MELANI KEKASIHKU 03
(Tien Kumalasari)
Meskipun begitu hati Maruti tetap merasa tidak tenang. Entah mengapa tiba-tiba ia teringat Anindita adiknya, yang lama sekali tak terdengar kabar beritanya.
Terbayang kembali saat mereka sama-sama mencintai Panji, yang akhirnya Anindita mengalah dan merelakan Panji untuk kakaknya.
"Aku berdosa memiliki perasaan itu, aku sudah terhukum dengan perasaan yang tidak semestinya. Aku sekarang sadar, cinta itu tak ada padaku, aku hanya ingin diperhatikan, aku hanya ingin dimanjakan. Aku tidak ingin mencintai tapi tidak dicintai. Kalian saling mencintai, aku bahagia melihat kalian bahagia."
Tak ada sendu, tak ada air mata menggenang, Dita mengatakannya dengan sangat jelas, dan lugas. Lalu tangannya memegang tangan Panji serta Maruti, disatukannya dengan wajah berseri.
"Kebahagiaan ini milik mbak dan mas Panji. Nikmatilah..."
Dita memeluk Maruti, sekarang baru air matanya menetes, membasahi bahu Maruti. Dan Maruti mengelus lembut punggung adiknya.
"Terimakasih Anindita," bisik Maruti, lalu diliriknya wajah ganteng yang tersenyum memandangi ulah mereka, senyum yang biasanya, yang menggetarkan jiwa Maruti sejak pertama melihatnya.
Begitu tulus kata itu diucapkan, dan itu dibuktikannya dengan membiarkan Maruti menikah dengan Panji.
Maruti menghela napas berat. Entah mengapa puluhan tahun Anindita menghilang. Tadinya Maruti mengira Anindita sudah bahagia bersama suaminya yang kemudian mengajaknya tinggal di Jakarta, tapi ketika setiap kali dihubungi selalu tak bisa, barulah Maruti merasa khawatir. Dan hari-hari terakhir inilah tiba-tiba Maruti merasa kangen dengan adiknya.
“Mengapa juga nomor kontaknya diganti. Apa dia benar-benar tak ingin lagi berhubungan dengan kakaknya?” gumamnya sedih.
“Aku berdosa pada almarhumah ibu kalau sampai hidup Anindita tidak bahagia,” gumamnya lagi.
“Ibu...”
Maruti terkejut, ketika tiba-tiba Andra sudah ada didekatnya.
“Bapak bilang, ibu sedang sedih ya?”
“Ibu rindu sama tante kamu Ndra.”
“Iya, bapak juga bilang begitu. Besok Andra akan pasang iklan di surat-surat kabar, barangkali tante sempat membacanya, atau siapapun yang mengenal tante, lalu mereka bisa mengabari kita.”
“Iya nak, lakukanlah. Dia saudara ibu satu-satunya.”
“Iya bu, waktu tante menikah Andra masih kecil. Jadi lupa-lupa ingat.”
“Semoga saja dia hidup bahagia, dan mungkin juga sudah punya anak. Duh, ibu bertambah kangen ..”
“Ibu tenang saja, semoga usaha Andra nanti akan membuahkan hasil yang bisa membuat ibu senang.”
“Terimakasih Andra.”
Andra laki-laki ganteng dan pintar, satu-satunya anak Maruti dan Panji, yang sukses menjadi pengusaha, membantu ayahnya.
“Tolong Ndra, ambilkan album warna hijau di almari itu,” pinta Maruti.
Andra mengambilkan album yang diminta ibunya, membiarkan ibunya membuka-buka foto lama, untuk melampiaskan rasa rindu kepada adiknya. Andra menatapnya iba.
***
“Simbok mau pulang bareng Melan berangkat kerja, atau nanti sore saja kalau Melan sudah pulang?”
“Kalau sekarang saja bareng kamu bagaimana ?”
“Tapi Melan masih kangen sama simbok, sebulan lebih simbok baru pulang kan?”
“Iya nduk, soalnya simbok juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Beberapa Minggu ini bu Cokro banyak tamu yang makan-makan dirumah, terus setelah itu pergi piknik sama ibu-ibu teman arisannya, jadi simbok nggak bisa pamit.”
“Nanti Melan mau minta ijin pulang agak siang, tapi simbok jangan pulang dulu. Nanti sore simbok akan Melan antarkan kembali ke rumah keluarga Cokro,”
“Kalau kamu mengantar simbok, lha kamu pulangnya bagaimana?”
“Ya pulang biasa saja kan mbok, kok pakai bagaimana?”
“Ya sudah, kalau begitu berangkat kerja sana, simbok mau masak untuk kamu.”
“Benarkah?”
“Iya, kan ada warung sayur didekat situ. Kamu mau dimasakin apa?”
“Senangnyaaa... Maukah simbok masak sayur lodeh sama rempeyek teri buat Melan?”
“Baiklah, simbok akan masak untuk kamu.”
“Simbok punya uang ?”
“Punya dong nak, cuma untuk masak lodeh saja masa nggak punya.”
“Ya sudah, Melan berangkat dulu ya mbok,”
“Ya sudah, berangkat sana. Nanti kesiangan.”
Melan mencium tangan simboknya, lalu melangkah keluar dari halaman. Lagi-lagi simbok menatap punggungnya iba.
“Mendapatkan Melani adalah anugerah bagiku. Dia seperti malaikat kecil yang turun dari langit, yang bertugas mengisi hari-hariku dengan penuh suka cita,” gumamnya sambil masuk kedalam untuk mengambil dompetnya, kemudian pergi ke warung sayur untuk belanja.
***
“Tumben bu Karti belanja? Lagi pulang ya bu?”
“Iya bu, ingin menengok Melan, dan ini Melan minta dimasakin sayur lodeh.”
“Waah, pasti Melan senang. Kalau bu Karti nggak ada, Melani hanya beli nasi dan lauk secukupnya saja.”
“Iya, habisnya cuma buat dimakan sendiri.”
Simbok memilih sayuran yang akan dimasak, juga membeli teri dan tepung untuk rempeyek.
“Terinya satu ons sekalian bu, biar jadi rempeyek agak banyak, jadi bisa untuk beberapa hari.”
“Iya bu, ini sudah bungkusan per ons.
“Baiklah, sama kelapanya jangan lupa.”
“Ngomong-ngomong apa benar, bu Karti mau mantu?”
“Saya? Mantu si Melan?”
“Iya, siapa lagi, kan anaknya bu Karti cuma Melan.”
“Belum bu, anaknya belum ingin menikah, biar nabung dulu,” kata simbok sambil tersenyum.
“O, kirain. Habisnya si Aris itu sudah ngebet pengin menikahi Melani.”
“Haah? Aris? Anak itu kan hanya dianggap teman sama Melan.”
“Iya sih. Habisnya bu Karti punya anak cantik amat. Nggak ada yang percaya lho kalau Melan itu anaknya bu Karti.”
Simbok diam. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkannya.
“Maaf lho bu Karti, bukan maksud saya bilang bahwa bu Karti itu jelek. Hanya kok nggak mirip sama sekali.”
“Nggak apa-apa bu, banyak yang bilang begitu kok.”
“Melani itu kan mirip anak Cina. Kulitnya putih, matanya agak-agak sipit, begitu. Sekali lagi maaf lho bu.”
“Iya, nggak apa-apa. Sudah bu, belanjaannya habis berapa? Keburu banyak yang mau belanja tuh.”
“Iya, bu Karti belanja pagi sekali. Cuma duapuluh ribu saja bu.”
Simbok membayar belanjaan dan bergegas pulang. Memasak untuk anak gadisnya membuatnya sangat bersemangat. Hal yang jarang dilakukannya.
Ia tak peduli orang tak percaya bahwa Melani itu anaknya, walau ada perasaan teriris yang dirasakannya. Entah mengapa.
***
“Mas Andra kok pasang iklan seperti ada orang hilang sih?” tanya Sasa sekretarisnya, siang hari itu.
“Iya, ibu kangen sama adiknya. Lama sekali nggak ketemu, dan ibu juga kehilangan kontak sama dia.”
“Duh, kasihan banget. Aku lupa-lupa ingat. Adiknya tante Maruti itu bukannya tante Dita?”
“Iya benar.”
“Waktu itu aku masih kecil.. mas Andra jauh lebih kecil dari aku. Kan umur kita terpaut empat tahunan, lebih tua aku.”
“Iya mbak Sasa.”
“Semoga saja dengan iklan itu tante Maruti bisa segera ketemu sama adiknya.”
“Aamiin.”
“Sudah waktunya istirahat, mau keluar makan siang bareng aku mbak?” lanjut Andra.
“Mau dong, ditraktir sang bos siapa yang nolak?” kata Sasa sambil tertawa.
Mereka membenahi kertas-kertas yang masih terserak dimeja, lalu keluar dari ruangan bersama-sama.
Anak buah Andra mengira bahwa Andra pacaran sama sekretarisnya, tapi bagi Andra yang sering mendengar kasak kusuk itu, hanya ditanggapinya sambil tertawa. Mereka bersahabat sejak kecil, karena kedua orang tua mereka juga bersahabat. Tapi perasaan cinta itu belum tentu ada, karena perbedaan umur dimana Sasa lebih tua dari Andra. Apakah cinta juga mengingat umur? Entahlah.
Andra hampir sampai dirumah makan yang dimaksud, ketika seorang gadis menyeberang dengan tiba-tiba. Untunglah Andra sudah memperlambat laju mobilnya dan segera menginjak remnya. Tapi karena terkejut, gadis itu nyaris terjatuh. Kemudian ia menepi kembali dan duduk disebuah bangku yang kebetulan ada ditepi jalan itu,
Andra memarkir mobilnya, lalu turun, diikuti Sasa.
“Aduh, mbak hampir saja. Apa mbak terluka?” tanya Andra sambil menatap wajah gadis itu yang tampak pucat.
“Ti.. tidak.. maaf.”
“Lain kali kalau mau menyeberang hati-hati ya mbak,” kata Sasa yang juga khawatir.
“Iya, maaf..”
“Benar nggak ada yang terluka?” Andra bertanya lagi sambil menatap gadis itu lekat-lekat.
“Tidak.. tidak, terimakasih.. Maaf, saya sedang tergesa-gesa tadi.”
“Biarpun tergesa-gesa, lain kali mbak harus hati-hati ya,” pesan Andra.
“Baiklah, terimakasih.”
“Tunggu aman, baru menyeberang,” kata Sasa menimpali, lalu mereka meninggalkan gadis itu yang tampak sudah lebih tenang.
***
“Kasihan gadis itu, wajahnya sampai pucat,” kata Andra ketika mereka sudah mulai makan.
“Benar, siapa yang nggak pucat mas, orang hampir ketubruk mobil.”
“Iya sih. Tapi ngomong-ngomong gadis itu tadi cantik ya?” kata Andra sambil meneguk jus alpukatnya.
“O.. iya cantik, rupanya tertarik ya mas?”
“Enggak , cuma bilang begitu saja kok .”
“Tapi serius nih, tadi mas Andra kelihatan sangat perhatian deh. Menatapnya lama sekali.”
“Aku kan khawatir kalau dia terluka.”
“Sayang tadi nggak nanya siapa namanya .. atau mugkin nomor kontaknya.”
“Ah, ada-ada saja kamu nih. Orang cuma ketemu dijalan mengapa harus nanya nama dan nomor kontak segala.
“Siapa tahu, barangkali berjodoh?” goda Sasa.
Andra sampai tersedak mendengar canda Sasa. Tapi Andra ingin bilang, bahwa gadis yang tampak sederhana itu memang cantik.
“Seperti gadis Cina ya..” kata Sasa lagi.
“Tapi matanya nggak sipit-sipit amat,” kata Andra.
“Tuh kan..”
“Apa sih..”
“Mas, kamu itu memang sudah cukup umur untuk tetarik sama gadis. Lihat saja, banyak orang mengira kalau kita ini pacaran.”
“Terserah apa kata mereka. Kalau aku, dibilang pacar kamu ya seneng-seneng saja. Siapa sih yang nggak suka sama gadis cantik ?”
“Kan cuma kata orang. Mana mungkin kita pacaran?”
“Sebenarnya yang membuat nggak mungkin itu apanya sih?”
“Gimana sih mas, aku kan lebih tua dari kamu.”
“Memangnya itu halangan?”
“Lho, memangnya mas Andra suka punya pacar aku?” serang Sasa.
Tapi Andra justru tertawa terbahak-bahak.
“Hih.. mas Andra. Lihat tuh, pada nglihatin kita, Tertawanya keras sekali sih.”
“Kamu yang membuat aku tertawa.”
Keduanya bercanda, lepas tak ada beban, karena memang tak ada rasa apa-apa dihati mereka.
Tapi ketika kembali lagi kekantor, wajah gadis sederhana yang cantik itu masih terbayang.
***
“Lho mbok, kamu sudah kembali, bagaimana keadaan anak kamu?” tanya pak Cokro yang duduk sendirian di teras.
“Dia sudah baik pak, hanya masuk angin, itu dia mengantarkan saya dengan sepeda motor,” kata simbok.
“Selamat sore pak,” sapa Melani ketika sudah menstandartkan motornya.
“Sore. Lho ini anakmu mbok?” tanya pak Cokro.
“Iya pak, kan sudah pernah datang kemari sebelum ini?”
“Iya sih, aku lupa-lupa ingat, tapi sudah lama juga lho mbok. Siapa namamu, aku lupa.”
“Saya Melani, pak.”
“Oh iya, Melani. Masuklah, ibu belum pulang kok mbok. Abi juga belum pulang.”
“Ibu pergi ya pak?”
“Biasa mbok, seperti belum tahu saja kamu ini. Arisan.. arisan.. arisan..”
“Oh, iya pak,” simbok hanya berani tersenyum, mana berani dia mengomentarinya.
“Ajak anakmu masuk mbok, ambilkan minum atau makan,” kata pak Cokro ramah.
“Saya mau langsung pulang pak, Takut kemalaman dijalan,” kata Melani sambil menyalami pak Cokro dan mencium tangannya.
“Oh, mau langsung saja? Ya sudahlah, kamu benar, jangan sampai kemalaman di jalan.”
“Iya pak. Sudah ya mbok, aku pamit.”
“Ati-ati ya nduk. Ingat juga, itu sepeda motor pinjaman. Jangan sampai seperti tadi, katanya hampir ketabrak mobil.”
“Pengin buru-buru ketemu simbok, untunglah nggak apa-apa.”
“Ya sudah, ati-ati pokoknya.”
“Iya mbok.”
Melani mencium tangan simboknya juga, lalu menghampiri sepeda motornya dan berlalu.
“Anakmu cantik mbok.. kok nggak percaya kalau dia anakmu,” kata pak Cokro sambil tersenyum.
Simbok terdiam, Sudah banyak orang mengatakan itu, tapi simbok enggan menjawabnya. Apapun yang terjadi, Melani adalah anaknya. Lalu simbok masuk kedalam dengan terbungkuk-bungkuk, karena melewati depan majikannya.
***
Besok lagi ya.
Siiiip..
ReplyDeleteSelamat juara 1
DeleteHoreee...mb Nan juara satu
Deletewah... kepancal
Deletemantap
DeleteAlhamdulillah Melani 3 tayang.
ReplyDeleteAduhai
Tksh Bu Tien ….π€
ReplyDeleteAlhamdulillahi ... EMKA_03 sdh tayang. Bgm kelanjutan kisah Melani? Yuk kita baca bersama.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien selamat malam salam SEROJA dan ...............
Tetap ADUHAI.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Alhamdulillah MK sudah tayang. Maturnuwun Ibu Tien, semoga Ibu sehat selalu...
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien…π
ReplyDeleteAlhamdulillah, MK.03 telah tayang, terima kasih bu Tien Sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulilah.....
ReplyDeleteMakasih Bu Tien
ADUHAI MELAN
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani Kekasihku~03 sudah hadir di hadapanku.. maturnuwun Bu Tien..π
ReplyDeleteAlhamdulillah. Makasih mbak Tien. Wah udah mulai bikin penasaran nih...
ReplyDeleteMalam Bun, Ma kasih untuk Melaju nya
ReplyDeleteSehat dan tetap semangat
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani Kekasihku 03 sdh hadir
ReplyDeleteJangan2 Melani bukan anaknya Mbok Karti
Jadi penasaran cerita lanjutannya
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Salam ADUHAI dari Bekasi
Terimakasih bunda Tien ,Melani 3 sudah tayang ,rasanya baru baca sebentar sudah harus menunggu besok yaa ,jadi penasaran ,bagaimana lanjutan ceritanya ,Melani ohh Melani
ReplyDeleteJeng Werdi oh jeng Werdi
DeleteADUHAI
Terima kasih Mbak Tien utk MK 3 nya. Smog Dita cepat ketemu lagi dengan Maruti.
ReplyDeleteDoa kami smoga Mbak Tien selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Salam Aduhai selalu.
Aamiin
DeleteTerimakasih jeng Ira
Alhamdulillah ... mulai mengoyak pembca nich... terima ksh mbu Tien... seht seht sellu
ReplyDeleteSalam sehat pak Zimi
DeleteSeep mantul...seneng bacany
ReplyDeleteSehat njih mbak Tien
Salam Aduhaiii
Salam ADUHAI ibu Yulie
DeleteAduhai...jadi penasaran.. anak siapa si melan ini...???
ReplyDelete#sabar menunggu terbukanya kotak misteriππππ
Sabar biar ADUHAI ibu Wening
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..sehat selalu,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerimakasih ibu Rini
Akankah ada yang mau melanggar pernikahan sedarah? semoga ada yang mau jujur tentang rahasia asal usul dari seorang gadis cantik anak mbok Karti, yaudah besok lagi aja mungkinkah dia cucu mBah Tarjo, cucu mBah Tarjo sudah ketemu satu jadi bos muda..
ReplyDeleteADUHAI..
Terimakasih Bu Tien Melani kekasihku sudah ketiga kali datang, tambah pertanyaan; ada rahasia apa yang tersimpan dibenak mbok Karti.
Sehat sehat selalu doaku, Bu Tien sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.π
ADUHAI Nanang
DeleteLembar koreksi:
ReplyDelete1. “Waktu itu aku masih kecil.. mas Andra jauh lebih kecil dari aku. Kan umur kita terpaut _empat tahnnan,_ lebih tua aku.”
# “Waktu itu aku masih kecil.. mas Andra jauh lebih kecil dari aku. Kan umur kita terpaut *_empat tahunan,_* lebih tua aku.” #
Nuwun mas kakek
DeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan tetap aduhai
This comment has been removed by the author.
DeleteTetap sehat dan ADUHAI ibu Sul
DeleteTerima kasoh bu tien cerbungnya
ReplyDeleteSami2 pak Anton
DeleteTrimakasih mbak Tien MK03nya...
ReplyDeleteSiapakah Melani??..
Dita....yg dibw kabur ya duluu..dikira punya penyakit...π€
Hayoo...masih tekateki..
Tunggu besok lagiii..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..πππΉ
Teka teki bukan silang
DeleteSelamat pagi saudara terdsyang
Terima kasih Mbak Tien , MK 03 sdh tayang ... Salam Seroja buat Mbak Tien & kerg dan seluruh PCTK ...
ReplyDeleteSeroja dan ADUHAI ibu Enny
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Terima kasih bu tien smg sehat sll salam aduhai dari pd gede
ReplyDeleteAlhamdulillah begitu aduhai nya membuat hati otak pembaca ikut terlibat .. siapakah Melani... Salam sehat semangat
ReplyDeleteSalam kenal buat semua anggota pecinta kejora pagi, semoga sehat²
ReplyDeleteADUHAI ibu Ninik
DeleteHalow bu Tien, sehat selalu nggih. Salam MK, aduhai, seneng
ReplyDeletedng mysteri
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSemoga sehat selalu,
Aamiin
Alhamdulilah MK sudah hadir....tims bu tien sehat selalu bu tien
ReplyDeleteAamiin
DeleteNuwun ibu Suparmia
Terimakasih mbak Tiem.... Sasa anak Agus dan dr Sinta,mereka bercerai kemudian Agus menikah dg Laras sahabat Maruti dan sepupu Panji di Saat Hati Bicara.Benar kan mbak Tien? Aduhai
ReplyDeleteBenar ibu Nanik
ReplyDeleteADUHAI, 100 BUAT IBU NANIK
ADUHAI ibu Umi
ReplyDeleteBanyak teka teki tokoh yang bikin penasaran.... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibu Yati
Wah berarti sy ketinggalan blm bc Maruti dan Saat Hati Bicara hrs flash back dulu ya Mb Tienπ
ReplyDeleteHarus jeng Sapti, supaya seru
DeleteAssalamualaikum selamat pagi bunda tien. Wah, kira-kira melani anak siapa ya? Aduhai, bikin penasaran. Masih ditunggu MK 04 dan seterusnya. Terima kasih bunda. Salam seroja.
ReplyDeleteEnaknya anak siapa? Anak simbok kan?
DeleteADUHAI ibu Echi
Pagi baru sempat baca.. Wah Apa melani anak Dita... ini dia... teka teki...bener deh ...ha ha ha yg tahu bu Tienπ€..salam sehat u bu Tien di tunggu kelanjutannya
ReplyDeleteAnak siapa ya..
DeleteADUHAI ibu Yanti
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng
Aamiin.
DeleteMatur nuwun wo
Assalamualaikum wr wb. Kok jadi mumet ya, ada Maruti, Panji, Anindita dst sampai pd Melani. Tdk apa2, saya tunggu saja lanjutan ceritanya yang semakin menarik. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteTerimakasih pak Mashudi
Aamiin ya robbal alamiin
Alhamdulillah,, Melani dtg Naik motor boncengin simbok,,hampir ke tabrak Andra sebelum nya,,, Aduhaaii n mantab,,bu Tien π€π
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien n Salam Sehat wal'afiat semua
Salam sehat dan ADUHAI Mbh put
DeleteAlhamdulillah Melani sdh tayang...
ReplyDeleteJangan jangan melani itu anaknya anindita ya....tp aninfitanya dimana ?
Dimana akan kucari
DeleteADUHAI ibu Winarni
Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Semoga selalu semangat dalam berkarya ... Dan semoga sehat selalu ... ππππππ
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteTerimakasih ibu Sri
Slmt pgi mbak Tien.. Terimakasih cerbungnya.. Slm seroja dan Aduhai dri skbmi.. Smgmbak Tien sekeluarga sht sll.. Aamiinπ₯°π₯°
ReplyDeleteT'kasih mba Tien utk karyanya. Sehat dan bahagia selalu..ππ₯°
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien bisa untuk bacaan liburan. Wah putrisiapa ya Melani? Apakahaaknya Dita yang diaduh simbok? Bisa rame nih..BuTirn aling pinter bikin teka teki..jadi pinisirin hehe he
ReplyDeleteSugeng sonten Bu Tien π, maturnuwun...sehat selalu dan tetap ADUHAI....
ReplyDelete