oleh janjinya akan memperbaiki kehidupan orang tuaku. Itu yang membuat kemudian aku bersedia. Tak tahunya justru membuat hidup kami tidak tenteram.”

“mBak Ningsih harus sabar ya, semua itu ada hikmahnya. Dengan pulang dan hidup bersama orang tua, bukankah hati mbak Ningsih terasa lebih nyaman?”

“Benar Wit, selama jadi isterinya, hanya sebentar aku merasa senang dan bahagia. Selebihnya adalah siksaan, apalagi setelah dokter menyatakan bahwa aku mandul.”

“Tidak apa-apa mbak, nanti juga yang jahat akan mendapatkan balasannya.”

“Bapakku tidak ingin membalasnya. Dia tetap ingin mengembalikan uang Nurdin dengan menggadaikan sertifikat itu, dan ingin agar Nurdin bebas.”

“Ya ampun mbak, begitukah ? Alangkah baik hati pak Kusno..”

“Aku juga tidak mengira bapak akan melakukannya. Kata bapak, hidup akan lebih tenteram tanpa adanya permusuhan.”

“Itu benar mbak. Tapi membutuhkan jiwa besar dan hati mulia untuk melakukan semua itu. Aku kagum pada pak Kusno.”

“Itulah bapakku Wit. Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang. Karena bagaimanapun, dengan adanya kasus itu nanti kan kami juga akan ikut terlibat. Mungkin bu Narti dan kamu bisa ikut dijadikan saksi. “

“Iya, nggak apa-apa mbak, kami pasti akan membantu. Tapi akan mudahkah mencari uang untuk mengganti uang Nurdin? Sebanyak itu ?”

“Pak pengacara akan terus minta agar Nurdin mengatakan berapa sebenarnya uang yang dipergunakan untuk membangun rumah bapak. Bukan seratus juta pastinya. Itu kan akal-akalan dia saja.”

“Mudah-mudahan segera ada jalan terbaik ya mbak.”

“Aamiin.”

“Besok Minggu aku dibantuin ya mbak, supaya kelihatan bahwa aku punya kerabat. Soalnya aku hanya sama ibu. Jadi nanti pak Kusno bersama ibu, dan mbak Ningsih, menjadi keluarga aku yang akan menyambut datangnya keluarga pak Baskoro.”

“Apakah kita akan libur ?”

“Hari itu kita akan libur, mas Dian sudah mengaturnya.”

“Baiklah, senang sekali bisa menjadi keluarga kamu.”

Mereka berbincang diantara kesibukan mereka melayani pelanggan, dan Witri senang karena Ningsih segera bisa menguasai pekerjaan barunya.

“Aku belum pernah bekerja sebelum ini,” kata Ningsih.

“Tapi mbak Ningsih sudah pintar. Pak Baskoro sama ibu senang melihat kerja mbak Ningsih.”

“Benarkah? Jangan meledek aku dong Wit, aku kan masih belajar.”

“Benar, aku tidak bohong. mBak Ningsih memang cepat sekali menguasai tugas ini.”

“Syukurlah. Tapi sedihnya, besok kalau kamu menikah, aku tidak bekerja bersama kamu lagi.”

“Ya enggak mbak, kita pasti akan sering bertemu. Aku sendiri belum tahu akan bagaimana nantinya. Yang penting kita masih akan sering bertemu.”

Tiba-tiba seseorang mendekat, bukan akan membayar belanjaan, Ningsih mengenalnya karena dia pengacara yang membantu bapaknya.

“Lho, kok mbak Ningsih ada disini ?”

“Iya pak, saya memang bekerja disini. Pak pengacara ingin bertemu siapa?”

“Saya ingin ketemu mas Dian. Ini juga ada hubungannya dengan kasus pak Kusno.”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

112 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah Roti (hangat) Cinta hari ke 42 sudah datang, yuk kita nikmati bareng2.

      Terimakasih bu Tien, met malem, salam SEROJA dan tetap ADUHAI & semangat.

      Delete
    2. Matur nuwum mbak Tien, semoga sehat selalu. Aamiin....

      Delete
  2. Alhamdulillah Rocin 42 sdh hadir, makasih bu Tien , slm sehat tetap semangat

    ReplyDelete
  3. Nih dia yg di tunggu2
    Roti msh hangat lho

    Mksh bunda Rocin 42 tayang

    Yuuk yg penasaran baca segera
    Ningsih yg mulai benah diri segera pngn kerja

    Nurdin yg mulai galau kebohongan yg terkuak
    Pak Kusno dgn legowo dgn apa yg terjadi

    Kios bakso udah siap2 tggl nata perabotan

    Trus siapa tuh yg teriak panggil Ruuuus

    Eni kah dia
    Wouw mksh bunda Tien yg luar biasa

    Sehat selalu doaku
    Salam sayang buat bunda

    ADUHAI

    ReplyDelete
  4. Terimakasih bunda Tien.. Rocin 42 sdh hadir.. mengisi mlm minggu ini.. salam sehat penuh Aduhaaaai utk bunda tercinta..❤️😘

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun Bu Tien.
    Mugi Ibu saha rencang sedaya tansah pinaringan kasarasan, Amiin

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah sudah terbit, semoga mbak Tien sehat selalu...

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.... terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  8. Selamat malam, trimskasih Inlbu Tien.. cerita ibu selalu menemani malam hari ku ( kecuali hari Minggu 😉)

    ReplyDelete
  9. Tharara rocin 42 hangat dan harum..

    Heemm uenaknya hangat"

    Trmksh mb Tien, ....

    Salam seroja dan ADUHAI SELALU

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah,terimakasih bunda Tien ,tuk hadirnya RoCin 42

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah gasik untuk teman malam Ahad Rocinnya.
    Makasih Bunda Tien sehat terus dan lancar n barokah. Aamiin

    ReplyDelete
  12. Aah... akhirnya tayang.. mtr nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillag Rocin sdh tayang terima kasih bu Tien..
    Salam sehat selalu...
    Semoga pak pengacara berjodoh dg ningsih...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ....
    Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
    Matur nuwun bu Tien..
    Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin..... .

    Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
    .

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah Rocin 42 sudah tayang
    terima kasih mb Tien ...

    ReplyDelete
  16. Akhirnya jd juara 1 jg.. ntar dpt hadiah ya bu Iin? Hehe.. maaf ya kakek Habi.. biasanya yg juara 1 bu lin, bu Wiwik, bu Nani, kakek Habi dan pak Perir.. skrg pas lg buka blog bu Tien.. eh pas ada.. alhamdulillah..

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah RC 42 dah tayang
    Makasih bunda Tien semoga sehat walafiat

    Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  18. Alhamdulilah tks bu tien ...sehat sehat selalu ya bun ..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  19. Semoga semua berakhir bahagia....
    Alhamdulillah ROCIN sdh datang , suwun mbak Tien
    Aduhai...... salam sehat selalu dari bekti

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah roti nya udah keluar dari oven. Gasik. Makasih mbak Tien. Selalu bikin penasaran ingin segera tahu kelanjutannya. Slaam aduhai mbak Tien

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku roti-nya sudah diantar.
    Sudah mulai melambat lajunya, mungkin sudah mendekati finish.
    Cerita yang penuh dengan makna kehidupan, gambaran kebaikan dan keburukan.
    Salam sehat penuh semangat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah
    Terimakasih Rocin nya bunda Tien
    Semoga bunda sekeluarga Tien srlalu sehat
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  23. Alhamdulilah, hatur nuwun injih mbak,Tienkulamalasari sayang kangen nih, salam aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Roti Cinta~42 sudah hadir, maturnuwun bu Tiem..🙏
    Salam ADUHAI..

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah
    Makasih bu Tien, ROCIN untuk malam mingguan ......
    Makin aduhai saja ....🙏🙏

    ReplyDelete
  26. Siiipp....mbak, Tien. Cerita romantika anak-anak Leo. Bersayap sedikit ke Ningsih... Sungguh menarik dan membuat penasaran, Mbak Tien. Salam aduhai....

    ReplyDelete
  27. Alhamdullilah rocin 42 sdh hadir.. Terimakasih mbak Tien.. Slmsehat dan aduhai dri sukabuni🥰🥰

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Rocin buat nemenin malmingan sudah datang,,

    Terimakasih bunda Tien,,

    @Semoga bascin antara Dina dan Mas Rush berjodoh,,,

    Ningsih dan pengacara temannya mas Dian juga berjodoh,,,

    Bunda Tien hebat sukses jadi Thourcomblang yaaa,,,🥰

    ReplyDelete
  29. *LEMBAR KOREKSI:*

    1. “Dian _jadi deg-an.._ bagaimana ya rasanya menikah?”
    # “Dian *_jadi deg-2an/deg-degan.._* bagaimana ya rasanya menikah?” #

    2. _“Ke Solo? Besok minggu?”_ tanya Bian ketika menjemput Dita.
    # *_“Ke Jakarta? Besok minggu?”_* tanya Bian ketika menjemput Dita. #

    3. _“Itulah bapakku mbak._ Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang.
    # *_“Itulah bapakku Wit._* Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang. #

    Sampun bu, namung 3 poin 2 dan 3 signifikan...poin 1 deg-degan


    “Lho, kok mbak Ningsih ada disini ?”

    “Iya pak, saya memang bekerja disini. Pak pengacara ingin bertemu siapa?”

    “Saya ingin ketemu mas Dian. Ini juga ada hubungannya dengan kasus pak Kusno.”

    Belum tahu "dia" (pengacara) jika Ningsih kerja di resto Dian...
    Dan akan menggantikan posisi Witri sebagai kasir....

    ReplyDelete
  30. Terima kasih Mbak Tien ... ROCIN 42 udh tayang ... Smg sehat sll & Salam Aduhai

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah Rocin buat nemenin malmingan sudah datang,,👏👏👏

    Terima kasih bunda Tien,,😘

    @Semoga bascin Dina sama mas rus berjodoh,,,

    Ningsih dan pengacara temannya mas Dian juga berjodoh,,,🥰

    Bunda Tien aduhai,,👏👏👏
    Sukses jadi Thour makcomblang,,,😘😘😘

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah, roti cinta sdh siap santap.....
    Terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu, salam aduhai...😊🙏

    ReplyDelete
  33. ayo mbak Eny kamu bisaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah,roti cintanya..matur nuwun..senantiasa sehat nggih Bu Tien,Aamiin.

    ReplyDelete
  35. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
  36. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi

    ReplyDelete
  37. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  38. Hallooo mbak Tien...
    Trimakasih RC42nyaa..

    Wah..ada kucing yaa..😁
    Tp Rustanto ga suka kucing...🤭
    Dina legaa...hehe..cinta tuh..😍

    Cerita apik...sarat dengan makna..
    Tapii..
    Besok lagi yaaa...eh seniiin...besok mingguuu..😁😁

    Salam sehat selalu dan aduhaii banget mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  39. Maturnuwun Bu Tien 🙏 Alhamdulillah ROCIN 42..sehat selalu salam hangat dan tetap ADUHAI bu..

    ReplyDelete
  40. Akirnya Ningsih bakalan dpt jodoh jg nih sm Pengacaranya.
    Bgm mbak Tien? Tambah seru nih ...
    Jangan cepat2 ber pasang2an dulu ya mbak Tien ntar cepat tamat Aduhaiii.Tks mbak Tien.Salam seroja dr Tegal

    ReplyDelete
  41. Sudah banyak cerita yang saya.baca.. tp cerita mbak Tien terasa berbeda.. sehingga tanpa saya sadari..saya jd kecanduan.. salam sayang buat mbak Tien dr kota kuali .. kota Sawahlunto..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayang dan ADUHAI ibu Sariyenti

      Eh, kota kuali ? Banyak kuali disitu?

      Delete
  42. Terima kasih Mbak Tien, Rocin 42 sudah hadir. Anget2 empuk. Sedap utk dinikmati.
    Semoga Mbak Tien selalu sehat dan bahagia selalu. Salam Aduhai dari Semarang.

    ReplyDelete
  43. Aduhai senangnya hati Dian... Akhirnya datang juga saatnya meminang pujaan hati... Semoga acr lamaran lancar dan persoalan Ningsih bs teratasi. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk🤲🙏

    ReplyDelete
  44. Ceritanya mantabs
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  45. trima kasih mba Tien...Roti Cinta semakin seru dan menyenangkan...
    Dian mau lamaran dengan Witri...
    Dina makin dekat dengan Rustanto
    Bian pingin cepat melamar Dita...
    apakah Ningsih akan mendapatkan jodoh orang yg baik tidak kayak mas Nurdin...
    saya tunggu kelanjutanya...
    semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat dan bahagia...
    Aamiin

    ReplyDelete
  46. Aduhai.....kayak e Ningsih bakalan sama pengacara yg juga sdh duda..hehe ngarep Bu Tien...salam aduhai deh

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah RC 42 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  48. Makasih mba Tien. Semakin uenak ya rotinya.
    Salam sehat dan selalu aduhai mba.

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah ... Terimakasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien sehat selalu ... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  50. Wah wah bisa2 nih Ningsih ma pengacara hahahah semangat.trima kasih bu Tien..Rocin 42 dah tayang ..hr liburr deh

    ReplyDelete
  51. Ceritanya semakin adem.... Terima kasih Bu Tien Rocin 42nya, semoga selalu sehat.

    ReplyDelete
  52. Wah jangan-jangan Dina berebut sama Eny ya bunda Tien...?

    Wait and see aja deh...😍

    Matur nuwun bunda Tien. salam sehat dan makin ADUHAI...🙏

    ReplyDelete
  53. Assalamualaikum wr wb. Maturnuwun Bu Tien yg sdh banyak memberikan filosofi hidup dan kehidupan, yg haq dan yg batil, yg baik dan yg buruk, yg semuanya bisa di ambil hikmahnya. Semoga Bu Tien senantiasa sehat wal afiat, berbahagia bersama keluarga besarnya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Sambil menunggu episode berikutnya, saya sampaikan salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Aamiin Ya Robbal Alamiin
      Terimakasih pak Mashudi, salam sehat

      Delete
  54. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  55. Terima kasih bu Tien..Rocin Seri 42 sengaja dibaca untuk hiburan hari Minggu. Alhamdulillah Ningsih dpt cepat belajar menjadi kasir sehingga bisa membantu menghidupi keluarga. Pak Kusno yang semeleh membuat keluarganya menjadi damai meski nanti harus menggadaikan sertifikat tanah. Terima kasih bu Tien pelajaran hidup yang diberikan dalam cerita ini dapat menginspirasi pembaca.Salam sehat dan tetap berkarya

    ReplyDelete
  56. Terima kasih Bu Tien, semakin asik roti cinta, sehat selalu Bu Tien.... Salam dr Tugiman di Bandung

    ReplyDelete
  57. Wah Ardian bakal cari kasir lagi nich; pengacara muda serius memandang Ningsih, ada hati rupanya, dia juga berusaha untuk menekan Nurdin rincian jumlah yang ditagihkan ke pak Kusno, yang kurang relevan.
    Susah payah Dina berupaya mencairkan agar Rustanto lebih santai, tidak kaku menghadapi Dina, semoga berhasil.
    Biarlah mereka masing² mendapatkan porsi roti cintanya..

    ADUHAI...

    Dukungan mulai mengalir atas usaha yang dibangun Dina, tinggal peran Bian agar harapan Dita dan ayah Leo; jadian Rustanto dan Dina terwujud; Dita nyaman melenggang bersama Bian, tanpa mendahului kakak Dina

    ADUHAI..

    Terimakasih Bu Tien roti cintanya yang ke empat puluh dua sudah tayang, sehat sehat selalu doaku, sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  02 (Tien Kumalasari)   Arumi menyandarkan tubuhnya, menikmati rasanya naik mobil bagus nan halus hampir tak ...