Monday, January 4, 2021

SANG PUTRI 40

SANG PUTRI  40

(Tien Kumalasari)

 

“Eh.. eh.. eh..” Danang gelagapan.

“Danang,.. aku kangen sama kamu..”

Danang menatap wanita cantik yang masih saja berusaha memeluknya. Danang mundur bebarapa langkah.

“Danang, ada apa? Setelah kamu meninggalkan aku dan memacari Sinta, aku sedih dan patah hati. Apa kamu masih bersama Sinta?”

“Jangan lagi sentuh aku,” kata Danang sengit, kemudian memburu Tanti yang sudah jauh meninggalkannya, atau malah menjauh ketika melihat adegan ‘mesra’ itu.

Tapi wanita itu mengejarnya.

“Danang, kalau kamu sudah putus dari Sinta, kembalilah sama aku.”

“Hentikan ocehan kamu Riri,  kita hanya berteman dan aku sudah punya calon isteri,” kata Danang sambil menunjuk kearah Tanti.

“Dia? Dia itu calon isteri kamu?”

Danang terus melangkah mendekati Tanti yang sudah memilih baju.

“Danang, mengapa selera kamu serendah itu?”

“Tutup mulut kamu Riri. Dan jangan lagi mendekati aku.” Hardik Danang sambil mengejar Tanti yang sudah melangkah kearah kasir.

“Biar aku," kata Danang sambil mengeluarkan dompetnya.

“Jangan, aku saja,” kata Tanti dingin sambil mengulurkan sejumlah uang.

“Tanti..”

Lalu Danang mengikuti Tanti yang sudah melangkah cepat keluar dari toko.

“Tanti, tunggu...”

“Taksiii !! teriak Tanti ketika melihat taksi melintas.

“Tantii!” teriak Danang.

Tapi Tanti sudah masuk kedalam taksi dan taksi itu berlalu.

Danang menghempaskan nafas dengan kesal. Dilihatnya Riri mendekati lagi.

“Calon isterimu marah? Aduh Nang.. mengapa kamu memilih perempuan udik seperti itu?”

“Tolong, semuanya sudah selesai untuk kita, dan mohon jangan mengganggu aku lagi.Satu lagi, jangan merendahkan calon isteri aku.” Danang menghardik, menghampiri mobilnya kemudian melarikannya untuk mengejar taksi yang membawa Tanti pergi.

***

Tapi taksi yang dikejarnya telah menghilang diantara keramaian lalu lintas sore itu.

“Pasti dia pulang,” gumam Danang yang kemudian memacu mobilnya ke arah rumah Tanti. Namun dirumah itu ia hanya bisa menemui Suprih yang keheranan melihat Danang mencari anaknya.

“Tanti, mas Danang? Dia belum pulang. Apa mas Danang tidak bertemu sa’at di kantor?”

“Ketemu bu, tapi tadi dia mendahului saya naik taksi.”

“Kalau begitu berarti belum sampai mas, mari ditunggu didalam saja,” kata Suprih mempersilahkan masuk.

“Terimakasih bu Suprih.”

Danang duduk dikursi, sementara Suprih mengambilkan minum untuk tamunya. Tapi Danang duduk dengan gelisah. Sebentar-sebentar melongok kejalan, barangkali Tanti sudah datang. Tapi sampai ia menghabiskan minuman yang disuguhkan Suprih sambil mengobrol yang sesungguhnya Danang tak begitu konsentrasi dengan obrolan tersebut, yang ditunggu belum muncul juga.

Danang kembali melongok kejalan.

“Tampaknya dia mampir-mampir mas. Kok hampir maghrib belum juga pulang,” kata Suprih ketika melihat Danang bolak-balik melongok ke jalan.

Danang mencoba menelpon, tapi ponselnya dimatikan.

“Ya sudah bu Suprih, tampaknya saya harus pulang dulu, nanti saya menelpon atau kembali lagi kemari.”

“Tidak menunggu dulu mas?”

“Nanti saja saya kemari lagi bu,” kata Danang sambil berdiri.

Ia keluar dari rumah menuju mobilnya dengan langkah gontai.

“Kemana kekasihku...” bisiknya sambil menjalankan mobilnya.

***

Ternyata Tanti berada dirumah Widi, mengeluhkan pertemuan seorang gadis cantik dengan Danang yang membuatnya panas dan cemburu. Tanti kesal karena Widi hanya tertawa.

“Kan aku sudah bilang kalau mas Danang itu dulu pacarnya banyak. Jadi mungkin dia itu bekas pacarnya .”

“Biarpun bekas pacarnya, masa begitu datang langsung main peluk begitu. Iih.. sebel aku nglihatnya.”

“Apa mas Danang juga berganti memeluknya?”

“Nggak tahu aku, begitu melihat aku langsung pergi menjauh.”

“Jadi kamu nggak jadi beli kain dan kebaya?”

“Sudah.. “

“Coba lihat, pasti bagus...”

Widi segera membuka bungkusan yang dibawa Tanti, berusaha mengalihkan perhatian Tanti atas kecemburuannya.

“Bagus Tan.. tapi kok kecil banget sih, sudah di pas belum?”

“Nggak di pas, langsung ambil..”

“Kalau kainnya sih nggak apa-apa, tapi bajunya kayaknya kekecilan deh. Sekarang cobain dulu, ayo kekamar,” ajak Widi yang langsung menarik Tanti kekamarnya,

“Iya nih.. kekecilan..”

“Tuh kan... gimana sih, beli baju harusnya di cobain dulu, kurangnya apa.”

“So’alnya aku pengin buru-buru pergi..”

“Ya ampuuun.. gara-gara ati panas nih, jadi beli baju kekecilan.”

“Kamu tuh, nggak ngrasain kalau aku lagi kesal.”

“Jangan kesal dulu. Boleh saja berpuluh perempuan mengerubuti mas Danang, asalkan mas Danang tidak mempedulikannya.”

“Siapa yang tahu hati seseorang..?”

“Hadeeew... sabar nak.. ayo kita kembali ke toko dimana kamu beli baju ini. Harus ditukar, ayo aku antar.”

“Ditukar ya?”

“Ya ditukar Tanti, beli baju nggak bisa dipakai ya harus ditukar dong, masa harus dibuang.”

“Ya sudah, terserah kamu saja.”

“Maghrib dulu yuk.. lalu aku pamit bapak.”

***

Menukarkan baju yang dibeli, Tanti masih dengan wajah kusut dan mulut bersungut. Kesalnya lagi, Widi hanya tertawa menghadapinya.

“Tanti, kamu harus sabar, bukankah sejak awal aku sudah bilang bahwa mas Danang itu bekas play boy? Dia tidak pernah serius dengan pacar-pacarnya. Aku juga kesal ketika itu, dia itu sok paling ganteng didunia, mempermainkan gadis-gadis seenaknya. Tapi sekarang dia benar-benar jatuh hati sama kamu. Lupakan masa lalunya.”

“Tidak mudah Wid, bagaimana perasaan kamu kalau kekasih kamu dipeluk oleh wanita lain?”

“Yang main peluk kan dia? Apa mas Danang juga menyambut pelukannya?”

“Nggak tahu aku.. aku sudah langsung kabur.”

“Dengar Tan, aku senang kamu cemburu, berarti kamu benar-benar jatuh cinta sama mas Danang. Tapi kamu harus ketemu mas Danang dan berbicara, jangan langsung ngambeg begitu. Dia sangat serius, bahkan sudah melamar kamu dengan membawa keluarganya, jadi kamu jangan meragukannya.”

“Apa itu ukuran orang jatuh cinta?”

“Kalau seseorang tidak serius, mana mungkin ingin menjadikannya isteri?”

“Kamu saudaranya, tentu saja kamu membelanya.”

Widi tertawa keras.

“Bukan karena itu, aku biasanya juga kesal sama dia. Tapi dia sudah bertobat. Kamu harus sabar. Coba sekarang kamu telpon dia.”

Tanti membuka ponsel yang semula dimatikan.

“Aduh, ibu menelpon aku berkali-kali. Aku mau menelpon ibu dulu.

“Tanti..” jawab Suprih ketika Tanti menelponnya.

“Ibu tadi menelpon Tanti?”

“Mas Danang menunggu dirumah sampai menjelang maghrib. Kamu dimana?”

Tanti terdiam beberapa sa’at.

“Tanti, memangnya kamu ada dimana? Ibu khawatir, habisnya mas Danang tampak gelisah waktu dirumah tadi.”

“Oh, iya bu, ibu tidak usah khawatir, Tanti bersama Widi, sedang ada di toko baju, tapi ini sudah mau pulang. Nunggu angkot bu.”

“Ya sudah kalau tidak apa-apa. Ibu khawatir karena mas Danang kok sampai tidak tahu kamu pergi kemana.”

“Ya bu, sebentar lagi sampai dirumah.”

“Apa kata ibu?” tanya Widi setelah Tanti menutup ponselnya.

“Mas Danang menunggu dirumah sampai menjelang maghrib.”

“Tuh kan, sudah, jangan marah-marah lagi. Biarkan semua perempuan mengejar dia, asalkan yang dipilihnya adalah kamu.”

Tanti tersenyum ketika keduanya menaiki angkot yang kebetulan lewat.

***

Danang memasuki rumah ketika hari sudah gelap. Bu Ismoyo duduk diteras sendirian, karena simbok sudah pulang.

“Bu, sendirian? Simbok sudah pulang?”

“Ya sudah, hari sudah gelap begini. Kamu dari main-main, apa pergi sama Tanti?”

“Tadinya pergi sama Tanti..”

“Kok pakai ‘tadinya’.. ada kelanjutannya.. pergi sama yang lain.. begitu?”

“Tidak bu, Tanti marah lalu Danang ditinggal entah kemana?”

“Lhoh..belum-belum sudah marahan? Memang Tanti itu wataknya keras? Hati-hati kamu Nang. Belum-belum sudah begitu.”

“Bukan salah Tanti bu, salah Danang. “

“Tuh kan. Kamu berbuat apa lagi yang membuat dia marah?”

“Gara-gara ketemu Riri, langsung peluk Danang trus bilang kangen. Lalu Tanti pergi, naik taksi, nggak tau kemana, Danang nungguin dirumahnya sampai maghrib belum pulang.”

‘Ya ampun.. kamu tuh ya.. ya itu.. buah yang kamu tanam di masa lalu kamu. Sekarang kamu harus menjelaskan, supaya dia tidak marah. Kamu itu kan jago merayu, masa gitu saja kok bingung.”

“Kali ini Danang mati kutu bu..”

“Astaga.. ibu heran .. kali ini benar-benar kamu jatuh cinta ya?”

“Tolongin dong bu. Bagaimana kalau dia nggak percaya sama Danang.”

“Huh, kolokan, masa sih.. masalah cinta kok ibunya disuruh ikutan turun tangan. Ogah !” kata bu Ismoyo sambil langsung masuk kedalam.

“Mandi dan ganti pakaian kamu, ibu tunggu di ruang  makan.”

***

Namun ditempat tidur Danang masih gelisah. Ia meraba ponselnya. Sedari tadi dia ragu, pasti  ponselnya masih dimatikan. Tapi ia ingin sekali mencoba lagi,  lalu dibukanya. Danang hampir bersorak, ponselnya sudah aktif.

“Bagaimana kalau begitu aku menelpon lalu dimatikan? Ah, aku harus mencobanya. Di tolak atau tidak aku harus mencobanya,” gumamnya pelan. Tapi tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Dari Widi, mau ngapain harimau galak ini?

“Hallo.. galak !”

Dari seberang Widi tertawa keras.

“Eh, ngapain kamu? Kalau mau pamer suara tertawamu yang jelek itu lebih baik tutup saja ponselnya. Hih, nggak penting amat.”

“Penting dong, aku cuma mau memberi selamat sama kamu..”

“Selamat atas apa?”

“Atas ketemunya kamu sama pacar lama..”

“Bocah kurangajar kamu. Darimana kamu tahu? Eh.. kamu sudah ketemu Tanti?”

“Dikasih tahu nggak ya...” Widi jual mahal.

“Iya, pasti ketemu. Bilang apa dia sama kamu?”

“Dia minta diputusin.”

“Apaaa?” Danang berteriak keras. Kalau pintu kamarnya tidak tertutup pasti ibunya bisa mendengar teriakannya.

“Rasain, salah siapa jadi play boy..”

“Kamu tuh ya, kalau kangmasmu ini sedih.. suka ya?”

“Oh.. ya ampuuun... sedih ya? Kaciaaaan deh..”

“Widi, dia bilang apaaaa?”

“Kan aku sudah mengatakannya tadi.”

“Diputusin?”

“Benar... “ lalu terdengar Widi tertawa lagi.

“Widi..”

“Sudah ya mas, aku cuma mau mengatakan itu.”

Lalu Widi tiba-tiba memutuskan percakapan yang membuat Danang hampir pingsan.

“Putus? Masa sih, cuma begitu saja diputusin...”

Danang meraba lagi ponselnya, lalu dicarinya nama Tanti...

Dering dari seberang terdengar bertalu-talu. Ponselnya aktif tapi rupanya Tanti tak mau mengangkatnya.

“Ya Tuhan...” Danang mengeluh sedih. Ia menengok jam diatas mejanya. Jam setengah sepuluh malam. Ingin rasanya Danang keluar dan menemui Tanti sa’at itu juga, lalu menangis meminta ma’af dihadapannya. Tapi mana pantas berkunjung kerumah orang jam setengah sepuluh malam?

Lalu Danang mencobanya lagi, dan kembali Tanti tak mengangkat ponselnya.

Rupanya Danang harus bersabar sampai keesokan harinya, barangkali di kantor, tak apa dia mengajaknya bicara di ruangannya. Masalah harus segera diselesaikan esok hari itu juga.

Danang mencoba memejamkan matanya, berharap pagi segera tiba. Tapi kata-kata ‘diputusin’ yang dikatakan Widi kembali terngiang ditelinganya.

“Bodo amat ! Pasti harimau betina itu hanya menggodaku,” gumamnya geram.

Walau begitu, malam sangat larut barulah Danang terlelap.

***

“Mengapa sarapan hanya sedikit, Tanti? Kamu sakit?” tanya Suprih yang menemani Tanti sarapan.

“Tidak apa-apa bu, sudah kenyang.”

“Dari semalam kamu tampak muram. Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa. Capek bu, Tanti beli baju itu tadinya kekecilan. Tahunya ketika mampir dirumah Widi, lalu mencobanya. Jadi Tanti dengan diantar Widi kembali lagi ke toko itu dan menukarnya dengan yang pas dengan tubuh Tanti. Capek kan?”

“Kamu beli tidak dicoba dulu?”

“Tidak bu, sepertinya cukup, ternyata tidak.”

“Kenapa tidak diantar mas Danang?”

“Enggak bu.. masa cuma beli baju harus diantar?”

“Kasihan kemarin mas Danang menunggu disini sampai lama. Lalu berkali-kali menelpon juga tidak bisa.”

“Ponsel Tanti lupa di cas bu, batery habis. Baru sesampai dirumah Widi bisa dinyalain.”

“Ya sudah, lain kali jangan sampai kecapekan.”

“Iya bu.”

Namun baru saja merapikan meja makan, Tanti mendengar suara mobil memasuki halaman. Tanti membiarkannya. Ia mencuci piring-piring kotor sebelum keluar.

“Tanti, ada mas Danang nih..”

Tanti tak menjawab, dia sudah tahu.

“Sebentar ya mas, baru selesai sarapan,  mas Danang sudah sarapan?”

“Sudah bu. Terimakasih.”

“Tantii...” Suprih kebelakang sambil meneriaki anaknya.

Tanti keluar dari dapur.

“Itu, sudah ditungguin.”

“Iya bu, Tanti sudah tahu,” jawab Tanti sambil masuk kekamarnya lalu memakasi sepatu dan baru keluar.

“Ayo berangkat sekarang, sudah selesai?”

“Sudah,” jawab Tanti singkat. Ia tak ingin ibunya mengerti bahwa dia sedang kesal sama Danang. Setelah mencium tangan ibunya, lalu diikuti Danang, Tanti keluar, dan menampakkan wajah masam ketika sudah duduk disamping kemudi.

***

“Tanti, jangan cemberut dong.. aku kan tidak salah apa-apa?” kata Danang setelah beberapa sa’at lamanya terdiam.

“Iya, bukan mas yang salah, tapi aku..” kata Tanti sengit.

“Bukan begitu. Dengar, dia itu masa lalu aku. Aku tahu, kamu sakit melihat adegan itu. Tapi aku tidak lagi memikirkan dia. Dulupun aku juga tidak pernah serius sama dia.”

“Sejauh apa hubungan mas sama dia?”

“Cuma teman dekat, jalan , makan bersama, sudah.. tak lebih.”

“Kok dia meluknya begitu amat. Hiih.. ditempat umum pula.”

“Dia memang begitu. Tapi percayalah aku tidak pernah mencintai siapapun. Baru kali ini aku jatuh cinta. Sama kamu Tanti.”

“Bohong.”

“Sungguh, apa aku harus bersumpah supaya kamu percaya? Aku tidak pernah merasa jatuh cinta seperti sekarang ini. Aku bisa mati tanpa kamu.”

“Aah.. gombal.”

“Tanti..”

“Berapa banyak teman-teman wanita mas yang mas bilang dekat?”

“Banyak sih..”

“Aduhai...”

“Karena aku banyak teman wanita, dan orang sering melihat beberapa wanita yang berbeda ketika bertemu aku, lalu mereka menjuluki aku play boy. Tidak benar itu.”

“Ehem.. banyak teman wanita.. pasti sudah pengalaman dalam rayu merayu wanita.”

“Jangan begitu ah, sudah.. tak usah dilanjutin. Kamu pegang kata-kata aku, bahwa aku hanya mencintai kamu.”

Tanti sebenarnya merasa agak lega setelah mendengar kata-kata Danang, tapi ia menahan senyumnya dalam hati. Keenakan kalau ma’af itu diberikan begitu cepat. Ia harus kelihatan ‘tidak gampangan’.

Wajahnya masih tampak cemberut ketika keduanya memasuki kantor. Tanti mengibaskan tangannya ketika Danang ingin menggandengnya.

Namun ketika tiba didepan ruang kerja Danang, sekretarisnya melapor.

“Pak, ada tamu menunggu didalam.”

“Siapa?”

“Seorang wanita bernama Riri.”

Lalu Tanti mempercepat langkahnya menuju ruang kerjanya sendiri.

***

Besok lagi ya.

 

78 comments:

  1. Replies
    1. Selalu aja ada celah buat crita jd panjng n buat pnasarn. Smoga slalu sehat. Jg para pembaca setia.

      Delete
    2. Mas Rintoo.... halah kedisikan mas Danar

      Delete
    3. Walah rebutan disik-disikan. Pantesan di WAG langsung sepiblha pada mblayu mrene, selak kepingin ngerti sapa cewek sing wis "meluk Danang"
      Matur nuwun Bu Tien.

      Delete
    4. Mas Danar sukses memburu No 1
      No 2 Jeng Iyeng
      No 3 Pak Wedeye

      Tak hadiahi tepuk tangan 👏👏👏

      Delete
    5. Terima kasih mbak Tien ... SP 40 sdh hadir.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
    6. Masa lalu biarlah masa laluuuu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

      Ibu Dewi,, saya kemarin msh di laut,,,

      Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

      Group Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
      0821 1667 7789 (admin)
      #silaturahim
      #cerbung_novel_populer
      #jumpa_fans

      Ayooooooo edit profilmu dengan cara ketuk UNKNOWN,, lalu ketuk EDIT PROFIL,, isi biodatamu ,,lalu SIMPAN,,, mudahkan......

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih bu Tien.... sehat terus dan terus sehat
      Sugeng dalu.

      Delete
  3. Replies
    1. Wah sekrg bukn pasukn intip lg. Pasukn pemburu. Ha.. ha..

      Delete
    2. Haha....seru juga....kayanya harus ada reward bagi yg pertama komen krna perlu semangat dan kesabaran untuk bs komen yg pertama....penggemar mbak Tien lucu2 ya...semoga jd hiburan dan semangat bagi mbak Tien utk trs berkarya...

      SP 40 bikin gemes...muncul tokoh baru utk mengulur waktu..salam sehat dr Situbondo

      Delete
  4. Alhamdulillah.......

    Yang ditunggu tunggu sudah hadir
    Matur nuwun sanget Ibu Tien,
    Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
    Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mtnuwun mbk Tien SP 40 nya...
      Waaah nama2 yg dikirimi salam tambah puajaaaang....

      Delete
    2. Danang oh Danang... Memetik hasil yg ditanam hahaha.. Trimakasih Bu Tien sayangkuh... Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Jeng Iyeng sama mas Danar bareng tuh waktunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Tien..waktunya bersamaan..mungmin selisih detiknya. Gakpapa hadiah sepedanya buat dipakai gantian yaa 😊

      Delete
  8. Alhamdulillah SANG PUTRI episode 40 sudah tayang. Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam Sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  9. Selamat mlm smua , ....aduh riri knp km kekantor sih . .semoga Tanti ga marah lg . Mb Tien , selalu bikin hati dag dig dug ....Tanti dabar ya . Yuli Smrg

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, yang ditunggu sudah datang matur nuwun mbak Tien dear, smoga jenengan tetep sehat selalu, Aamiiin yaa Robbal Aalamiiin

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah bisa tidur nyenyak..sudah baca SP episode 40,tambah ramai karena mantan pacar Danang datang ke kantor.. Apakah Tanti dan Danang jadi damai...mudah mudahan..aamiin. Terima kasih bu Tien..semoga sehat selalu..aamiin

    ReplyDelete
  12. Wah ada,saja wanita yg menggoda dan menjadi penghambat lanjut jeng tien
    Salam sehat

    ReplyDelete
  13. Hadeh...baru mulai tenang...
    Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah yg ditunggu dah hadir.
    Makasih b.Tien.moga b.Tien sll diberi kesehatan.

    ReplyDelete
  15. Matur suwun Bu Tien salam saking Magelang

    ReplyDelete
  16. Hallo juga mbak Yien..semoga selalu sehat..
    Trimakasih SP 40...waduuh tanti ngambeg...danaang..danaang..rasakno..
    Waah berlanjut ni perburuan riri..smpe kekantor danang..
    Semoga berakhir baik..

    Salam sehat dr bandung..🙏

    ReplyDelete
  17. Mbak Tien..mksdnya..duuh maaf salah nunul..udh ngantuk..tp syg dilewatkan SP40nya..😊

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah sdh dapat penghantar tidur, trimakasih bu tien semoga sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra

    Selamat malam semuanya

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah SP 40. Sdh tayang.. Matur nuwun bu Tien... Salam sehat kagem bu Tien dan fans

    ReplyDelete
  20. Walau terlambat hehehehe Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah SP 40 sdh tayang
    Duh nekat banget Riri mantan pacar Danang
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
    Salam hangaf dari Bekasi

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun.... Mbak tien.. Smg sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Maturnuwun eyang
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  24. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip,shg SP40 hadir tetap meninggalkan penasaran2 bagi penggemar.

    Semoga Tanti tahan uji, mempercayai bahwa yg ngejar Danang adalah mantannya dan bukan Danang yg suka.

    Konflik adalah bumbu... dan cemburu adalah cinta.

    Setia menunggu SP41. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  25. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip,shg SP40 hadir tetap meninggalkan penasaran2 bagi penggemar.

    Semoga Tanti tahan uji, mempercayai bahwa yg ngejar Danang adalah mantannya dan bukan Danang yg suka.

    Konflik adalah bumbu... dan cemburu adalah cinta.

    Setia menunggu SP41. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  26. Ambyaaar pokoke

    Salam sehat.... tetap semangat mbak Tien

    ReplyDelete
  27. Matur nuwun Bunda SP 40 nya , semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat,bahagia bersama keluarga tercinta.
    Salam dari kami buat Bunda

    ReplyDelete
  28. Smg hub Danang dan Tanti tdk ambyar...slm seroja utk mb Tien dan kita semua

    ReplyDelete
  29. Astaga..... masalah CEWEK PENGGANGGU kemarin belum selesai... eh si kutu busuk itu datang lagi makin mengeruhlan suasana yang masih kacau. Kasihan si Danang yang sudah tobat harus menuai buah perbiatan lamanya. Semoga tidak berkepanjangan. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, suwun mbak Tien SP 40 sdh tayang
    Semoga mbak Tien tetep sehat dan semangat, selalu dalam lindungan Alloh swt.
    Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  31. Bikin degdegan...sabar yaa tanti...cinta ga akan kemana😁

    ReplyDelete
  32. Yeeeeeee, cemburunya 1 seri sendiri Sang Puteri, Tanti

    ReplyDelete
  33. Terimakasih mb. Tien di SP 40 sdhuncul si Riri yg akan membuat cerita semakin ramai & menjadikan pembaca penasaran. Nanti bisa ditbah Riri-2 yg lain, sehingga dapat dijadikan contoh bagaimana menghadapi konflik dg solusinya. Tapi yg penting happy ending. Sukses mb. Tien
    Salaam Erna Gresik.

    ReplyDelete
  34. Makasih bunda sp 40
    Akankah danang terlaksana?
    Hanya bunda yg tau
    Makin seruuu!!!

    ReplyDelete
  35. Wah baru mau baikan malah ada Riri, jadi cemburu lagi....

    ReplyDelete
  36. Tenang saja Tanti, cinta Danang hanya untukmu..😉

    Terima kasih bunda Tien 🙏
    sehat selalu.
    salam dari kota Malang.

    ReplyDelete
  37. Riri.. Riri...

    Sabar Tanti ya..Danang milikmu kok.. salam sehat Bunda Tien..

    ReplyDelete
  38. Ayo Tanti semangat
    Tunjukkan keberanianmu
    Jangan sampai cintamu direbut

    ReplyDelete
  39. Manteeep... Suka banget deh. Cerita-nya masih panjaaaang.. Buah hasil masa lalu nya Danang dengan Riri, dan Riri-2 lain-nya lagi, yg bikin CerBer-nya Bunda Tien semakin menarik dibaca terus, terus dan terus...

    TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Semoga Bunda Tien senantiasa selalu dalam keadaan sehat wal 'afiat dan bahagia lahir batin. ♥️������

    ReplyDelete
  40. Waduhh bakal ada gaduh gak ya di kantor Danang??? Semoga Danang dan Tanti bisa menyelesaikan masalahnya... Salam Sehat buat Bu Tien dan Keluarga... Aamiin

    ReplyDelete
  41. Begitu banyak cobaan menghadang Danang !
    Apakah Danang bisa melewati ya deng n baik....?
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah... M
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah rahayu...

    ReplyDelete
  43. Danang hrs sabar tapi tegas thdp teman wanita yg dulu pernah merasa dekat dengan Danang. Itu ujian awal, semoga Danang bisa melewatinya dgn langkah yg bijak yg bisa dipahami Tanti... Maturnuwun Bu Tien, salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok masih ada yg *UNKNOWN* ya...
      Padahal sdh diberi psnduan oleh kakek Habi dan ibu Nani

      Delete
  44. Wah. Tokoh antagonis baru muncul niy.

    ReplyDelete
  45. Apakah Danang akan tergoda krn kedatangan dan kejaran Riri?kita tunggu kelanjutan critanya, maturnuwun ibu Tien,salam hangat sll

    ReplyDelete
  46. Pgii mba Tien sayang.. Aduuh skrg mslh danang y mba.. Smgdanangdan tanti bs bahagia tanpa gangguan mantan2 nya.. Slm seroja dan hangat dri farida sukabumi unk mba tien sekeluarga.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  47. Duh ada ada aja cobaan buat gadis lugu ya. Lanjutkeun lagi bu. Terima kasih

    ReplyDelete
  48. Riri lagi.. Riri lagi... bikin kacau aja...
    Terima kasih Mbak Tien ep 40 sangat menghibur... ditunggu lanjutannya. Salam seroja selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  49. Aduh masih panjang nih cerbungnya , maksih mbak Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  50. Aduh masih panjang nih cerbungnya , maksih mbak Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  51. Waduh.... alamat masih belum the end ini sih, 🤭🤭🤭🤭
    Riri...Riri...koq ke kantor sih.

    Sehat selalu Bu Tien, semoga cerbung2 yg lainnya segera dibukukan, jadi bisa dikoleksi semuanya..

    ReplyDelete
  52. Jam 21.00
    Sdh mulai intip ....
    Ternyata...
    Belum ada

    ReplyDelete
  53. Terima kasih Mba Tien epsd 40 sudah datang, saya tunggu epsd berikut yg pasti lebih rame lagi

    ReplyDelete
  54. Sy bantuin ngintip mbaaa..,.jam 21.23 blm nampak tanda" kmunculannya... Ya sdh sleep dlu aahhhh..... Lanjut bsok ajah he he he

    ReplyDelete
  55. Bu Iyeng kayaknya dpt bocoran dr ibu Tien
    Jd bs no 1
    He he he

    ReplyDelete
  56. Aduh masih panjang nih cerbungnya , maksih mbak Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  57. Aduh masih panjang nih cerbungnya , maksih mbak Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  58. Ternyata lebih aduhai baca dulu baru komen, daripada komen dulu terus baca.
    Kami menikmati suguhan Ibu Tien dengan cara masing. Salam A D U H A I . . . .

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...