Tuesday, March 30, 2021

JANGAN BAWA CINTAKU 16

 

JANGAN BAWA CINTAKU  16

(Tien Kumalasari)

 

“Mas… maaas..” Rina menggoyang-goyang tubuh suaminya yang diam tapi tubuhnya menggigil.

Rina mengambil selimut, diselimutkannya dari kaki sampai ke dadanya. Tapi tampaknya kurang tebal, Rina membuka almari, mengambil lagi selimut yang lebih tebal, diselimutkannya lagi. Lalu diambilnya guling, diletakkannya disebelah kiri dan kanan suaminya.

“Maas…” bisik Rina.

Lalu Rina menelungkupkan tubuhnya didada suaminya, agar merasa lebih hangat. Leo masih menggigil, tapi sudah berkurang. Dibukanya matanya, dilihatnya Rina menelungkup didadanya. Leo mendorongnya pelan.

“Mas, badan kamu panas.. ayo ke dokter.”

“Tidak, aku mau obat turun panas saja,” katanya lirih.

Rina kebelakang, menyeduh teh hangat, dan mengambil obat, sambil menelpon dokter Puji, langganan keluarganya.

Ia kemudian meminumkan itu, dan Leo kembali berbaring. Rina membetulkan selimutnya.

“Ikaaa…”

Rina yang sudah mau keluar berhenti melangkah. Dilihatnya suaminya memejamkan matanya. Hatinya teriris mendengar suaminya membisikkan nama Ika. Ditahannya kesal yang menghantam dadanya, mengingat suaminya yang sedang sakit.

Ketika ia keluar dari kamar, ia mendengar suara mobil memasuki halaman. Rina menengoknya, dan melihat dokter Puji sudah datang.

“Kenapa pak Leo?”

“Silahkan dokter melihatnya, badannya panas sekali, sampai menggigil.”

Rina mengajaknya memasuki kamar Leo.

“Kenapa pak Leo?” sapa dokter Puji sambil duduk di kursi yang disediakan Rina.

Leo diam saja ketika dokter memeriksanya.

“Benar, panas sekali. Sudah minum obat ?”

“Baru saja minum obat turun panas dok, ini obatnya..” sela Rina sambil menunjukkan sisa obat yang tadi diberikan.

“Baiklah, saya akan memberikan obat tambahan. Tapi kalau sampai sore juga panasnya muncul lagi, sebaiknya periksa ke laborat, saya akan memberikan pengantarnya.”

“Baiklah dok, terimakasih banyak.”

Leo tak banyak membantah, ia masih merasa seperti menggigil. Rina kembali membetulkan letak selimutnya lalu mengantarkan dokternya keluar.

“Apakah sakitnya berat?” tanya Rina sebelum dokternya pergi.

“Semoga saja tidak, tapi panasnya sangat tinggi. Itu sebabnya saya minta agar periksa laborat kalau sampai nanti panasnya tidak juga turun.”

Ketika kembali ke kamar, dilihatya Leo memejamkan mata. Rina memegang keningnya, dan merasa panasnya belum juga turun.

“Mas, aku mau ke apotik sebentar untuk mengambil obatnya.”

Leo tak menjawab, tapi Rina langsung keluar dari kamar, dan pergi ke apotik.                                                                                                                   

***

Disepanjang perjalanan Rina merasa sedih. Ia mengasihani suaminya dan mengasihinya pasti, tapi sikap Leo selalu menyakitkan. Ia juga khawatir ketika suaminya sakit, tapi perhatian yang ditunjukkannya sama sekali tak bisa meluluhkan hati suaminya.

“Baiklah, barangkali aku kurang sabar dan kurang lembut menghadapinya, seperti kata ibu, semuanya harus dihadapi dengan kelembutan. Biar hati kesal mungkin aku harus lebih bersabar.”

“Ia baru saja turun dari mobil  setelah sampai di apotik, ketika seseorang tiba-tiba sudah berhenti didepannya.

“Rina !”

“Ya ampun Bas, kamu membuat aku kaget,” omel Rina ketika melihat Baskoro.

Baskoro tersenyum lebar. Rina mengakui Baskoro masih seganteng dulu, walau badannya agak kurus. Tapi cinta untuk Baskoro sudah ditutupnya. Ada sebuah pengabdian yang harus digenggamnya erat, pengabdian kepada suami dan keluarganya.

“Siapa yang sakit?” tanya Baskoro sambil mengiringi masuk ke dalam apotik.

“Mas Leo, tadi badannya panas sekali. Kamu ngapain ke apotik?”

“Biasa, aku tuh harus minum obat rutin, kalau nggak aku bisa cepet mati,” kata Baskoro seenaknya.

“Iih, ngomong seenaknya.”

Dua-duanya menyerahkan resep ke loket penerimaan resep, lalu menunggu sambil duduk di kursi tunggu.

“Leo sakit apa? Sakit hati ‘kali..” kata Baskoro.

“Ketika aku pulang, badannya panas sekali, sampai menggigil, lalu aku panggil dokter. Nanti kalau masih panas juga harus periksa laborat segala.  Aku nggak yakin mas Leo akan mau, susah dia itu kalau disuruh periksa-periksa.”

“Laborat kan bisa dipanggil ke rumah, kalau sudah di rumah mana bisa bilang nggak mau.”

“Iya, kamu benar. Tadi aku juga memanggil dokternya tanpa bilang terlebih dulu,  so’alnya ketika bilang dia jawabnya nggak mau.”

“Bagus, ada cara untuk memaksa.”

“Kamu sakit apa?”

“Depresi..”

“Apa?”

“Kalau nggak minum obat aku seperti orang bingung..”

“Bas, apa yang terjadi sama kamu? Terima hidup ini dengan sabar, ikhlas, kalau tidak, bisa memicu penyakit.”

“Ngomong itu gampang..”

“Aku tahu.. tapi kamu harus mencobanya.”

“Sudah aku coba.. hasilnya apa.. ini.. seperti aku ini. Aku nggak pernah bisa tidur nyenyak tanpa obat.”

“Itu ketergantungan. Cobalah mengurangi dari sedikit Bas. Sayangi hidupmu.”

“Sayangnya sama kamu.”

“Jangan begitu Bas. Cinta tidak harus memiliki. Kalau kamu memang cinta sama seseorang, kamu harus bahagia melihat dia bahagia.”

“Itu adanya di cerita-cerita. “

“Jangan begitu Bas.. kita bisa menjalani kok.”

“Bp. Leo Ardiansyah.. “ petugas apotik memanggil, lalu Rina bergegas ke loket.

Baskoro termenung ditempatnya. Rina bukan wanita sembarangan. Dia sangat mencintai keluarganya. Tak mungkin bisa diraihnya lagi. Ada sakit mengiris, karena begitu susah Baskoro melupakannya.

“Bp. Baskoro,” petugas apotik memanggil lagi, pertanda obat untuk Baskoro juga sudah disiapkan.

Ketika keluar dari apotik, keduanya berjalan beriringan.

“Aku pulang ya Bas, salam untuk mbak Risma.”

Baskoro mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

“Cepatlah sembuh, jangan tergantung obat-obatan ya..” pesan Rina sambil tersenyum. Dan senyuman itu tak pernah bisa dilupakan Baskoro.

***

Rina memacu mobilnya, ingin segera meminumkan obat untuk suaminya.

Ketika memasuki kamar, dilihatnya Leo masih terbaring, tapi selimutnya sudah tersingkap. Rina memegang tangannya, sudah berkeringat, jadi tidak lagi panas seperti tadi. Rina menghela nafas lega. Diletakkannya dua macam obat yang baru saja dibelinya, lalu dia mengganti bajunya.

Rina kebelakang, membuatkan lagi minum untuk suaminya, lalu membawanya ke kamar.

“Mas, maukah makan dulu , lalu minum obatnya?”

“Nggak usah, aku sudah sembuh. Tadi bisa berjalan kekamar mandi sendiri.”

“Jangan begitu mas. Ini obat yang diberikan dokter tadi. Mas harus meminumnya.”

“Lihat saja, aku sudah sembuh, tidak panas lagi,” kata Leo dengan nada kesal.

“Ya sudah, makan saja dulu ya, tadi aku beli sup di jalan, karena aku belum sempat masak.”

“Kamu kan tahu bahwa aku nggak suka makan makanan  dari luar ?”

“Baiklah, kalau begitu biar aku masak sebentar untuk mas,” kata Rina sambil beranjak keluar dari kamar. Leo membalikkan tubuhnya menghadap dinding, sambil memeluk guling.

Rina berkutat didapur, memasak sup ayam untuk suaminya. Ia menahan rasa kesal yang sudah mulai menyesak dadanya.

“Sabaaar.. sabaaar…” desisnya sambil mengaduk sayur yang sudah dibumbuinya.

Lalu dia menyiapkan mangkuk untuk wadah sayur, sepiring nasi yang hangat, lalu dibawanya kembali ke kamar. Leo masih tidur miring menghadap dinding.

“Mas, makan dulu ya.. lalu minum obatnya, biar benar-benar sehat.”

Tapi Leo tak bergerak, pura-pura tidur atau tidur beneran, entahlah.

Rina keluar dari kamar setelah meletakkan nampan berisi makanan dimeja, lalu kembali ke dapur.

Ia duduk di kursi dan merasa sangat lelah. Bukan hanya raganya, juga jiwanya. Batinnya menimbang-nimbang, apakah ia akan mengatakan tentang pertemuannya dengan Ika, atau merahasiakannya demi memenuhi permintaan Ika. Barangkali kalau dia mengatakannya, amarah Leo akan reda, tapi dia pasti akan segera ingin menemui Ika, lalu bagaimana dengan dirinya? Tampaknya Leo sangat mencintai Ika, dan tak peduli dengannya.

“Dia suami kamu, pertahankan itu. Jangan biarkan orang lain mengambilnya.”

Itu pesan ibunya, bagaimana dia harus melakukannya? Leo hanya mengingat Ika, bahkan dalam mengigaupun nama Ika yang disebutnya. Mestinya Rina sakit hati, dan memang sakit. Adakah seorang isteri yang rela suaminya menyukai perempuan lain?

Sesa’at ingin sekali dia mengamuk. Membanting apa saja yang ada didekatnya. Mengobrak-abrik semua tatanan rapi diruangan itu, agar kesal dan amarahnya terobati. Tapi tidak, Rina seorang wanita yang penyabar, dan bisa mengendalikan dirinya sebegitu rupa, sehingga kemarahan tak harus terlampiaskan dengan tindakan brutal.

Rina menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan, ditariknya lagi dan dihembuskannya lagi, itu dilakukannya berkali-kali.

“Semua kebaikan aku, sikap lembut dan penuh perhatian yang aku lakukan, sama sekali tidak bisa meluluhkan hatinya,” keluh Rina sambil menopang kepalanya dengan kedua tangan, yang ditumpukannya diatas meja. Matanya berlinang, lalu bergulir bagai alir sungai bening, membasahi pipinya.. Dan Rina membiarkannya.

Dibiarkannya air matanya terus mengalir, sehingga membasahi meja. Rina tak ingin mengusapnya. dan tangisan itu kemudian menjadi isak yang tersendat karena tangis itu  ditahannya.

Lalu tiba-tiba didengarnya Leo terbatuk-batuk, keras dan lama. Rina ingin membiarkannya, tapi lagi-lagi tak tega.

Ia mengusap air matanya kemudian berjalan ke kamar.

Dilihatnya Leo telah duduk ditepi pembaringan, dan masih juga terbatuk-batuk. Rina mendekat, lalu mengulurkan air minum kearahnya. Kali ini Leo menerimanya, dan meneguknya habis. Rina menerima gelas kosong yang diulurkan Leo, meletakkannya dimeja, kemudian dia mengambil obat gosok di laci dekat almari, digosokkannya ke punggung suaminya, dan juga dadanya. Leo masih terbatuk-batuk, walau sudah berkurang. Tapi Rina agak khawatir, karena ketika menggosok itu ia merasa tubuh Leo kembali panas.

“Mas, mas tidak mau minum obatnya sih, badan mas panas lagi.”

Leo tak menjawab, tapi merebahkan tubuhnya kembali ke ranjang. Rina menyelimutinya.

“Makan ya mas, sedikit juga nggak apa-apa, setelah itu minum obatnya.

Leo tak menjawab.

“Ini bukan penyakit biasa mas, jangan merasa biasa-biasa saja. Menurutlah apa kata dokter. Biar aku suapin ya.”

“Nggak mau..” katanya lemah.

“Mas harus periksa ke laborat..”

“Nggak usaaah… nggak mau,” kali ini walau lemah tapi suaranya agak keras. Rina ingat apa yang dikatakan Baskoro. Petugas laborat bisa dipanggilnya datang ke rumah. Hanya itu satu-satunya cara.

Rina keluar dari kamar dan mengambil surat pengantar dokter yang tadi diberikannya. Ada nomor kontak laboratorium yang dimaksud.

Setelah pihak laborat menyanggupinya, Rina kembali masuk ke kamar. Leo tidur meringkuk, kembali dia menggigil.

Rina cemas sekali.

Ia mengambil sup yang tadi dihidangkan dimeja dan sudah dingin, membawanya ke belakang untuk dipanaskan.

“Aku akan mencobanya sekali lagi, membujuknya agar dia mau makan dan minum obatnya.”

Rina kembali ke kamar dengan membawa nasi dan sup yang sudah hangat.

“Mas harus makan. Setelah itu minum obat. Kalau mas tidak menurut, aku akan menelpon rumah sakit agar mas dirawat,” katanya tandas.

“Sedikit saja..” kali ini ia menjawab.

Rina mendekat, menumpuk satu bantal lagi agar kepala Leo terletak agak tinggi. Perlahan dia menyendokkan nasi dan sup hangat.

Rina merasa lega Leo mau menerimanya. Tapi baru tiga suap, Leo sudah menggoyang-goyangkan tangannya.

“Satu lagi ya?”

Leo menggeleng.

“Ya sudah, minum dulu obatnya.”

Rina meminumkan dua butir obat yang tadi diambilnya dari apotik. Lega rasanya karena Leo mau meminumnya. Lalu Leo kembali meringkuk, dan Rina membetulkan selimutnya.

Ketika Rina keluar dari kamar, didengarnya bel tamu berdering, dan dari pintu kaca rumahnya, Rina tahu bahwa ternyata petugas laborat yang datang.

Rina meletakkan nampan yang dibawanya diatas meja terdekat, lalu bergegas membuka pintu.

“Dari laborat ya? Ayo silahkan masuk.”

Leo ingin memprotes, tapi sungkan karena petugas sudah mengeluarkan alat-alatnya. Ia hanya mengambil darah Leo, kemudian pergi. Hasilnya akan dikirim secepatnya.

“Mengapa sih, pakai memanggil petugas laborat segala. Sepertinya aku ini sakit parah."

“Kalau tidak begitu, mana mau mas aku ajak pergi ke laborat,” omel Rina yang mulai ingin menumpahkan kekesalannya.

“Aku sakit parah kah ?”

“Sangat parah. Coba, sekarang mas panas lagi kan ?” kata Rina yang kembali membetulkan selimut suaminya lalu keluar dari kamar.

Leo kembali tidur meringkuk. Memang benar, ia mulai menggigil lagi.

“Apa aku kelamaan mengguyur tubuhku tadi ?” pikir Leo sambil mendekap guling untuk mengurangi rasa dingin yang mulai kembali menggigit.

***

Pagi itu Rina menemui dokter untuk menyerahkan hasil lab suaminya. Hasilnya sangat membuatnya sedih.

Radang tenggorokan yang parah. Dan itu sangat menular.

“Kalau bu Leo tidak keberatan, saran saya adalah lebih baik pak Leo dirawat. Apalagi pak Leo punya anak kecil. Kemungkinan menular sangat besar. Apalagi saya juga mencurigai adanya penyakit lain yang serius. Tapi harus ada pemeriksaan lebih lanjut.”

Rina pulang ke rumah dengan tubuh terasa lemas. Apalagi ketika Leo enggan dirawat dirumah sakit.

“Aku nggak mau.”

“Mas, kalau mas tetap dirawat dirumah, sementara ada Dina, aku khawatir Dina akan ketularan juga.”

“Dimana Dina, aku tidak melihatnya sejak kemarin..”

O, jadi Leo tidak memperhatikan bahwa anaknya sejak kemarin tak ada dirumah.

“Dia ada dirumah ibu.”

“Bagus, biarkan dia disana dulu, tak akan ketularan.”

“Tapi kalau dirumah sakit kan ada penanganan yang serius, lalu penyakit apa yang diderita mas bisa ketahuan, sehingga jelas juga pengobatannya,” bujuk Rina.

“Aku tidak mau, pokoknya tidak mau,” kata Leo sambil membelakangi isterinya.

Rina menghela nafas sedih. Leo bukan anak kecil yang kalau membangkang bisa digendong paksa lalu langsung dibawa.

Kalau benar sakit suaminya serius, apa yang bisa dilakukannya?

***

“Mengapa bu Rina belum datang kemari bu?” tanya Dian kepada ibunya.

Ika tahu, pasti Dian sangat ingin ketemu Dina. Apalagi kemarin Rina menjanjikan akan mengajaknya bertemu Dina.

“Jam berapa ya, kira-kira bu Rina datang ?”

“Ibu tidak tahu nak, mungkin bu Rina masih sibuk memasak atau apa, sehingga tidak bisa buru-buru datang.”

“Iya juga ya.”

“Sekarang ayo bantu ibu dulu menata kamar. Kasurnya belum dialasi, kamu bisa kan?” kata Ika untuk membuat agar Dian bisa menghabiskan waktu menunggu sambil melakukan sesuatu.

“Baiklah,” kata Dian sambil menerima sarung bantal yang diulurkan ibunya. Tapi dalam memasang sarung bantal dan guling serta mengalasi kasur itu ingatannya akan bu Rina terus membayanginya. Sudah beberapa hari tidak ketemu Dina, dan Dian ingin sekali bertemu serta bercanda. Dina cantik dan lucu, selalu membuatnya tertawa. Ia ingat ketika Dina selalu memaksa memberikan separuh roti agar dia mau menerimanya.

Tapi ketika sampai lewat tengah hari bu Rina tidak juga datang, sementara kamar sudah selesai ditatanya, Dian kembali gelisah.

“Mungkin bu Rina hanya ingin menyenangkan aku saja, tidak sungguh-sungguh ingin mengajak aku,” omelnya.

Ketika ponsel ibunya berdering, Dian lari mendekati. Ia mengira itu dari bu Rina, padahal ibunya tidak pernah memberikan nomor kontaknya.

Dian mencari ibunya, rupanya ibunya baru ada di kamar mandi. Karena telpon berdering terus, Dian mengangkatnya, tanpa membaca siapa penelpon itu.

“Hallo…”

“Hallo, ini Dian kan?”

“Siapa ya?”

“Yaaah, Dian sudah lupa sama om Broto ya?”

“Oh, iya om.. ma’af, ibu baru ada di kamar mandi.”

“Ya sudah tidak apa-apa. Bagaimana rumahnya? Sudah rapi ?”

“Kemarin tukang yang mengecat rumah juga membantu mengangkat barang-barang, lalu ibu menatanya. Sekarang sudah rapi.”

“Syukurlah, om ingin membantu, tapi om tidak bisa meninggalkan pekerjaan om.”

“Telpon dari siapa Dian?”

“Oh, itu ibu. Ini bu.. dari om Broto.”

“Mas Broto ?” sapa Ika ketika menerima ponselnya.

“mBak Ika, apa kabar, rumahnya sudah rapi?”

“Lumayan rapi mas, tinggal membenahi disana- sini, kan tidak banyak barang yang saya bawa.”

“Syukurlah. Setelah ini mbak Ika masih mau melanjutkan jualan?”

“Iya lah mas, kalau tidak begitu bagaimana saya bisa memberi makan dan menyekolahkan Dian?”

“mBak Ika hebat. Bolehkah Dian bersekolah di Jakarta?”

“Apa?” tanya Ika terkejut.

“Kalau mau sih..”

“Kalau Dian ke Jakarta, saya sama siapa dong? Mas Broto ada-ada saja, saya kan tidak bisa berpisah dari Dian.”

“Bagaimana kalau sama ibunya sekalian?”

“Apa ?”

“Saya serius, sangat serius.”

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

90 comments:

  1. Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Salam ADUHAIIIIII ...

      Terima kasih mbak Tien ... atas hadirnya JBC 16.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
    3. Payah Nunul Nunul grogi telat d hihihi dimas Yowa

      Delete
    4. Selamat malam......Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat.....
      Bagai sang surya menyinari dunia......Aamiin 💗💗💗


      Hallooooo Guys.... gabung yukkk
      👇
      WAG Penggemar Cerbung Tien Kumalasari

      0821 1667 7789 (admin)

      Jangan di tambahin angka lagi,, nanti ga nyambung..... baper dech
      Okey Guys....

      #silaturahim
      #cerbung/novel_populer
      #jumpa_fans

      Pokoknya aseeeeek dech....
      Di tunggu yaa jangan pake lama
      Okeeeeeey.....

      Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua pembaca mengenalmu.... Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto mantan apalagi pelakor.. lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,, di coba yaaa nanti kalau sukses aku kasih hadiah,,,

      Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗

      Delete
  2. Alhamdulillah, JBC sudah tayang. Terimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Bu Tien, selamat malam & sehat selalu. ❤

    ReplyDelete
  4. Suwun JBC sudah tayang
    Suwun mb Tien salam sehat

    ReplyDelete
  5. terimakasih  bu Tien  JBC #16 sudah hadir  ...makin seru bu ... 
    smoga Ibu Slalu sehat bersama keluarga
    Sala. aduhaiii dr Semarang

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Mbak Tien JBC 16 sudah hadir. Salam seroja yg aduhai dari Semarang

    ReplyDelete
  7. alhamduliah JBC 16 sudah muncul disaat saya sudah selesai menyiapkan bahan kuliah besok pagi. Terima kasih bu Tien, semoga sehat dan selalu semangat dalam berkarya. Mengisi hari hari dengan kegiatan dan kesibukan akan memperpanjang usia..aamiin

    ReplyDelete
  8. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Ibu Tien, selamat beristirahat, semoga Allah selalu melindung ibu dan keluarga....
      Salam Aduhai...

      Delete
    2. Alhamdulillah JBC Eps 16 sudah tayang gasik, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
      Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    3. Apaaaaaaa???
      Ke Jakartaaa???

      Uuu Broto tukang modus,, datang lagi,,,
      Kebanyakan maen KETHOPRAK ya begitu....
      halu... Ngareeep mulu,,,

      Emang Ika mau,,, ga lah yauu...

      Lama2 kalau geregeten,,, tak SUWUK nih Broto,,,, biar ga tau arah pulang......!!!!!

      Delete
    4. Alhamdulillah matur nuwun mbak Tien....JBC 16 sudah hadir menghibur...Leo sakit apa ya..dokter curiga ada penyakit lain...kasihan Dian yang merasa di php in sama bu Rina karena ngga tau kalau pak Leo sakit...salam ADUHAII dan salam sehat dr Situbondo.

      Delete
    5. Ikaa.....
      Rina yang mau keluar berhenti melangkah
      Hatinya teriris,mengigaupun suaminya nama Ika yg disebut.
      Kalau benar sakit suaminya serius,apa yg bisa dilakukannya...
      Sakit harus diobati dan dokterlah yg bisa menangani.
      Sepertinya Leo bukan hanya raganya yg sakit tapi batinnya juga sakit.Rinapun juga tahu.Dan bila dibiarkan bisa" depresi.
      Teringat sepenggal tembang jawa yg dicipta seniman kita p. Gesang ( ditambakno mrono mrene tiwas" ndedowo larane nanging tombo
      sejatine namung ono ning awak'e dhewe....).
      Sakitnya Leo tdk cukup dokter yg ngobati tapi Leo sendiri yg harus bisa ngobati dan obatnya
      adalah Ika...
      Rina harus mau mempertemukan Leo dg Ika dan Dian, dicari solusi terbaik.
      Bagaimanapun juga nasi sudah menjadi bubur...
      Dg dmk beban Leo akan terkurangi.
      Bersediakah Ika bertemu dg Leo ???
      Kalau Rina sudah berjanji akan memperlakukan Ika dan Dian dg baik juga menceritakan keadaan Leo tentu Ika akan iba juga hatinya. Bagaimanapun juga dulu pernah saling mencinta...
      melupakan masa lalu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Disudut hati paling dalam pasti masih ada nama Leo disana.
      Lalu bagaimana dengan tawaran Broto utk mengajak Ika dan Dian ke Jakarta...
      Harusnya Ika berpikir seribu kali...
      Apalagi kenal juga blm lama.
      Kalaupun Ika sudah tidak mengharap Leo kembali,tegakah Ika memisahkan jarak antara Dian dan Dina...
      Yang kenyataannya mereka adalah kakak beradik....
      Monggo jawabannya ada pada bundaTien

      Moga bunda sehat" selalu nggih...
      Salam aduhaii dari Bojonegoro.

      Delete
    6. Maturnuwun mbk Tien...
      Benar2 telah menghibur, mbak Tuin sehat terus nggih mbk...


      Ika tak bujuki biar mau ketemu sama Leo dimediatori sama Rina, biar Leo minta maaf ke Ika...

      Delete
  9. ,Alhamdulillah JBC 16 udah tayang.....matur suwun bu tien....salam Aduhay

    ReplyDelete
  10. Yg di tunggu2 sdh hadir JBC,alhamdulillah...bu Tien senantiasa di paringi sehat,salam ADUHAI

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun Ibu Tien sudah terbit JBC 16..semoga Ibu Tien selalu sehat dalam lindungan Allah SWT...Aamiin YRA
    Salam dari moedjiati pramono..Tangerang Selatan

    ReplyDelete
  12. Semoga ika mau diboyong ke jakarta..
    Ayo broto tembak langsung si ika ....
    Waooooo ....asiknya ....ika bahagia bersama mas broto ...
    Asik ....asik ....
    Leo biar menangis menangis dan menangis ...
    Leo ....rina menyayangimu dengan tulus lhoooo....jangan macam macam ...semacam aja yaaaaa....
    Met malam bu Tien ....
    Selalu sehat yaaaa Tuhan memberkati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Paling kui modussss ,, apal aku...yakin,,,,

      Delete
  13. Alhamdulillah JBC 16 sdh tayang matur Suwun Bu Tien . Salam sehat & aduhai .

    ReplyDelete
  14. Sugeng ndalu bu.tien...alhamdulillah JBC 16 sudah tayang.... Makin serruuu

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien cerbungnya
    Semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dari Purworejo

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah JBC 16 sudah hadir, trimakasih Bunda, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  18. Maturnuwun mbak Tien, JBC 16 sudah hadir dengan menarik. Leo kena batunya...hmm tapi kasihan Rina. Semoga Leo segera sadar, tidak mengusik ketentraman rumah tangganya, namun bolehlah dia tahu bahwa Dian adalah anaknya. Mbak Tien paling piawai merangkai cerita..

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbak tien-ku jbc16 sudah tayang menghibur.
    Leo sakit, biar tidak bisa mencari mbak'e tukang sayur. Tetaplah dengan Rina istri yang baik.
    Ika akan dibawa ke Jakarta beserta anaknya? Apa mau ya ...
    Terserah mbak Tien sajalah, tinggal menunggu bagaimana jadinya.
    Salam sehat mbak Tien, dari sragentina selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  20. Met malam mbak Tien, terima kasih cerbungnya. Semoga mbak Tien sehat² selalu.

    ReplyDelete
  21. Selamat atastercepat dalam memberi komentar ibu IYENG SANTOSA

    ReplyDelete
  22. Ahai...yang ku tunggu sdh tayang

    Terima kasih bu Tin..

    Smg sehat selalu..

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, suwun JBC 16 nya mbak Tien
    Salam sehat dan semangat selalu dr BEKTI ( BEKasi TImur)

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah....
    Matur nuwun B. Tien ADUHAI Kumalasari... JBC #16 sudah hadir.
    Semoga B. Tien selalu sehat dan tetap semangat..
    Salam sehat dari Sidoarjo...

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillaah tayang lebih awal dibaca sebelum tidur
    Makasih bunda JBC 16
    Ditunggu kelanjutan nya salam sehat

    ReplyDelete
  26. Trmksh cerbungnya mb Tien.

    Smg Mas Broto serius dg Ika.. shg sesuai judul Jgn Bawa Cintaku krn Ika diboyong mas Broto. Kembalilah berbahagia dg Rina dan Dina.. biarlah sm2 menggapai masa depan Leo.. ikhlaskan Ika.. Baskoro. Bukankah cinta tdk perlu bersatu? The are many fishes in the sea.. slm seroja👍🙏

    ReplyDelete
  27. Aku kok gregetan lihat sikapnya Leo. Kalo orang tua bilang... kok wangkal sih. Disuruh minum obat susah, suruh ke dokter gak mau, disuruh rawat inap di rumah sakit juga gak mau, pdhl penyakitnya bisa menular. Kayak anak kecil aja sih.
    Nah Ika, ada penawaran dari Broto utk ke Jakarta. Ayo mau dong.. supaya kamu bisa jauh dari Leo. Dan kalo mgkin jadian aja sama Broto. Dia mgkin bisa membahagiakan kamu. Ayo lupakan masa lalumu yg kelam. Tatap masa depan yg cerah bersama Dian dan Broto.
    Matur suwun Mbak Tien utk JBC 16. Semoga Mbak Tien selalu sehat wal afiat. Salam seroja aduhai dari Semarang.

    ReplyDelete
  28. Eaaaa. Broto modus pingin dekat ibunya dengan mendekayi anaknya...
    Tp. Jangan sia siakan Mbak Ika ya aqas kalo disia siakan... Sudah lama mbak Ika menderita berjuang sendiri... Tolong bahagiakan mbak Ika yan as Broto...
    Salam sehat

    ReplyDelete
  29. Leo biarkan saja biar tahu rasa kaya anak kecil Saja ..kesel aku. Sama Leo egois...

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah JBC-16 dah tayang gasik.

    Makasih Bun Tien, salam kami dr Boyolali.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah JBC 16 sdh hadir
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam Aduhai dari Bekasi

    ReplyDelete
  32. mas Leo ! makanya jangan bicara kasar ama istri sendiri, rasakan sekarang akibatnya tuh tenggorokanmu radang parah...

    ReplyDelete
  33. Selamat mlm jeng Tien ...trims JBC sll hadir menghibur kita semua ...hatiku ikut mendayu ..ndayu membacanya....salam Aduhai jeng Tien ..telat comentnya gpp ya jeng ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah. Sugeng ndalu sedoyo n mtrnwn Bunda Tien. Salam sehat selalu.

      Delete
  34. JBC16....Aduhai Broto sudah mengeluarkan tembakan langsung ke Ika.... agar mau mengizinkan Dian Sekolah di Jakarta.. sekalian dengan ibunya Dian. Semoga sehat dan semangat mbak Ika. Dan terima kasih

    ReplyDelete
  35. Assalamu'alaikum..malam ..salam Aduhai..u Bu Tien JBC..16 hadir ..salam sehat selalu..jreng2 ..aduh teraduk aduk hati Rina ..marah ..cemburu jadi satu ..Dian nunggu Bu Rina u ketemu Dina...tp Rina sedang ngurus Pak Leoa sakit..eeee ala semoga tdk sakit yg serius.dan Broto jreng mak.jleb aduh mau ajal Dian u sekol di Jkt..walah walah seruuuuu...

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah JBC 16 telah hadir. Sugeng ndalu sedoyo penggemar kejora pagi.

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, matur nuwun Bu Tien bisa tayang gasik.....
    Salam sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah,, JBC 16 bisa menemani malam yg dingin di Bandung, trimaksih bu Tien.. Semoga sehat selalu yah, salam aduhai dari Bandung... Luv.. Luv.. Luv

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah sdh diberi hidangan jbc
    Terima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 dan bahagia selalu
    Selamat malam buat para pencinta cerbung, selamat beristirahat

    Assalamu'alaikum

    ReplyDelete
  40. Makasih mbak Tien jbc16nya..

    Waduuuh...ika dian mau doboyong ke jkt??...tp klo mau menghindar/tdk mau merusak rtnya rina..mngkin mau..hehehe..
    Gmn mbak Tien ajalah..kt tunggu ajaa..

    Salam sehat n selalu aduhai..🙏

    ReplyDelete
  41. Ha ha ha rupanya broto sdj jat7h cibta sama ika. Semoga

    ReplyDelete
  42. Pagi Bunda, sehat selalu dan tetap semangat.
    Salam buat Bunda

    ReplyDelete
  43. Yuhuuuaaa ..
    Lanjuuut mbak Tien .

    ReplyDelete
  44. Matur nuwun ...mbak Tien.... Smg mbak tien sehat selalu ditunggu kelanjutan cerita cinta Ika berikutnya

    ReplyDelete
  45. Saya setuju Leo diberi pelajaran, biarkan Rina dan Ika kompak untuk memberi pelajaran kepada Leo. Tapi saya maunya Leo tau bahwa Dian adalah anaknya. Dan Dian dijamin hidupnya oleh Leo, dan Ika dibelikan rumah kecil sederhana dekan sekolah Dian yg baru. Dan Ika bisa usaha kecil kecilan. Dan keluarga Leo kembali rukun dan Rina dan Ika seperti saudara. He he he itu mau aku, mau mba Tien kita tunggu sama sama. Salam sehat dari Bandung.

    ReplyDelete
  46. Ika sama Broto aja. Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  47. Ika perlu mempertimbangkan permintaan Broto, siapa tahu kehidupannya ke depan lbh baik, dari pada ketakutan terus ketemu Leo. Maturnuwun Bu Tien, senang mengikuti ceritanya yg selalu membuat kejutan dan penasaran. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin...

    ReplyDelete
  48. Rinta ....
    Piye carane nyuwuk ....
    Aku diajari yaaaa ....
    Aku arep nyuwuk Rinta ben ora mokong ...

    ReplyDelete
  49. Broto ora moduus yaaaa..
    Sing modus kuwi leo ....
    Ora percaya ....
    Nyuwuna pirsa nang bu Tien wis ...
    Mengko bu Tien rak ngendikan iya ....

    ReplyDelete
  50. Komentar penggemar JBC kalao digabung s
    bisa 2 episode lho.. Lucu dan asyyik dibaca.... Terima kasih bu Tien sudah memberikan kami bacaan yang hangat

    ReplyDelete
  51. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg JBC 16 hadir dgn tetap bikin penasaran kami para penggandrung.

    Semua orang di sekitar Leo baik hati. Semua berlaku baik, tdk ada yg niat balas dendam (mbak Ika, bu Rina, mertua, mas Broto dll)
    Semoga Leo cepat sembuh dan hatinya luluh ikutan jadi orang baik2.

    Sumonggo lajengipun dalem tenggo. Matur nuwun.


    ReplyDelete
  52. Sudah hampir terkuak ya, uraian panjang lebar JANGAN BAWA CINTAKU...
    Semoga happy ending...

    ReplyDelete
  53. Slmt pgii mba Tien mksh JBC nya y.. Smgmba tien sehat sll dan tetap semangat.. Slmseroja dan aduhai dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  54. Selamat pagi bunda Tien... luarbiasa JBC nya.. makin seru.. sehat terus... ditunggu part berikutnya...

    ReplyDelete
  55. Selamat pagi Mba Tien... luar biasa JBC nya, makin seru... ditunggu trs part nya.. sehat mba tien sekeluarga....

    ReplyDelete
  56. Udah samar2 endingnya kelihatan.... Ika dan Dian akan lebih nyaman ke Mas Broto dari pada ke Leo yg sudah memporak porandakan hidupnya...dan jelas akan menghancurkan kehidupan Rina dan Dina...

    ADUHAI laaah....👏👏👏

    ReplyDelete
  57. Sudah hampir terkuak ya, uraian panjang lebar JANGAN BAWA CINTAKU...
    Semoga happy ending...

    ReplyDelete
  58. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg JBC 16 hadir dgn tetap bikin penasaran kami para penggandrung.

    Semua orang di sekitar Leo baik hati. Semua berlaku baik, tdk ada yg niat balas dendam (mbak Ika, bu Rina, mertua, mas Broto dll)
    Semoga Leo cepat sembuh dan hatinya luluh ikutan jadi orang baik2.

    Sumonggo lajengipun dalem tenggo. Matur nuwun.


    ReplyDelete
  59. Terimakasih mBak Tien JBC yang ke enam belas sudah muncul
    Sehat sehat selalu doaku
    Bunga bunga harapan bermekaran di taman JBC
    kali ini.. ADUHAI
    Kupu-kupu dan kumbang kadang mengusir serangga kecil di daun dan tangkai bunga agar kelihatan tegar menyambut pagi yang indah terlihat
    Sesekali kupu-kupu menghampiri mengayun, membisikan sesuatu dan terbang lagi seolah menari diantara bunga bunga yang ada hay lihat di sana dan di sana
    Menyadarkan masalalu tak kan dapat kembali, kenang lah yang baik agar tetap baik dan akan menjadi lebih baik, yang kau anggap buruk itu yang kau korbankan, adakah kau berkorban untuknya, lakukanlah yang terbaik..
    Nyekukruk tuyuk-tuyuk, jago tuwek kluruk.. ha ha ha ha
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  60. Leo kok sakitnya demam panas tinggi, tenggorokan, batuk2 dan mungkin menular...
    Moga2 bukan krn terpapar virus pandemi masa kiri. Semoga cepat sembuh...

    ReplyDelete
  61. Leo kok sakitnya demam panas tinggi, tenggorokan, batuk2 dan mungkin menular...
    Moga2 bukan krn terpapar virus pandemi masa kiri. Semoga cepat sembuh...

    ReplyDelete
  62. Mau komen sdh diborong semua
    Mending nunggu kelanjutannya aja...

    ReplyDelete
  63. JBC 17 belum nongol ? Sudah mulai ngantuk nih.

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...