JANGAN BAWA CINTAKU 38
(Tien Kumalasari)
“Ada apa sih nak? Ini, ibu mengantar bekal makanan kamu yang ketinggalan, juga nasi dan minum untuk pak tua,” kata Ika heran melihat sikap Dian.
“Iya bu, maaf Dian lupa, soalnya tadi tergesa-gesa. Ini tadi Dian mau membelikan roti untuk pak tua itu, karena nasinya lupa Dian bawa. Sama penjual roti itu Dian dikasih empat lagi, padahal uang Dian hanya sepuluh ribu.”
“Mengapa kamu terima?”
“Kata penjual roti itu, ini hadiah untuk Dian yang sudah berbaik hati memberi untuk pak tua itu. Dian nggak mau menerima tapi dia memaksa.”
“Oh, ya ampuuh.. lalu dia pergi begitu saja?”
“Iya, mungkin dia tahu bahwa Dian minta uang pada ibu untuk membayar roti yang empat biji itu, lalu pergi tiba-tiba. Dian malah belum sempat mengucapkan terimakasih.”
“Ya sudah, dia memberikannya dengan ikhlas, terima saja. Besok kalau penjual roti itu datang, kamu coba bayar, nanti ibu kasih uangnya. Dan kamu harus mengucapkan terimakasih, apalagi kalau dia nggak mau menerima bayaran kamu.”
“Baik bu.”
“Ini bekal kamu yang ketinggalan, ini nasi dan minum untuk pak tua itu. Mana dia, ada disini kah?”
“Itu bu, disana, yang memakai topi lebar itu.”
“Baiklah, berikan nasi dan rotinya yang sudah terlanjur kamu beli, lalu kamu makanlah, Mungkin sebentar lagi sudah harus masuk ke kelas,” kata Ika sambil menyerahkan bungkusan-bungkusannya.
“Ya bu. Ini roti yang diberi tukang roti, ibu bawa saja.”
“Kamu nggak mau?”
“Dian sudah makan nasi yang dibawa ibu ini, pasti sudah kenyang. Nanti saja Dian makan dirumah.”
“Ya sudah. Buruan berikan kepada bapak itu. Ibu mau langsung pulang ya. Lain kali jangan lupa lagi. Kamu selalu begitu,” omel Ika sambil menstarter motornya.
“Maaf bu. Terimakasih ibu sudah membawakan ke sekolah.”
Ketika Ika berlalu, Dian bergegas mendekati pak tua dengan topi lebar itu, memberikan nasi dan rotinya.
“Ini bapak, makanlah, dan minumlah.”
Pak tua menerima bungkusan yang diberikan Dian, lalu mengelus kepala Dian dengan lembut.
“Anak baik, terimakasih banyak,” katanya sambil meraih tangan Dian.
Dian tersenyum dan menggenggam tangan pak tua dengan erat.
“Saya masuk dulu ya pak.”
Pak tua itu mengangguk dan berlalu, tertatih berjalan dengan tongkatnya, ketika Dian sudah masuk kehalaman.
***
Ika meletakkan sepeda motornya disamping rumah, lalu berganti pakaian dan mulai memasak setelah mencuci kaki tangannya. Ia meletakkan roti yang diberikan Dian begitu saja diatas meja.
Hari itu Ika hanya memasak ca sawi dan tahu putih, lalu menggoreng tempe kesukaan Dian. Ia juga menggoreng kerupuk yang kemudian dimasukkannya kedalam toples.
Masakan sudah siap ditata di atas meja, kemudian Ika beranjak kekamar mandi. Tapi tiba-tiba ponselnya berdering.
Hanya ada nomor, tanpa nama. Ika agak enggan mengangkatnya. Tapi ponsel itu berdering terus menerus.
“Hallo..” akhirnya Ika mengangkatnya.
“Ika.. aku mbak Risma,” kata penelpon itu dari seberang.
“Oh, mbak Risma, apa kabar?”
“Tidak begitu baik Ika, aku belum bisa menemukan Baskoro,” keluh Risma sedih.
“Ya Tuhan, kemana mas Baskoro pergi ?”
“Apakah dia sama sekali tidak menghubungi kamu ?”
“Tidak mbak, saya berharap mas Baskoro menghubungi, tapi sudah hampir sebulan saya tidak mendengar beritanya.”
“Saya sudah lapor polisi, sudah memasang iklan disetiap koran, baik yang di sini maupun di Jakarta.”
“Sabar ya mbak, saya yakin mas Baskoro baik-baik saja.”
“Bagaimana kamu bisa begitu yakin ? Dia bisa saja melakukan perbuatan nekat.”
“Permasalahannya hanya karena dimarahi mbak Risma, mana mungkin dia akan nekat?”
“Tapi kamu menolak dia kan?”
Ika menghela nafas panjang.
“Mungkinkah hanya karena saya maka dia akan berbuat nekat?”
“Rupanya kamu belum begitu mengenal dia. Kalau dia bilang mencintai seseorang maka itu akan terus dibawanya, digenggamnya dengan seluruh rasa. Bagaimana kalau dia nekat bunuh diri?”
“Tapi mana mungkin mas Baskoro akan melakukan itu? Tidak mbak, jangan berpikir yang buruk-buruk. Teruslah berdo’a.”
“Iya Ika, aku juga terus berdo’a dan berusaha. Baiklah, kabari aku kalau kamu mendengar tentang dia. Catat nomorku. Aku dapat nomor kamu ini dari mas Broto.”
“Pasti mbak, semoga segera ada kabar tentang mas Baskoro.”
“Sebentar Ika..”
“Ya mbak..”
“Apakah kamu mencintai Baskoro?”
“Aap..apa?” jawab Ika gugup.
“Kamu cinta nggak sama dia?”
“Ss..saya.. suka dia.. karena dia baik.. tt..tapi.. mana berani ss..saya..”
“Rasa cinta harus diungkapkan, jangan hanya dipendam dalam hati. Aku berharap, pada suatu hari nanti Baskoro kembali, dan berbahagia bersama kamu.”
Lalu Risma menutup pembicaraan itu, meninggalkan Ika termangu sambil masih terus memegang ponselnya.
***
Setelah selesai mandi, Ika melihat kearah meja makan lagi, barangkali ada yang belum disiapkannya untuk makan bersama anaknya nanti.
“Oh iya, rotinya belum aku pindahkan di piring,” kata Ika sambil mengambil piring satu lagi untuk menempatkan roti yang tadi diberikan Dian.
Lalu Ika terkejut memandangi bungkus roti itu.
“Ini kok sama dengan roti yang diberikan Murni pagi tadi ya?” gumam Ika sambil membuka kulkas, rupanya dia belum memakan roti itu. Diamatinya bungkus rotinya.
“Tuh, sama kan? Roti .. CINTA ? Lucu namanya, roti cinta.. hm.. pasti pembuat roti ini sedang jatuh cinta. Tapi kok bisa sama seperti yang pagi tadi ya? Pabriknya sama barangkali. Jadi ingin ngicipin, benarkah enak seperti kata ibu-ibu pagi tadi? Kalau enak aku mau beli untuk dijual lagi,” kata Ika sambil membuka bungkusnya.
“Ini yang isinya strawbery.. enak.. rotinya lembut, isiannya sedap benar.. “ kata Ika sambil menikmati rotinya.
“Mudah-mudahan tukang roti itu besok benar-benar akan kemari seperti kata Murni. Tapi kalau tidak.. pabriknya dimana ya. Coba besok di pasar aku akan bertanya-tanya.”
“Ibuuu…” teriakan itu selalu membuat senyuman dibibir Ika melebar. Senyum bahagia karena buah hatinya sudah pulang dari sekolah.
“Ibu sedang makan apa itu? Oh, itu roti yang diberikan penjual roti itu kan?” tanya Dian ketika mengamati bungkus roti yang masih terletak di meja.
“Kebetulan pagi tadi ibu juga dapat roti ini, dikasih mbak Murni. Kok bisa sama.”
“Enakkah bu?”
“Enak sekali, dengan harga semurah itu. Kamu ganti baju dulu lalu mencicipi rotinya, atau makan dulu, terserah kamu.”
“Sebenarnya masih agak kenyang, tapi bau tempe gorengnya membuat Dian lapar lagi.”
Ika tertawa senang.
“Ayo cepatlah kalau begitu, ibu tunggu disini.”
***
“Sekarang pulangnya sore terus ya mas.. hampir maghrib baru sampai rumah,” tanya Rina ketika sedang santai bersama suaminya didepan rumah.
“Iya, lagi banyak pekerjaan..”
“Capek nggak?”
“Nggak, sudah biasa dilakukan, masa capek?”
“Sebenarnya aku mau kontrol ke dokter sore tadi. Mas saya hubungi nggak bisa.”
“Oh, ponsel baru di cas, Jadi kamu belum periksa?”
“Belum, terpaksa besok. Mas bisa pulang agak sore kan ?”
“Ya coba besok aku lihat.”
“Berusaha pulang cepat lah mas, nggak enak kalau aku periksa sendiri. Setiap periksa sendirian, dokter selalu bertanya, suaminya mana? Nah, aku dikira hamil tanpa suami dong.”
“Omong kosong apa itu. Kan sebelumnya aku juga pernah mengantar kamu ke dokter? Apa dokternya lupa?” kata Leo agak sengit, merasa bahwa Rina sedang mengingatkan kehamilan Ika tanpa suami. Padahal mungkin Rina juga tak bermaksud begitu.
“Mas, aku kan cuma bercanda, kok tiba-tiba jadi serius begitu ?”
“Bercanda yang nggak lucu,” gerutu Leo sambil menatap kearah lain.
“Jangan sensitif lah mas, yang hamil aku, tapi yang sensitif kok mas sih.”
Leo tak menjawab. Beberapa minggu ini Rina selalu menolak setiap kali Dina mengajak jalan bersama Dian. Banyak alasan dikemukakan. Yang pusing lah, yang badannya lemas lah.. tapi kalau Leo pergi sendiri bersama Dina, wajahnya langsung masam.
“Mas nggak perhatian sama aku kan, aku lagi pusing, dibiarkan dirumah sendirian?” katanya waktu itu, setiap kali Dina merengek mengajak pergi dengan Dian juga.
Padahal Leo ingin sekali bertemu Dian. Seminggu sekali cukup baginya.
“Mas, apakah besok Minggu kita ajak Dian jalan-jalan?” tiba-tiba Rina berkata, maksudnya agar Leo bersemangat dan wajahnya tak lagi muram.
“Nggak, aku lagi ada pekerjaan di kantor.”
Jawaban itu diluar perkiraan Rina. Ia mengira Leo akan senang kalau bertemu Dian nantinya.
“Hari Minggu? Ada pekerjaan di kantor?” tanya Rina heran.
“Ada pembicaraan tentang kemungkinan dibukanya cabang di luar kota. Bisanya besok Minggu.”
“Owwh..”
“Kalau kamu mau sendiri ya terserah..”
“Tumben kamu tidak tertarik untuk bertemu Dian?”
“Apa kamu tidak mendengarnya? Aku ada pekerjaan di kantor.”
“Baiklah, tidak usah berteriak, aku sudah mendengarnya,” kata Rina sambil berdiri kemudian melangkah kebelakang.
“Dinaa…”
“Ya ibu..” jawab Dina dari dalam kamar.”
“Maukah besok Minggu kita jalan-jalan?”
“Mauuuuu,” teriak Dina yang langsung berdiri dan berjingkrak-jingkrak.
“Hmm.. senangnya.. Tapi tidak sama bapak.”
“Tapi sama mas Dian bukan ?”
“Ya, nanti kita samperin mas Dian..”
“Asyiiik…”
Rina tersenyum. Bukan karena gembira. Sebenarnya dia segan, tapi hanya ingin memancing kegembiraan suaminya. Ternyata meleset. Leo bergeming, seperti tak tertarik pada ajakannya, padahal biasanya bertemu Dian selalu membuatnya senang.
“Apa mas Leo sedang kesal dan tak peduli pada anaknya?”
Rina masuk kedalam kamarnya, mengambil minyak angin yang selalu terasa segar setiap kali dia menghirup aromanya.
“Mungkin sudah bosan memikirkan Dian. Syukurlah, aku juga tak ingin mengungkitnya lagi, bahkan enggan menyebut namanya.”
Tiba-tiba Rina teringat apa yang dikatakan Risma, bahwa Baskoro pergi setelah Risma memarahinya. Kemana Baskoro pergi? Jangan-jangan kerumah mbak Yanti. Baiklah, besok Minggu aku kesana, siapa tahu Baskoro ada disana.
***
“mBak Ikaaaa… jadi beli rotinya nggaak? Itu.. si tukang roti ada di pertigaan,” teriak Murni dari jauh.
“Oh, iya.. biar saja kalau dia kemari aku beli Mur.. lagi njualin nih..” jawab Ika yang sudah sibuk oleh pelanggannya.
“Aku belikan dulu mau? Kata tukang roti itu, kalau mau dijual lagi, boleh empatribu rupiah. Tapi belinya minimal sepuluh biji. Mau saya belikan ya mbak, sepuluh dulu, gitu.”
“Baiklah, terserah kamu saja. Ini uangnya..” kata Ika.
“Biar pakai uang aku dulu mbak,” teriak Murni sambil menjauh.
“Ngapain anak itu, seperti bingung kalau ada si tukang roti, pasti dia laki-laki, agak ganteng gitu,” kata seorang ibu yang disambut anggukan kepala oleh ibu-ibu yang lain.
Tak lama kemudian Murni sudah kembali, lalu meletakkan roti-roti itu di meja, setelah dia mengatur agar roti itu bisa ditempatkan dengan baik.
“Aku beli dua ya mbak Ika,” kata seorang ibu.
“Ya, aku juga dua..”
“Lho mbak, ini rotinya malah dikasih duabelas. Jadi empatpuluh ribu dapat duabelas. Ya ampun, baik hati masnya itu tadi,” teriak Murni.
“Dapat berapa persen kamu Mur, ikut menawar-nawarkan rotinya,” kata ibu yang lain.
“Nggak dapat apa-apa, cuma kasihan saja, dia tukang roti baru, biar laku di kampung sini, gitu.”
“Tapi rotinya enak.”
Dan dalam sekejap roti itu habis terjual.
“Tuh kan mbak, besok beli lebih banyak ya.”
“Iya, kalau mau suruh kemari Mur, kasihan kalau harus suruhan kamu.”
“Tadi sudah aku kasih tahu.”
“Ternyata dia juga jualan sampai ke sekolahnya Dian juga lho.”
“Benarkah ? Baguslah, kalau rotinya enak pasti juga laris.”
***
Sore hari itu matahari sudah condong kebarat. Semburat merah yang mengelilingi langit menandakan bahwa sang matahari akan segera masuk ke peraduan.
Disebuah taman, seorang laki-laki muda duduk disebuah kursi. Tak ada teman, dan itu sudah dilakukannya selama beberapa minggu ini. Wajahnya yang tampan tampak muram, dan kegelisahan kelihatan dari sinar matanya yang tampak sayu.
Tiba-tiba dia tertarik kepada seorang yang bersepeda motor, dengan keranjang besar di belakangnya, dan bertuliskan roti CINTA.
Laki-laki muda yang merasa sendirian itu memanggilnya.
“Rotiii !”
Laki-laki bersepeda motor itu menghentikan kendaraannya, lalu membawanya mendekat kearah suara yang memanggilnya.
“Itu roti kan ?” tanyanya.
“Ya, tapi hampir habis pak, tinggal beberapa bungkus saja,” kata penjual roti yang kemudian membetulkan letak helmnya, membuat wajahnya tertutup semuanya.
“Masih baru kan ?”
“Selalu baru pak.
Ini, bapak mau yang mana, ada yang isinya selai kacang, coklat, strawbery. Tinggal itu pak. Tadi ada yang isi nanas, pisang..”
“Ini sudah mau pulang?”
“Iya pak, saya jualan sejak pagi.”
“Tinggal berapa itu?”
“Tinggal delapan.. eh.. tujuh pak.”
“Baiklah, saya beli semua, tapi temani aku duduk disini sebentar.”
“Oh.. baik pak.”
“Lepas helmnya dong.”
“Nggak usah pak, biar begini saja. Kok bapak duduk sendirian disini?”
“Setiap sore aku duduk disini sendirian. Menghantarkan matahari pulang ke peraduan.”
“Bapak puitis sekali.”
“Karena aku kesepian.”
“Kesepian ? Bapak tidak punya keluarga ?”
“Saya punya isteri yang sedang mengandung, dan seorang anak perempuan.”
“Kalau begitu mengapa bapak merasa kesepian?”
“Saya terbebani oleh dosa saya dimasa lalu.”
Penjual roti menatap laki-laki tampan disampingnya.
“Tampaknya dosa yang amat besar.”
“Amat sangat besar, dan membuat seorang gadis menderita selama bertahun-tahun. Mengarungi hidup dan melahirkan anaknya serta membesarkannya dengan penuh penderitaan.”
“Bapak.. telah.. eh.. maaf.. memperkosa seorang gadis?”
“Tidak sepenuhnya dikatakan begitu. Ah ya, aku senang bertemu seseorang, yang aku tidak kenal, sehingga aku bisa mengungkapkan semua yang aku derita selama ini.”
“Kalau itu bisa meringankan beban bapak, saya akan mendengarnya.”
“Maaf kalau ini akan membosankan. Maaf juga kalau saya memperlakukan anda sebagai wadah keluh kesah saya.”
“Tidak apa-apa, semua orang punya keluhannya masing-masing. Katakan saja kalau itu bisa meringankan.”
“Maukah melepas helm anda?”
“Tidak usah, biarkan begini saja, apakah ini mengganggu?”
“Tidak, baiklah aku akan melanjutkannya. Ketika itu, aku dan pacarku, datang ke sebuah pesta ulang tahun. Maklumlah, anak-anak muda yah hura-hura lah acaranya. Pacarku sudah merengek mengajak aku pulang, karena kami kurang suka pada suasana panas yang sedang berlangsung.
“Baiklah. Sepasang anak muda alim boleh pulang, tapi untuk menghormati tuan rumah, silahkan minum dulu barang seteguk,” kata seseorang yang di iyakan oleh teman-temannya.
Pacar aku sudah menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menarik aku agar segera keluar.
“Hanya sirup.. bukan minuman keras sayang..” kata salah seorang temanku sambil menghadang jalan dihadapan kami. Dan agar mereka puas maka kami meneguk minuman itu. Memang hanya seperti sirup jeruk. Setelah itu kami diijinkan keluar. Tapi di pintu keluar kepalaku terasa sangat pusing. Aku melihat pacar aku sudah pingsan dan seseorang membawanya masuk. Aku memburunya dengan limbung, dan entah bagaimana kami berada dalam sebuah kamar dengan perasaan aneh. Gampangnya, mereka mencekoki kami dengan obat perangsang.”
“Ya Tuhan..”
“Ketika sadar pada keesokan harinya, dia memaki-maki aku, dan meminta aku bertanggung jawab. Tapi waktu itu aku masih kuliah, dan tidak berani melakukan apapun. Lalu aku tak pernah bertemu dia lagi. Setelah lulus, dan bekerja, aku berusaha mencarinya, tanpa hasil. Rumahnya sudah ditempati orang lain, ayah ibunya sudah meninggal. Dalam keadaan limbung aku dinikahkan dengan seorang gadis, yang sebenarnya tidak mencintai saya juga.”
Penjual roti itu tampak menghela nafas. Mungkin merasa iba atas cerita si tampan yang tiba-tiba ingin mencurahkan semua penderitaannya.
“Belum lama ini aku bertemu dia. Ternyata dia mengandung benih aku. Melahirkan dan membesarkannya seorang diri. Dengan bekerja sebagai tukang sayur.”
Tukang roti itu terbelalak. Seandainya si tampan tahu, pasti ia melihat ada buliran bening menetes dari sepasang matanya.
“Aku ingin menikahi dia, tapi dia menolak karena aku sudah punya isteri. Dia juga menolak ketika aku ingin merawat anaknya.”
“Wanita itu bernama Ika Wijayanti. Seorang wanita yang baik, tak ada duanya, dan aku masih tetap mencintainya, biarpun tak bisa memilikinya,” lanjutnya.
Tukang roti itu terpana oleh cerita yang didengarnya. Ia kemudian berdiri.
“Mas tukang roti, maaf ya, dan terimakasih sudah mendengarkan cerita aku. Aku merasa sedikit lega, karena baru kali ini aku bisa menumpahkan semua derita yang menyesak dada.”
Tukang roti itu mengangguk-angguk.
“Hari mulai senja pak..”
“Aku mau pulang, sekali lagi terimakasih. Besok ketemu lagi disini ya.”
Tukang roti mengangguk lagi, tapi sambil berlalu ia melihat laki-laki tampan itu mengambil sebuah caping lebar yang sejak tadi terletak disampingnya, lalu dikenakannya. Ia baru melepaskannya setelah masuk kedalam mobilnya lalu melemparkan caping itu entah kemana.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah matue nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSelamat Jeng In.... Juara 1
Deleteyeeeaaahhh bu Iin juaara 1 lagi.. selammatttt buu
DeleteSalam ADUHAIIIIII ...
DeleteTerima kasih mbak Tien atas hadirnya JBC 38.
Salam hangat kami dari Yogya.
Matur nuwun Mbak Tien... salam sejahtera dari pangkalpinang, semoga Mbak Tien dan pembaca sekalian selalu sehat. Aamiin....
DeleteSudah selesai ngeditnya langsung ikutan balapan dan menang....selamat buat jeng In Situbondo.
DeleteTerima kasih Bu Tien....saya gak ikut balapan kok ikut bacs, bantu koreksi dan komen saja.
ADUHAI sang juara
DeleteSelamat malam jeng In, salam aduhai.....
DeleteKapan Bu Tien CADM, naik cetak?
DeleteSemoga Cintaku Ada Diantara Mega, laris manis...bak jualan kacang goreng. Aamiin yaa Robbal'alamin.
Dua puluh hari tanpa henti sang "editor sukarela" merapikan naskah sesuai dengan penulisan baku bahasa indonesia.
Selamat sang editor, jerih payahmu semoga menginspirasi Bu Tien menulis lebih apik lagi sesuai dengan pedoman penulisan yang benar.....semoga.
Salam Aduhai...penuh makna.
Cuma dua koreksi saya, sudah saya tulus disini belum sempat saya publish kok "hilang"
DeleteTapi dalam JBC_38 yang saya kirim via WAG-PCTK dan ke WA-pri Bu Tien sdh saya edit.
Ada relawan pengeditan ya Kek?
DeleteSemoga mendapat pahala dan imbalan dr Allah SWT,Aamiin
Nanti sy tak jd tukang promonya sj
Banyak Nyang bisa kita bantu...promo novel, promo herbal kapsul sambiloto, tonik rikma, kunyit/kunir putih kapsul...
DeleteADUHAI
ReplyDeleteADUHAI😄😄😄😄
DeleteADUHAI
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteAduhai ibu
ReplyDeleteTrimsek Bun
ReplyDeleteLho ...
ReplyDeleteMb In juara 1
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih seri 38 sudah terbit. 🙏
ReplyDeleteterimakasih bu Tien JBC #38 sudah hadir .🙏.
ReplyDeletesmoga Ibu Tien Slalu sehat bersama keluarga
Salam aduhaiii dr Semarang 🤩
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alien Taptriyani Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Salam ADUHAAAIIII Mbak Tien.
DeleteADUHAI...trimakasih Ibu Tien
DeleteTerimakasih Bu Tien JBC_38 sudah tayang.....ternyata....tukang rotinya BASKORO Petruk dan pria gantheng bercaping lebar adalah Leo Janoko......hmmmm semakin seru critanya. Ika oh Ika.... nasibmu jadi rebutan cowok-2 gantheng dong......
DeleteSalam NKRI ADUHAI, dari mBandung.
Alhamdulillah sdh tayang JBC 38
DeleteMtnuwun mbak Tien...
Sama2 bermain sandiwara Leo dan Baskoro
Alhamdulillah.........
DeleteSetelah ter ngantuk ngantuk
Akhirnya.....
Yang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Bumi Nusakambangan
Alhamdulilaah.. cerbung JBC 38 sdh hadir..
DeleteTerimakasih Bunda Tien yg aduhaii dan selalu cemerlang dlm menata ceritanya..
Salam sehat & bahagia selalu ya bun..
Alhamdulilah terimakasih bunda... Kembang tidurku dah hadir 😍 salam aduhai penuh cinta untuk bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah, sdh tayang
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Terimakasih, JBC seri 38 sudah terbit. 🙏
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ....
ReplyDeleteSudah ber hari hari gak komen ....
Karena Broto gak begitu antusias dalam mendekati Ika ....
Jadinya saya pilih tidur ....
Met malam bu Tien ...
Met menikmati munculnya bulan purnama
Sambil nyanyi ...
Di bawah sinar bulan purnama ....
Apa lagi di dampingi bapak sambil agak" ndusel kata pak Nanang ....
Pasti asiiikkkk banget ....
Salam Aduhai dari malang bu Tien
Trims bu tien..
ReplyDeleteSehat selalu..
Alhamdulillah, suwun mbak Tien, smg sehat sll
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai
Yah.. ketinggalan lagi
ReplyDeleteSelamat malam.. salam sehat...Dalam Aduhai Bunda Tien
Alhamdulillah.. Bisa baca dan komen lbh awal..
ReplyDeleteTerima kasih bu tien dan sehat selalu tuk bu Tien.
Salam aduhai...
Nomer 10
ReplyDeleteAlhamdulillah matur nuwun mb Tien JBC 38 sampun tayang ...crita nya makin seru ....Baskoro pergi dari rumah...Risma bingung mencari Baskoro.....Rina karena punya hati yg iri n dengki..thd Ika...masih banyak lagi...makin Seru n tambah asyik...
DeleteSukses selalu mb Tien...salam aduhai
Kok ketinggalan terus yo.au....matur suwun butin....salam sehat n..aduhay selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC sudah tayang lagi. Terimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMaturnuwun b. Tin, semoga sehat selalu
ReplyDeleteADUHAI jeng Sri
DeleteWah Baskoro jualan roti?Aduhai..
ReplyDeleteMangga mundut mas Djuniarto
DeletePasti ADUHAI
Roti pisangnya habis kok Bu...hiks tinggal strawberry
DeleteSehat dam ADUHAI jeng Dyah
ReplyDeleteBaru 20 menit saja jbc tayang comentxa sdh sd 30 penggemar piye ya biar no 1 hehehe seneng ngk terlalu malam jbc terbityg
ReplyDeleteAduh tukang roti..... Baskoro.
ReplyDeleteKakek tua bertopi, pastinya Leo..
Hhmmmm.. sesuatu yang unpredictable, mantul Bu Tien.
Koq tiba-tiba menyamar semuanya.
😁😁😁😁😁
Salam aduhai Bu dari Bandung, semoga senantiasa sehat2.
Aduhai..ternyata tebakan saya kalau tukang roti itu Baskoro salah ya bu Tien? Kalau dari curhatan Leo ke tukang roti sewaktu nongkrong di taman memberi ide Leo untuk jualan roti. Setiap hari ke tempat Ika dan sekolah Dian sehingga bisa melihat setiap hari. Lha terus di mana Baskoro..apa yang punya pabrik Roti..Wah bu Tien bikin penasaran. Terima kasih bu JBC 38 bikin penasaran kelanjutannya bagaimana. Semoga bu Tien sehat, semangat menulis cerita yang makin Aduhai benar.
ReplyDeleteKan sdh jelas, yg jualan roti yg tdk mau lepàsin helm adalah baskoro. Yg cuhat itu, yg pakai caping adalah leo.
DeleteMatursuwun bu Tien....JBC 38 sudah terbit...smg ibu sehat sll...salam dari Yk
ReplyDeleteSelamat tayang JBC-38 Bu Tien.
ReplyDeleteWow... tebakan teman2 di
ReplyDeleteWAG PCTK.. cocok ...Pak tua Leo tukang roti Baskoro. Mbak tien bisa saja membuat penasaran pembaca... Smg sehat jasmani rohani ekonomi ...Aduhai
Alhamdulillah JBC Eps 38 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dari Karang Tengah Tangerang.
Salam hangat untuk sahabat Kejora Pagi semuanya.
Aduhayyy,,,
ReplyDeleteTerimakasih jbc sudah tayang,,🥳🥳🥳
Sehat slalu ya mbak Tien,, 😇
Ah leo curhat sama Baskoro,,
Apa yg akan terjadiii yaaa,,
Aduhay jadi baperrrr,,,
Baskoro di tukang roti ...
ReplyDeleteKan.... akhir nya Leo dan Baskoro berbincang, Leo curhat pada Baskoro.
ReplyDeletePertanda cerita akan Happy Ending
Kurang sithik
DeleteTernyata benar tebakan mbak Niel...orang tua bercaping lebar itu Leo dan tukang roti yg ngga mau buka helm itu Baskoro....
DeleteAkhirnya Baskoro mendengar sendiri cerita tentang kisah hidup Yanti yg sangat dicintainya yg sempat dia ragukan krna cerita hasutan Rina yg menjelek2kan dan memfitnah Yanti sebagai perempuan ngga bener...
Makin besarlah cintanya dan keinginannya mempersunting Yanti....pulanglah tukang roti...kakakmu sudah memberimu reatu....
Maturnuwun mbak Tien....sungguh Aduhai perjalanan cinta tukang sayur dan tukang roti
Pak tua .....
ReplyDeleteTukang rotiiii.....
Penyamaranmu sudah di ketahui oleh pembaca lhoooooo....
Akhirnya terjawab Sudan pak tua dan si penjual roti
ReplyDeleteLeo Baskoro tenang jew
Baskoro dgn setia mendengarkan cerita dari yg bersangkutan lgsg
Alhamdulillah Jon tenang udah terlihat melas
Tergantung bgmn jari2 bunda Tien akan me nunul2 ria membawa perasaan para penggemar setianya
Salam hangat selalu dari Jogja
Selalu sehat bunda,semangat menghibur kita2
ADUHAI...ADUHAII...ADUHAIII
Ternyata
ReplyDeletePak.Tua ...
Tukang roti...
Terima kasih bu Tien...
Salam sehat ..semiga bu Tien selalu sehat dan semangat...
Alhamdulilah JBC 38 telah hadir ,semoga sehat selalu bunda Tien ,salam aduhai dr Jakarta
ReplyDeleteAlhamdulillah....terimakasih bunda Tien😍😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhaiii selalu...
kok selalu keduluan komen ya....ga pernah dpt ranking 10 besar hehehe
ReplyDeleteHarus rajin nunal nunul nengak nengok
DeleteAlhamdulillah JBC 38 sdh tayang matur suwun Bu Tien... Sepertinya Leo sdh berterus terang menyampaikan kisah hidupnya yg ADUHAI kpd tukang roti yg nyamar juga sebagai Baskoro... Salam ADUHAI dan sehat selalu buat Bu Tien...Tetap semangat dan berkarya menghibur penggemarnya...Aamiin YRA
ReplyDeleteMatur nuwun mbak tien-ku, jbc-38nya sudah tayang.
ReplyDeleteBenar, sudah sedikit terkuak siapa penjual roti dan pak tua, Baskoro dan Leo. Cuma yang menjadi pertanyaan bagaimana sikap Baskoro setelah tahu Dian anak Leo. Bagaimana pula sikap Ika terhadap Baskoro... Kalau semua sudah jelas maka tinggal beberapa epsd saja ... empat puluhan mungkin akan selesai. Betulkan mbak Tien...
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu Aduhai, Aduhaiiii, ADUHAI...
Mksh mb Tien. Selamat istirohat
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang JBC 38. Analisa sendiri ah. Pak tuanya itu Leo kan, trus tukang rotinya Baskoro deh
ReplyDeleteSuwun bu Tien. Sdh hampir cutel nih
Kacunya diunthel unthel..
DeleteADUHAI.. Handayaningsih
Terima kasih mbak Tien JBC 38 telah tayang..
ReplyDeleteSemua sedang menyamar...
Pentahlah...
Sedikit membingungkan...lelaki yg ditanam padtilah Leo...tp knpa penjual rotinya pangling Yaa... Apakah blom pernah lihat Leo waktu opname dirmh sakit ?
Apa ada yang menunjukkan bahwa dia pangling?
DeleteADUHAI jeng Yulie
Baskoro bukannya pangling mbak Yuli,kan dia lagi menyamar...
DeleteDg begitu kan dpt info sebanyak banyaknya.
Alhamdulillah, JBC 38 telah tayang, kesuwun mbak Tien,sehat sehat selalu ya salam Aduhai dari Cibubur
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI jeng Sis..
DeleteSi penjual roti itu namanya Baskoro.
ReplyDeletePak tua yang pakai topi lebar, yang sering dikasih makan oleh Dian namanya Leo.
Hahaa.. siapa dirimu ? Kenalan yuk, biar ADUHAI
DeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,, alhamdulillah JBC 38 kembali hadir,, terima kasih bu Tien
ReplyDeleteAkhir nya Baskoro tahu cerita sesungguhnya ttg ika n Leo ,,
Leo ternyata orgtua yg sll Dian beri makanan di sekolah,,,
Tinggal Rina n Risma yg sdg galau dg urusan nya masing2
Salam SEHAT penuh ADUHAAII bu Tien ,,
Selamat beristirahat
Sehat dan AFUHAI Mbah Put
DeleteMaturnuwun , mb Tien . Cerita selalu menarik . Semoga semua bahagia . Salam aduhai mb Tien . Yuli Semarang .
ReplyDeleteADUHAI jeng Yuli
DeleteMatur suwun bunda Tien JBC 38 sdh hadir, Kalau tukang Roti Baskoro..waaah sungguh kebetulan sekali ,baskoro bisa benar2 tahu kehidupan masa lalu Ika yang sebenarnya...semakin cinta dan ADUHAI deh Baskoro ke Ika, alur cerita yang apik dan menarik dan tentu saja bikin penasaran pingin tahu akhir ceritanya , bikin semua happy ya bunda, mengharu biru perasaan pembacanya...monggo bunda kami tunggu kelanjutan ceritanya, salam sehat selalu dari bumi Arema Malang dan tak lupa selalu ADUHAI
ReplyDeleteSalam mengharu biru yang ADUHAI
DeleteTernyata laki" tua yg sll ada di dekat sekolah Dian adalah Leo. Apapun dilakukannya agar bisa sll dekat dg Dian.
ReplyDeleteDan si penjual roti itu adalah Baskoro.
Tanpa sengaja Leo curhat ke Baskoro orang yg dibencinya dan membuat dia cemburu.
Sekarang Baskoro juga sdh tahu siapa Ika sebenarnya.
Berarti tuduhan Rina itu salah besar.
Ayo Baskoro perjuangkan cintamu,jangan kasih kendur.
Kamu pasti bisa...
Semoga semuanya mendapatkan penyelesaian sebaik baiknya.
Bunda Tien memang pandai membuat hati pembacanya hanyut di dalam alur cerita.
Trimakasih moga bunda Tien sehat" selalu
Salam aduhaii dari Bojonegoro.
#71
ReplyDeleteMalam Bunda sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk cerbungnya ,yg pasti selalu menarik dan ditunggu tunggu penggemarnya.Sukses buat Bunda, met istirahat Bunda
ADUHAI mas Bambang
Delete
ReplyDeleteWah ADUHAI sekali JCB 38
.
Matur nuwun bu Tien salam sehat selalu dan tetap
Semangat dlm berkarya
Ber
l
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSami2 dan ADUHAI jeng Dewi
DeleteMaaf hp agak erorr 😀
ReplyDeleteIni masih eror?
DeleteADUHAI kan?
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah rahayu....
Aamiin Wo.. ADUHAI njih
DeleteJANGAN BAWA CINTAKU
ReplyDeleteHay Readers,,,, sudah baca kan episode 38 ,,,, hi hi hi ,,, tambah seru kaaaann!!!!
Pada gemez yaaaa,,,, jadi baper yaaaa
Aduhai deeeeh....
Sore hari ngabuburit,,, Emak2 ngajak Ika nonton bola di lapangan,,,
Yang bertanding kesebelasannya Leo,, melawan kesebelasannya Baskoro...
Emak2 sudah semangat 45,, siap mendukung Baskoro,,,
Dandan yang cuantiiik, katanya mau selfi sama Baskoro,,,,
Cemungut ya Maaaaak!!!
Sampai di lapangan, bola sudah di mulai,,
Emak2 masih ribut sajaa, dandan dan selfi cekrek cekreek,,,,,
Tiba2 Gooool gol gol gol goooool....
Leo menjebol gawang lawan,,,,
Skor 1 - 0...
Emak2 kaget,, kok cepet sekali,,, sekali tembak gol,,
Siapa dulu Maaaak.....Leo gitu loooh,, tendangannya jooossss..
Ika senyum2....
Sekarang gantian Baskoro yang menggocek bola,,, uuuhhh Emak2 sorak2 ,, Baskoro ... Baskoro... Baskorooo
Lalu ... Deeeng,,, bola di tendaaaang,,, aduuuuh meleset ke kiri....
Boro2 gol,, kena bibir gawang saja kagak,,,,
Tendangan lembek gitu mana bisa gol..
Emak2 mengaduh dalam hati,,,, yaaa meleset....dah
Ulangi doooong hi hi hi
Ika bengong,,,
dalam hati membatin,, uh gayane tok,, nek ngomong,, Jangan sampai air matamu meleleh,, njebol gawang saja ga bisa,,,,
Yaa begitulah,,, bisanya cuma bungkus onde2...
🤣🤣🤣🤣🤣
Punya naluri ngegolin ga siiiihh...???
Masak masukin bola harus di arahin,, sini mas,,, sini maaass....
Maen bola jangan merem dong,, liatin gawangnya......!!
Gantian bola di kuasai Leo,,, gocek kanan kiri,,, lalu dengan cepat,, bola melesat,,,, Gooool gol gol gol goooool
Emak2 teriak gemes... Aaaaaaaaaaa
Baru liat Leo ngegolin,,, apalagi kalau rasain bagaimana di tembak Leo,,, bisa Aaaaaa uuuuuu aaaaa uuuuuuuhhh....
Skor jadi 2 - 0
Horeeeee......
Kali ini Baskoro dapet bola lagi,, uuhh muter2 kayak kuda lumping... setelah dekat gawang,,, bola di tendang,,, Deeeeeng.... bola melesat tinggi,,, bukannya ke gawang tapi malah ke angkasa,,,
Emak2,,, sudah ga berani teriak2 lagi,,,,
Lagian .. nendang bola malah ke angkasa,,, mau ngejar burung yaaaa
Lalu Emak2 bisikin Baskoro,,, " Dah Leo di tikung saja,, "
Baskoro nempel teruss, mau nikung Leo,,
Gabruuuuk.. Leo jatuh di tikung oleh Baskoro,,,
Baskoro dapet kartu merah,,,
Syukurin....syukuriiiiin.......
Lalu Leo dapat hadiah pinalti,,,
Bola di tendang,,,, Deeeeeeeeng...
Gooooool gol gol gol goooool
Emak2 sudah ga punya muka,, pura2 liat hape,,, buka2 chat WAG PCTK,,, menghibur diri hi hi hi
Skor akhir 3 - 0
Kesebelasannya Leo menang,,, mantaaap,,, aduhaaaaai...
Ika senyum2... uh maniiis
Leo memang jago TEMBAK.
*******
Salam kenal semuanyaaa 🙏🙏🙏
Jangan ketawa sendirian yaa, nanti di kira kesambet hi hi hi hi...
Gabung yuukk!!!! di Group Whatsapp..
PENGGEMAR CERBUNG TIEN KUMALASARI
Kita asik2an,,,, berbagi cerita suka dan duka,,, satu hati hobby membaca novel,,,,Seduluran Selawase...
Mengenal lebih dekat Bunda Tien.
#silaturahim
#cerbung/novel_populer
#jumpa_fans
Dan seru2an lainnya.....
#komen tercepat
#komen reply
#ost Jangan Bawa Cintaku
Di tunggu yaaa....!!!
0821 1667 7789 (admin)
Bagi Readers yang masih UNKNOWN,,,,
tolong di kasih Nama yaa,,!!!
Agar Bunda Tien mengenalmu dan bisa menyapamu,,,,!!!
Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,,
lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto artis korea nanti pada baper hi hi hi...
lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,,
Selamat kepada para juara komen tercepat dan komen reply,,,
Nanti di akhir episode ada video para juara dan reply,,,
Ayo yang belum juara semangat yaaa..!!!
Kamu Bisaaaaa!!!
Foto piagam juara dan video ost Jangan Bawa Cintaku, hanya ada di WAG Penggemar Cerbung Tien Kumalasari.
Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat.....!!
Sinarmu selalu kami nantikan baik siang maupun malam.....Aamiin
Salam ADUHAI.
💗💗💗💗💗
Rintoooo... salam kocak yang sangat ADUHAI
DeleteHadeeh Laudza trnyt serumah juga yah jd komentator bola
DeletePantesan bunda Tien gemujeng ajah
Adeknya Rinta yah 11...12 deh
Pokoknya selamat Ber adu argument terus ma mitra2 kakak my yah Laudza
Yg pntg ttp ADUHAI
Ahh... Laudza tuh vulgar banget...
DeleteEmang skor akhir 3-0 tuk Leo.
(Dian, Dina, yg di perut Rina).
Semangat Baskoro kamu juga bisa...
Trimakasih mbak Tien jbc38nya..
ReplyDeleteWaduuh2..semua sdh menebak spt itu..
Pak tua..
Tukang roti cinta..
Kakek habi knp ikutan nyebut petruk dan janoko..hihi..
Tunggu saja lanjutan yg pasti mengejutkan dari kepiawaian mbak Tien yg membuat baper yg aduhaiii..
Salam sehat dan aduhai mbak Tien..🙏
Sehat dan ADUHAI jeng Maria..
DeleteWalah..walah..sing komen wis tirik2....
ReplyDeleteSuwun Bu Tien....ceritanya semakin seru yg komen juga ga mau kalah seru....
Salam sehat selalu Bu Tien dan para penggemar Cerbung....salam aduhai
Alhamdulillah sdh dapat hidangan jbc 38
ReplyDeleteTerima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 n selalu dalam lindungan Allah SWT
Selamat malam tuk semua pecinta cerbungnya bu tien, selamat beristirahat semoga sehat2 dan bahagia semuanya
Salam bahagia dan ADUHAI mas Arif..
DeleteAduhai...seru..seru..seru.. semakin seru...terimakasih mbak Tien..🙏🙏💪💪
ReplyDeleteTrims kasih bu tien,, sehat selalu,, makin seruuuu nih,, trimakasih yahhh
ReplyDeleteADUHAI jeng Ida..
DeleteWooowww.makin seru critanya...dan terus membuat penasaran. Pembacanya....bu tien.memabg aduhay ....sugeng ndalu sugeng sare bu tin ....
ReplyDeleteSugeng wungu dan ADUHAI jeng Sri..
DeleteMaturnuwun mbak Tien yang aduhay..JBC 38nya membenarkan dugaan saya, bahwa Baskoro sedang mencoba hidup baru dengan melepaskan diri dari gelimang harta, dan "menyamakan level" dengan Ika.
ReplyDeleteHabis..Ika gamang sih dengan Baskoro yang dinilainya "terlalu tinggi", jadi Baskoro nyantrik dulu menjadi tukang roti.
He..Leo menyaru jadi orang tua bercaping agar bisa bertemu Dian tiap hari. Agaknya Leo memilih cara yang dramatis untuk bisa mengamati Dian.
Nah..Bas, sudah tahu kan kisah Ika yang sebenarnya-bahkan langsung dari sumber utamanya-bukan katanya katanya..
Jadi tunggu apalagi? Lamarlah Ika segera : ihhhiiirrr
Ihiiir jeng Iyeng. ADUHAI.. selalu
DeleteMatur nuwun bunda Tien, JBC38 telah hadir.
ReplyDeleteMakin penasaran ini bun..😊
Salam sehat2 kemawon njih bun & tetep ADUHAI...
Tetap ADUHAI Padmasari
DeleteBu Tien sy dan teman2 penggemar dalam senyap, selalu mendoakan kebaikan untuk panjenengan yang sudah berbagi kegembiraan dan menunggu terbitnya JBC
ReplyDeleteHai.. terimakasih. Akan lebih ADUHAI kalau sertakan nama yuuk.. edit profilmu..
DeleteAmboy.. jebulanya sama dan sebangun, dibangun dengan sebuah tekad bertahan, merawat dan menerima anugerah Nya.
ReplyDeleteDigambarkan bagai dewi yang turun ke bumi, memoles hati yang bening hingga tampak kemolekan pada wajah sederhana, yang selalu bersyukur setiap capaian nya.
Jatuh bangun meniti perjalanan hidup, tidak sengaja sudah dua perlente tergila-gila akan kesahajaan perilaku yang dibuat nya, sementara seorang perlente menahan diri walau jauh didalam hati; mengharapkan merengkuhnya.
Menjauh dari asal usul; mengerikan, ternyata; keraguan, dan tidak adanya keteguhan, itikad yang baik, cenderung mengambang, akan kampul - kampul di kemudian. ...he he he he..
..ADUHAI..
Terimakasih mBak Tien JBC yang ke tiga puluh delapan sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Salam kampul-kampul yang ADUHAI, Nanang
DeleteHua ha ha ha ha ... ADUHAI ...
Deleteber kampul kampul ria..
ha ha ha ha..
Terima kasih Mbak Tien KBC 38 sdh tayang & sdh dibaca ... tambah seru aja ...ditunggu lanjutannya ... Salam sehat & ADUHAI Mbak Tien ...
ReplyDeleteADUHAI Enny..
DeleteTerimakasih bunda Tien, #JBC 38 sdh tayang, ditunggu kelanjutannya yg semakin seru pastinya
ReplyDeleteSehat selalu bunda Tien bersama keluarga
Salam aduhaaaiii dari Serpong, Tangsel 🙏🙏🙏
ADUHAI Alfes..salam sehat
DeleteADUHAI ... ngintip sdh terbit belum ya .. seruu, bikin penaaaran smpe ubun2
DeleteADUHAI mbak Tien pinter banget membuat ide cerita berhumbu sandiwara peran agar dekat dgn Ika .. ditunggu lanjuran aduhai yg seru lagi .... btw Aduhai itu mjd motto cerita karya Mbak Tien kah ? Sukses dan bahagia ya Mbak
ReplyDeleteADUHAI.. Pri..
DeleteTerima kasih mba tien... sehat dan sukses trs....
ReplyDeleteADUHAI Zimi.
DeleteMatur nuwun bu Tien mygi tansah sehat
ReplyDeleteAlur cerita yang sangat bagus...membuat kita penasaran...penuh pesan2 moral
Salam aduhai dari Tangerang Selatan
Stlh curhatan Leo caping ke Roti Cinta Baskoro.. apalg yg diragukan Baskoro? Trmlah Ika Yanti apa adanya apalg mb Risma sdh memberi restu.. abaikan masa lalu.. hidup utk masa depan.. umur sdh tdk lg muda.. smg bersama ika baskoro bs hidup bahagia dg tambahan adik utk Dian satu atau dua sdh ckp mewujudkan keluarga samawa... Semoga... Slm seroja utk mb Tien dan kita semua🙏🌈🌻
ReplyDeleteADUHAI
ReplyDeleteADUHAI
ReplyDeleteADUHAI
ReplyDeleteMungkinkah seorang bertopi lebar yg selalu di depan sekolah Dian Leo dan yang jualan siapakah Dia. Bikin tambah penarasan dan tdk sabar untuk menunggu JBC 39. Rina yg lagi hamil biar merasakan apa yg telah dituduhkan sama Ika. Masih untung Rina ada suami yg masih peduli walau kadang sakit mendengar kata Rina namun Rina tdk menyadari ucapannya.
ReplyDeleteJBC 38 bikin banyak pertanyaan yg segera pingin tahu jawabannya.
Terima kasih Bunda Tien semoga sehat selalu ......
Alhamdulilah dan ADUHAI
Alhamdulilah dan ADUHAI jeng Rochmah
DeleteAkhirnya ketebak jg.. Terbyatatukang roti itu adalah baskoro.. Untungnyabs jg ktmu caping leo dan dengerin keluhannya.. Jadiiibaskoro denger sendiri mslh yanti.. Trimalahyanti baskoro dia anak baik.. Mksihy mbak tien slm seroja dan aduhai dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰🥰
ReplyDeleteCieee... pembaca dah menebak pa tua = leo tukang roti = baskoro itu benar kaleee...
ReplyDeleteBaskoro dah tau ika yg sebenarnya dari pengskuan langsung leo
Kemungkinan baskoro gak jadi mempersunting ika karena baskoro selalu jebol gol 3 -0 oleh leo itu kata laudza mungkin benar..
Leo lah yg pandai mengolah bola kecilnya .. janinpun jadi ... hihihi
Baskoroooo ... cari aja yg lain murnikaahhh...
Salam aduhai !!! Bunda tien
Hehee.. beda lagi nih.
DeleteADUHAI Engkas
Wah bakalan seru nih ceritanya. Saya hanya menduga, orang yg bertopi lebar itu Leo, sementara penjual roti mungkin Baskoro. Semoga Ika sgr mengetahui penjual roti itu Baskoro. Mhn maaf Bu Tien, itu hanya dugaan saya. Maturnuwun Bu Tien ceritanya mengalir indah, enak untuk di baca. Semoga Bu Tien selalu dikaruniai kesehatan lahir dan batin, tetap semangat dlm berkarya sebagai ibadah di bulan suci Ramadhan ini. Aamiin Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin.. pak Mashudi memang ADUHAI
DeleteCerita nya semakin ADUHAI...
ReplyDeleteSelamat pagi semuanya...smg sllu sehat ya...matur nuwun mbk Tien 🙏🙏🙏
Aduhai... aduhai... aduhai...💞💞💞
He..he..akhirnya Leo curhat ke Baskoro... Makasih mba Tien. Salam aduhai
ReplyDeleteSalam Kejora Pagi mbak Tien ,,, trims , alur cerita JBC sudah membawa kocak kacik sahabat PCTK dg datangnya pak Tua dan tukang roti ,,, kok bisa aja mbak Tien ini ,,,, he,, he ,,, trims ,,, kami tunggu kelanjutannya salam SEHAT SELALU mbak Tien ,,,,
ReplyDeleteSehat selalu dan ADUHAI jeng Utami
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 38 sdh hadir
ReplyDeleteDuh Leo sampai menyamar jd Bpk tua saking ingin menatap, mengelus Dian setiap hari
jd ikut terharu Bu..
Semakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dan Aduhai dari Bekasi
Nah sudah mulai terlihat tanda tanda Baskoro
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Ya ampun, ternyata bapak tua bercaping itu Leo. Begitu rindu dan sayangnya sama Dian, sampai begitunya dia melakukannya. Dan si tukang roti.. aku yakin itu pasti Baskoro. Makin seru aja ceritannya dan semakin tidak sabar menunggu lanjutannya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien sayang yg selalu setia menghibur kami. Semoga Mbak Tien selalu sehat wal'afiat. Salam ADUHAI selalu dari Semarang.
Ma'af bu Tien.....sebab apa cerbung JBC ini di kridit.....maksud saya supaya saya cepat tahu Ika Wijayanti bakal bahagia dgn Basmoro.atau Broto Terima kasig Sugeng istirahat/leyeh2
ReplyDeleteWaaah.. ga kaci doong.. ha ha..
Deletejangan diberitahu ya bun..
Biarkan cerita mengalir spt air.. agar semua pembaca sabar menunggu sampai akhir..
Leo caping sdh tahu rina tdk mencintai dia, cerita ini akan makin seru, kl tiba² rina diceraikan oleh leo, tapi mudah²an tdk ada perceraian atau perpisahan dlm cerbung ini. Biarlah semuanya happy ending dgn nasib masing².
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien cerbung nya. Semoga mbak Tien sehat² selalu.
ReplyDeleteSalam aduhai
ReplyDeleteSi tukang roti selesai kerja lalu pulang naik mobil.setelah menjadi pendengar setia seorang yang sedang menyesali keadaan dirinya di masa lalu. Sepertinnya si tukang roti sangat paham dengan cerita pak ganteng yang sedang gundah gulana.
Semoga sehat dan bahagia mbak Tien. Terima kasih
Alhamdulillah JBC 38 hadir hahaha komen saya gak ada ..salam aduhai dan sehat selalu ya u ibu Tien
ReplyDeleteNginceng dulu ah...blm terbit juga Eps 39 ...Salam ADUHAI buat semua pembaca...🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah JBC 39 telah hadir ,terimakasih bunda Tien ,salam hangat dr Jakarta
ReplyDeletebagus ceritanya kata2 Nya enak dibaca
ReplyDelete