A Y N A 39
(Tien Kumalasari)
“Ngapain pagi-pagi menelpon. Jangan boleh kalau dia minta Ayna menginap lagi,” bisik Danang dengan wajah kesal.
Tanti mengangguk, lalu menjawab telponnya.
“Ya Riri.. ada apa?”
“Tanti.. duh.. ma’af ya, pagi-pagi menelpon..”
“Tidak apa-apa.. kami sedang sarapan nih.”
“Wah, enaknya. Ini tadi Ayna baru saja berangkat bekerja.”
“Oh, syukurlah.. kami sudah kangen katemu Ayna.”
“Tanti.. ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Begini, kamu kan sudah sejak dulu mengangkat Ayna menjadi anak kamu.. Aku, ketika menemukan Ayna juga sudah menganggap Ayna seperti anak aku sendiri. Aku suka dia. Dia cantik, baik, seperti tak ada cacat celanya. Itu sebabnya banyak yang menyayangi dia.”
“Iya, benar..”
“Begini Tanti, baiklah.. Ayna menjadi anak angkat kamu, aku mengalah karena aku seperti orang yang datang belakangan,” kata bu Tarni sambil tertawa.
“Iya .. aku tahu.”
“Begini Tanti, kalau seandainya Ayna menjadi menantu aku, maka diantara kita masing-masing bisa tetap memiliki Ayna.”
“Apa?” Tanti sungguh terkejut.
“Itu benar kan? Ayna anak kamu, Ayna menantu aku. Tak ada bedanya diantara kita, masing-masing bisa memiliki Ayna,” kata bu Tarni seenaknya.
“Aduh.. kamu ini ngomongnya seperti orang sedang tawar-menawar dipasar saja Riri. Dengar, ini bukan masalah gampang, karena menyangkut hati orang-orang yang mau menjalani. Baiklah, kamu dan aku adalah sahabat. Tapi dalam hal ini harus banyak yang kita pertimbangkan. Iya kan?”
“Apa maksudnya banyak yang kita pertimbangkan?”
“Sesungguhnya Ayna itu sudah dipinang.”
“O, mas dokter Bintang ?”
“Benar, dan kelihatannya mereka juga saling mencintai. Kami para orang tua juga akan segera berembug mengenai hal itu."
“Tanti, menurut aku, Ayna pasti masih ragu-ragu.”
“Mengapa ragu-ragu?”
“Ayna kan harus menyadari siapa dirinya, dan siapa yang akan menjadi suaminya.” Dokter Bintang itu kan dokter terkenal, putera dari orang terpandang. Ayna pasti masih akan berfikir seribu kali untuk menerimanya.”
“Aku kira tidak Riri, mereka saling mencintai. Dan Ayna itu kan anak aku. Apa maksud kamu bahwa Ayna itu siapa?”
“Asal-usulnya itu lho Tan. Beda kalau dia menjadi menantu aku. Aku kan hanya tukang warung, meskipun anakku bisa sukses berkarya di Jakarta.”
“Tidak, janganlah kita membedakan satu dan orang lain dengan kata-kata 'siapa dirinya'. Kamu juga tahu aku ini anak siapa, dan keluarga mas Danang menerima aku dengan penuh sayang. Demikian juga kalau menurut kamu Ayna itu hanya seorang gadis yang tidak lagi punya orang tua.. aku kira itu bukan masalah. Bintang mengenal orang tuanya, dan walau bukan orang berada tapi dari keluarga baik-baik kok.”
“Tapi Tanti, baiklah.. kalau hal itu tidak dipertimbangkan. Cuma saja aku punya keinginan juga untuk merengkuh Ayna menjadi keluarga aku.”
"Bagus Riri, tapi bukan itu satu-satunya cara. Ayna anak baik, dia tidak akan melupakan kamu sebagai orang yang telah menyelamatkannya, dan menyayanginya juga. Percayalah, dimanapun dia atau siapapun yang ada disampingnya, kamu akan tetap diperhitungkan.”
“Lalu... usulku akan ditolak?”
“Bukan karena ingin menolak Ri, tapi Ayna sudah ada yang meminangnya.”
Lalu tiba-tiba telpon itu mati. Riri memutuskan pembicaraan dengan nada kesal, dan Tanti merasakannya.
Tanti menghela nafas berat, sambil meletakkan ponselnya.
“Ada apa?”
“Riri ingin mengambil Ayna sebagai menantu.”
“Gila benar. Bukankah Rio itu pacarnya Arsi?”
“Entah apa yang difikirkan orang itu.”
“Jangan hiraukan. Hm, untung aku sudah menghabiskan sarapan aku, kalau belum bakal nggak doyan makan mendengar keinginan Riri yang nggak masuk akal itu,” kata Danang.
***
“Mas Rio.. sudah sampai di kantor ?” tanya Arsi ketika menelpon pagi hari itu.
“Oh, sudah.. baru saja sampai. Ma’af Arsi, kemarin belum sempat menelpon, kepalaku pusing sekali, aku langsung tidur.”
“Nggak apa-apa mas, lebih baik segera tidur supaya nggak keterusan sakit.”
“Kamu nggak kuliah?”
“Ini mau berangkat, nyempetin telpon mas dulu, daripada nanti kelupaan.”
"Terimakasih Arsi."
“Iya, nggak apa-apa, mas, yang penting mas sehat dan semangat. Besok Sabtu balik nggak?”
“Akan aku sempatkan balik hari Jum’at sore saja, so’alnya kemarin belum ketemu kamu.”
“Senangnya.. Bener ya mas. Kemarin hanya sempat bicara sepatah dua patah kata. Terus pulangnya aku bareng ibu, belanja-belanja sama ibu.”
“Ah ya, syukurlah, bersama Ayna juga kan?”
“Iya, kan kebetulan aku ke bandara membawa mobil bapak, jadi pulangnya bisa sekalian mengantar ibu sama Ayna. Nanti lain kali bicara lebih banyak ya mas, kemarin nggak sempat omong-omong.”
“Benar, so’alnya waktunya sudah sangat mepet.”
“Ya sudah mas, kamu hati-hati ya, aku berangkat dulu.”
“Kamu juga harus hati-hati..”
“Terimakasih mas..”
Arsi menutup ponselnya. Ada rona gembira mendengar Rio mau datang minggu ini.
“Lho, belum berangkat juga kamu nih?” sapa ibunya ketika melihat Arsi masih berdiri di teras.
“Menunggu ojol bu.. sambil menelpon mas Rio.”
“Kenapa tadi nggak bareng bapak saja?”
“Iya sih bu, habisnya bapak tampaknya buru-buru. Ya sudah bu, itu ojolnya sudah datang, Arsi berangkat dulu ya bu.”
“Hati-hati nak..”
***
Tapi pagi itu Rio juga mendapat telpon dari ibunya.
“Ya bu, ini Rio sudah ditempat kerja.”
“Oh, nggak sadar bahwa sudah siang,” kata bu Tarni.
“Ada yang penting bu?”
“Aku tadi bicara sama bu Tanti..”
“Tentang apa bu?”
“Tentang ingin menjodohkan kamu dengan Ayna.”
“Ah, ibu.. menurut Rio, Ayna tidak suka sama Rio. Bintang lebih ganteng dari Rio, dan dia seorang dokter yang sudah punya nama biarpun masih muda.”
“Tapi sebenarnya ibu ingin sekali. Seperti katamu, kalau Ayna menjadi isteri kamu, ibu akan sepenuhnya bisa memiliki Ayna.”
“Bagaimana tanggapan bu Tanti ?”
“Katanya dokter Bintang sudah melamarnya.”
“Tuh kan, ya sudah bu, lagian Rio sudah baikan sama Arsi. Dan dia juga tidak mengecewakan. Kemarin itu kami masing-masing hanya salah kira.”
“Watak seseorang itu tidak akan berubah. Arsi itu sudah jelas bahwa hatinya keras, gampang ngambeg, lalu kita harus selalu memanjakannya.. mengalah untuk dia. Ibu kurang suka.”
“Tidak bu, kami hanya salah kira. Sekarang Rio harus mulai bekerja ya bu, nanti sa’at istirahat Rio menelpon ibu.”
Rio meletakkan ponselnya. Hatinya menimbang-nimbang. Memang benar Ayna cantik, lembut, baik, tapi Rio sadar bahwa Ayna tidak pernah bersikap manis padanya. Ayna selalu dingin dihadapannya, walau tidak pernah mengatakan apa-apa. Jadi tak mungkin Ayna mau menjadi isterinya, apalagi ada Bintang yang lebih segalanya dari dirinya. Memang sih, pernah terbersit keinginan untuk bisa memiliki Ayna, tapi Rio masih punya banyak pertimbangan. Ia harus berfikir realistis.
“Aku tiba-tiba ingin berpaling, karena sikap Arsi yang menjengkelkan. Tapi ternyata kami sama-sama salah terima. Dan harus aku akui, Arsi gadis yang baik, dan juga cantik. Sesungguhnya bahwa aku mencintainya,” gumam Rio kemudian membuka-buka berkas yang sudah disodorkan di mejanya.
***
Bu Tarni dari pagi uring-uringan. Ia tidak mau ke warung, hanya duduk diam dirumahnya. Beberapa karyawan yang ingin menanyakan sesuatu harus pergi kerumah karena bu Tarni tidak berada di warung seperti biasanya.
Ia membongkar almari kecil dimana dulu Ayna menyimpan baju-bajunya, lalu dimasukkannya semua baju kedalam keresek besar yang sudah disediakannya.
“Kesal aku, biar aku bakar semua baju-baju kamu dan semua yang sudah tersentuh oleh kamu agar aku bisa melupakan kamu. Melupakan bahwa kamu pernah menjadi bagian dari keluargaku, menolongmu dari papa yang hampir membuat kamu mati. Kamu tidak pernah ada Ayna. Kamu tidak pernah ada dalam kehidupanku,” teriaknya agak keras sambil memasukkan baju-baju itu kedalam keresek. Semuanya. Bahkan tas kecil yang belum lama diberikannya ikut dimasukkannya.
Lalu bu Tarni membawa tas keresek itu kehalaman belakang, mencari kertas-kertas koran bekas yang dipergunakan untuk menyulut api, lalu dibakarnya keresek beserta isinya.
“Biar lebur menjadi abu, biar aku bisa melupakan kamu, dan melupakan keinginan aku untuk memìliki kamu,” teriaknya diantara kobaran api yang membubung.
Asap yang ditimbulkan oleh pembakaran itu tampak dari warung.
“Eeh.. lihat.. itu kebakaran apa?”
“Jangan-jangan rumah bu Tarni. Cepat lihat kesana !” teriak yang lainnya.
Seorang karyawan lari kebelakang, memasuki rumah bu Tarni, lalu melihat bu Tarni sedang membakar sesuatu di halaman belakang.
“Aduuh, ibu sedang membakar apa?”
“Barang-barang yang tidak terpakai. Sudah sana, bukan apa-apa.”
“Ya bu, kami hanya khawatir, seperti ada yang terbakar,” kata karyawan itu sambil berlalu.
“Biar saja.. habis semuanya menjadi abu..” katanya sambil membawa sebatang kayu untuk mendekatkan serpihan baju yang terserak agar semuanya bisa terbakar habis.
Angin yang tiba-tiba bertiup kencang, menebarkan serpihan baju yang sudah menghitam, dan sebagian terhambur masuk kedalam rumah.
“Angin kurangajar kamu. Membuat rumahku kotor ! Bodoh!! Apa kamu tidak tahu bahwa aku hanya sendirian dirumah ini? Aku sendiri. Bodoh kamu. Tidak punya belas kasihan!”
Bu Tarni masuk kedalam rumah, mengambil sapu dan menyapu kotoran dari pembakaran itu, namun karena ringan maka kotoran yang sudah disapu berhamburan kembali bahkan lebih masuk kedalam rumah.
“Benar-benar tidak mengenal rasa kasihan kamu, angin !!”
Bu Tarni terus menyapu sisa-sisa kain yang terbakar yang mengotori rumahnya. Karena kesal ia menyapu dangan gerakan yang sangat kasar. Sapu itu tanpa sengaja menyentuh tumpukan gelas yang ada dirak piring, lalu beberapa gelas pecah berhamburan, menambah kemarahan dihati bu Tarni.
“Ini lagi? Ini lagi? Mengapa semuanya menyiksa dan menyakiti aku?” teriaknya.
Tak ada yang mendengar teriakan itu, karena para karyawan sudah sibuk melayani pembeli.
Bu Tarni membiarkan sisa baju yang menghitam dan masih terserak dilantai, lalu dia memungut pecahan gelas yang bertebaran disekeliling meja dapur.
Karena dalam suasana marah yang tak terkendali, sebuah pecahan gelas menggores pergelangan tangannya dengan sangat dalam. Darah segera menyembur, lalu bu Tarni merasa tiba-tiba semuanya gelap, dan dia terkapar didekat meja dapur.
Seorang karyawannya sedang menuju kerumah untuk menukarkan uang kecil untuk kembalian, karena di warung kehabisan.
“Bu.. bu.. ibu dimana?”
Karyawan itu masih melihat asap mengepul dihalaman yang sudah mulai mengecil.
“Bu.. “
Lalu karyawan itu terkejut melihat bu Tarni terbaring dilantai dapur dan darah membasahi lantai itu.
“Bu.. bu... Ada apa bu, aduh.. pecahan gelas. Darahnya banyak sekali.
“Tolooong..” teriaknya, lalu diambilnya serbet yang ada dimeja, lalu dibalutkannya pada pergelangan tangan bu Tarni.
Salah seorang karyawan berlari kerumah karena mendengar teriakan temannya.
“Aduh, kenapa itu ?”
“Cepat panggil taksi, ibu harus segera dibawa kerumah sakit. Aku mau menelpon mas Rio.”
***
“Ayna.. kamu lagi ngapain ?” tanya Bintang ketika menelpon Ayna sa’at istirahat makan siang.
“Lagi makan mas.. “
“Sebenarnya aku ingin nyamperin kamu untuk makan diluar bersama. Bisakah ?”
“Wah, nanti kelamaan mas, waktu istirahat hanya satu jam, ini sudah jalan sepuluh menit, mas Bintang kesini berapa menit, nanti makan berapa menit, kembali lagi kemari berapa menit.. repot kan?”
“Ayna ? Apa didepan kamu ada kalkulator?” tanya Bintang sambil tertawa.
“Mas Bintang.. apa tuh maksudnya?”
“Itu, kan kamu lagi menghitung dari menit per menit.. kalau pakai kalkulator hasilnya lebih akurat tuh.”
Ayna tertawa.
“Aku nggak usah pakai kalkulator.. yang jelas nanti makannya bakal nggak enak karena terburu-buru.”
“Baiklah, kalau begitu nanti makan sore saja ya.”
“Makan sore?”
“Aku tahan laparku sampai setelah menjemput kamu, lalu temani aku makan. Bagaimana?”
“Itu lebih baik mas, tapi menahan lapar sampai menjelang sore, nanti lemas bagaimana?”
“Nggak apa-apa lemas, kan nantinya setelah ketemu kamu, jadi nggak lemas lagi.”
“Baiklah, aku tunggu sampai tutup toko ya mas.”
“Dan ingat, jangan sampai kamu ikut orang lain seandainya aku belum datang.”
“Iya mas... aku tunggu nanti.”
Ayna menutup telpon dan tersenyum-senyum sendiri. Teman-temannya melihat lalu meledek Ayna.
“Duuuh, yang habis telponan sama pacar.”
“Sudah, jangan meledek lagi, lanjutin makannya, sebelum ada pembeli datang, bisa-bisa nggak jadi kenyang kamu,” kata Ayna sedikit tersipu.
***
Rio terkejut ketika pegawai ibunya menelpon, dan mengatakan bahwa ibunya ada dirumah sakit.
Kebetulan banyak pekerjaan yang tak bisa ditinggalkannya.
“Bagaimana kalau aku menelpon Ayna supaya melihat keadaan ibu. Duh.. sayangnya aku nggak mencatat nomor kontak Ayna. Oh ya, bagaimana kalau Arsi saja, pasti Arsi mau melakukannya."
“Ya mas, ini sudah nggak sibuk, kok nelpon?” sambut Arsi ketika Rio menelponnya.
“Ada berita kurang menyenangkan, aku kebetulan sedang sangat sibuk, maunya pulang tapi belum bisa.”
“Berita apa tuh mas, kok aku jadi nggak enak.”
“Ibu dirumah sakit, belum lama.”
“Ya ampun, memangnya ibu sakit apa? Semalam baik-baik saja.”
“Terkena pecahan gelas, tampaknya mengiris nadi di lengannya. Untung anak-anak warung melihatnya lalu segera membawanya kerumah sakit. Kata anak-anak lukanya sudah dijahit, tapi ibu butuh transfusi karena kehilangan banyak darah.”
“Aku akan melihatnya sekarang juga mas.”
“Terimakasih Arsi, kalau bisa mampirlah kerumah, barangkali ibu membutuhkan baju ganti, soalnya kata anak-anak bajunya tadi terkena darah.”
“Baik mas, aku segera kesana..”
“Titip ibuku ya Arsi, kabari kalau ada apa-apa. Kalau bisa sore nanti aku pulang, tapi kalau pekerjaan belum kelar juga aku pulang besok pagi.”
Arsi menutup ponselnya, lalu bersiap pergi ke warung untuk mengambil baju bu Tarni, baru kerumah sakit.
***
Arsi memasuki rumah sakit yang alamatnya dan ruang inapnya sudah diberi oleh anak-anak warung. Hari sudah agak siang. Arsi terus mencari ruang inap bu Tarni sambil membawa tas berisi baju ganti bu Tarni.
Rupanya anak-anak warung sudah mendapat instruksi dari Rio bahwa bu Tarni harus diinapkan di ruang terbaik.
Perlahan Arsi memasuki ruangan itu. Dingin dari AC menyergap tubuh Arsi yang semula terasa gerah, bukan hanya karena udara yang memang panas, tapi juga karena rasa khawatir mendengar kejadian yang menimpa bu Tarni.
Arsi melihat bu Tarni tergolek di ranjang. Sebuah selang menghubungkan tubuh bu Tarni dengan kantung darah yang tergantung disampingnya.
Wajahnya pucat, dan bu Tarni tampak memejamkan mata.
Ada bercak-bercak darah dibajunya, tampak disana-sini. Perlahan Arsi mendekati, lalu memegang tangannya.
“Apa kamu Ayna?”
“Ibu..”
“Ayna .. aku benci Ayna..” bisik bu Tarni tanpa membuka matanya.
Arsi tertegun. Genggaman ditangan bu Tarni dipererat.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulilah
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... atas hadirnya AYNA 39 malam ini.
DeleteBu TARNI ... ditunggu ulahnya yg bikin getem².
Salam hangat kami dari Yogya.
Selamat malam....Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat Aamiin 💗💗💗
DeleteHey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua Reader mengenalmu.... Dengan cara : ketuk UNKNOWN,,, lalu ketuk EDIT PROFIL, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, tenang ga ada semut kok,, jadi amaaaan.... lalu ketuk SIMPAN... cukup pakai jari saja yaa, jangan pakai palu,, nnt hapenya pecah he he he he.... mudahkan...... Kalau belum bisa juga,, nnt dech aku maen ke rumahmu 🤣🤣🤣
Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗
Selamat mbk dokter juara 1
DeleteAlhamdulillah Ayna 39 sdh tayang,trimakasih b.Tien,smg ibu sehat" sll.
DeleteSalam dari Bojonegoro.
Selamat b.dokter juara 1
Deleteterima kasih mbak Tien atas hadir nya Ayna 39...sukses selalu
Deleteselamat bu dokter juara 1 ...
Deleteterima kasuh bu Tien ...
Selamat malam semuanya.. selamat malam Bunda Tien..Ayna 39 dah terbit..salam sehat n semangat Bunda Tien
DeleteSelamat jeng dokter.. akhirnyaaa juara juga.
DeleteSalam ADUHAI
Hadeeh bu Tarni,mang bikin kesel aj deh
DeleteItulah org kl pernah stres gak bakalan bener otaknya
Ada aj yg gangguin pikirannya
Jelas Ayna gak suka ma Rio,main paksa aj
Aku kari umet..... lagi ngerjain Buku Besar jeng Indah.
DeleteSelamat jeng dr. Dewiyana
Selamat malam bu Tien, sehat terus ya.... tetap berkarya... tetap menghibur.. dan tetap bikin penasaran pembaca.
Salam Aduhai.
Salam SEROJA.... Seduluran sak lawase
Ada yang perlu dokoreksi nggak Ya ??????
Sudah sy bantu koreksi kek Habi 🙏🙏🙏
DeleteAyna 39 dah tayang loh
ReplyDeleteMksh bunda Tien,sehat selalu krn dgn setia menghibur penggemar Kejora Pagi...
Alhamdulillah🤲🤲🤲
Akhirnya datang juga yg di tunngu2 ..Ayna 39...trima kasih bu tien.....salam sehat selalu...🙏🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah...39 dah terbit...
ReplyDeleteMatur nuwun b Tien salam dari Rewwin.
22:00
Ayna 39 tayang....Alhamdulillah... Teriamaksih bunda Tien... Sehat sll 😘😘🤣
DeleteMatur Suwun Bu Tien Ayna 39 SDH tayang ...Salam sehat buat ibu
ReplyDeleteSelamat dr. Deqi...juara 1
ReplyDeleteSwn mb Tien Ayna sdh tayang.. slm seroja utk mb Tien dan kita semua. Slm
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir *Ayna 39*
ReplyDeleteMatur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam SeRoJa dari Cibubur
Alhamdulillah Ayna sudah tayang.
ReplyDeleteSemiga Ibu Tien sehat selalu.
Alhamdulillah sekarang jadi anak yang kecil ikutan heboh,dia ikut an nunul in home nya... emang cuma bu Tien yang bisa bikin orang semua sibuk sama "home" di jam segini, dalam waktu bersamaan. Jempol...
ReplyDeleteTp mohon maaf, di diskualifikasi. Ada yg membantu. Masih bawh umur lg. He.. he..
DeleteSlamt beraktifits. Tetap jg prokes n Sehat. Jg pembaca lainnya.
🏵️
ReplyDeleteTerima kasih Bund Tien atas telah tayangnya cerbung Yna 39 malam ini.
Dari Boyolali kami mendoakan semoga Bund Tien se mm antiada dikariniai kesehatan dari Allah SWT, ... Aamiin YRA.
Salam aduhaiii.
🏵️
Terima kasih Bunda Tien...Ayna 39 dah hadir..semoga bunda Tien sehat dan tetap semangat...
ReplyDeleteAlhamdulillah sempat menyambut Ayna 39. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteYerina kasih mb Tien Ayna 39 sudah tanyang...sukses selslu
ReplyDelete#. Ayna
ReplyDelete#. senantiasa
Alhamdulillah AYNA 39 sudah tayang
DeleteTerimkasih bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purwotejo
Alhamdulillah
ReplyDeletemaksih bunda. slm sehat dri sukoharjo
ReplyDeleteAlhamdulillah Ayna sudah menyapa. Untunglah Rio tidak punya nomor kontak Ayna.. aman deh. Ndak ada salah paham lagi... Makasih mbak Tien... Selamat rehat. Tetap ditunggu karyanya
ReplyDeleteAlhamdulillah AYNA Eps 39 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi 😘😘😘
Tumben mb Tien blm menyapa dg salam aduhainya....
ReplyDeleteAlhamdulillah AYNA 39 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dari Bekasi
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Dasar Riri edan,,, syukurin,,, kapokmu kapan,,, edan ra uwis uwis... Syukuriiiiiin........
DeleteMtnuwun Mbak Tien...
DeleteAyna sdh hadir
Duuuh... Riri sifat aslinya muncul lg
Matur nuwun mbak tien-ku, ayna39nya telah hadir.
DeleteKalau Rio sudah baikan dengan Arsi artinya sudah tidak ada masalah lagi. Tinggal menunggu Riri sadar atas kelakuan buruknya.
Bagaimana kabar anak pemilik toko...tidak naksir ayna ...?
Kami tunggu loh undangannya, ada resepsi apa tidak dimusim pandemi ini.
Tinggal dikit lagi ganti acara mungkin...bagaimana mbak Tien benarkah Ayna hampir tuntas?
Salam sehat mbak Tien , dari sragentina selalu ADUHAI.
Alhamdulillah Ayna 39 ...Riri kumat gilanya malah benci Ayna semoga menerima Arsi yang mau menjaganya di rumah sakit dan bisa ramah dengan Arsi. Masih menunggu konflik apalagi yang akan disuguhkan Bu Tien selanjutnya. Salam serojs Bu Tien
DeleteKok salah t4 lagi ya. Mau reply sapaan bu Tien kok nyasar ke sini....
DeleteSelamat bu dokter Juara 1
ReplyDeleteSelamat bu dokter Juara 1
ReplyDeleteWah...riri kumat tuh...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSelamat Bu Dokter...Ayna 39 Bu dokter yg menang juara 1..
ReplyDeleteTerima kasih Ayna 39 menjadi pengantar tidur. Ternyata Riri alias bu Tarni sskit hati gara gara Ayna. Semoga Arsi, Rio, Ayna dan keluarga bisa menyadarkan bu Tarni spy tdk memaksakan kehendak. Salam sehat selalu dan tetsp setia berkarya..
ReplyDeleteSekarang kalau hari Minggu sering libur ya bu cerbungnya...sayah ya bu nulis tiap malam...penting jaga kesehatan ya bu.. kita-kita bisa sabar kok nunggu kelanjutan ceritanya..sehat terus ya bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih perhatiannya mas Djuniarto. Kadang pengin liburjuga.. hehee..
DeleteSalam ADUHAI
Bner bu tien. Jg kondisi.
DeletePnulis jg manusia
Punya rasa punya hati
Jgn samakn dgn pisau belati
(Seurieus)
Salm aduhai
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSelamat bu dokter juara 1
DeleteTks mbak Tien,makin seru sj nih Ayna semoga Arsi bs meluluhkan hati bu Tarni jd Ayna lancar2 dng Bintang.....
ReplyDeleteSalam sehat2 selalu mbak Tien dari Tegal.
Ayna 39 hadir Alhamdulillah
ReplyDeleteBu Tarni seperti anak kecil saja...gampang ngambek krn kemauannya tdk dituruti....
Untung Rio masih bisa berfikir jernih yg ditelp Arsi bkn Ayna. Biar nanti gak.salah paham lagi
Selamat bu dokter juara 1
ReplyDeleteAlhamdulillah🤣🤣39 hadirr..sehat smua
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien cerbungnya
ReplyDeleteSalam sehat tetap semangat
Maturnuwun bu Tien, AYNA~39 sudah hadir...🙏
ReplyDeleteTERIMA KASIH Bunda Tien untuk Ayna 39-nya.
ReplyDeleteIntermezo:
Jadi membayangkan. Kalo di Indonesia, pemain sinetron yang pantes berperan sebagai Riri siapa ya kira-kira?���� Bunda Tien. Cerita-nya semakin seru. Bikin para pembaca semakin gregetan dan penasaran nih...
Semoga Bunda tetap sehat selalu yaaaaaah...
Kalau yang jadi Ayna saya tahu....mbak Rinjani.
DeleteSalam kenal Pak Latief.
DeleteBoleh dong saya tau, siapa yg pantas memerankan Ayna kalo untuk sinetron di Indonesia, Pak Latief?
TERIMA KASIH ya, Bapak.
Lg casting ya. Mudah2an disinetronkn. Wahh...
DeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAyna 39
Nah ririiii...mknya jd org jgn serakah..ingin menguasai..jd kemakan emosi sendiri..silahkan dinikmati..
Nunggu lanjutan dgn setia...
Salam sehat dr bandung mbak Tien..🙏
Riri kumat stress nya...kasihan tingkah dan ucapannya tak terkendali...mungkin dengan kejadian ini membuatnya dekat dengan Arsi yang menurutnya kurang baik karena penilaiannya pada sosok pacar Rio tertutup oleh obsesinya untuk menguasai Ayna...Ayna kali ini mengharu biru....matutnuwun mbak Tien...salam sehat dari Situbondo
ReplyDeleteWow kereeeen 🌷🌷🌷
DeleteKetiduran nunggu Ayna,alhamdulillah bangun sdh tayang Ayna nya....trmksh bu Tien,salam sehat nan ADUHAII
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 slamet sedoyonipun....
Akhirnya yg dinanti datang juga, Mskasih Bunda untuk Ayna nya.Selamat pagi dan met istirahat.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat
Bisa2 Riri kumat lagi nih. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien.,AYNA 39 sdh hadir...
ReplyDeleteSalam sehat selalu dari kota Malang...🙏
Terimakasih bu Tien, Ayna sudah hadir lagi. Salam serina dari Magelang.
ReplyDelete#salam Seroja
ReplyDeleteMb Tien , maturnuwun . Wah Riri kumat nih . Semoga jangan mengganggu hub Ayna n Bintang . Rio , jg ibumu ya ....mb Tien memang top
ReplyDeleteMaukah sebutkan nama dan jangan unknown.. supaya bisa saling menyapa.
DeleteADUHAI.
Benar juga Bu Tarni kali tergabggu kejiwaannya.....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah pagi2 sdh dapat hidangan cerbungnya bu tien kumalasari, terima kasih semoga bu tien n kelg selalu sehat2 dan dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
ReplyDeleteSelamat pagi semuanya selamat beraktifitas semoga lancar n sukses
Assalamu'alaikum
Alhamdulillah.., terima kasih cerbungnya,.. saya suka... Semoga Mbak Tien selalu dlm keadaan sehat, lancar menulis..ide2 kreatifnya... Salam dari ngawi..
ReplyDeleteSalam sehat tetap semangat...
Matur nuwun mbk Tien...ceritanya semakin seru...sangat menarik....
ReplyDeleteBu Riri...klo kambuh pasti heboh...
Semoga mbk Tien sehat dan tetap semangat...
Selamat pagi semuanya
ReplyDeleteMbak Titik... Pinter, fotonya sdh muncul
DeleteMatur nuwun... Mbak tien... ditunggu lanjutannya rejeki,jodoh,takdir kematian para tokoh di tangan mbak tien meski bisa dipastikan jodoh Ayna Bintang, Rio Asri,dan Nanda Bulan tapi barangkali bisa di luar jalur di tangan mbak tien
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien....
ReplyDeleteSemoga selalu sehat sekluarga, demikian jg penggemar cerbung semua,ga lupa salam "aduhai"
Maturnuwun Bu Tien, saya dan para penggemar cerbung Ibu, senang dan sabar menunggu lanjutannya. Watak Riri sebenarnya, muncul kembali, semoga bisa berubah seiring dgn usianya yg bertambah tua. Salam sehat dari Pondok Gede kagem Bu Tien dan keluarga.
ReplyDelete.
Hallooowww... kersa maringi asmanipun ? Supados saged "menyapa"
DeleteSalam ADUHAI
Riri kembali kelihatan watak aslinya. Suka menyakiti baik pada orang lain maupun diri sendiri. Smoga Riri segera sadar kekeliruannya. Masalah hati tidak bisa dipaksakan. Ayna kalo dilihat juga cinta sama Bintang. Semoga Riri tidak mengacaukan semua rencana.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, Ayna 39 sudah hadir menghibur. Smoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga. Salam seroja selalu dari Semarang.
Salam ADUHAI mbak Caroline
DeleteMatur nuwun Bu Tien. Mugi2 ibu tansah pinaringan sehat walafiat. Aamiin.🤲🤲
ReplyDeleteAamiin mas Tukino.. matur nuwun.
ReplyDeleteSalam ADUHAI ya
Semakin seru...
ReplyDeleteDuuh, bu Tarni iki onok2 wae, kumat itu sakit lamanya...hehehhe...baik n geregetan aja bu Tarni,
ReplyDeleteTerima kasih bunda, salam tahes ulales dari bumi Arema Malang bunda
Hadeuh, Bu Tarni, Bu Riri ...koq pake marah-marah segala sih, jodoh Ayna udah ada yang ngatur .... hehehehe
ReplyDeleteSalam dari Bandung, semoga senantiasa sehat2 Bu Tien...😘😘
namanya juga sutar (su=kebaikan, tar= tar tar?) tar tar itu penjajah bengis kok dibilang bagus. Apalagi depannya pakai Ari (ari=umpama), harapan boleh boleh aja, ya.. beban berat yang punya nama, labil deh, mudah tersinggung, kethus, nggak tau lah; kata nujum trotoar seeh
ReplyDeleteAyo Riri kamu bisaaaaa.... (bisa kumat khan?)...hehehe
ReplyDeletePgii mba Tien sht sll y.. Iih g seneng sm bu tarni jdi kebawa kesel jg nih hati.. Hhhhh.. Slmseroja dri skbmi🥰🥰
ReplyDeletePuji Tuhan Ayna 39 tetap bikin penasaran penggandrungnya.
ReplyDeleteBu Tarni Riri, rupanya lupa dk bersyukur shg gampang emosi, kumat sakit jiwa dimasa muda... Dulu ditinggal Danang...
Semoga jiwanya cepat stabil kembali...
Matur nuwun ibu Tien, sumonggo lajengipun nderek mawon...
Puji Tuhan Ayna 39 tetap bikin penasaran penggandrungnya.
ReplyDeleteBu Tarni Riri, rupanya lupa dk bersyukur shg gampang emosi, kumat sakit jiwa dimasa muda... Dulu ditinggal Danang...
Semoga jiwanya cepat stabil kembali...
Matur nuwun ibu Tien, sumonggo lajengipun nderek mawon...