MELANI KEKASIHKU 10
(Tien Kumalasari)
“Melani tidak mengerti mbok, seperti ada sesuatu yang ditutupi. Ada apa sebenarnya ?” tanya Melani curiga. Andra merasa telah keceplosan bicara, lupa bahwa Melani memang belum tahu keadaan yang sebenarnya.
“Melan, nanti kalau sudah sampai rumah, simbok mau bicara.”
“Apakah itu ada hubungannya dengan Melan? Atau ayah Melan yang kata simbok sudah lama meninggalkan simbok ?”
“Tidak, sudahlah, jangan dipikirkan. Simbok akan bicara nanti setelah sampai dirumah. Bukan apa-apa kok.”
Melani terdiam, tapi perasaan curiga itu terus menghantuinya. Ia mendengar Andra bicara tentang iklan, dan menyebut nama dirinya. Pastilah itu ada hubungannya dengan dirinya.
“Maaf Melani, kamu tidak perlu memikirkannya. Ini bukan sesuatu yang buruk.”
Melani bertambah curiga. Kata-kata simbok dan Andra sangat sulit dipahami. Tapi dia akan bersabar, karena simbok mengatakan akan menceritakan semuanya nanti setelah sampai di rumah.
Begitu sampai di rumah. simbok langsung masuk kedalam kamar, dan keluar sambil membawa sebuah bungkusan, berisi pakaian-pakaian anak kecil. Melani heran, ia belum pernah melihat pakaian-pakaian itu.
“Ini pakaian siapa?”
“Ini pakaian kamu waktu masih bayi Melani.”
Andra ikut membuka bungkusan itu dan mengamatinya satu per satu.
Lalu ia melihat sebuah pakaian berwarna putih dengan kembang-kembang, dan dibawahnya tertulis nama ‘MELANI’ dengan sulaman yang indah.
“Ini bagus, simbok yang menyulamnya?” tanya Melani.
Simbok hanya tersenyum, dan membiarkan Andra memotret pakaian itu.
“Untuk apa ini mas?”
“Melan, nanti simbok akan bercerita. Semuanya akan simbok ceritakan. Sekarang tolong buatkan minum untuk mas Andra ya,” kata simbok.
Melani mengangguk, lalu beranjak ke belakang.
“Maaf mbok, aku kelepasan bicara,” kata Andra penuh sesal.
“Tidak apa-apa mas, barangkali memang sekaranglah saatnya saya mengatakan semuanya. Tidak selamanya rahasia ini ditutup-tutupi. Semoga dengan upaya mas Andra ini, siapa orang tua Melani segera terkuak.”
“Semoga ya mbok, saya segera pamit saja kalau begitu.”
“Sebentar mas Melani sedang membuatkan minum untuk mas Andra, nanti dia kecewa.”
“Baiklah, setelah minum aku pamit ya mbok, barangkali aku harus segera mengurus iklan itu. Semoga akan membuahkan hasil.”
“Ini minumnya mas,” kata Melani yang sudah keluar dengan membawa nampan.
“Repot-repot amat Melan, tapi terimakasih, aku memang lagi haus,” kata Andra yang langsung merah gelas berisi teh hangat itu dari nampan yang dibawa Melani, sebelum sempat diletakkannya di meja.
Melani tersenyum senang. Adalah sangat menyenangkan ketika sebuah pemberian dinikmati dengan suka cita, seperti sikap yang ditunjukkan Andra.
“Enak tehnya. Konon rasa secangkir teh itu berbeda-beda, tergantung siapa yang membuatnya. Bukan begitu mbok?”
“Benar. Buatan simbok dan buatan Melani akan berbeda rasanya. Simbok tidak tahu mengapa, tapi itulah yang sebenarnya. Ada orang yang pekerjaannya membuat minuman, tapi rasa teh buatannya terasa hambar. Tapi ada yang kalau membuat teh, rasanya sedap.”
“Aneh tapi nyata ya mbok? Baiklah, seperti tadi aku bilang, setelah minum, mau segera pamit. Terimakasih teh sedapnya, Melan,” katanya sambil tersenyum menatap Melan.
“Terimakasih juga karena telah mengantar kami pulang mas.”
***
Sepulangnya Andra, simbok kembali membenahi baju-baju kecil yang beberapa diantaranya diambil fotonya oleh Andra. Melani memegang tangan simboknya
“Sebentar mbok, saya akan melihat-lihat baju-baju ini. Bagus sekali mbok, baju-baju kecilku. Rupanya simbok pintar menyulam ya? Hampir semuanya ada sulamannya, yang dua ini ada namaku pula, indah sekali,” kata Melani dengan wajah sumringah.
Simbok diam terpaku. Dia menyulam begitu indah? Menjahitpun dia tak mampu. Pikirannya kembali menerawang kearah puluhan tahun lalu, ketika Melani kecil masih berumur setahun, menangis sambil meronta-ronta dalam gendongan seorang perempuan cantik, kemudian terdiam ketika berada dalam dekapannya. Simbok masih teringat, mata kecil yang memerah menatapnya seakan meminta perlindungan darinya. Ya Tuhan, simbok tak tahan lagi, air mata kemudian sudah merebak dipelupuknya. Melani yang sedang asyik melihat-lihat baju itu, terkejut ketika melihat simbok meraih tissue untuk mengusap air matanya.
“mBok ? Simbok menangis?” tanya Melani heran.
“Melani, simbok amat mencintai kamu nak..” kata simbok yang kemudian merengkuh tubuh Melani kedalam pelukannya. Melani membalas pelukan itu, dan mengusap air mata simbok perlahan. Seharian ini dia sudah dua kali mengusap aliran air mata dari dua orang ibu. Ibu Maruti dan simbok Karti.
“Kenapa simbok bilang begitu? Bukankah Melani juga sangat mencintai simbok ?”
Simbok terisak perlahan ketika melepaskan pelukan itu.
“mBok, ajari Melan nyulam ya mbok? Nggak nyangka simbok pintar menyulam,” kata melani lirih. Maksudnya ingin agar simbok senang mendengar permintaannya, tapi justru air mata itu kembali mengaliri pipinya.
“Kenapa mbok?”
Simbok menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Simbok tidak mau?”
“Bukan simbok yang menyulamnya.. bukan simbok,” katanya diantara tangis.”
“Baiklah, kalau memang bukan simbok, simbok tidak usah menangis ya, Melani bisa belajar sendiri nanti.”
“Kamu lupa bahwa simbok berjanji akan menceritakan sesuatu sama kamu Melan?”
Melani baru teringat, benar simbok mau bercerita. Melani lupa karena asyik mengagumi baju-baju kecil dengan sulaman indah itu.
“Iya ,. Melani lupa,” kata Melani sambil melipat kembali baju-baju kecil itu dan menumpuknya dengan rapi.
“Puluhan tahun yang lalu, seorang wanita cantik menitipkan bayi berumur kurang lebih setahunan kepada simbok,” simbok memulai ceritanya.
Melani menatap simbok, yang matanya menerawang jauh ke arah depan. Mata tua itu masih tergenang air bening.
Melani meraih tangan simbok dan menciuminya dengan kasih sayang.
“Melan, apa kamu mencintai simbok?”
“Mengapa simbok berkata demikian? Simbok adalah satu-satunya milik Melan yang sangat berharga, sangat Melan sayangi, sangat Melan cintai,” katanya sambil meremas jemari simbok.
“Bahkan setelah kamu mendengar cerita simbok nanti?”
“Sebenarnya apa yang akan simbok ceritakan?”
“Berjanjilah pada simbok, bahwa kamu akan tetap mencintai simbok, apapun yang terjadi.”
“Tentu saja Melani akan selalu mencintai simbok, apapun yang terjadi. Percayalah mbok, apakah Melan harus bersumpah?”
“Tidak, tidak. Baiklah akan simbok lanjutkan. Wanita cantik itu meninggalkan bayinya yang masih kecil. Meninggalkannya begitu saja tanpa pesan apapun, kecuali akan menjemput beberapa hari kemudian.”
Melani berdebar. Dirinyakah bayi itu ?
“Tapi berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, wanita yang entah siapa itu tidak pernah menjemput bayi itu. Wanita cantik itu tampak kejam dan tak sedikitpun punya belas kasihan. Tangis bayi yang meronta-ronta ketika dalam gendongannya, menunjukkan bahwa bayi itu tidak merasa nyaman bersamanya.”
“Maksudnya, wanita itu bukan ibunya?”
“Tampaknya bukan. Seorang ibu akan membuat anakny tenang dalam gendongannya. Ibu mengira wanita itu telah menculik bayi yang diberikannya pada simbok.”
“Kasihan sekali. Lalu dimanakah bayi itu sekarang?”
Simbok membalas genggaman tangan Melani, dan menatapnya lembut.
“Bayi itu adalah kamu Melan.”
Mata sipit indah itu terbelalak, sesaat lamanya ia tak bisa berkata-kata. Seperti mimpi rasanya mendengar apa yang dikatakan simbok. Simbok yang menurutnya adalah orang tuanya, ternyata hanya orang yang menerima titipan dirinya.
Walau sudah menggambarkan sebelumnya, ketika mendengar kata-kata awal simbok, Melani terkejut juga. Alangkah sakitnya, dipisahkan dari orang tuanya, lalu diserahkan kepada seseorang yang bukan siapa-siapanya.
Alangkah menderita bayi itu ketika berada dalam tangan penculik yang pastinya memperlakukannya dengan sangat bengis dan kejam. Dibentak-bentak, atau bahkan dipukul. Aduhai. Melani tiba-tiba menubruk simbok dan menangis tersedu didada wanita yang berpuluh tahun mencintainya.
“Simbok, terimakasih telah mencintaiku...”
Simbok mengelus kepala Melani.
Hati Melani terasa bagai dicabik-cabik. Ternyata dia bukan anaknya simbok, dan ada kemungkinan dia diculik seseorang, yang berarti dia dipisahkan dari orang tuanya. Bisa dia bayangkan, betapa sedih hati orang tuanya karena kehilangan anak selama berpuluh tahun.
“Ya Tuhan... ya Tuhan...” desis Melani sambil berlinangan air mata.
“Apa yang kamu pikirkan Mel? Menyesal menjadi anak seorang hina seperti simbok?”
Melani menatap simbok yang masih saja berurai air mata.
“Hina? Siapa yang hina? Simbok hina? Tidak, simbok adalah wanita mulia yang sangat berharga. Simbok bagai lentera yang menyinari hidup Melani dengan kasih sayang yang tak terhingga. Simbok, aku bangga punya simbok.”
“Mengapa kamu menangis?”
“Bisakah simbok bayangkan, betapa sedih hati orang tua Melan karena kehilangan Melan?”
“Pasti dia sangat sedih. Entah bagaimana dia dan siapa dia, semuanya gelap. Tapi simbok berharap, orang yang dicari keluarganya mas Andra adalah orang tua kamu, karena melihat wajah kamu yang katanya sangat mirip dengan tantenya mas Andra.”
“Sekarang Melani mengerti, apa yang dimaksud mas Andra tentang iklan-iklan itu,”
“Semoga dengan itu kamu bisa bertemu orang tua kamu, dan semoga juga benar bahwa ibu kamu adalah tantenya mas Andra.”
***
“Aku berharap, Melani ada hubungannya dengan Anindita,” kata Panji sore itu.
“Sungguh luar biasa ya mas, kok bisa persis begitu. Itu kan wajahnya Anin saat masih remaja?”
“Iya benar. Hanya Anin kan agak kemayu gitu, sedangkan Melani pendiam.”
“Pendiam lah mas, kan baru kali itu bertemu kita. Kalau nanti sudah terbiasa kemudian ternyata ceriwis.. ya kita nggak tahu. Tapi suaranya persis ya mas.”
“Iya, suaranya persis. Masih ingat ketika dia merengek minta diajak jalan.”
“Anak itu sebenarnya inginnya dimanja.”
“Memang manja kan, apalagi kalau sama kakaknya.”
“Duh mas, jadi semakin kangen aku.”
“Sabar ya .. dan selalu berdoa, semoga semuanya lancar..”
Maruti mengangguk.. terbayang kembali polah Anindita yang lincah dan kemayu..
"Dengar mbak, aku tadi nyaris ketabrak mobil." enteng suaranya ketika mengucapkan itu, dan Maruti terbelalak memandangi adiknya.
"Kamu ngomong apa? Nyaris ketabrak mobil dan kamu malah bersikap seperti orang yang sedang bergembira begitu?"
Maruti mendekati adiknya dan memegang dahinya.
"Panaskah?" Dita masih berusaha bercanda.
"Jangan main-main Dita.."
"mBak.. kalau aku benar-benar ketabrak, ya nggak mungkin lah aku bisa ketawa-ketiwi seperti ini. Makanya aku bilang nyaris, dan tu sebabnya aku tampak seperti orang kegirangan."
Namun Maruti tidak mengerti. Meskipun nggak jadi ketabrak, yang namanya hampir ketabrak mobil pastilah membuat orang berdebar debar untuk waktu yang cukup lama. Tapi Dita tidak..
"Sini mbak, aku ceritain, tadi itu.. pas aku menyeberang jalan setelah mengirimkan pesanan, tiba-tiba aku terkejut ketika sebuah mobil sudah berhenti tepat disamping aku. "
"Sembrono kamu memang." Maruti ngedumel.
"Terkejut sekali aku.. hadeeww.. hampir saja. Tapi mbak, ketika pengendara mobil itu membuka kaca depan lalu melongok kearahku, aku dibuatnya terpana. Debar jantungku ini tidak lagi disebabkan oleh ketakutan karena nyawaku hampir melayang.. tapi karena melihat wajah laki-laki itu." kata Dita bersemangat, membuat Maruti kemudian meninggalkannya lalu melanjutkan pekerjaannya menata meja. Kesal Maruti mendengar omong kosong itu.
"mBak, laki-laki itu guanteng banget, dan senyumnya itu... eh.. bukan.. tadinya dia melotot kearahku, lalu aku mengangguk dan mengucapkan ma'af sambil tanganku memegangi pintu mobilnya, dan gemetaran pastinya. Melihatku seperti itu dia kemudian tersenyum, sambil berkata maniis sekali.
”Lain kali hati-hati ya.”
“ Wouw.. itu kan senyuman yang mirip... apa ya.. ah.. pokoknya ketakutanku sirna lalu aku berjalan menepi. Dia juga menepikan mobilnya dan turun, sambil bertanya apakah ada yang luka? Aku menggeleng sambil tak henti menatapnya dan kemudian dia berkata lagi, lain kali hati2 ya. Hm.. kenapa ya dia nggak mau menawari aku naik ke mobilnya lalu mengantarku pulang?"
"Ya ogahlah.. mengantar pulang anak gadis yang sembrono seperti itu." Maruti menimpali sambil bersungut.
"Iya 'kali... ia malah kembali menaiki mobilnya dan pergi begitu saja. Tapi sungguh aku ingin bertemu dia lagi lho.."
"Ssst.. diam dan cuci kaki tanganmu.. lalu bantu aku menyiapkan makan siang."
"Sayang aku nggak sempat bertanya siapa namanya. Ah.. ya malu kan kalau itu aku lakukan?" Dita masih saja mengomel.
"Dita..." tegur Maruti kembali.
"Iya.. iya..." sahut Dita sambil berdiri, lalu berjalan kearah kamarnya sambil masih saja terus bersenandung.
“Ya ampuuun... Anindita... dimana kamu,” bisiknya sendu.
Maruti teringat, laki-laki yang hampir menabrak itu adalah Panji, yang akhirnya menjadi suaminya.
***
Besok lagi ya
Aamiin
ReplyDeletePak Yo juara 1
DeleteSelamat buat pa Yowa juara 1 berarti mata sdh sehat, sdh bisa diajak balapan lagi....
DeleteBagaimana tuh yang pd saat ROCIN selalu dedepin oven sekarang kubcrit ...kalah sama pa Yowa??
Manusan bu Tien, Melaniku sdh hadir , pengantar bobok, slm sehat tetap semangat
DeleteMas Yowa....jaga gawang
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun Ibu Tien...
Alhamdulillah sdh tayang lanjutan MK10
ReplyDeleteMATUR NUWUN
Matursuwun mb Tien
ReplyDeleteSalam seroja ADUHAI
ReplyDeleteNaturnuwun Bu Tien..🙏
ReplyDeleteSaya kira pertama komen....😀😀😀
ReplyDeleteSalam aduhai Bu Tien.. sehat selalu..😘😘😘
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien ...
Makasih bu tien ...sehat selalu ya bu..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak Tien, semoga tetap sehat. Aamiiiin
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun pak Bambang
smg melani segera menget jati dirinya? anak Aninditakah? smg benar adanya? 🙏
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah...
ReplyDeleteBu Tien sehat selalu yah...
Terimakasih pak Hendrik
DeleteAlhamdulillah Melani kekasih ku 10salam aduhai mb Tien...sehat selalu
ReplyDeleteADUHAI ibu Atiek
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Umi Iswardono, Trie Tjahjo Wibowo
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Ngk pernah jdi juara hehehe hebat2 niiih yg rajin ngintip....yg penting qta bisa menikmati goresan pena yg aduhai dri bu Tien... matur suwun bu Tien.... salam sehat
ReplyDeleteMakasih bi Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah, MK.10 telah tayang,terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu. aamiin
ReplyDeleteUR.T411653L
Maturnuwun, mb Tien. Bisa tdr nyenyak
ReplyDeleteSalam sehat nan aduhai mb Tien.
Yuli Semarang
Maturnuwun, mb Tien sudah tayang Melani kekasihku 10. Sugeng dalu, sugeng istirahat.
ReplyDeleteSalam sehat nan aduhai
Yuli Semarang
Akhirnya simbok membuka rahasia yang sudah puluhan tahun tersimpan rapat. Melani berhak tahu siapa dirinya, toh Melani sudah dewasa. Semoga usaha Andra memasang iklan mmbuahkan hasil yang manis.. semanis yang menulis cerita ehm. Terima kasih bu Tien ceritanya semoga selalu hapy end
ReplyDeleteAlhamdulillah,aduhai sekali Melani..terima kasih Bu Tien..sehat selalu,Aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Alhamdulillah... matur nuwun bu Tien.
ReplyDeleteSg.istirahat
Matur nuwun Bu Tien, salam Aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah...makasih bunda Tien...smg Anindita segra ketemu
ReplyDeleteMakasih Bu cantik..sudah menguras air mataku..wow..joss.. salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 Mr.wien
ReplyDeleteAduuh.. jangan nangis dong Mr Wien
DeleteADUHAI deh
Alhamdulillah MK Eps 10 sudah tayang, terimakasih bu Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga bu Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dan salam hangat selalu.
Terima kasih bu Tien MK 10 sdh hadir,salam sehat selalu dan selalu menanti lanjutan cerita yang Aduhai...
ReplyDeleteMelani semoga ads titik terang siapa orang tuanya. Dan Penculik ketika masih terukap dan tertangkap..
ReplyDeleteJadi tdk sabar menunggu eps berikutnya.
Makasih B Tien semoga sehat wal"afiat selalu..
Alhamdulillah
ReplyDeleteAduuhh...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Alhamdulillah MK 10 buat pengantar bobok, maturnuwun Bu Tien 🙏, tetap sehat dan tambah ADUHAI cerbung"nya
ReplyDeletePuji Tuhan pengarangnya sangat baik, walau tdk ada antagonis, cerita tetap manis, semua pelakunya baik. Tapi gak tahu ya kalau sdh muncul tokoh penculiknya ...
ReplyDeleteMonggo ibu dilanjut aja, penasaran banget ini. Matur nuwun Berkah Dalem.
Terimakasih ibu Yustinhar
DeleteSami2.
ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMantaap...
Wah penasaran nih baru baca sebentar sudah besok lagi,nunggu iklannya terbaca oleh keluarga Dita ,
ReplyDeleteitu sudah pasti tp caranya ketemu yg bikin penasaran karena keahlian mbak Tien yg tidak ada duanya.
Salam aduhai mbak Tien dari Tegal.
Trimakasih mbak Tien MK10nya..
ReplyDeleteBetuul sekali penggalan percakapan yg huruf miring itu..antara Maruti dan dita...
Oooh yaaa...jgn2 Melan anaknya Dita yg diculik sm dr.Santi ibunya Sasa yaaa...tp apa judul cerbungnya kok lupaaa...🤦♀️🤦♀️
Duuh..bener2 udah lansia ini...🤭
Semoga besok2 inget..😊
Nunggu besok lagiii..
Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹
Deleteapa judul cerbungnya kok lupaaa...🤦♀️🤦♀️
Bu Maria,
Judul cerbung sebelumnya SAAT HATI BICARA bu
Terima kasih bu Tien, sehat selalu…
ReplyDeleteAduhai semakin menarik saja ceritanya …
Hebat sekali … ibu Tien
Salam hormat dan sayang dari penggemar … buat ibu Tien 🙏😘
Sami2 NW KG
DeleteSalam ADUHAI
Makasih Bunda untuk Melani nya, yg pasti selalu ditunggu hadirnya.
ReplyDeleteMet pagi , sehat dan tetap semangat.
Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Ditunggu kelanjutannya ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... salam sehat penuh semangat !!! 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMelani keciłkayanya yg culik dokter santi jandanya pak agus..,dulu sý pernah baca "saat hati bicara"
ReplyDeleteHanyã bu tien seorang yg tahu😁..
Trims bu tien sehat trus ďn selalu bisa hibur ķt semua...amiin
Terima kasih Bu Tien MK-nya, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSemoga Dita bertemu lagi dg Maruti ya..
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu. Aduhai
Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan segera terbongkar siapa Melani sebenarnya. Waduh, Bu Tien selalu membuat penasaran.. Maturnuwun Bu Tien semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Semoga cepat terungkap siapa yang menculik melani. Tetap aduhai bunda tien.
ReplyDeleteTetap ADUHAI ibu Echy
DeleteAlhamdulillah terimakasih bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteSekarang Melani sudah tahu siapa dirinya, hanya blm tahu siapa orang tua kandungnya.
ReplyDeleteSimbok yg selama ini menyayanginya ternyata bukan ibu kandungnya.
Pasti yg menitipkan bayi pada simbok itu bukanlah ibu kandungnya
Tapi ada campur tangan dokter Santi sakit jiwa itu.
Wah bakalan seru nih pastinya kalau dokter Santi dimunculkan...
Apalagi kalau Melani pacaran sama Abi
Seru seru seru pastinya....
Moga Melani segra ketemu ibunya
Hai Anindita kamu dimana
Melani anakmu kan....
Moga bu Tien sehat sll
Salam aduhai dari Bojonegoro
Hai ibu Wiwik, ADUHAI kan ?
ReplyDeleteKenangan yang indah mendera hati meluapkan kerinduan yang sangat, lembar demi lembar halaman kenangan terlihat nyata mendekat, adakalanya lembar halaman tertutup kabut keraguan/kekuatiran bisakah diraih? massa melunturkan dan mengharuskan berlalu dan harus ada kemarin, kini dan esok.
ReplyDeleteADUHAI
Melani Kekasihku cerita yang mengingatkan ancaman seorang Santi pada Dita puluhan tahun lalu dan kemungkinan itu di eksekusi kan; benar-benar sebuah kejahatan menghilangkan asal usul; bisa dikatakan sadis.
Hanya kasih sayang yang tulus yang akan meringankan beban siapapun itu, mementahkan kebencian dan kecurigaan..
Terimakasih Bu Tien;
Melani Kekasihku yang ke sepuluh sudah tayang..
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Alhamdullilah.. Makasihmbak Tien.. Slmseroja dan aduhai dri skbmu🥰🥰
ReplyDeleteAss..Wr..Wb.
ReplyDeleteBu Tien no WA Melani berapa ya..???
Nanti kalau ada teman yang namanya Anindita tak infokan...ha..ha..ha.
Salam sehat dan ADUHAI buat bu Tien dan Keluarga.. Aamiin YRA
Melani kekasihku 10.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien.
Melani pastilah sangat terkejut mengetahui bahwa bayi uang ditipkan itu adalah dirinya. Kesedihannya bertambah karena membayangkan orangtuanya yang sangat sedih dan pasti sangat kehilangan Melani kecil.
Semoga segera orangtua Melani lekas diketahui keberadaannya.
Salam sehat..28 Okt 2021