MELANI KEKASIHKU 04
(Tien Kumalasari)
“Lhoh, simbok sudah kembali,” sapa Abi ketika pergi ke belakang dan melihat simbok sedang sibuk didapur.
“Iya mas, baru saja.”
“Naik apa tadi mbok?”
“Diantar anak saya mas.. dapat pinjaman sepeda motor, lalu saya diboncengkan.”
“Lho, katanya anak simbok sakit?”
“Kemarin itu ternyata dia hanya pusing, tapi sudah dikerokin sama tetangga. Cuma ada yang menghawatirkan genduk, lalu saya dikabari.”
“O, cuma pusing? Kecapekan barangkali? Anak simbok sudah bekerja?”
“Sudah mas, ya itulah, gara-gara menghilangkan uang majikannya sebanyak tiga juta, lalu pulang-pulang kepalanya pusing. Katanya karena menangis seharian.”
Abi terkejut. Menghilangkan uang tiga juta, apa kecopetan ya. Tiba-tiba Abi teringat gadis yang kecopetan kemarin, lalu dia mengantarkannya ke kantor polisi.
“Menghilangkan bagaimana mbok? Lupa naruhnya atau apa?”
“Disuruh setor ke bank, tapi uangnya dicopet orang mas.”
“Ya Tuhan, apa anak simbok namanya Melani?”
“Iya mas, kan sudah pernah datang kemari ?”
“Jadi gadis yang kecopetan kemarin itu anaknya simbok?”
“Lho, mas Abi tahu ? Melihat seorang gadis yang kecopetan?”
“Aku yang mengantarkan dia ke kantor polisi mbok, dan juga mengantarkan dia melapor kepada majikannya bahwa dia kecopetan.”
“Itu mas Abi?”
“Iya, aku ingin memberinya uang untuk menukarnya, tapi dia menolak.”
“Ya Tuhan.. itu mas Abi ? Melan cerita bahwa ada yang menolongnya, dan mengantarkan ke kantor polisi segala. Bahkan dia juga bilang kalau penolongnya akan memberinya uang tiga juta sebagai pengganti uang yang dicopet, tapi dia menolaknya. Jadi itu mas Abi?”
“Aku tidak mengira kalau itu anaknya simbok. Pantesan ketika melihatnya aku merasa seperti pernah bertemu dia, seperti pernah dengar nama Melani sebelumnya juga. Dulu pernah melihatnya beberapa kali, tapi aku tidak begitu memperhatikannya, hanya melihatnya sekilas. Kalau tidak salah waktu itu dia masih sekolah ya mbok.”
“Iya mas, sudah lulus lalu sekarang bekerja. Biar dia bisa nabung, untuk hari depannya dia sendiri.”
“Bagus mbok. Tapi ngomong-ngomong, anak simbok itu cantik bener..”
“Ah, mas Abi bisa saja.”
“Aku hampir tak percaya kalau itu anaknya simbok. Habis nggak ada mirip-miripnya sih.”
Simbok tersenyum tipis. Sudah berulang kali dia mendengar hal itu. Tak seorangpun percaya kalau Melani adalah anaknya. Melani yang cantik dan berkulit putih, beda dengan kulit simbok yang kehitaman.
“Jangan marah ya mbok?”
“Nggak marah mas, anaknya dipuji cantik masa simbok marah.”
“Tapi kan aku bilang bahwa nggak ada mirip-miripnya sama simbok. Simbok tidak tersinggung kan?”
“Tidak mas, simbok sudah sering mendengar orang berkata begitu. Itu memang anugerah bagi simbok. Simbok yang jelek dan hitam, anaknya cantik berkulit bersih.”
“Iya mbok, simbok benar. Mana kopi buat aku mbok.”
“Iya mas, ini sedang simbok siapkan.”
***
Malam itu pak Cokro mendekati Abi yang sedang duduk sendirian di teras. Ketika itu bu Cokro baru saja pulang dan bilang sangat lelah, kemudian tiduran di kamarnya.
“Kok duduk disini Bi, nggak capek?”
“Biasa pak, gerah, pengin udara segar.”
“Iya benar, udara sangat panas. Lebih segar udara diluar daripada didalam pakai AC.”
“Bapak kok ikutan duduk diluar, nanti kedinginan lho.”
“Ya enggak, biarpun sudah tua begini bapak masih tahan duduk diluar berjam-jam.”
“Benar? Nanti diomelin ibu bagaimana?”
“Ah, sudah biasa ibumu ngomel, biarin saja. Ngomong-ngomong kamu sudah diajak bicara ibumu bukan?”
“Tentang apa pak?”
“Tentang anaknya teman ibumu, lupa aku siapa namanya.”
“O.. itu, Indi ? Sudah pak.”
“Kamu cocok nggak?”
“Bapak kok ikutan sih?”
“Ikutan apa?”
“Ikutan main jodoh menjodohkan, seperti ibu.”
“Nggak, bapak nggak ikutan. Bapak hanya bertanya, dan ingin mendengar bagaimana reaksi kamu setelah ibumu mengatakan itu.”
“Abi sering ketemu Indi.”
“Cocok ?”
“Sebagai teman.. iya.. cocok. Indi kan pintar, banyak bicara dan asyik juga. Tapi kalau masalah cinta, masih jauh.”
“Bukankah dia cantik?”
“Ya, cantik, tapi orang suka itu kan bukan hanya cantik ukurannya.”
“Lalu apa menurut kamu ukuran untuk jatuh cinta itu.”
“Apa ya, Abi juga bingung. Mengapa tak ada cinta dihati Abi padahal dia cantik. Barangkali nanti kalau sudah saatnya bertemu seseorang, dimana cinta sudah menghunjamkan panahnya, nah itu baru..”
Pak Cokro tertawa keras.
“Ada panah menghunjam segala. Panah apa tuh?”
“Panah asmara dong pak.”
“Oh, ya.. panah asmara ya? Ngaco kamu. Cinta itu rasa.. bukan selera.”
“Nah, tuh bapak tahu.”
“Ibumu pasti kecewa.”
“Iya sih, Abi sudah diomelin habis-habisan. Padahal ketika bertemu Abi, Indi tuh biasa-biasa saja. Tertarik sama Abi juga kelihatannya enggak.”
“Ya mungkin karena memang bukan jodoh kamu.”
“Abi sedang tertarik sama seseorang nih pak..”
“Bagus, pasti ibumu senang. Rasa kecewanya karena gagal menjodohkan kamu sama Indi akan terobati, ya kan?”
“Belum tentu juga ibu suka.”
“Oh ya? Dia tidak cantik?”
“Cantik sih pak, sampai sekarang Abi nggak bisa melupakannya.”
“Lalu..”
“Dia anak orang biasa saja. Bukan pengusaha, bukan pejabat tinggi, bukan orang kaya raya.”
“Oh, kalau itu bapak nggak yakin kalau ibumu suka. Derajat dan pangkat akan diperhitungkan. Kamu tahu kan?”
“Bagaimana dengan bapak?”
“Bapak sudah sudah merasa cukup dikaruniai rejeki berlimpah. Untuk apa mencari menantu orang berharta? Yang penting bagi bapak adalah kamu bahagia.”
“Terimakasih kalau bapak mendukung Abi.”
“Memangnya siapa pilihan kamu itu? Bapak harus tahu dong.”
“Nanti pak, Abi baru melihatnya sekilas, dan belum pernah mengatakan apa-apa.”
“Kamu baru melihatnya sekilas dan yakin bahwa kamu jatuh cinta?”
“Bukan Abi yang menentukan pak, tapi si panah asmara itu.”
Pak Cokro kembali tertawa lepas.
“Ini ada apa, malam-malam duduk di teras terus tertawa-tawa keras sekali. Ada yang heboh ya?” tanya bu Cokro yang baru saja keluar dan ikut duduk bersama mereka.”
“Kamu ternyata belum tidur ? Kirain sudah ngorok,” canda pak Cokro.
“Ibu hanya lelah, lalu tiduran sebentar. Bukan tidur.”
“Kami sedang menunggu simbok mengabari, bahwa makan malam sudah siap.”
“Ibu sudah makan tadi ditraktir teman.”
“Sudah aku duga.”
“Tadi lagi ngomongin apa? Kok kelihatannya seneng banget.”
“Orang cuma ngobrol saja, dan kalau ada yang lucu, lalu tertawa, kan ya nggak apa-apa.”
“Ibu sudah bicara sama Abi, ya kan Bi?” kata bu Cokro.
Nah lo, wajah Abi langsung gelap, ia mengambil ponsel dan mengotak atiknya.
“Bapak sudah dari tadi bicara kesana-kemari sama Abi.”
“Maksud ibu tentang anaknya jeng Yayuk.”
“Aduh, kan bapak sudah bilang bahwa Abi tak akan mau.”
“Bapak bantuin membujuknya dong, jangan malah ngebelain.”
“Seperti anak kecil saja, harus dibujuk segala. Ya kan Bi? Kamu mau bapak membujuk kamu?” tanya pak Cokro sambil menatap ke arah Abi yang asyik dengan ponselnya.”
“Apa? Aduh, maaf pak, ada yang penting, Abi mau menerima telpon dulu di kamar,” kata Abi sambil meletakkan ponsel di telinganya lalu berdiri dan masuk ke dalam rumah.”
“Tuh kan, anakmu sama sekali tidak tertarik. Jadi lebih baik biarkan dia memilih sendiri gadis mana yang dia suka.” Kata pak Cokro.
“Gemes banget ibu sama anak itu.”
“Jangan gemes lah bu, ayo, aku mau ke dalam dan melihat apakah simbok sudah selesai menyiapkan makan malam, lapar nih,” kata pak Cokro sambil berdiri.
Bu Cokro semakin kesal melihat sikap pak Cokro yang sama sekali tidak tertarik dengan keinginannya.
***
“Mas Agus, kasihan nih, mbak Maruti mencari-cari adiknya. Mas baca nggak di koran hari ini?” tanya Laras kepada suaminya.
“Iya, aku baru mau bilang. Heran juga ya, Anindita kok bisa lupa sama kakak satu-satunya. Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi.”
“Tuh kan, seperti perasaan aku, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi.”
“Kamu nggak punya nomor kontaknya ?”
“Ada, tapi nomor itu sudah nggak aktif. Pasti mbak Maruti juga punya nomor yang sama dengan punya aku, dan menghubunginya tidak pernah berhasil.”
“Ada apa ya Dita, dulu sih memang pernah ada sesuatu yang membuat keduanya agak renggang, tapi akhirnya kan Dita sadar bahwa Panji memang tidak mencintai dia.”
“Itu juga gara-gara dipanas-panasi sama bekas isteri mas.”
“Kalau ingat peristiwa itu, aku jadi sedih juga. Kamu kan nggak lupa bahwa Sasa pernah hampir celaka gara-gara dia?”
“Nggak bisa lupa dong mas. Tanganku pernah patah karena ingin menyelamatkan Sasa.”
“Belum waktu Sasa diculik-culik. Ah sudahlah, semoga menghilangnya Anindita tidak ada hubungannya dengan Santi.”
“Ya Tuhan, bukankah Santi setelah keluar dari penjara juga pindah ke Jakarta ?”
“Apa yang kamu pikirkan ?”
“Jangan-jangan dia berbuat jahat juga sama Anindita, kan saat vonis itu terlihat sekali bahwa Santi sangat marah sama Dita?”
“Aduh, kamu jangan menakut-nakuti dong Laras. Santi itu sakit. Ia bisa melakukan apa saja.”
“Tidak mas, aku hanya khawatir, semoga saja tidak.”
“Kalau kamu bertemu Maruti, jangan sampai kamu mengatakan hal yang seperti itu. Kasihan Maruti, nanti dia bertambah sedih.”
“Iya dong mas, aku sudah tahu, mana mungkin aku mengatakan hal yang hanya ada di alam pikiranku saja?”
“Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang buruk.”
“Aamiin.”
***
“Belum ada berita ya Ndra?” tanya Maruti ketika Andra pulang dari kantor.
“Di Andra belum ada, tapi kan Andra juga mencantumkan nomor kontak ibu. Pasti kalau ada yang membaca dan kebetulan mengenal tante Anin, dia akan mengabari ibu atau Andra.”
“Iya sih..”
“Ibu jangan sedih begitu, percayalah bahwa tante Anin akan baik-baik saja.”
“Ibu tak ingin sedih, tapi semakin ibu pikirkan, rasanya ibu semakin cemas.”
“Ibu harus selalu berdoa agar tak terjadi hal buruk pada tante.”
“Tentu saja ibu selalu berdoa Ndra. Disetiap sholat ibu.”
“Iya, Andra juga mendoakan kok bu, pasti Allah akan menolong kita. Insyaa Allah.”
“Aamiin.”
“Kamu pulangnya nggak bareng bapak sih Ndra, bapak sudah dari tadi sampai dirumah, padahal bapak bilang kamu sudah pulang lebih dulu.”
“Iya, tadi mbak Sasa tidak membawa kendaraan, jadi Andra mengantarkannya pulang.”
“Oh, iya? Ketemu tante Laras ?”
“Tidak bu, Andra hanya menurunkannya di jalan.”
“Lain kali kalau mengantar itu ya harus ketemu orang tuanya juga, apalagi kita kenal baik keluarga mereka.”
“Iya bu, maaf, soalnya tadi Andra juga masih harus mampir-mampir,”
“Ibu juga ingin main kerumah om Agus, ngobrol dengan tante Laras, apalagi dalam keadaan hati ibu kusut seperti ini.”
“Maukah besok Andra antarkan kesana?”
“Besok itu kapan?”
“Waktu Andra makan siang, Andra pulang dulu menjemput ibu.”
“Terserah kamu saja, asalkan kamu ada waktu.”
“Ini albumnya masih mau dilihat-lihat atau disimpan lagi bu?”
“Jangan Ndra, biar disini dulu, ibu belum puas meiihat-lihat foto lama. Lihat Ndra, dulu tantemu sangat dekat dengan ibu. Kemana-mana selalu berdua,” kata Maruti sambil membuka album dan memperlihatkan foto dirinya bersama Anindita.
Andra menatap foto yang sebenarnya sudah pernah dilihatnya, untuk menyenangkan hati ibunya.
“Iya bu, tante Anin sangat cantik bukan? Tapi tunggu... Andra seperti pernah melihat wajah seperti ini. Sangat mirip. Mengapa baru sekarang Andra perhatikan ya?”
“Apa maksudmu Ndra?”
“Andra pernah melihat seorang gadis yang wajahnya sangat mirip tante Anindta. Ya Tuhan, kemana gadis itu pergi dan dimana rumahnya ya.”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah sudah tayang 🙏
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, semoga sehat selalu 🥰
Salam aduhai dari Wahyu - Lamongan
Matur nueun Mbak Tien
DeleteAlhamdulillah
DeleteSudah tayang
Selamat mbak Wahyu no wahid joss
DeleteSelamat jeng Wahyu, perjuangannya selama ini berhasil jadi juara 1...
DeleteMana ya mbah Wiyoto kok kucrit terus....z,,,😀😃😃😅😅
Terimakasih bu Tien, sdh berkenan menayangkan EMKA_04, "tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah menjodohkannya.....
Deleteantara Abi dan Melani.
Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.
Hore mb. Wahyu juara 1.ma kasih bu Tien MK04 tayang, salam
Delete
Delete“Andra pernah melihat seorang gadis yang wajahnya sangat mirip tante Anindita. Ya Tuhan, kemana gadis itu pergi dan dimana rumahnya ya.”
Jangan-jangan Melani yang dibesarkan simbok "dialah" yang dimaksud Andra.
Mungkinkah Melani anaknya Anin???
Wallohualam.
Kita tunggu episode berikutnya....jangan berandai-andai....
Alhamdulillah,, Melani ku hadir,,keren buvWahyu👍👍👍
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, dah tayang Melani
ReplyDeletesehat2 selalu ya bun...
salam aduhaiiii
Matur nuwun bu Tien,Salam sehat wal'afiat semua n Aduhaaii banget 👍
ReplyDeleteWah saya ketinggalan sepur bu....baru mau baca kok sudah episode 4...
ReplyDeleteMatur nuwun ibu cerbung barunya. Semoga ibu selalu sehat.
Melaniku sudah hadir... asiiikkk...
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien. Salam sehat Aduhai selalu
Matur nuwun Bu Tien MK 04 sampun tayang, smg sehat slalu dan salam aduhai dr Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillaaah... Melani#04nya dah terbit.....
ReplyDeleteKesuwun b Tien...
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Salam aduhai...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien MK 04 sdh hadir ... Hari ini sy dptcommentjuara 4 senenge ... Salam Seroja Mbak Tien sekelrg & PCTK semua .
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah hadir.....apa gadis yg dimaksud Andra itu Melani ya, lalu siapakah mbok Karti? Bu Tien selalu pandai mengolah cerita.... semoga sehat selalu Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteSalam ADUHAI kgm bu Tien dan keluarga
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron mbak Tien
Alhamdulillah .....terimakasih bu tien.... semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, MK 04 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat dan bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L.
tetima kasih mb Tien Melani kekasih ku 04 sudah tayang....salam aduhai
ReplyDeleteSuwun Bu Tien... MK04nya udah tayang. Salam aduhai dari Semarang. Sehat selalu nggih, Bu... Amin
ReplyDeleteAlhamdulillah.. jumpa lagi cerita baru MK 04, salam bahagia, sehat selalu dan aduhai.
ReplyDeleteApa kira" Melani itu anaknya tante Anin ? Hanya Bu Tien yang tahu ...
ReplyDeleteTrima kasih sudah tayang MK 4 sehat selalu ya jeng Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah MK Eps 04 sdh tayang, matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat,Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah Bunda yg ditunggu dah muncul.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah diijinkan singgah di rumah.
ReplyDeleteRasanya bakal panjang ni cerita, tokohnya banyak.
Sabar saja menunggu kunjungan Melani tiap malam.
Salam sehat selalu semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Malam bu Tien .nuhun sdh tanyang MK 4 ..ini Anak dr te Anin yg di asuh bibinya laa Andra mikir Amel ini .pasti.deh..salam Aduhai u Bu Tien.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien, Melani kekasihku sudah muncul. wah penasaran semakin mendalam. Apakah Melani putrinya Dita ya yang diasuh simbok? Lha Dita kemana sampai sampai Maruti pasang iklan mencai Dita.. Semga saja ada titik terang..aamiin
ReplyDeleteJangan2 Anindita adalah simbok..... terimakasih kasih bunda Tien...sangat menghibur sekali ceritanya...
ReplyDeleteKoment yg 'bagus'. Berani beda. Anindita malu dgn kondisinya jd tak mau ketmu sodarinya. Dan bu tien cuma mesam mesem baca sambil bergumam "sok tau ... "
DeleteMaaf ya bu tien 🙏
Iyes betul.....jangan jangan memang anindita simbok...
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Terima kasih atas sapaan dan Melani nya mba Tien..
DeleteSalam sehat dan aduhai selalu..
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteMelani sudah tayang
Terima kasih.. asyiiik part nya...
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien MK04nya...
ReplyDeleteJangan² Melani anaknya Dita yaa..
Masih tekateki...
Waah..nama² lama muncul..Santi..Sasa..Laras..Agus..
Asiiiik..pasti seruu nii..
Tapii...
Besok lagi yaa...dutungguiin..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏,MK4 nya ,sugeng dalu Sugeng istirahat, tetap semangat dan sehat selalu, tetap ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani 4 telah hadir
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Srmoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Melani anak Aninkah??
ReplyDeleteYg tau cuma mba Tien.
Makasih mba Tien. Sehat dan selalu semangat mba. ADUHAI.
Maturnuwun Bunda.salam sehat.karya Bunda Tien memang Aduhai sekali.💙👍
ReplyDeleteMendadak mencari di play store download applikasi kintên-kintên, biar lebih dibilang canggih dan lebih mendekati dalam pencarian.
ReplyDeleteKok bisa anak Dita sampai ditangan mbok Karti itu hasil akhir beberapa data yang dimasukan ke applikasi kintên-kintên adakah sesuatu yang terjadi pada diri Anin, mungkin hasil kesumat Santi? yang berhasil membuat pusing dan jatuh bangun Abi seorang pengusaha muda yang ceblok-demen pada pandangan pertama pada anak mbok Karti
ADUHAI
Trus Bu Cokro itu nama kecilnya siapa? ini kurang data dan belum bisa membuat applikasi kintên-kintên belum mau menjawab
Terimakasih Bu Tien kisah Melani kekasihku yang ke empat sudah bisa bikin penasaran Andra yang merasa pernah melihat nya.
Sehat sehat selalu doaku untuk Bu Tien, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Maturnurun bu Tien..🙏
ReplyDeleteMelani anak Aninditakah? Matur nuwun mbak Tien... Sehat selalu Aduhai
ReplyDeleteAduh penasaran...melani..melani apäkah anak änindita....
ReplyDeleteTrims bu tien cerita MK 04 udah hadïr...salam aduhai sehat sehar trus bu tien
Alhamdulillah. Matursuwun mbak Tien....salam sehat selalu nggih mbak tien, juga seluruh WAG PCTK
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Matur nuwun Bu Tien ... Semoga Bu Tien sehat selalu ... Salam seroja 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien.... semoga sehat selalu
Alhamdulillah........ Terima kasih Bu Tien... Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien MK 4 telah tayang...
ReplyDeleteSehat selalu njih bun..
dan tetap ADUHAI...
terimakasih bunda Tien, salam dari pondok gede, bekasi
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Dugaan saya, jangan-2, Melani anaknya Anindita.. Tapi paling siip nunggu kelanjutannya saja. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteMelani Melani kekasihku
ReplyDeleteBilang pada orang tuamu
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Cerita yang sangat okey bingit....
ReplyDeleteMenunggu keelanjutannya...
Makin seruuu saja mbak Tien
Salam sehat
Salam aduhaiii
Aduhaii
ReplyDeleteSelamat siang Ibu Tien, senang selalu setiap hari menikmati cerbung yang Ibu bagikan....kisah-kisah sederhana tapi menarik untuk selalu membacanya. Sukses selalu utnutk Ibu dan sehat selalu ya Ibu Tien
ReplyDeleteMakasih mb. Tien
ReplyDelete