ROTI CINTA 42
(Tien Kumalasari)
Rustanto menoleh, dan melihat tiga orang wanita memasuki ruangan, tapi salah satunya mendekat kearah meja dimana Rustanto dan Dina duduk.
“Eny ?” sapa Rustanto.
Eny segera menarik kursi kedekat Rustanto, dan duduk dengan santai, sementara dua orang temannya sudah duduk di tempat yang agak jauh.
“Dina, restoran kamu sudah mulai? Beberapa hari yang lalu aku pengin makan di baksonya Rustanto, tapi sudah nggak ada,” katanya kepada Dina.
“Mungkin dalam dua tiga hari mendatang, tanya tuh sama mas Rustanto. Dia kan motornya.”
“Aah, Dina bisa aja..”
Eny menatap Rustanto dengan pandangan memikat, tapi ia heran Rustanto memanggil Dina dengan namanya saja, dulu kan pakai ‘mbak’.
“Rus.. tapi kamu sekarang kelihatan ganteng lho. Aku ingat ketika kita masih kuliah dulu, wajah kamu nggak berubah. Beda dengan ketika kamu masih jualan bakso,” kata Eny.
“Iya, aku kotor dan bau kan?” kata Rustanto sambil menatap Dina yang sibuk minum sisa minumannya di gelas.
“Benar, dan sekarang kok bau wangi ya?” katanya sambil mencium pundak Rustanto.
“Sudah, kamu ini nggak pantas berbuat begitu, dilihatin orang banyak, tahu.”
“Memangnya aku ngapain? Cuma mencium pundak kamu, dan wangi lho. Ya nggak Din?” katanya kemudian kepada Dina.”
“Nggak tahu aku, kan aku nggak nyium-nyium begitu, kayak kucing saja,” kata Dina sambil tersenyum, masam sih.
“Hahaa.. iya sih, aku kayak kucing, tapi bukan kucing garong lho.”
“Ya sudah Din, sebaiknya kita pulang sekarang kan? Apa masih mau nambah lagi?” tanya Rustanto kepada Dina.
Dina tersenyum lebar. Ia senang Rustanto mengajaknya pulang. Kedatangan Eny sungguh merusak suasana akrab bersama Rustanto yang susah sekali dibangunnya, karena tadinya Rustanto selalu sungkan berakrab-akrab dengannya.
“Baiklah, kita sudah selesai dan sudah kenyang. Tuh En, ditungguin teman-teman kamu,” kata Dina.
“Iya, itu teman-teman kantor, habis belanja-belanja terus kelaparan. Jadi sudah mau pulang nih?” tanyanya sambil menatap Rustanto.
“Iya, kami sudah dari tadi,” katanya sambil berdiri, diikuti Dina. Keduanya menuju ke arah kasir.
Eny bersungut-sungut melihat ke akraban mereka, lalu iapun bergabung dengan teman-temannya.
Sambil melangkah keluar, Dina merasa aneh pada dirinya sendiri. Mengapa melihat sikap Eny dia merasa kesal? Memangnya salah apa Eny kalau berakrab-akrap dengan Rustanto.
“Jangaaan, perasaan apa ini?” kata batinnya.
Dina terkejut ketika Rustanto menariknya, rupanya ia berjalan sambil melamun, sehingga tidak berhenti dimana mobilnya di parkir.
“Dina, itu mobil kamu disitu.”
“Aaaah.. iya tuh, hahaaa… aku melamun..” katanya sambil tertawa dan kembali menuju ke arah mobilnya.
“Ngelamunin apa sih?” tanya Rustanto ketika dalam perjalanan pulang.
“Apa ya tadi.. kok lupa aku, tadi ngelamunin apa..”
Rustanto tertawa.
“Masa sih lamunannya sendiri bisa lupa?”
“Iya, banyak yang dilamunin..”
“Ada-ada saja..”
“Besok aku samperin jam sembilan pagi ya. Kita harus menunggu kiriman perabot yang kita pesan.”
“Iya.. banyak yang besok mau kirim barang. Kita semakin sibuk.”
“Iya mas, tapi aku sudah minta tolong pada orang yang nanti mengirim, untuk ikut menata barang-barang kita. Nanti kita tambahin tip buat dia.”
“Syukurlah, jadi biar cepat selesai.”
“Besok teman mas yang tukang masak itu suruh datang ya mas, biar dia ikut belanja semua keperluan masak.”
“Iya, besok aku ajak dia, barangkali dia juga bisa bantu-bantu menata barang-barang.”
“Hhh… seneng aku.. akhirnya jadi ya mas..”
Rustanto ikut tersenyum melihat Dina tampak ceria.
“Tapi aku nggak suka melihat sikap Eny tadi.”
Tuh kan, akhirnya berbelok ke arah Eny.
“Memangnya kenapa?”
“Dia akrab banget sama mas Rustanto.”
“Dari dulu dia begitu.”
“Tampaknya mas Rustanto itu istimewa buat dia. Itu juga sebabnya ketika aku ajak dia makan baksonya mas Rustanto, ia begitu cepat mengenali mas Rustanto, sedangkan aku lama sekali mengingat-ingat tapi nggak ketemu juga.”
“Iya, kelihatan dari baunya barangkali,” kata Rustanto bercanda.
“Bau bakso itu, kalau ketika kuliah mungkin agak wangi kayak tadi ketika dia mencium-cium seperti kucing,” kata Dina gemas.
“Tapi bukan kucing garong katanya,” kata Rustanto sambil tertawa.
“Kalau diladenin, lama-lama bisa jadi kucing garong dia.”
“Aduh, aku tuh kan orangnya tidak gampang akrab sama orang, biarpun teman. Jadi susah juga meladeni dia, takutnya benar-benar jadi kucing garong.”
“Dia sejak dulu suka sama mas Rustanto.”
“Nggak, siapa yang suka sama aku? Nggak ada lho.”
“Dia bilang sendiri tuh.”
“Bohong..”
“Benar. Seneng lho, dicintai orang cantik, pintar, sudah mapan..”
“Tapi aku nggak suka kucing..”
Dina tertawa. Entah mengapa jawaban itu melegakannya. Aduuh, kenapa dengan hati Dina?
***
“Bapak, kita jadi ke rumah bu Narti Minggu depan kan?” kata Dian kepada Baskoro.
“Iya, kan sudah direncanakan.”
“Kalau begitu Dian akan mengabari bapak Leo ya?”
“Lho, memangnya kamu belum mengabari ?”
“Sudah sih, tapi kan harus diingatkan lagi setelah dekat. Siapa tahu bapak Leo lupa?”
“Ya sudah, ingatkan lagi saja kalau begitu. Dia pasti bersama anak-anak kan ?”
“Dita, mungkin bisa, tapi Dina sedang sibuk membuka usahanya.”
“Ooh, iya, warung bakso itu ya? Sudah buka ?”
“Baru proses mau buka pak, makanya belum bisa kemana-mana.”
“Syukurlah, senang mendengarnya. Akhirnya kesampaian juga apa yang diinginkannya. Ini adalah dunianya. Semoga berhasil.”
“Dia dibantu seorang penjual bakso, yang sebenarnya juga seorang sarjana.”
“Bagus, ada pakarnya berarti. “
“Nanti kalau sudah selesai Dian akan mengajak Witri ke Solo untuk melihat warung baksonya Dina.”
“Bapak juga ikut kalau begitu.”
“Yaaah..akhirnya kita akan ramai-ramai kesana.”
“Tapi nanti setelah kamu menikah.”
“Dian jadi deg-degan.. bagaimana ya rasanya menikah?”
“Ya nanti kan kamu bisa merasakannya, masa bapak harus menceritakannya.”
“Ya sudahlah, Dian mau menelpon bapak Leo dulu.”
“Sampaikan salam bapak sama ibu ya.”
***
“Rin, aku hampir lupa, besok Minggu kita ke Jakarta lho.”
“Iya, bapak kok bisa lupa?”
“Kalau Dian tidak mengingatkan, bapak benar-benar lupa.”
“Dian akan menangis kalau mas benar-benar lupa.”
“Ah.. ya enggaklah, Dian pasti mengingatkannya, dan dia memang juga sudah mengingatkannya kan.”
“Dita mau ikut ?” tanya Leo kepada Dita yang baru keluar dari kamar. Akhir-akhir ini Dita sangat sibuk belajar. Ia harus bisa segera menyelesaikan kuliahnya.
“Kemana pak?”
“Acara lamaran kakakmu Dian..”
“Duh, ingin pak.. tapi kalau cuma sehari saja ya nggak apa-apa.”
“Mas, Dita ngebut supaya segera dilamar..” ledek ibunya.
“Ah, ibu..”
“Iya, cuma sehari. Siapa tahu Bian bisa ikut, dia kan sahabat Dian. Kalau kamu ingin sehari saja, bisa pulang bareng Bian, Bapak kan inginnya ketemu Dian lebih lama,” kata Rina.
“Benar, coba tanya sama Bian, apakah dia ada waktu., kata Leo.
“Iya, nanti Dita tanyakan. Pasti mas Dian seneng kalau mas Bian ikut.
“Kalau Bian ikut, kamu bisa pulang lebih dulu.”
“Iya bu, sekarang Dita mau mandi dulu.”
***
“Ke Jakarta? Besok minggu?” tanya Bian ketika menjemput Dita.
“Iya mas, tapi berangkat hari Sabtunya. Setelah selesai acara kita pulang duluan ya mas, pasti bapak sama ibu ingin lebih lama disana.”
“Baik, memang hari Seninnya ada pertemuan penting di kantor, baguslah kalau bisa pulang Minggu sorenya, atau kalau harus Senen ya pagi-pagi.”
“Aku harus masuk hari Senennya.”
“Nanti kita atur saja, yang penting kepentingan kita masing-masing bisa terpenuhi. Aku juga ingin lebih lama bersama kamu, habisnya setiap hari kamu selalu buru-buru, hari Minggu juga jarang bisa keluar.”
“Kan kita pasti ketemu kalau aku pulang kuliah. Bukankah aku harus segera menyelesaikan kuliah aku?”
“Iya aku tahu, aku juga ingin buru-buru melamar nih.”
“Hm.. dari dulu inginnya buru-buru terus.”
“Aku sudah tua Dit..”
“Tapi aku masih kecil…”
“Hiih.. kecil hidungnya kan?” kata Bian dengan gemas. Ingin sekali ia mencubit hidung kecil mancung yang menghiasi wajah cantik nan menawan itu.
“Aku berharap mbak Dina bisa menikah lebih dulu.”
“Apa sudah ada seseorang yang dekat dengan Dina?”
“Entahlah. Akhir-akhir ini mbak Dina sibuk dengan warung bakso yang hampir dibuka dalam waktu dekat ini. Kalau dia pergi-pergi.. paling-paling ya cuma sama mas Rustanto.”
“Nah, siapa tahu mas Rustanto bisa menarik hati Dina.”
“Ah.. benarkah? Tapi mas Rustanto itu kan pemalu, sedangkan mbak Dian itu cerewet.”
“Justru itu pasangan yang pas. Mas Rustanto itu sebenarnya ganteng lho. Dan dia juga anak sekolahan. Hanya karena keadaan saja dia jadi penjual bakso.”
“Iya sih. Dia juga baik, tutur bahasanya apik. Seandainya benar, aku senang. Nanti aku godain mbak Dina deh.”
“Nah, dengan itu nanti akan ketahuan isi hatinya.”
“Kalau benar, maka mbak Dina harus menikah lebih dulu. Itu harapan aku.”
“Iya, aku juga suka, lebih baik Dina dulu. Sekarang kita mau makan dimana?”
“Bakso..”
“Lhoh, kemarin kita sudah lewat dan baksonya sudah tutup seminggu lalu,” kata orang disekitar situ.”
“Iya, aku lupa. Lewat di kios barunya saja yuk.”
“Tapi mereka belum jualan bakso lho.”
“Iya .. aku pengin lihat warungnya dulu.”
“Nggak jadi lapar dong.”
“Nanti cari bakso yang lain.”
“Baiklah, aku ngikut saja kok.”
***
“Witri, aku tidak mengira bahwa mas Dian itu calon kamu,” tanya Ningsih di tempat kerjanya.
Witri tersenyum, tersipu.
“Iya, sebetulnya kami tidak sepadan ya, tapi mas Dian nekat mau memperisteri aku. Yah, mau bagaimana lagi.”
“Kamu sungguh beruntung Witri, mendapatkan calon suami yang begitu baik dan kaya. Dia juga ganteng.”
“Iya mbak, tapi sebetulnya predikat kaya itu membuat tadinya langkahku terhenti. Apa ya pantas, aku jadi menantu pemilik toko dan resto ini. Aku menolaknya berkali-kali, tapi dia tak mau berhenti.”
“Namanya juga cinta Wit, apapun dan bagaimanapun harus didapatkan. Bukan seperti aku ini. Tadinya aku nggak suka sama Nurdin, tapi ia terus membujuk dengan iming-iming harta. Dia bersedia memperbaiki rumah bapak, bersedia memberi makan bapak sama ibu setiap bulan. Yah, bukannya aku tergiur hartanya sih, tapi tergiur oleh janjinya akan memperbaiki kehidupan orang tuaku. Itu yang membuat kemudian aku bersedia. Tak tahunya justru membuat hidup kami tidak tenteram.”
“mBak Ningsih harus sabar ya, semua itu ada hikmahnya. Dengan pulang dan hidup bersama orang tua, bukankah hati mbak Ningsih terasa lebih nyaman?”
“Benar Wit, selama jadi isterinya, hanya sebentar aku merasa senang dan bahagia. Selebihnya adalah siksaan, apalagi setelah dokter menyatakan bahwa aku mandul.”
“Tidak apa-apa mbak, nanti juga yang jahat akan mendapatkan balasannya.”
“Bapakku tidak ingin membalasnya. Dia tetap ingin mengembalikan uang Nurdin dengan menggadaikan sertifikat itu, dan ingin agar Nurdin bebas.”
“Ya ampun mbak, begitukah ? Alangkah baik hati pak Kusno..”
“Aku juga tidak mengira bapak akan melakukannya. Kata bapak, hidup akan lebih tenteram tanpa adanya permusuhan.”
“Itu benar mbak. Tapi membutuhkan jiwa besar dan hati mulia untuk melakukan semua itu. Aku kagum pada pak Kusno.”
“Itulah bapakku Wit. Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang. Karena bagaimanapun, dengan adanya kasus itu nanti kan kami juga akan ikut terlibat. Mungkin bu Narti dan kamu bisa ikut dijadikan saksi. “
“Iya, nggak apa-apa mbak, kami pasti akan membantu. Tapi akan mudahkah mencari uang untuk mengganti uang Nurdin? Sebanyak itu ?”
“Pak pengacara akan terus minta agar Nurdin mengatakan berapa sebenarnya uang yang dipergunakan untuk membangun rumah bapak. Bukan seratus juta pastinya. Itu kan akal-akalan dia saja.”
“Mudah-mudahan segera ada jalan terbaik ya mbak.”
“Aamiin.”
“Besok Minggu aku dibantuin ya mbak, supaya kelihatan bahwa aku punya kerabat. Soalnya aku hanya sama ibu. Jadi nanti pak Kusno bersama ibu, dan mbak Ningsih, menjadi keluarga aku yang akan menyambut datangnya keluarga pak Baskoro.”
“Apakah kita akan libur ?”
“Hari itu kita akan libur, mas Dian sudah mengaturnya.”
“Baiklah, senang sekali bisa menjadi keluarga kamu.”
Mereka berbincang diantara kesibukan mereka melayani pelanggan, dan Witri senang karena Ningsih segera bisa menguasai pekerjaan barunya.
“Aku belum pernah bekerja sebelum ini,” kata Ningsih.
“Tapi mbak Ningsih sudah pintar. Pak Baskoro sama ibu senang melihat kerja mbak Ningsih.”
“Benarkah? Jangan meledek aku dong Wit, aku kan masih belajar.”
“Benar, aku tidak bohong. mBak Ningsih memang cepat sekali menguasai tugas ini.”
“Syukurlah. Tapi sedihnya, besok kalau kamu menikah, aku tidak bekerja bersama kamu lagi.”
“Ya enggak mbak, kita pasti akan sering bertemu. Aku sendiri belum tahu akan bagaimana nantinya. Yang penting kita masih akan sering bertemu.”
Tiba-tiba seseorang mendekat, bukan akan membayar belanjaan, Ningsih mengenalnya karena dia pengacara yang membantu bapaknya.
“Lho, kok mbak Ningsih ada disini ?”
“Iya pak, saya memang bekerja disini. Pak pengacara ingin bertemu siapa?”
“Saya ingin ketemu mas Dian. Ini juga ada hubungannya dengan kasus pak Kusno.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah..
ReplyDeleteSelamat jeng Lily Suryani, juara 1
DeleteAlhamdulillah Roti (hangat) Cinta hari ke 42 sudah datang, yuk kita nikmati bareng2.
DeleteTerimakasih bu Tien, met malem, salam SEROJA dan tetap ADUHAI & semangat.
Matur nuwum mbak Tien, semoga sehat selalu. Aamiin....
DeleteAamiin
DeleteMatur nuwun mas Ngatno
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 42 sdh hadir, makasih bu Tien , slm sehat tetap semangat
ReplyDeleteSami2 pak Djoni
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Nih dia yg di tunggu2
ReplyDeleteRoti msh hangat lho
Mksh bunda Rocin 42 tayang
Yuuk yg penasaran baca segera
Ningsih yg mulai benah diri segera pngn kerja
Nurdin yg mulai galau kebohongan yg terkuak
Pak Kusno dgn legowo dgn apa yg terjadi
Kios bakso udah siap2 tggl nata perabotan
Trus siapa tuh yg teriak panggil Ruuuus
Eni kah dia
Wouw mksh bunda Tien yg luar biasa
Sehat selalu doaku
Salam sayang buat bunda
ADUHAI
ADUHAI jeng Maimun
DeleteTerimakasih bunda Tien.. Rocin 42 sdh hadir.. mengisi mlm minggu ini.. salam sehat penuh Aduhaaaai utk bunda tercinta..❤️😘
ReplyDeleteADUHAI, JUARA
DeleteMb Lily juara 1
ReplyDeleteSelamat yah
Matur nuwun Bu Tien.
ReplyDeleteMugi Ibu saha rencang sedaya tansah pinaringan kasarasan, Amiin
Aamiin
DeleteLama nggak komen nih, pak Arinto
Alhamdulillah sudah terbit, semoga mbak Tien sehat selalu...
ReplyDeleteAamiin
DeleteSalam ADUHAI ibu Nanung
Alhamdulillah.... terima kasih bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Tutus
DeleteSelamat malam, trimskasih Inlbu Tien.. cerita ibu selalu menemani malam hari ku ( kecuali hari Minggu 😉)
ReplyDeleteHehee..
DeleteADUHAI jeng Niel
Aduhai.. Bu. Semoga sehat selalu
DeleteTharara rocin 42 hangat dan harum..
ReplyDeleteHeemm uenaknya hangat"
Trmksh mb Tien, ....
Salam seroja dan ADUHAI SELALU
Salam ADUHAI Yangtie
DeleteAlhamdulillah,terimakasih bunda Tien ,tuk hadirnya RoCin 42
ReplyDeleteSami2 jeng Werdi
DeleteADUHAI
Alhamdulilah gasik untuk teman malam Ahad Rocinnya.
ReplyDeleteMakasih Bunda Tien sehat terus dan lancar n barokah. Aamiin
Aamiin
DeleteMatur nuwun ibu Rochmah
Aah... akhirnya tayang.. mtr nuwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Nien
DeleteAlhamdulillag Rocin sdh tayang terima kasih bu Tien..
ReplyDeleteSalam sehat selalu...
Semoga pak pengacara berjodoh dg ningsih...
Hahaa...
DeleteTerimakasih ibu Winarni
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
.
Salam ADUHAI pak Wedeye
DeleteAlhamdulillah Rocin 42 sudah tayang
ReplyDeleteterima kasih mb Tien ...
Sami2 ibu Atiek
DeleteAkhirnya jd juara 1 jg.. ntar dpt hadiah ya bu Iin? Hehe.. maaf ya kakek Habi.. biasanya yg juara 1 bu lin, bu Wiwik, bu Nani, kakek Habi dan pak Perir.. skrg pas lg buka blog bu Tien.. eh pas ada.. alhamdulillah..
ReplyDeleteAlhamdulillah RC 42 dah tayang
ReplyDeleteMakasih bunda Tien semoga sehat walafiat
Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏
Salam semangat sehat dan ADUHAI IBU Endah
DeleteAlhamdulilah tks bu tien ...sehat sehat selalu ya bun ..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI ibu Sri
Semoga semua berakhir bahagia....
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN sdh datang , suwun mbak Tien
Aduhai...... salam sehat selalu dari bekti
Alhamdulillah roti nya udah keluar dari oven. Gasik. Makasih mbak Tien. Selalu bikin penasaran ingin segera tahu kelanjutannya. Slaam aduhai mbak Tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Mahmudah
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku roti-nya sudah diantar.
ReplyDeleteSudah mulai melambat lajunya, mungkin sudah mendekati finish.
Cerita yang penuh dengan makna kehidupan, gambaran kebaikan dan keburukan.
Salam sehat penuh semangat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Selalu ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih Rocin nya bunda Tien
Semoga bunda sekeluarga Tien srlalu sehat
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulilah, hatur nuwun injih mbak,Tienkulamalasari sayang kangen nih, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSallam kangen yang ADUHAI jeng Sis
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~42 sudah hadir, maturnuwun bu Tiem..🙏
ReplyDeleteSalam ADUHAI..
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien, ROCIN untuk malam mingguan ......
Makin aduhai saja ....🙏🙏
Siiipp....mbak, Tien. Cerita romantika anak-anak Leo. Bersayap sedikit ke Ningsih... Sungguh menarik dan membuat penasaran, Mbak Tien. Salam aduhai....
ReplyDeleteAlhamdullilah rocin 42 sdh hadir.. Terimakasih mbak Tien.. Slmsehat dan aduhai dri sukabuni🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin buat nemenin malmingan sudah datang,,
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien,,
@Semoga bascin antara Dina dan Mas Rush berjodoh,,,
Ningsih dan pengacara temannya mas Dian juga berjodoh,,,
Bunda Tien hebat sukses jadi Thourcomblang yaaa,,,🥰
*LEMBAR KOREKSI:*
ReplyDelete1. “Dian _jadi deg-an.._ bagaimana ya rasanya menikah?”
# “Dian *_jadi deg-2an/deg-degan.._* bagaimana ya rasanya menikah?” #
2. _“Ke Solo? Besok minggu?”_ tanya Bian ketika menjemput Dita.
# *_“Ke Jakarta? Besok minggu?”_* tanya Bian ketika menjemput Dita. #
3. _“Itulah bapakku mbak._ Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang.
# *_“Itulah bapakku Wit._* Dengan pernyataan bapak itu kami merasa hidup lebih tenang. #
Sampun bu, namung 3 poin 2 dan 3 signifikan...poin 1 deg-degan
“Lho, kok mbak Ningsih ada disini ?”
“Iya pak, saya memang bekerja disini. Pak pengacara ingin bertemu siapa?”
“Saya ingin ketemu mas Dian. Ini juga ada hubungannya dengan kasus pak Kusno.”
Belum tahu "dia" (pengacara) jika Ningsih kerja di resto Dian...
Dan akan menggantikan posisi Witri sebagai kasir....
Nuwun mas kakek
DeleteTerima kasih Mbak Tien ... ROCIN 42 udh tayang ... Smg sehat sll & Salam Aduhai
ReplyDeleteADUHAI ibu Enny
DeleteAlhamdulillah Rocin buat nemenin malmingan sudah datang,,👏👏👏
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien,,😘
@Semoga bascin Dina sama mas rus berjodoh,,,
Ningsih dan pengacara temannya mas Dian juga berjodoh,,,🥰
Bunda Tien aduhai,,👏👏👏
Sukses jadi Thour makcomblang,,,😘😘😘
Hehee..
DeleteADUHAI ibu Jen
Alhamdulillah, roti cinta sdh siap santap.....
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien....salam sehat selalu, salam aduhai...😊🙏
Salam sehat dan ADUHAI pak Prim
Deleteayo mbak Eny kamu bisaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!
ReplyDeleteWkkwkk..
DeleteADUHAI pak Petir
Alhamdulillah,roti cintanya..matur nuwun..senantiasa sehat nggih Bu Tien,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibu Rini
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Presensi
Delete🙏🙏
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Hallooo mbak Tien...
ReplyDeleteTrimakasih RC42nyaa..
Wah..ada kucing yaa..😁
Tp Rustanto ga suka kucing...🤭
Dina legaa...hehe..cinta tuh..😍
Cerita apik...sarat dengan makna..
Tapii..
Besok lagi yaaa...eh seniiin...besok mingguuu..😁😁
Salam sehat selalu dan aduhaii banget mbak Tien..🙏🥰⚘
Salam sehat dan ADUHAI buat ibu Maria
DeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏 Alhamdulillah ROCIN 42..sehat selalu salam hangat dan tetap ADUHAI bu..
ReplyDeleteSalam hangat dan ADUHAI Yangti
DeleteAkirnya Ningsih bakalan dpt jodoh jg nih sm Pengacaranya.
ReplyDeleteBgm mbak Tien? Tambah seru nih ...
Jangan cepat2 ber pasang2an dulu ya mbak Tien ntar cepat tamat Aduhaiii.Tks mbak Tien.Salam seroja dr Tegal
Salam seroja dan ADUHAI ibu Neni
DeleteSudah banyak cerita yang saya.baca.. tp cerita mbak Tien terasa berbeda.. sehingga tanpa saya sadari..saya jd kecanduan.. salam sayang buat mbak Tien dr kota kuali .. kota Sawahlunto..
ReplyDeleteSayang dan ADUHAI ibu Sariyenti
DeleteEh, kota kuali ? Banyak kuali disitu?
Terima kasih Mbak Tien, Rocin 42 sudah hadir. Anget2 empuk. Sedap utk dinikmati.
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien selalu sehat dan bahagia selalu. Salam Aduhai dari Semarang.
Aamiin
DeleteADUHAI jeng Ira
Aduhai senangnya hati Dian... Akhirnya datang juga saatnya meminang pujaan hati... Semoga acr lamaran lancar dan persoalan Ningsih bs teratasi. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk🤲🙏
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng Sapti
DeleteCeritanya mantabs
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Sami2 KP LOVER
Deletetrima kasih mba Tien...Roti Cinta semakin seru dan menyenangkan...
ReplyDeleteDian mau lamaran dengan Witri...
Dina makin dekat dengan Rustanto
Bian pingin cepat melamar Dita...
apakah Ningsih akan mendapatkan jodoh orang yg baik tidak kayak mas Nurdin...
saya tunggu kelanjutanya...
semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat dan bahagia...
Aamiin
Selalu ADUHAI Papa Wisnu
DeleteMungkin nanti Nurdin insafcdan sadar msu memperbaiki sifatnya
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtnuwn mbk
Sami2 jeng Aini
DeleteAduhai.....kayak e Ningsih bakalan sama pengacara yg juga sdh duda..hehe ngarep Bu Tien...salam aduhai deh
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Swissti
DeleteAlhamdulillah RC 42 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
ADUHAI ibu Uchu
DeleteMakasih mba Tien. Semakin uenak ya rotinya.
ReplyDeleteSalam sehat dan selalu aduhai mba.
Selalu ADUHAI ibu Sul
DeleteAlhamdulillah ... Terimakasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien sehat selalu ... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerimakasih ibu Sri
Wah wah bisa2 nih Ningsih ma pengacara hahahah semangat.trima kasih bu Tien..Rocin 42 dah tayang ..hr liburr deh
ReplyDeleteHehee..
DeleteBisa ya .ADUHAI ibu Yanti
Jangan2 nanti Bian tertarik dgn Ningsih
DeleteCeritanya semakin adem.... Terima kasih Bu Tien Rocin 42nya, semoga selalu sehat.
ReplyDeleteADEM ADUHAI ibu Yati
ReplyDeleteWah jangan-jangan Dina berebut sama Eny ya bunda Tien...?
ReplyDeleteWait and see aja deh...😍
Matur nuwun bunda Tien. salam sehat dan makin ADUHAI...🙏
Makin ADUHAI ibu Padmasari
DeleteAssalamualaikum wr wb. Maturnuwun Bu Tien yg sdh banyak memberikan filosofi hidup dan kehidupan, yg haq dan yg batil, yg baik dan yg buruk, yg semuanya bisa di ambil hikmahnya. Semoga Bu Tien senantiasa sehat wal afiat, berbahagia bersama keluarga besarnya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Sambil menunggu episode berikutnya, saya sampaikan salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
Terimakasih pak Mashudi, salam sehat
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Aamiin
ReplyDeleteNuwun wo
Terima kasih bu Tien..Rocin Seri 42 sengaja dibaca untuk hiburan hari Minggu. Alhamdulillah Ningsih dpt cepat belajar menjadi kasir sehingga bisa membantu menghidupi keluarga. Pak Kusno yang semeleh membuat keluarganya menjadi damai meski nanti harus menggadaikan sertifikat tanah. Terima kasih bu Tien pelajaran hidup yang diberikan dalam cerita ini dapat menginspirasi pembaca.Salam sehat dan tetap berkarya
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Noor
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semakin asik roti cinta, sehat selalu Bu Tien.... Salam dr Tugiman di Bandung
ReplyDeleteWah Ardian bakal cari kasir lagi nich; pengacara muda serius memandang Ningsih, ada hati rupanya, dia juga berusaha untuk menekan Nurdin rincian jumlah yang ditagihkan ke pak Kusno, yang kurang relevan.
ReplyDeleteSusah payah Dina berupaya mencairkan agar Rustanto lebih santai, tidak kaku menghadapi Dina, semoga berhasil.
Biarlah mereka masing² mendapatkan porsi roti cintanya..
ADUHAI...
Dukungan mulai mengalir atas usaha yang dibangun Dina, tinggal peran Bian agar harapan Dita dan ayah Leo; jadian Rustanto dan Dina terwujud; Dita nyaman melenggang bersama Bian, tanpa mendahului kakak Dina
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien roti cintanya yang ke empat puluh dua sudah tayang, sehat sehat selalu doaku, sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta 🙏