Tuesday, October 26, 2021

MELANI KEKASIHKU -09

 

MELANI KEKASIHKU  09

(Tien Kumalasari)

 

Abi yang mendengar percakapan itu memutar mobilnya agar tidak segera sampai dirumah, supaya Andra bisa tuntas mengetahui tentang Melani.

“Jadi mbok, Melani itu bukan anaknya simbok?” Andra ingin mendengar lagi apa yang dikatakan simbok.

Simbok tampak mengusap air matanya.

“Kasihan sekali anak itu.”

“Jadi sebenarnya dia itu anak siapa mbok?”

“Pada suatu hari, seorang wanita cantik turun dari mobil, sambil menggendong anak perempuan kecil yang kira-kira berumur satu tahun. Anak kecil itu menangis dan meronta-ronta. Simbok menatapnya iba. Waktu itu simbok sedang berada dipinggir jalan besar, mau bekerja. Kan simbok pekerjaannya mencuci dan setelika dari rumah ke rumah untuk menyambung hidup. Tiba-tiba wanita itu menyerahkan anak kecil yang semula digendongnya, kepada simbok.”

“Bu, saya titip anak saya ya. Nanti beberapa hari lagi saya akan menjemputnya,” kata perempuan cantik itu.

“Ini, dititipkan kepada saya?” kata saya heran sambil memeluk anak itu dalam gendongan saya. Saya menepuk-nepuk punggungnya lembut.

“Iya, saya sedang ada masalah, rumah ibu dimana?”

“Itu, masuk gang, nama saya Karti, setiap orang disitu sudah tahu nama saya.”

“Bagus, nitip dulu ya, nanti saya ambil,” kata wanita itu sambil mengulungkan uang limaratus ribu dan sebuah bungkusan berisi pakaian.

“Saya belum sempat menanyakan siapa dia, dia sudah menaiki kembali mobilnya dan memacunya cepat sekali. Saya memeluk anak kecil itu, yang entah mengapa, dalam pelukan saya tangisnya mereda, tinggal isaknya yang terdengar pelan.

“Sayang, apa yang terjadi dengan orang tuamu ?” kata saya samil terus menciumi pipinya.

“Anak kecil itu menatap saya, mata beningnya memerah. Saya menahan haru yang sangat, lalu saya peluk dia erat-erat. Lalu saya membawanya pulang. Hari demi hari terlewati, tapi wanita itu tak pernah datang ke rumah saya. Sebulan, setahun, dan bertahun-tahun kemudian, tak ada yang datang untuk menanyakan anak itu. Saya merawatnya dengan kasih sayang. Menganggapnya sebagai anak sendiri. Menyekolahkannya sampai sekarang,” lanjut simbok.

“Lalu simbok memberinya nama Melani?”

“Nama itu tertulis pada baju yang dikenakannya waktu itu. Ada sulaman bunga, dibawahnya tertulis Melani, jadi sampai sekarang saya memanggilnya Melani.”Hati Andra bergetar. Ingin ia menitikkan air mata atas nasib si kecil yang ditinggalkan oleh orang tuanya begitu saja.

“Bagaimana seorang ibu tega meninggalkan anaknya begitu saja?” kata Andra seperti kepada dirinya sendiri.

“Simbok mengira, Melani bukan anak wanita itu.”

“Mengapa simbok mengira demikian?”

“Melani kecil menangis meraung-raung dalam gendongan ibunya? Lalu terdiam ketika berada dalam gendongan saya? Rasanya tak mungkin. Saya mengira wanita itu menculiknya dari orang tua yang sesungguhnya,” kata simbok yang lagi-lagi mengusap air matanya.

“Mengapa simbok tidak melaporkannya pada polisi?”

“Ya Tuhan, saya tidak tega mas. Lagi pula dia berjanji akan menjemput, dan selama menunggu dia datang, rasa cinta saya tumbuh sangat besar terhadapnya. Saya takut kehilangan dia. Biarlah saya dihukum atas entah kesalahan apa tentang anak itu, saya sangat mencintainya.”

“Simbok masih tinggal dirumah yang dulu simbok merawat Melani saat masih kecil ?”

“Tidak, saya mengajaknya pindah agak dekat kota, ketika saya ingin menyekolahkan Melani. Ya rumah yang saya tempati itu sampai sekarang itu, dan ditinggali Melani saat saya bekerja mas.”

“Sayang tidak ada fotonya ketika Melani masih bayi ya mbok?”

“Aduh, mana simbok berfikir tentang foto? Tapi baju-baju Melani masih saya simpan sampai sekarang.”

Ketika simbok tampak sudah menyelesaikan ceritanya, barulah Abi memacu mobilnya menuju pulang untuk mengantarkan simbok.

“Cerita simbok sungguh mengharukan. Hati saya tersentuh atas nasib Melani kecil saat digendong wanita asing sambil menangis meronta-ronta.”

“Iya mas, kasihan sekali anak itu. Entah anak siapa dia.”

Tiba-tiba Andra mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kepada simbok.

“mBok, coba simbok lihat dan ingat-ingat, apakah wanita yang menyerahkan bayi itu wajahnya seperti ini?”

Simbok mengamatinya.

“Ini? Bukan.. bukan ini, wajah kedua wanita ini sangat lembut, cantik lembut. Sedangkan wanita yang menyerahkan bayi itu matanya kelihatan galak dan seperti sangat kejam. Biarpun dia cantik, tapi seperti menakutkan begitu. Terbukti Melani saat itu menangis keras sekali.”

Diam-diam Andra merasa lega. Seandainya benar Melani anak tantenya, bukan tantenya yang melakukan hal kejam seperti itu.

“Tapi yang sebelah kiri ini kok mirip sekali sama Melani ya mas? Benar, sangat mirip, hanya matanya yang berbeda sedikit,” kata simbok sambil terus mengamati foto itu.

“mBok, sesungguhnya aku sedang mencari dia. Yang ada di foto itu adalah ibu aku dan adiknya.”

“Jadi yang mirip Melani ini ibunya mas Andra?”

“Bukan, yang mirip Melani adalah adiknya ibuku mbok. Yang saat ini kami sedang mencari-carinya karena selama berpuluh tahun tidak ada kabar beritanya dan tidak tahu dimana dia berada. Itulah sebabnya begitu melihat Melani lalu saya ingin tahu siapa sebenarnya dia.”

“Jangan-jangan Melani memang  ada hubungannya dengan yang sedang mas Andra cari itu?”

“Tapi kan semuanya kemudian menjadi gelap mbok, karena tidak diketahui siapa yang menyerahkan Melani pada simbok.”

“Iya ya mas, simbok jadi ikut bingung.”

“Apakah Melani tahu bahwa simbok bukan ibunya?”

“Saya belum pernah mengatakannya mas. Entah nanti.”

“mBok, bolehkah kapan-kapan aku mengajak Melani untuk menemui ibuku?”

“Silahkan saja mas, tapi besok saya mau pulang. Kangen saya sama dia.”

“Kalau begitu besok saya jemput simbok dirumahnya Abi, lalu saya antar pulang, terus simbok sama Melani saya ajak ke rumah saya.”

“Wah, pakai dijemput segala, nggak enak ah mas. Biar saya pulang sendiri.”

“Tidak apa-apa mbok, mas Andra itu sahabat aku, dan dia baik. Jadi besok simbok pulangnya setelah mas Andra menjemput kerumah. Ya kan Ndra,” sambung Abi,

“Iya ,mbok. Tunggu aku besok.”

“Ya sudah kalau begitu. Ini nanti simbok mau masak untuk makan beberapa hari. Ibu sudah bilang apa yang harus simbok masak, jadi saat simbok tidak ada, sudah ada lauk yang tersedia di kulkas, tinggal menghangatkan saja.”

***

“Benarkah Ndra? Dia bukan anak simbok?”

“Bukan bu, menurut perkiraan simbok, Melani diculik oleh seseorang, lalu diserahkannya sama simbok.”

“Bagaimana dia tahu kalau yang menyerahkan itu bukan ibunya?”

“Ketika Andra menunjukkan foto ibu bersama tante, dia bilang bukan itu orangnya. Dia malah heran kenapa wajahnya bisa mirip Melani.”

“Aduh Ndra, tampaknya kita masih harus mencari. Tapi sebelumnya ibu ingin sekali bertemu gadis itu.”

“Besok kan hari Minggu, besok mau Andra ajak Melani dan simbok kemari untuk ketemu ibu.”

“Benarkah?” kata Maruti dengan wajah berbinar.”

“Iya, Andra sudah bilang sama simbok, dan dia mau.”

“Syukurlah Ndra, ibu sangat penasaran dan ingin bertemu dia. Benar tidak ya dia anaknya Dita? Kalau benar, siapa yang menculik, dan dimana sebenarnya Dita?”

“Besok Andra akan memasang iklan lagi, dan kali ini akan membawa nama Melani.”

“Maksudnya Ndra?”

“Mencari tahu, apakah beberapa tahun yang lalu ada yang kehilangan bayi bernama Melani.”

“Tapi kamu harus bicara dulu sama simbok kan Ndra?”

“Iya bu, tentu saja Andra akan bicara dulu, karena saat ini kan Melani itu menjadi anak simbok. Sayang sekali waktu menerima bayi itu simbok tidak memotretnya ya.”

“Iya lah Ndra, mungkin waktu itu simbok tidak punya ponsel, atau tidan berpikir sejauh itu.”

“Benar bu, tapi semoga dengan iklan itu nanti akan ada tanggapan dari keluarga yang pernah kehilangan seorang anak bayi. Oh ya, nanti foto baju Melani yang dikenakan ketika diserahkan sama simbok akan Andra sertakan di iklan itu.”

“Syukurlah, simbok masih menyimpannya.”

“Iya bu, nama Melani juga diambil dari sulaman pada baju yang dikenakannya waktu itu, jadi bukan simbok yang memberinya nama.”

“Semoga berhasil ya Ndra, dan semoga juga benar bahwa Melani anaknya tante kamu.”

“Iya bu, aamiin.”

***

“Benarkah simbok besok mau pulang?” tanya Melani yang saat itu sedang menerima telpon dari simbok.

“Iya Mel, besok mas Andra yang akan mengantarkan simbok pulang.”

“Mas Andra? Mengapa dia mau mengantarkan simbok?”

“Dia akan mengajak simbok dan kamu untuk menemui ibunya mas Andra.”

“Untuk apa mbok ?”

“Saat ini ibunya mas Andra sedang kehilangan adiknya yang puluhan tahun tidak ketemu.”

“Iya, mas Andra pernah bilang.”

“Wajahmu katanya mirip sekali dengan tantenya mas Andra itu, jadi dia penasaran ingin melihat kamu.”

“Ya ampuun, aku kan anaknya simbok, dan kemiripan wajah itu kan bisa saja terjadi pada siapa saja.”

“Iya benar, tapi untuk memenuhi keinginan ibunya mas Andra kan tidak apa-apa, supaya dia tidak penasaraan.”

“Simbok juga ikut kan ?”

“Iya, sama simbok juga.”

“Ya sudah, terserah simbok saja. Melani sebenarnya juga sudah melihat foto tantenya mas Andra. Benar seperti Melani wajahnya, hanya beda di mata saja.”

“Mas Andra juga menunjukkan foto itu sama simbok.”

“Lho simbok bertemu dimana kok bisa melihat foto punya mas Andra juga?”

“Kemarin simbok kan belanja, pulangnya dijemput mas Abi. Waktu itu mas Abi sedang bersama mas Andra, lalu kami bicara banyak.”

“Kasihan ya mbok, keluarganya mas Andra.”

“Iya Mel, ya sudah, simbok mengabari kamu supaya ketika simbok datang kamu tidak terkejut, dan tidak banyak bertanya ketika mas Andra mau mengajak kita ke rumahnya.”

“Iya mbok, Melani juga mau menata kamar juga, supaya kalau simbok menginap bisa tidur dengan nyaman.”

***

“Jadi ikut penasaran mbak, ada gadis yang mirip Anindita,” kata Laras ketika Maruti menelponnya.

“Senang sekali besok bisa ketemu dia, Laras, datanglah kerumah. Besok Andra mau mengajaknya.”

“Waduh mbak, sayang sekali besok kami mau ke Jakarta, mungkin beberapa hari.”

“Lho, ada acara apa?”

“Saudaranya mas Agus mantu disana.”

“Sasa juga ikut ?”

“Tidak, kan dia harus bekerja. Jadi kami hanya berdua, kebetulan mas Agus mendapat cuti dari kantornya.”

“Wah, senangnya, bisa jalan-jalan dong.”

“Iya mbak, sudah lama tidak liburan nih.”

“Sayang sekali Laras, coba kalau kamu ada.”

“Suatu hari nanti saya ingin bertemu dia. Dan kemungkinan dia anaknya Dita ada kan mbak, bukankah dia bukan anaknya simbok? Sasa sudah cerita sama aku.”

“Iya Laras, semoga benar dengan perantaraan Melani aku bisa menemukan Anindita.”

“Saya ikut berdoa mbak.”

“Terimakasih Laras.”

***

Ketika Melani dan simbok benar-benar sudah sampai dihadapannya, Maruti tak sabar segera memeluknya sambil berlinangan air mata.

“Kamu seperti adikku, kamu seperti adikku..” isak Maruti, membuat mata Melani memerah. Pelukan ibunya Andra seperti pelukan yang penuh kerinduan. Pelukan seorang kerabat yang lama tidak bertemu.

Melani mengusap air mata di pipi Maruti dengan jari tangannya, ketika pelukan itu dilepaskan.

“Ibu jangan menangis. Suatu hari nanti pasti ibu akan bertemu.”

“Melani, suara kamupun seperti suara dia.”

“Benarkah ?”

“Benar nak, ada getar aneh ketika memeluk kamu, kamu seperti bukan orang lain.”

“Saya kan anaknya simbok. Tapi saya berbahagia sekali kalau ibu menganggap saya keluarga,” kata Melani yang lagi-lagi mengusap air mata Maruti, kali ini dengan tissue yang ada diatas meja.

“Maaf ya mbok, saya begitu bersemangat memeluk Melani.”

“Tidak apa-apa bu, barangkali kedatangan Melani kemari akan sediki mengobati kerinduan ibu pada adik ibu,” kata simbok yang ikut berlinangan air mata.

“Iya, aku seperti linglung, mengira Melani adalah adikku. Habis wajahnya persis, suaranya juga hampir sama. Ya kan mas?” kata Maruti sambil menoleh kepada suaminya, yang juga selalu memandang Melani dengan perasaan heran.

“Iya, ini sebuah keajaiban. Melani seperti  kembaran Anin ,” kata Panji.

Pertemuan penuh haru itu berlangsung hampir seharian. Maruti tepaksa merelakan Melani pulang saat hari sudah menjelang sore. Dalam perjalanan pulang itu Andra yang mengantarkan simbok dan Melani mengutarakan maksudnya tentang iklan yang akan dipasang. Simbok mengijinkan, sementara Melani mendengarkan dengan bingung.

“Mengapa harus ada iklan ?”

Simbok menahan keinginannya untuk menceritakan semuanya.

***

Besok lagi ya.





93 comments:


  1. Alhamdulillah lanjutannya sdh tayang. Matur nuwun bu Tien....sehat terus dan terus sehat nggih.
    Salam SEROJA dan.... tetap ADUHAI ......

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Mbak Tien ... MELANI KEKASIHKU 09 sudah datang berkunjung.

    Salam ADUHAI ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pa Yowa, apa kabar?
      Semoga recoverynya berjalan lancar..
      Untuk perawatan coronerku saya pakai ramuan venaCare (komposisinya sari bawang putih tunggal, sari lemon, sari jahe merah,apple venegar/cuka apel dan madu alami.
      Saya kirim di japri...ya.

      Delete
    2. Sapa ya penculiknya ????
      Kok jahat temen....
      Teganya... teganya .....
      Memisahkan ibu dan anaknya.....
      Tambah penasaran...pengin ndang ngerti hasil iklan Andra....

      Sugeng dalu....sugeng aso salira.


      Delete
  3. MK 09 tayang
    Alhamdulillah yuk kita baca bersama

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku

    ADUHAI

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah Melanie sudah tayang 😘😘😘

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.
    Matur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah terima kasih bu Tien

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah, suwun mbak Tien salam sehat

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Trmksh mb Tien MK 09 sdh hadir menyapa penggemarnya

    Salam ADUHAI


    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Gondo Prayitno,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillahj
      Yg dInanti telsh hsdir
      trima kasih bu Tien

      Delete
    2. Presensi
      Terima Kasih Bu Tien..🙏🙏

      Delete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Umi Iswardono, Trie Tjahjo Wibowo

    ReplyDelete
  12. Trima kasih Bu Tien, MK 09 udah tayang, smg sehat slalu dan tetap semangat, salam aduhai dari kota Pasuruan

    ReplyDelete
  13. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Mbak Tien , Melani 09 sdh tayang ... kita baca dulu ya ... Salam seroja buat Mbak Tien & keluarga ... Aduhai ...

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun Ibu Tien, cerita makin aduhai
    Mugi Ibu tansah sehat..

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah MK.09 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR. T411653L

    ReplyDelete
  17. Sugeng dalu mb Tien.Maturnuwun ceritanya bagus banget.
    Salam sehat mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  18. Terharuuu.....sungguh mengaduk2 hatiku... terimakasih bunda Tien....

    ReplyDelete
  19. Makasih mbak tien melanie nya .. mendingan bisa lbh duluan bacanya..
    (Opa doyo)

    ReplyDelete
  20. Mantab Bu cantik..bikin air matakuberlinang..salam sehat selalu bu cantik..Amin YRA 🙏 Mr.wien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari MK Eps 09 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah, Terima kasih Bu Tien, MK 09 sdh hadir,
    Semoga Ibu sehat selalu
    Salam sehat dan ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah Melani Kekasihku~09 sudah hadir, maturnuwun salam sehat & salam aduhai kagem bu Tien.. 🙏

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di rumah.
    Sulit dibayangkan bagaimana mencari orang yang menghilang seperti itu. Mudah-mudahan Anindita segera ketemu dan Melani mendapat jodoh yang baik.
    Salam sehat penuh semangat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  25. Bu Tien...ceritanya keluarnya cuma saincrit saincrit hehehe...bikinnpenasaran saja...nunggu sambungan ceritanya Laaammmmaaaa sampai malam...bacanya tidak ada 5 menit sudah selesai...bu Tien semoga sehat selalu mohon diceritanya lebih panjang dalam 1 partnya...sesuai yg menunggu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang baca 5 menit saya nisnya ber jam2 tuh.
      Salam hangat Unknown

      Delete
    2. Biar panjang, jgn bli pulsa pas paket intrnt habis. Seminggu. Jd baca langsung 6 x 4.5 menit = 27 menit. Siapkn teh anget ato kopi + cemiln. Makin panjang kalo koment dibaca jg. Kurang lama? Balas koment satu satu. Silkn coba, nanti kan tau2 sudh besok lagi ya ...

      Delete
    3. Anda baca lima menot saya nulisnya ber jam2 tuh.
      Salam ADUHAI Unknown

      Delete
  26. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat nggih,Aamiin.

    ReplyDelete
  27. Terimakasih bu Tien.
    Makin penasaran saja ......

    ReplyDelete
  28. Ceritanya begitu indah...
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg MK09 hadir untuk kami para pecintanya.

    Semoga Melani tetap sayang kpd Simbok setelah baca iklan yg membuat timbul prasangka ttg simbok bukan ibu aslinya.

    Monggo ibu Tien dilanjut aja, penasaran banget nih...Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien untuk Melaninya,,,,Ayo Andra Kita Cari yuk biar tdk penasaran,,🤭,, mantab 👍

    Salam sehat wal'afiat ya bu Tien🙏

    ReplyDelete
  31. Melani Kekasih ku 09 makin seru hahhaah anak sapa kah ...sehat u Bu Tien ..salam aduhai yaa ..selamat malam u semua ,selamat Intirahat

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah..... MK telah hadir terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  33. Terima kasih b Tien salam hangat dan aduhai semakin asik ceritanya dan semakin penasaran...

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah, matursuwun Melaninya mbak Tien. Salam sehat selalu ...juga semakin aduhai

    ReplyDelete
  35. Trimakasih mbak Tien MK09nya..

    Duuh..lg seru2nyaaaa...
    Besok lagi yaa...
    Siap menunggu...

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien

    🙏😘🌹

    ReplyDelete
  36. Cerita makin aduhai...pemerannya nyambung dari Saat Hatiku Bicara...apakah wanita cantik itu dr Santi yang balas dendam kepada Dita..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Koment yg sy nanti, krna sama dgn dugaan sy.tapi Perasaan ga ada 'ku' nya deh. Ato sy yg kliru, hatiku disini hati ibu moedjiati yg bicara 😊

      Delete
    2. Hahaa.. kompak nih sama ibu Moedjiati

      Delete
  37. Wah siapa ini yg menyerahkan Melani ke simbok klo bkn Anindita?
    kembali teka teki digelar ini bunda Tien.

    Matur nuwun bunda Tien...🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. UNTUK APAKAH MEMPEREBUTKAN CINTA KALAU HATI TAK SALING MEMILIKI?
      Tulisan bu tien diakhir cerita seblumnya yg sekrg ada sangkut pautnya. Kemungkinan besar adalh ibu kandung sasa. Masih ingat bu?
      👍 buat bu tien bisa trus nyambung critanya

      Delete
  38. Aris ya..
    Aris beneran apa aris arisan.. brondong takut kehilangan.. yaa..
    nggak ambil bagian ya, siapa tahu kamu kesambet dapet cèpèran dari dokter setrès penuh jargon jargon pergèngsian yang selama hidupnya selalu ingin menang/berjaya tanpa ngaca diri, penuh dendam ih ngeri juga ya..
    ngebayangin; katanya dan menurut profesinya masih kategori penyembuh, tapi kejiwaan nya nggak stabil oalah Sa mbokmu kuwi Sa..

    ADUHAI

    Dah nasibmu Sa; juga bukan mau kamu terlahir lewat dia, kamu ditinggal ortumu dirumah sendirian jangan jangan disamber kamunya Sa; kan bisa mengupah orang buat kasih informasi, dhuwit nya banyak soalnya, iseng lagi duh bener² trublemaker dèh.
    Aku harus gimana lho.. dèh; enak tahu banyak kuwah ada terong nya lagi hi hi hi hi.. ånå godong so né.. ash.. maraké laper..

    ADUHAI...

    Terimakasih Bu Tien;

    Melani kekasihku yang kesembilan sudah tayang..
    semangkin cêtha, mudah²an lancar, mana nih yang jadi kekasih Melani... kan kekasihku.. gimana tho..

    Sehat sehat selalu doaku Bu Tien, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  39. Malam Bunda ini nglilir langsung cari Melanie, rasanya kurang afdol kalo belum baca.
    Makasih Bunda, met malam dan met istirahat.

    ReplyDelete
  40. Terimakasih mbak Tien
    Lumayan mengobati
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah
    Terima kasih bu Tien
    Semoga sehat selalu, diberi kemudahan dan kelancaran segalanya …Aamiin 🤲🙏

    ReplyDelete
  42. Makasih mba Tien.
    Makin penasaran nunggu lanjutannya.
    Salam hangat dan aduhai mba

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Salam hangat, semoga Bu Tien selalu sehat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  44. Trims MK udah tayang...trims bu tien sehat2 trus dan d tunggu cerita selanjutnya2

    ReplyDelete
  45. Tks bu tien, ceritanya tambah mengharu biru ...smg segera bertemu dg ibunya meilani..
    Salam aduhsi dari pondok gede

    ReplyDelete
  46. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu dan semuanya di grup ini tetap sehat, aamiin...

    ReplyDelete
  47. terimakasih bu Tien.. salam aduhai dari kelompok baca penyintas kanker

    ReplyDelete
  48. Sami2 ibu Susi.
    Selalu semangat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah, Melani 9..semoga Bu Tien sekeluarga sehat,salam hangat dan ADUHAI..

    ReplyDelete
  50. Kelelahan sdh 2 mlm... baru baca di pago hari... dbca di pagi makin lengkap smbil sarapan pagi ditemani melani... trmkash Mbu Tien... ceriyanya makin assyyykkkkk.... sy komen setelah 3x baca.. seruuuu

    ReplyDelete
  51. Assalamualaikum wr wbr
    Selamat pagi
    Sugeng enjang
    Sugeng enjing
    Wilujeng enjing

    Salam sehat .....
    Salam aduhai .....

    Membaca cerbung ibu Tien Kumalasari *Melani Kekasihku* yang sampai hari ini baru episode ke 9.
    Hati kita dibikin Melow.

    Sebelum membaca cerbung ini, memang sebaiknya kita menengok kebelakang, membaca kembali cerbung sebelumnya *SAAT HATI BICARA*

    Yang ketika itu, selesai pada adegan
    Laras resmi dilamar Agus ayahnya Sasa, duda beranak satu, hasil pernikahannya dengan dokter Santi.

    Seorang dokter yang cantik menik menik, tetapi tidak memiliki hati dan nurani yang ikut menik menik.


    Kelanjutan yang tidak diceriterakan, sesuai dengan alur ceritera yang mengalir, akhirnya Maruti menikah dengan Panji dan menurunkan keturunan anak semata wayang Andra.

    Sedangkan Laras yang menikah dengan Agus, sepertinya tidak diberi keturunan dan sesuai keinginan Agus cukup membesarkan Sasa hingga dewasa.

    Tokoh baru yang dihadirkan adalah pak Cokro Sasmito, yang memiliki istri bergaya feodal dan matree bu Cokro, namun memiliki anak semata wayang yang baik budi pekertinya seperti ayahnya, yaitu Abi ( Abisatya ).

    Anindita adik semata wayang Maruti, tidak diceriterakan perjalanan selanjutnya setelah sadar cintanya kepada Panji, hanyalah cinta penuh rasa egoisme se mata² hanya ingin memiliki, sederajat lebih rendah dari dokter Santi bekas istri Agus yang penuh nafsu dan ingin menguasai Panji hingga menghalalkan segala cara dengan menggunakan Anindita sebagai alatnya.

    Dendam membara, rupanya belum padam, sekeluar dari penjara, rupanya tanduk dan taring syaiton tetap tak mau meninggalkan sifat dokter Santi, hingga tega menculik bayi Anindita dan diserahkan kepada mbok Karti tanpa berperikemanusiaan.

    Penderitaan Maruti yang kehilangangan adik tersayangnya Anindita ( Dita ), rasanya masih jauh lebih berat penderitaan Anindita atas kehilangan buah hatinya *Melani*
    Akibat pelampiasan dendam dokter Santi yang ngawur, sehingga Anindita sebagai korbannya.

    Saya bisa membayangkan, seandainya saya orang tua kandung Melani 😭😭

    Bagaimana ibu Tien ingin melanjutkan alur ceritera, sehingga hati yang sesak ini ter obati ? Kita tunggu kisah selanjutnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikum salam Pak Hadi..saya ngebut baca Saat Hati Bicara...
      Memang emaknya Sasa...dendamnya tak sudah...gambaran seorang dokter yang kurang baik ...

      Mudah2an terjawab diepisode selanjutnya
      Matur nuwun bu Tien

      Delete
    2. Wa'alaikum salam mas Hadi.
      Hadeww.. mas Hadi memang ADUHAI. Aku jadi sungkan nih nglanjutin.. hahaa.. kalah pamor..
      ADUHAI deh

      Delete
    3. Waduh..... Jadi tersanjung saya ...tapi tetap mbak Tien jagonya
      meng aduk² emosi pembaca ....
      seperti episode melow dramatis Laras dilamar Sasa pada SAAT HATI BICARA ....so sweet deh.

      Aduhai ......banget

      Delete
    4. Saya kutipkan babak terakhir SAAT HATI BICARA

      Laras memalingkan mukanya. Tapi ia terkejut ketika tiba2 Sasa merangkulnya.

      "Tante Laras," teriaknya riang.
      "Sasa..." hanya itu yang diucapkan Laras, kemudian dia mengangkat Sasa dan digendongnya. Ia tak tau bagaimana Agus menatap adegan itu dengan penuh harap.
      "Mengapa tante nggak mau jemput Sasa tadi, kan tante sudah janji."
      "Oh..eh.. itu... mm.. kemarin kepala tante pusing, jadi...nggak bisa jemput tadi."
      "Sekarang sudah sembuh ?"
      "Sudah sayang..," jawab Laras senang karena ternyata Sasa mengharapkannya datang.
      "Luka dilengan tante belum sembuh kan ?" Sasa memegangi lengan Laras, dan Laras meringis menahan sakit.
      "Auuw.."
      "Sakit ya ?"
      Laras mengangguk.
      "Sedikit.."
      "Tante, maukah tante jadi mamanya Sasa ?" teriakan Sasa ini didengar semua orang, yang kemudian disambut tepuk tangan oleh Agus, Panji dan Maruti.
      "Jawab Laras.. jawab," teriak Panji...

      Laras terharu, diciumnya Sasa dengan linangan air mata. Agus mendekat dan merangkul mereka berdua, dalam satu pelukan.

      So sweet ......aduhai

      Delete
  52. Lalu, di manakah anindita sekarang? Dan siapakah wanita yang menitipkan melani kepada mbok karti? Aduhai bunda tien, penasaran aku. Moga bunda beserta keluarga sehat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

    ReplyDelete
  53. Sepertinya ulah Dr.Santi yang menculik Melani dan diberikan kepada mbok Karti guna membalas dendam setelah keluar dari penjara. Dari pada menebak nebak mending kita tunggu saja kelanjutannya dari Bu Tien pasti lebih ADUHAI.

    Salam sehat selalu buat bu Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah sudah bisa baca lanjutan Melani kekasihku. seperti kata Pnji "ini sebuah keajaiban. Melani seperti kembaran Anin ,” Jangan jangan memang itu anaknya Anindita yang diculik dr Santi. wah jadi penasaran menunggu lanjutan cerita. Monggo bu Tien dilanjut untuk menjawab penasaran pembaca.

    ReplyDelete
  55. Karena dr. Santi yang sudah keluar penjara masih punya dendam dengan Dita, sehingga berulah menculik anaknya. Semoga segera ada yang merespon iklan "anak hilang" yang akan Andra pasang. aamiin

    ReplyDelete
  56. Critane apik, tetap sehat yo mb. Tien , dak. tunggu lanjutannya.

    ReplyDelete
  57. Alhamdulillah.....
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng salami2nyo.....

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...