MELANI KEKASIHKU 05
(Tien Kumalasari)
Maruti menatap Andra yang masih memandangi foto dirinya bersama Anindita adiknya, ketika mereka masih sangat muda.
“Apa maksudmu Ndra?”
“Sungguh mirip sekali dengan gadis itu, hanya matanya yang berbeda. Gadis itu matanya agak sipit seperti Cina. Tapi mulut dan bibirnya, hidungnya, sama lho bu. Jangan-jangan gadis itu ada hubungannya dengan tante Dita.”
“Kamu itu Ndra, banyak orang mirip didunia ini.
“Iya sih bu, tapi aku kok penasaran banget.”
“Memangnya siapa gadis itu? “
“Andra juga tidak tahu bu,” kata Andra sambil menutup albumnya.
“Kamu itu gimana sih Ndra, bicara panjang lebar, akhirnya bilang tidak tahu,” kata ibunya kesal.
“Pada suatu hari Andra hampir menabrak seorang gadis yang menyeberang tiba-tiba.”
“Ya ampun.. Kamu jangan ngebut dong Ndra kalau berkendara.”
“Tidak bu, justru karena Andra menjalankannya pelan maka dia jadi tidak tertabrak, hanya nyaris terjatuh kalau tidak berpegangan pada bemper mobil Andra.”
“Syukurlah.”
“Saat itu, sungguh bu, Andra terpana melihat gadis itu. Dia sangat cantik.”
“O, kamu ingin mengatakan bahwa kamu jatuh cinta pada pandangan pertama?”
Andra tertawa.
“Entahlah bu, tapi Andra tertarik pada gadis itu. Sayang Andra tidak menanyakan siapa namanya dan dimana rumahnya.”
“Maksud kamu, dialah gadis yang kamu bilang mirip dengan tante kamu?”
“Benar bu, baru ini tadi Andra merasa, bahwa dia memang benar-benar mirip tante. Ya setelah Andra melihat foto itu bu.”
“Hm, seandainya benar gadis itu ada hubungannya dengan tante kamu, alangkah senangnya hati ibu. Siapa tahu dia juga ada di kota ini lagi. Tapi kalau dia ada disini, mengapa juga tidak menghubungi ibu?”
“Andra berharap bisa ketemu dia lagi bu, sehingga jelas dia itu siapa. Benarkah dugaan Andra bahwa dia ada hubungannya dengan tante.”
“Ya sudah, bagaimanapun jalannya, ibu ingin bertemu tante kamu lagi, dalam keadaan baik-baik saja.”
“Semoga harapan ibu akan segera menjadi kenyataan. Ibu tenang ya, dan jangan terlalu dipikirkan.”
“Iya nak, semoga ibu bisa melakukannya.”
***
“Melan, kalau kamu mau, sepeda motor ini boleh kok kamu pakai setiap hari,” kata Aris yang sore itu bertandang ke rumah Melani.
“Lha aku kemana, kok setiap hari harus memakai sepeda motor kamu?”
“Kan kamu setiap hari kerja?”
“Ah, ya enggak mas, masa kalau aku kerja setiap hari harus memakai sepeda motor kamu?”
“Tidak apa-apa Melan, kan aku punya sepeda motor dua, jadi yang satu tidak terpakai. Itu, yang aku bawa kemari itu, biar aku tinggal saja disini, biar besok kamu bisa memakainya.”
“Jangan mas, aku tidak mau, bawa saja pulang sepeda motor itu. Aku sudah biasa naik angkot setiap hari.”
“Tapi kalau bawa sepeda motor kan tidak usah menunggu angkot lewat.”
“Iya sih, tapi aku kan tidak punya sepeda motor, dan aku tidak mau setiap hari memakai sepeda motor kamu.”
“Tidak apa-apa Melan.”
“Tidak mas, sungguh aku tidak mau,” kata Melani tandas.
Baru sekali Melani meminjam sepeda motor Aris, dan itupun karena simbok pulang agak kesorean. Tapi Aris tiba-tiba menawarkan sepeda motornya. Mana bisa Melani menerimanya? Gadis cantik dan sederhana itu tak mau menerima kebaikan orang begitu saja. Kecuali kalau ada alasannya.
“Wah, sudah hampir maghrib mas, sebaiknya mas pulang dulu, nggak enak dilihat tetangga,” kata Melani.
“Iya, benar, hari hampir gelap. Jadi beneran nih, kamu nggak mau memakai sepeda motor ini?” tanya Aris masih menawar.
“Tidak mas, terimakasih banyak.”
“Atau kalau mau, setiap mau berangkat kerja aku samperin ?”
“Tidak.. tidak, yang jelas ya mas, saya tidak mau merepotkan orang lain. Jangan bilang kamu tidak repot, aku merasa merepotkan, titik,” Melani mulai kesal atas sikap Aris. Ia kemudian teringat, ketika sedang makan bersama simbok, simbok bilang bahwa penjual sayur mengira kalau simbok mau mantu, karena katanya Aris sudah ngebet ingin memperisterinya.
“Melani..”
“Maaf mas, sekarang benar-benar sudah maghrib tuh. Maaf ya,” kata Melani dengan wajah cemberut.
Dan sejak saat itu, setiap pulang kerja Melani selalu mengunci pintunya serta tak pernah mau menerima kedatangan Aris lagi.
***
“Benarkah Andra pernah melihat seorang gadis yang Mirip Anindita?” kata Laras ketika pada suatu siang Maruti bertandang ke rumahnya.
“Iya, Andra bilang begitu. Padahal didunia ini kan banyak sekali orang yang wajahnya mirip. Ya kan?”
“Iya benar mbak.”
“Tapi aku kok ya jadi ikut memikirkannya, dan ingin ketemu gadis itu.”
“Kalau begitu mbak minta saja agar Andra mengantarkan mbak ke rumah gadis itu.”
“Ya itulah Laras, Andra itu hanya melihat ketika gadis itu hampir tertabrak mobilnya saat menyeberang tiba-tiba.”
“Ya ampuun.. itu Sasa juga cerita mbak. Ketika mereka mau makan siang, Andra nyaris menabrak seorang gadis cantik.”
“Sayangnya nggak sempat bertanya tentang siapa namanya apalagi dimana rumahnya.”
“Yaa, memang hanya sekilas. Tapi Sasa mengolok-olok Andra yang katanya tertarik pada gadis itu,” kata Laras sambil tertawa.
“Dia juga bilang bahwa gadis itu sangat cantik.”
“Mengapa Andra tidak langsung bertanya kepada gadis itu, kalau memang dia yakin bahwa dia mirip sama Dita?”
“Andra baru menyadari hal itu ketika aku menunjukkan foto aku bersama Anin ketika masih muda dulu. Dia melihatnya dan tiba-tiba berteriak kalau ada gadis mirip tantenya.”
“Persis, gitu?”
“Katanya persis, yang berbeda hanya matanya. Mata gadis itu agak sipit, kayak Cina.”
“Aduh, mungkinkah ada hubungannya ya mbak?”
“Aku ingin sekali ketemu gadis itu. Tapi kemana harus mencarinya Laras?”
“Ya sudah, mbak Maruti harus sabar, dan jangan lupa selalu memohn, agar ada jalan untuk bertemu Dita.”
“Iya Laras, aku selalu berdoa kok.”
“Aku akan membantu berdoa mbak, semoga ada jalan.”
“Aamiin, terimakasih Laras. Perasaanku agak tenang karena ada teman berbincang. Kalau ada mas Panji, aku tak berani mengeluh tentang ini.”
“Memangnya mas Panji akan memarahi mbak Maruti?”
“Tidak, tapi karena aku mengeluh, lalu dia jadi seperti ikut tertekan. Kan kasihan Laras, dia sudah capek bekerja.”
“Iya benar mbak. Harusnya mbak Maruti tidak melupakan aku dong. Kita kan bersahabat, ada baiknya selalu berbagi. Jangan sungkan datang kemari.”
“Iya Laras, terimakasih banyak.”
***
Sore itu ketika sehabis arisan, bu Cokro melihat Indi menjemput ibunya. Kebetulan itu hari Minggu, jadi Indi memiliki banyak waktu luang.
“Indi... ya ampun, kamu kok semakin cantik begitu,” puji bu Cokro sebelum masuk kedalam mobilnya.
“Terimakasih bu.”
“Masih sering ketemu Abi ?”
“Sering bu, kemarin siang juga ketemu. Ketika sedang makan siang diluar kantor.”
“Dengar Indi, ibu kamu ingin agar kami berbesan,” kata bu Cokro tanpa basa basi, padahal Indi belum pernah mendengar apapun dari ibunya.
“Maksud bu Cokro apa?”
“Berbesan itu artinya, anakku, sama anak ibu kamu akan dijodohkan.”
Indira agak berpikir ketika mendengar ucapan bu Cokro, sementara ibunya sendiri hanya senyum-senyum saja.
Anak ibu saya cuma saya, putranya bu Cokro.. Abisatya..”
“Benar.. kalian itu akan menjadi pasangan yang serasi..”
Mata Indi membulat. Tak menyangka para orang tua bermaksud main jodoh-menjodohkan. Tapi kemudian Indi tertawa lirih.
“Ini kan bukan jamannya jodoh menjodohkan bu. Kami bisa mencari pasangan kami masing-masing. Mana yang cocok untuk kami.”
“Apa kamu tidak merasa cocok sama Abi?”
“Cocok dalam hal apa? Kalau hal cinta, Indi tidak ingin suami yang sangat sibuk seperti Abi. Dia itu pengusaha yang tidak pernah sempat mengurus dirinya sendiri, seperti saya juga ini bu. Lha kalau sama-sama sibuk, lalu apa artinya berumah tangga?” kata Indi sambil tertawa.
“Indi, kamu itu ngomong apa. Ya sudah bu Cokro, lain kali saja kita bicara lagi, sudah capek kita ketemuan sejak siang kan?” kata bu Yayuk, ibunya Indi memotong ucapan Indi yang sebenarnya membuatnya kesal karena menolak Abi untuk menjadi jodohnya.
“Baiklah jeng, masih banyak waktu untuk bicara. Anak-anak memang susah diatur,” kata bu Cokro yang bersiap masuk kedalam mobilnya karena sopir sudah sejak tadi membukakan pintu untuk majikannya.
***
“Ibu benar-benar kesal hari ini,” omel bu Cokro ketika sudah sampai dirumah, dan duduk menemani suaminya yang sedang santai sambil menonton televisi.
“Kenapa kesal? Pulang arisan biasanya sumringah, kok sekarang bilang kesal? Pasti karena nggak dapat arisan,” ejek pak Cokro.
“Ah, bapak kok mesti begitu, masa cuma nggak dapat arisan saja kesal.”
“Lalu kenapa ?”
“Indi itu lho pak, ternyata tidak mudah mengatur anak-anak.”
“Indi itu yang ingin kamu jodohkan sama Abi?”
“Iya. Jawabannya mengesalkan sekali.”
“Mengesalkan bagaimana ? Dia tidak memaki-maki ibu kan ?”
“Ya enggak. Tapi seperti juga Abi, rupanya dia juga menolak dijodohkan.”
“Bapak kan sudah bilang, sekarang bukan jamannya jodoh-menjodohkan, jadi biarkan saja bagaimana maunya anak-anak. Kalau kamu bersikukuh dengan keinginan kamu, akhirnya kamu akan merasa kesal sendiri.”
“Orang tua itu kan maksudnya baik. Bukan menyesatkan.”
“Benar, tapi baik bagi kamu, belum tentu baik juga bagi anak kamu.”
“Tapi jeng Yayuk masih akan mengajak bicara lagi, barangkali dia akan membujuk anaknya. Tadi dia juga tampak kesal sama Indi.”
“Aduh bu, mbok ya sudah kenapa sih.. Nanti kalau memang sudah ketemu jodohnya pasti semuanya akan baik-baik saja. Jangan memaksakan kehendak lah bu. Jodoh itu sudah diatur dari Sana.. kita tidak usah mengejar-ngejarnya.”
“Bapak itu kalau diajak ngomong, bukannya mendukung atau membesarkan hati ibu, tapi malah menyalah-nyalahkan ibu,” kata bu Cokro sambil mulutnya cemberut.
“Lho, kalau dikasih tahu mesti salah terima. Ya sudah, bapak diam saja, pokoknya urusan begitu-begitu kamu urus sendiri saja, karena bapak tidak setuju,” kata pak Cokro sambil berdiri dan seperti biasa, berjalan ke teras untuk mencari udara segar. Dibiarkannya isterinya yang masih mengomel melampiaskan rasa kesalnya.
***
Hari itu Andra di kantor sangaat sibuk, sehingga tidak bisa keluar untuk makan siang.
“Mas Andra nggak makan ?” tanya Sasa.
“Aku sedang menungu telpon dari pak Markus, kalau kamu mau keluar, aku nitip saja deh.”
“Boleh, kalau begitu aku keluar saja, nanti aku belikan. Mas Andra mau makan apa?”
“Terserah kamu saja mbak, pokoknya yang enak.”
“Nasi rames ya? Atau nasi gudeg?
“Nasi gudeg juga nggak apa-apa.”
“Di rumah makan yang waktu itu kita makan lalu kamu hampir menabrak gadis cantik?”
“Iya, enak tuh masakannya.”
“Baiklah bos, aku keluar sekarang.”
“Bawa mobilku nih.”
“Baiklah,” kata Sasa sambil berdiri lalu mengambil kunci mobil di meja Andra dan berlalu.
Tiba-tiba Andra kembali terngat gadis itu. Dia bukan hanya menarik hatinya, tapi juga membuatnya penasaran karena wajahnya mirip tantenya diwaktu muda.
Lamunan itu buyar ketika pak Markus menelponnya. Agak lama mereka bicara karena menyangkut kerja sama yang hampir menemui titik temu.
“Baiklah pak, besok kita ketemu. Terimakasih karena mau datang ke kantor saya.”
Andra menutup telpon itu lalu menyandarkan tubuhnya yang terasa agak penat. Banyak yang harus diselesaikan hari itu, dan beruntung Sasa sangat membantunya.
Tiba-tiba Sasa muncul, pas ketika perutnya terasa melilit.
“Aduh, lama sekali sih, aku sudah kelaparan nih,” canda Andra.
“Iya, ini aku kan sudah datang, tapi dengar mas, aku tahu dimana gadis itu bekerja.”
“Gadis yang mana ?”
“Gadis yang membuat mas Andra tertarik, yang nyaris tertabrak mobil mas,” kata Sasa sambil meletakkan bungkusan nasi pesanan Andra.
***
Besok lagi ya
Alhmdllh
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien
Deletemanusang.bu Tien, Melaniku sdh hadir..slm sehat tetap semangat
DeleteSelamat untuk kedua kalinya jadi juara 1.
DeleteAlhamdulillah aMKa_05 sdh tayang.
DeleteTerimakasih bu Tien, selamat malam sehat selalu dan selalu sehat, tetap semangat dan.....
Salam ADUHAI......
Maturnuwun mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur suwun mbak Tien .
ReplyDeleteSehat selalu njih
Mantap.Makasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah dah tayang.
ReplyDeleteSuwun mb Tien MK 05 sdh hadir
ReplyDeleteHehehe komentxa no 3 mk sungguh mengangenin tenan selalu ditunggu
ReplyDeleteAlhamdulillah MK Eps 05 sudah tayang gasik, terimakasih mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah,, Melani,,kamu bikin penasaran semua orang,,, ADUHAAII bener bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Salam sehat wal'afiat semua ya🙏💖
Alhamdulillah gasik... Makasih Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani 05 telah hadir
ReplyDeleteTerimakasih mbakyu Tien sayang
Srmoga panjenengan sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Reply
Alhamdulillah ... Matur nuwun Bu Tien ... 👍👍👍🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah yang penting mbak Tien sehat selalu, Aamiin Ya Rabbal Aalamiin...
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah MELANI-KU 05 telah tayang , terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah MK.05 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Umi Iswardono,
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteMungkinkah Melani anak Anindita ?
ReplyDeleteMakin penasaran saja ......
Bu Tien, makasih banyak ....
Terima kasih Mbak Tien , MK 05 sdh hadir ... Salam Seroja buat Mbak Tien n kelrg & anggota PCTK semua ...
ReplyDeleteTerima kasih banyak bTien, salam sehat
ReplyDeleteSelalu dan sehat seantiasa, setta salam Aduhai...
Terima kasih Bu Tien, MK 05 udh hadir menemani kami, salam sehat n tetap semangat dari Pasuruan
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien utk MK 05nya... 🙏😊
ReplyDeleteAlhamdulilah M melani sudah bisa terbaca dan Andra ada angin segar tentang gadis yg hampir tertabrak. Akankan terkuak siapa Melani sebenarnya. Yang tdk ada miripnya sama Mbok yg kerja di Bu Cokro.
ReplyDeleteDan apa yg akan dilakukan Aris untuk merebut hati Melani.
Ku tunggu kisah lanjutannya .....
Matur nuwun Bu Tien semoga sehat selalu dan lancar terus.
Alhamdulillah Melani 5 sdh up, tks bu tien
ReplyDeleteSehat selalu
Matur nuwun .. sg ndalu sg istirahat buTien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah .... Tambah keren ceritanya, terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat.
ReplyDeleteterima kasih mb Tien...Melani kekasih ku 05 sudah tayang....m
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun mbak Tien Melaninya sdh datang.
ReplyDeleteAduhai... salam sehat selalu
Alhamdulilah twrima kasih bu tien... smg ibu sehat selalu salam aduhai dari pd gede
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah diijinkan singgah di rumah.
ReplyDeleteMelani gadis baik, cantik sehingga banyak yang naksir. Tetapi bu Cokro pasti tidak tertarik, bahkan membencinya.
Kita tunggu saja hasil olahan nyi dalang.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien, selalu ADUHAI.
Trimakasih mbak Tien MK05nya..
ReplyDeleteTokoh2 lama bermunculan..
Tpa blm terdeteksi alur cerita..baru perjodohan Abi & Indi yg sama2 menolak..
Lanjut besook...
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Sudah ada tanda2 ketemu Melani
ReplyDeleteSemoga segera dapat ditemui Melani oleh andra atau maruti .. Dan semoga benar melani.ada hub dg anindita
Trm kasih bu Tien salam sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat
🙏🙏🙏🙏🙏
Rupanya dunia selebar daun kelor,mungkinkah Melani karyawan dari pak Markus relasinya Andra ,sayang sudah besok lagi.
ReplyDeleteTks mbak Tien tuk Melani kekasihku 5 nya.Salam aduhai.
Alhamdulillah MELKE 5 sdh tayang, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat selalu beserta keluarga 🙏🙏🙏🙏, selalu ADUHAI
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tein Melani 5
ReplyDeleteSemoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Matur nuwun bunda Tien....🙏
ReplyDeleteSalam sehat selalu & tetap ADUHAI njih bun..
Njih, salam ADUHAI ibu Padmasari
DeleteKarena cerita Melani pada simboknya diceritakan kembali mbok Narti kepada Abi nah jadi ada rasa ingin jumpa sama Melani.
ReplyDeleteMandra eh bukan, kliru ini bukan kasus suap, ini Andra bos muda yang penasaran dapat informasi dari Sasa (ini juga bukan penyedap rasa) jadi ingin sekali bertemu syukur bisa memamerkan pada Maruti sekedar penampakan bukan kah mirip, gitu ndéan, ujarku tapi.
Asyik ya, ada kompetisi perebutan pengaruh diantara bos muda dengan alasan masing-masing sementara Aris si penjaga gawang biasanya nunggu adja didepan gawang, namanya juga penjaga.
ADUHAI..
Simbok nya Melani merasa masa depan nya terusik, karena Melani satu satunya harapan masa depan, akan kah terpinggirkan bila terkuak rahasia asal usul Melani, besok lagi aja
Terima kasih Bu Tien Melani Kekasihku yang kelima menebar praduga lebih, sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
ADUHAI Nanang
ReplyDeleteSelamat pagi Bu Tien
Delete🙏🙏🙏
Malam Nanang
DeleteSemoga penulis dan para pembaca cerita bersambung Melani Kekasihku dari seri 1 sampai seri ini dan seri2 berikutnya diberikan kesehatan.
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Terimakasih cak
DeleteMasih susah mengingat ngingat cerita lama dan menyambungkan dgn yg baru. Tapi sedikit sedikit sdh mulai terbayang siapa abi siapa Andra. Jadi sedikit asah otak.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien cerbung nya. Semoga mbak Tien dan keluarga sehat² selalu.
Aamiin pak Andrew
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMantaap...nunggunya😁
Salam sehat mbak Tien
Mantap dan ADUHAI ibu Yulie
DeleteJadi penasâran benarkah melani anak anindita...
ReplyDeleteTrims bu tien di tunggu cerita selanjutnya...sehat třus bu tien
Terimakasih ibu Suparmia
DeleteAlhamdullilahh terima ksih mbak Tien.. Salamseroja dan tetap aduhai dri skbmi🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteTetap ADUHAI ibu Farids
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSelamat malam sahabat PCTK dimanapun Anda berada, selamat malam.
ReplyDeleteAda pesan dari bu Tien, sbb :
Mas kakek
Karena ada beberapa penggemar membutuhkan, aku akan cetak ulang buku2 ku, divawah ini ;
1. SEPENGGAL KISAH
2. SAAT HATI BICARA
3. SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA
4. LASTRI
5. KEMBANG TITIPAN
Untuk itu bagi Anda yang berminat mengoleksi novel karya bu Tien, japri saja ke 0822 2632 2364.
Ditunggu pesanannya.
Kakek Habi
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng salami2nyo...
Presensi
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien...🙏🙏
Ceritanya luar biasa
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien