Friday, October 1, 2021

ROTI CINTA 41

 

ROTI CINTA  41

(Tien Kumalasari)

 

Bu Kusno dan Ningsih menatap pak Kusno tak percaya.

“Benarkah apa yang bapak katakan ? Bapak rela? Bapak ikhlas ?”

“Bapak sangat ikhlas bu, hidup dengan permusuhan itu membuat kita tidak akan merasa tenang. Yang benar, orang hidup itu harus saling memperhatikan, saling bantu, saling mengerti satu sama lain. Kita sudah tua bu, menanam permusuhan hanya membuat kita tidak nyaman dalam mengarungi sisa hidup. Itu sebabnya bapak ingin melakukannya.”

“Tidak apa-apa seandainya bapak menggadaikan sertifikat lalu ternyata tidak bisa menebusnya? Seratus juta itu bukan nilai yang sedikit lho pak.”

“Mengapa ketakutan hanya karena kehilangan sertifikat sampai rumah sekalipun? Harta itu hanyalah titipan bu, seperti juga nyawa kita. Kalau Allah mengambilnya, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mari kita cari ketenangan dalam hidup ini dengan menghilangkan kebencian. Walau kita miskin, asalkan hati kita tenang, kita akan merasa menjadi kaya.”

Ningsih merangkul ayahnya dengan linangan air mata. Ia tak menyangka bahwa ayahnya akan melakukan hal yang semulia itu. Tiba-tiba ia merasa bahwa alangkah indah hidup ini.

Bu Kusno mengusap air matanya. Selama hidup berkeluarga berpuluh tahun, baru kali ini kemuliaan hati pak Kusno terkuak. Seperti juga Ningsih, bu Kusno merasa alangkah indah hidup ini. Apakah yang lebih menenangkan jiwa kecuali hidup dalam damai tanpa permusuhan?

“Apakah kalian sependapat dengan bapak?”

“Bapak adalah panutan Ningsih dalam keluarga ini. Ningsih bangga punya bapak. Ningsih akan menjalani hidup seperti yang bapak ajarkan, agar nyaman dalam melangkah.”

“Semoga kamu akan segera menemukan kebahagiaan dalam hidup kamu ya Ning.”

“Ningsih bahagia, memiliki bapak dan ibu. Ini adalah kebahagiaan Ningsih, tak ada yang kurang.”

Bu Kusno merengkuh pak Kusno yang masih berada dalam rangkulan Ningsih. Saling menghangatkan hati, saling mendukung dan mengasihi, mereka tenggelam dalam haru yang sangat dalam.

Beberapa saat lamanya mereka tenggelam dalam suasana yang mengharu biru.

“Bapak, bolehkah mulai besok Ningsih bekerja?” kata Ningsih setelah mereka merasa lebih tenang.

“Bekerja? Mengapa tidak ? Lakukanlah yang terbaik untuk hidup kamu. Bekerja itu juga ujud sebuah ibadah.”

“Terimakasih pak, Ningsih akan segera menghubungi Witri, agar besok bisa berangkat ke tempat kerja ber-sama-sama.

Pak Kusno mengangguk-angguk. Ini adalah jalan hidup mereka, susah atau senang akan dihadapinya dengan ikhlas.

***

“Mas, tadi mbak Ningsih telpon saya, katanya besok siap mau masuk kerja,” kata Witri ketika Dian mengantarkannya pulang.

“Baguslah, besok bisa berangkat bareng kamu kan ?”

“Iya, biar besok bareng aku mas.”

“Kamu bisa menemaninya dan mengajarinya selama kamu belum menikah, nanti sepenuhnya dia akan mengerjakannya sendiri. Mudah-mudahan dia bisa melakukannya.”

“Ya mas, aku senang mbak Ningsih mau bekerja. Semoga bisa meringankan beban keluarganya.”

“Kalau melihat orangnya, sepertinya dia bisa kok. Mudah-mudahan dugaanku benar.”

“Syukurlah mas. Witri kasihan melihat keluarganya tertimpa musibah karena ulah bekas suami Ningsih.”

“Iya, laki-laki itu keterlaluan. Nanti dia akan mendekam di penjara karena kelakuannya.”

“Aduh, sebenarnya kasihan juga ya mas..”

“Kamu ini gimana, orang melakukan suatu kejahatan itu harus dihukum. Nurdin sudah melakukan pencurian dan membuat surat hutang palsu.”

“Iya sih..”

“Ya sudah, jangan dipikirkan, biarlah kasus itu berjalan melalui jalur hukum yang berlaku. Kita tidak usah mencampurinya.”

“Iya.”

“Tapi ngomong-ngomong acara lamaran tetap jalan ya, semoga tidak ada hambatan.”

“Iya mas, aku sudah bilang sama ibu, tapi mas kan tahu keluargaku seperti apa, jadi kami menyambutnya juga secara sangat sederhana. Kami juga tidak punya kerabat di Jakarta, biarlah nanti keluarga pak Kusno saja yang ikut menyambut.”

“Tidak apa-apa, memangnya siapa aku ini, sehingga  harus ada penyambutan khusus ?”

“Ya beda to mas, aku sama mas Dian.. keluarga mas Dian kan orang hebat, aku ini apa?”

“O, gitu ya? Masih menghitung-hitung perbedaan status? Kan aku sudah bilang bahwa aku tidak memikirkan kamu ini apa dan siapa?”

“Iya sih…”

Dari tadi iya sih.. iya sih..Hiih, gemes aku.”

“Mas Dian itu lho.”

“Ya sudah, nggak boleh protes. Pokoknya tidak usah ada penyambutan istimewa yang kemudian membuat ibu repot. Seadanya saja. Kalau kamu ingin menyuguhkan makanan, nanti pesannya aku anterin. Atau bisa ambil di resto kita saja. Ya kan?”

“Ya nggak lucu, masa disuguhin makanan dari tempat pak Baskoro. Nggak ah, yang lainnya saja.”

“Baiklah, kemanapun nanti pesan makanannya, aku akan mengantarkan kamu.”

***

Siang itu pengacara pak Kusno menemui Nurdin di tempat tahanan. Ia sudah mendengar dari pak Kusno bahwa pak Kusno tetap akan mengganti uang yang sudah Nurdinkeluarkan. Tapi Nurdin harus mengatakan dengan jelas nilainya. Masa sih sampai seratus juta?

Nurdin keluar dari ruang tahanan karena pengacara ingin menemuinya.

Wajahnya tampak kucel dan pucat.

“Ini mengapa? Mengapa jadi aku yang ditahan? Bukankah Kusno yang telah menipu aku?”

“Pak Nurdin. Saat ini anda sedang dalam tahanan, dan berkas kasus anda sudah masuk ke pengadilan. Jadi mau tidak mau anda harus menerimanya. Pengadilan yang nanti akan menentukan, apakah anda benar, atau salah.

“Ya jelas aku yang benar dong, kan ada bukti surat hutang yang ditanda tangani oleh Kusno?” katanya dengan berkali-kali menyebut nama bekas mertuanya dengan hanya menyebut namanya saja.

“Baiklah, apa kata anda saja. Tapi kedatangan saya sebenarnya hanya mau bertanya, berapa sebenarnya uang yang sudah anda keluarkan untuk membangun rumah pak Kusno?”

“Apa ?”

“Pak Kusno kan tidak secara langsung berhutang kepada anda. Anda menyebut nominal itu karena menghitung jumlah uang yang untuk membangun rumah itu kan?”

“Apa?”

“Menurut anda untuk apa pak Kusno berhutang sebanyak itu?”

“Ya pastinya untuk membangun rumahnya, kok tanya mengapa.”

“Bukankah nominal itu anda yang membuatnya?”

“Apa maksudnya?”

“Anda yang membangun, lalu setelah anda bercerai kemudian anda memperhitungkan uang yang sudah anda keluarkan.”

Nurdin diam.

“Pak Nurdin, ini nanti anda akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak mudah anda kelabui. Semua yang terjadi, dan anda ceritakan akan ditanyakan bukti-bukti nyatanya.”

Nurdin masih diam.

“Dengar pak Nurdin, terlepas dari kasus hukum yang sudah berjalan,  pak Kusno bermaksud mencari uang untuk mengembalikan uang yang sudah anda keluarkan, jadi hitunglah dengan cermat uang untuk membangun rumah itu.”

“Apa?”

“Uang anda akan kembali setelah pak Kusno mendapatkan uangnya. Tapi tidak mungkin seratus juta kan?”

“Uang saya akan kembali?”

“Ya, tapi kasus hukum tetap berjalan.”

“Aku tidak bersalah.”

Pengacara yang sebal dengan kata-kata Nurdin segera berdiri. Dan polisi membawa Nurdin kembali masuk kedalam tahanan.

Lalu Nurdin menyesali perbuatannya yang telah melaporkan pak Kusno. Kalau saja dia mau dan mempercayai kata pak Kusno yang dulu sudah bilang akan mengembalikan uangnya, pasti dia tidak akan ditahan, dan sekarang kemungkinan ia akan dipenjara itu ada, karena Nurdin merasa bahwa dia telah mencuri sertifikat itu serta membuat surat hutang palsu. Bisakah dia mengingkari semuanya? Nyatanya penyesalan selalu datang terlambat.

***

Kios yang disewa Dina sudah selesai dipugar. Rustanto sudah tidak lagi berjualan di tempat lamanya. Berdua dengan Dina mereka sibuk melengkapi perabot yang akan digunakan untuk berjualan. Baik untuk keperluan dapur beserta kelengkapan berjualan, ruangan kantor, maupun meja dan kursi untuk para pelanggan.

Rustanto tampak bersemangat menemani Dina kemana-mana.

Seminggu lagi Dina bermaksud membuka warungnya.

“Apakah kita benar-benar telah siap mas?” kata Dina ketika mereka makan malam disebuah restoran.

“Semuanya sudah siap, tinggal menata ruangan. Tidak sampai seminggu pasti sudah beres.”

“Aku berdebar-debar menunggu kesiapan itu. Aduuh.. akhirnya ini adalah titik berlabuhnya cita-cita aku,” kata Dina dengan wajah berbinar.

“Aku ikut senang Din, semoga usaha kamu ini akan berhasil seperti yang kamu inginkan.”

“Ini bukan usaha aku mas, usaha kita.”

“Aku kan hanya membantu?”

“Apapun namanya, aku tidak bisa sendiri tanpa mas Rustanto. Ini adalah usaha kita.”

“Ah, aku jadi tersanjung nih.”

“Memang iya kan?”

“Aku tidak mengira akan menjadi seperti ini. Aku berpikir akan terus menjadi tukang bakso di pinggiran jalan selamanya,” kata Rustanto sambil memandangi wajah cantik dihadapannya. Aduhai, mengapa baru sekarang Rustanto sadar bahwa Dina bukan main cantiknya? Lalu Rustanto mengalihkan pandangan kearah lain, sambil menenangkan debar jantungnya.

“Rustanto, jangan pernah bermimpi akan bisa memetik rembulan. Ingat kamu siapa dan dia itu siapa,” kata batin Rustanto.

“Mas..”

Rustanto kaget mendengar panggilan itu.

“Kok cuma dipanggil begitu seperti kaget sih mas? Lagi ngelamunin apa? Sumiati ya?” canda Dina.

“Apa? Ngelamunin siapa?”

“Sumiati, siapa lagi?”

“Ya enggaklah Din, aku sudah bilang enggak ya enggak. Laki-laki bodoh yang memilih perempuan seperti itu.”

“Siapa tahu dia sudah berubah.”

“Mana bisa berubah? Sekali melihat kelakuannya, orang sudah bisa menilai siapa dan bagaimana dia.”

“Semoga mas Rustanto bisa menemukan gantinya yang lebih baik ya mas.”

“Aamiin.. “ kata Rustanto sambil memandang lagi ke arah lain. Sungguh ia tak bisa menahan gejolak hatinya ketika matanya beradu pandang dengan gadis dihadapannya.

“Kok ngelihat kesana terus sih mas. Memangnya disana ada apa?”

“Apa? Oh.. iya.. itu.. lagi melihat kearah lukisan di dinding itu.”

“Oh, itu kan lukisan seorang gadis cantik? Hm.. jangan bilang mas Rustanto terpesona pada kecantikannya.”

“Nggak lah, aku terpesona kepada yang lain kok,” lalu Rustanto terkejut dengan ucapannya sendiri. Celaka kalau sampai Dina bisa menangkapnya.

“Oo.. jadi sudah ada gantinya ya?”

“Bukan begitu, eh.. iya.. tapi.. tidak kok..”

“Iih, mas Rustanto gimana sih? Iya.. tapi tidak..?”

“Iya.. sudahlah, jangan dibahas, aku hanya kelepasan bicara.”

“Berarti benar kan ada yang lain pengganti Sumi?”

“Semoga saja ada. Apakah aku cukup berharga untuk mencintai seorang gadis?”

“Mengapa mas Rustanto bilang begitu?”

“Sumi saja pernah menolak aku.”

“Jangan Sumi dong ukurannya.”

“Lalu apa?”

“Mas Rustanto itu pintar, pengusaha yang sukses, ganteng pula,” kata Dina terus terang.

Rustanto berdebar. Dina memujinya? Sukses, iyalah, sukses menjadi penjual bakso, tapi ganteng? Lalu Rustanto mencari-cari, barangkali ada cermin di restoran itu.

“Lagi mencari apa sih mas?”

“Mencari cermin.”

“Cermin? Mas Rustanto kenapa mencari cermin?”

“Ingin membuktikan, benarkah aku ganteng.”

Dan Dina tertawa keras.

“Ssst… keras amat tertawanya.”

“Aku memalukan ya? Habis mas Rustanto lucu. Nggak usah mencari kaca mas, berkacalah di mataku ini, pasti mas Rustanto akan bisa melihat wajah mas Rustanto.”

“Apa ?”

Ya ampun, Dina kok nekat ya, apa dia tahu kalau Rustanto begitu gugup lalu berusaha menggodanya?

“Mas Rustanto itu lucu sih.”

“Memangnya saya ini pelawak ?” tanya Rustanto yang mulai relax karena kepolosan Dina.

“Bukan pelawak tapi lucu, itu hebat kan?”

Keduanya sudah menghabiskan makanan yang dipesannya, tapi rupanya Dina belum ingin pulang. Entah mengapa ia begitu betah berduaan dengan ‘rekan kerjanya’ ini.

Dan sikap Dina yang ceplas ceplos seenaknya membuat Rustanto semakin bisa menghilangkan rasa canggung oleh perasaan yang mengganggunya.

Tapi ditengah keasyikan mereka berbincang, sebuah teriakan mengejutkan mereka.

“Ruuus… kamu disini rupanya?”

Wajah Dina muram seketika, seperti anak kecil yang direbut mainannya.

***

Besok lagi ya

 

 

 

85 comments:

  1. Hore...rotinya datang...! Maturuwun mb Tien ayu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat bu Iyeng juara 1
      Lama nggak ikut balapan, sekarang menang.....
      Yang sering kontingen Yogja pemenangnya.

      Delete
    2. Maturnuwun mbak Wiwik Suharti, p Latief dan Kakek...

      Delete
    3. Alhamdulillah walaupun Rotinya sempet hilang, muncul lagi, makasih bu Tien. slm hangat tetap semangat

      Delete
    4. Bikin adonan lagi pak Djoni
      Terimakasih

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah rocin 41 sdh tayang.... matur nuwun bu Tien.
    Salam SEROJA penuh cinta dan tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  4. Yes Rocin 41 tayang

    Syik asyik roti dah kluar dari oven

    Yuk kita nikmati bersama
    Penasaran bgmn skrg perasaan si culas Nurdin yg licik

    Mang klrg Ningsih bgtu bodohnya menurutmu

    Perlu ngerti yah kl org baik2 ada aj jln yg baik utk mendapatkan pertolongan

    Kita ikutin yuk bgmn lanjutan Rocin

    Mksh bunda sehat selalu doaku dari Jogja

    ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI

    ReplyDelete
  5. Alha.dulillah rocin 41 taya g memang mengasikan selalu ditunggu dgn debar2 menunggu aamiin

    ReplyDelete
  6. Alhamdullilah, masih anget Roti nya, matur nuwun Bu Tien, Salam aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...
    suwun mba Tien salam sehat semangat dan sukses selali....Aamiin

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun bunda Tien RC 41 telah tayang..
    semakin ADUHAI saja ni bun...😊

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah santap malam rotcint 40
    Trimksh bu tien, sehat selalu..

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah ....
    Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
    Matur nuwun bu Tien..
    Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin..... .

    Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGA
    .

    ReplyDelete
  11. Suwun Bu Tien utk RoCin 41nya. Salam sehat dan aduhai selalu...

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah...Rocin 41 tayang matur nuwun mbTien...salam aduhai

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien

    Salam sehat penuh semangat

    ReplyDelete
  14. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas sapaan dan Rocin 41 nya.. tapi kali ini kok pendek ceritanya..
      Btw salam sehat aduhai...

      Delete
  15. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, makasih Bu Tien...
    Salam sehat selalu...🙏🙏

    ReplyDelete
  17. Trimakasiih mbak Tien RC41nyaa...

    Horee..bisa senyum ni bacanya..😊
    Ningsih mau kerja..
    Witri mau dilamar
    Dina n Ristanto lg ehem2an...
    Tapiiii...
    Yg triak itu Eni yaaa...
    Duuuh...ganggu ajaaa...😔

    Gimana niiii...
    Besok lagiii...

    Salam sehat selalu mbak Tien dan aduhaiiii...🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun Rocin 41 sudah tayang...Mugi Ibu Tien tansah sehat.
    Makin seru cerita terkait Pak Kusno...yang memang baik...

    ReplyDelete
  19. Wah datang saingannya
    Semoga Rustanto tetap memilih Dina

    ReplyDelete
  20. Bunga2 cinta Dina mulai bersemi tiba2 datang sang bunga lain yg akan membuat rasa cemburu atau marah jangan2 M Rustanto akan direbut bunga yg lain.
    Nurdi sudah merasa atas kecerobahan yg telah dilakukan akan insyafkah atau kesombongan yg akan selalu menguasai hatinya .
    Kita selalu menunggu kelanjutan Rocin berikutnya. Tidak sabar menanti....
    Matur nuwun Bunda Tien sehat selalu....n lancar terus.

    ReplyDelete
  21. Makasih bu Tien, semoga sehat selalu.
    Maaf bukan egois bu, habis nggak tahan ingin terus terus dan terus ......

    ReplyDelete
  22. Sugeng dalu Bunda, sehat selalu dan salam hormat buat mas Dayat.

    ReplyDelete
  23. Apakah Dina akan 'kalah bersaing' lagi, mudah-mudahan tidak. Kacian kalau jadi kurban terus menerus..
    Kita tunggu dengan sabar, kiriman roti berikutnya.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  24. 𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕝𝕒𝕘𝕚 𝕒𝕤𝕚𝕜 𝕒𝕤𝕚𝕜 𝕓𝕖𝕣𝕕𝕦𝕒 𝕒𝕕𝕒 𝕪𝕘 𝕞𝕒𝕟𝕘𝕘𝕚𝕝 ℝ𝕦𝕤𝕥𝕒𝕟𝕥𝕠 ...𝕡𝕒𝕝𝕚𝕟𝕘 𝕤𝕚 𝔼𝕟𝕪 𝕚𝕟𝕚 𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕞𝕒𝕟𝕘𝕘𝕚𝕝 ...𝕙𝕖..𝕙𝕖 𝕒𝕥𝕒𝕦 𝔽𝕖𝕣𝕪 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕤𝕒𝕛𝕒 𝕜𝕖𝕝𝕒𝕟𝕛𝕦𝕥𝕒𝕟𝕟𝕪𝕒 𝕕𝕒𝕣𝕚 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕡𝕒𝕤𝕥𝕚 𝕝𝕖𝕓𝕚𝕙 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀..🙏👍😃

    ReplyDelete
  25. Sabar Dina... jodoh tak kan salah 😄

    ReplyDelete
  26. Slmt mlm mbak Tien.. Terimaksih Rocin 41 nya sdh tayang.. Salamseroja dan aduhai dri sukabumi🥰🥰

    ReplyDelete
  27. Waduh....ada-ada saja nih masalahnya....semoga saja orang itu tidak merusak hubungan Rustanto dan Dina... Salam aduhai mbak Tien...

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah ROCIN 41 masih anget, maturnuwun Bu Tien semoga sehat dan selalu ADUHAI.... Dina galau , mendengar suara memanggil rustanto,ADUHAI siapa ya....

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah roti cinta sudah muncul, Terima kasih ..

    ReplyDelete
  30. “Bapak sangat ikhlas bu, hidup dengan permusuhan itu membuat kita tidak akan merasa tenang. Yang benar, orang hidup itu harus saling memperhatikan, saling bantu, saling mengerti satu sama lain. Kita sudah tua bu, menanam permusuhan hanya membuat kita tidak nyaman dalam mengarungi sisa hidup. Itu sebabnya bapak ingin melakukannya.”

    Terimakasih bu Tien. Pesan moralnya aduhai 😍

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  32. Duuh siapa yaa, yg manggil Rustanto...?

    ReplyDelete
  33. Asyiiiikkkk roti cinta dah mateng...mash anget...
    Terimakasih mbak Tien
    Salam sehat aduhaiii😘🙏

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah ... Terimakasih kiriman Rocinnya Bu Tien ... Semoga sehat selalu, ditunggu lanjutan cerbungnya ... Salam seroja tuk kita semua 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  35. Siapa yg datang ya...
    Jangan2 ortu Sumiati ataukah Enny?
    Ada aja ya ujian kehidupan..
    Semoga satu persatu lulus dlm ujian hidupnya masing yg akhirnya memetik kebahagiaan.

    Monggo ibu Tien dilanjut aja, kami tetap penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah RC41 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  37. Matur nuwun bu Tien yang selalu ditunggu sudah hadir.
    Mugi Ibu tansah sehat.
    Ada petuah yg bagus dari episode ini

    **Hidup dengan permusuhan itu membuat kita tidak akan merasa tenang. Yang benar, orang hidup itu harus saling memperhatikan, saling bantu, saling mengerti satu sama lain.
    Kita sudah tua bu, menanam permusuhan hanya membuat kita tidak nyaman dalam mengarungi sisa hidup**

    Salam aduhai..

    ReplyDelete
  38. Aduhai siapa lagi nih yg tiba2 menyapa Rustanto yg bikin Dina berwajah kecut,pasti cewe yg mau ganggu Rustanto dan Dina.Sayang sudah besok lagi.....
    Salam sehat2 mbak Tien dr Tegal

    ReplyDelete
  39. Wah siapa yg teriak
    Selamat malam bu tien

    ReplyDelete
  40. RoCin masih kebul kabul...pasti enak ...mantaap
    Dalam sehat mbak Tien
    Salam Aduhai..

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien atas tayangan rocin 41 nya
    Semoga bu tien sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT ..... Aamiin yra

    ReplyDelete
  42. Siapa lagi tuh...
    Makasih mba Tien.
    Semangat sehat dan selalu aduhai mba

    ReplyDelete
  43. Aduh.....
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  44. Jgn2 Eny yg dtg.. bersaing secr sehat sj Dina? Slm seroja selalu utk mb Tien dan para pctk🤗

    ReplyDelete
  45. Jgn² Uhuyyy Rustanto dgn Dina ... wes gpp..Trims bu Tien .looo siapa yg teriak Ruus???? RoCin 41 sipp lanjut

    ReplyDelete
  46. Terima kasih Bu Tien Rocin 41nya, salam aduhai semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah....maturnuwun mbak Tien....semakin ADUHAI Rocin nya...sepertinya tanpa disadari memiliki rasa yang sama dengan Rustanto...pasti si Eni yang datang memanggil Rustanto dan itu yang menyadarkan perasaannya kepada Rustanto....kayanya sudah mulai tergambar ada 4 pasangan yang akan berbahagia yaitu Dita + Abian, Dian + Sawitri, Dina + Rustanto terakhir Ningsih + Fery (ini harapan saya 🤭)...salam sehat dr Situbondo

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah, menikmati roti cinta..terima kasih Bu Tien,salam sehat selalu..,Aamiin.

    ReplyDelete
  49. Alhamdulilah rc 41 sdh tayang...terima kasih bunda...tadi malam nunggu sampai ketiduran ... semoga bunda sehat selalu..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  50. Assalamualaikum wr wb. Woooi, siapa sih yg memanggil Rustanto, sampai membuat Dina terkejut dan wajahnya muram...Dugaan saya orang yg mengenal dekat Rustanto. Maturnuwun Bu Tien, saya menunggu lanjutan ceritanya ya Bu, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, terus bersemangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Sambil menunggu episode 42, saya haturkan salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam wr wb.
      Aamiin Ya Robbal Alamiin
      Salam Aduhai pak Mashudi

      Delete
  51. Siapa lagi yg teriak...
    alhamdulillah, suwun mbak Tien ROCINnya sdh menemani pagiku...hhhh
    Aduhai... salam sehat selalu nggih ...dari Bekti sll

    ReplyDelete
  52. Alhmdulillah....
    Mksih bu tien...sehat selalu njih

    ReplyDelete
  53. Alhamdulillah....matur nuwun Bu Tien. Mugi Ibu saha rencang sedaya tansah pinaringan kasarasan, aamiin...

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 10

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  10 (Tien Kumalasari)   Den ayu Saraswati tertegun. Siapa wanita yang ingin bertemu dengannya? “Siapa dia?”...