A Y N A 07
(Tien Kumalasari)
" Ini bu, buat ganti ibu,” kata Ayna lagi. Bu Sarjono membuka sedikit pintu agar Ayna bisa mengulurkan baju ganti untuk dirinya.
“Perlu dibantu, ibu?”
“Tidak nak,” katanya sambil menutupkan kembali pintunya.
Sambil berganti pakaian itu bu Sarjono masih memikirkan perutnya yang agak membesar dan terasa keras ketika diraba.
“Aku yakin bahwa penyakitku ini tak akan bisa disembuhkan. Rasanya kalau terus berobat hanya akan membuang-buang uang. Kasihan mas Sarjono dan Ayna. Lebih baik aku diam dan merasa lebih sehat sehingga mereka tak akan memaksa aku melanjutkan pengobatan ini,” gumam bu Sarjono.
Ia keluar dari kamar mandi, dan tubuhnya terasa lemas. Rasa mual dan sesak di ulu hati terus menyiksanya. Katika Ayna masuk kekamar, dilihatnya ibunya sudah berbaring diranjang dengan mata terpejam. Rupanya tidak mudah berpura-pura sehat sementara rasa sakit begitu menyiksanya.
“Ibu makan dulu ya?”
Bu Sarjono membuka matanya.
“Nanti saja nak, perut ibu mual.”
“Minum obatnya dulu ya bu, kan kalau mual bisa diminum sebelum makan?”
“Terserah kamu saja.”
Ayna mengambilkan obat mual, lalu membantu ibuny minum obatnya. Ayna merasa khawatir melihat wajah ibunya pucat. Ada obat-obat yang harus diminum ibunya yang dia tidak tahu namanya.
“Ibu mau makan dikamar saja?” kata pak Sarjono yang sudah rapi dan siap masuk ke kantor.
“Nanti saja. Bapak sama Ayna sarapan dulu, lalu berangkatlah kerja. Nanti kalau perutku terasa enak, aku ambil sendiri makanannya.”
Sebenarnya Ayna tak tega meninggalkan ibunya. Tapi kalau dia tidak bekerja, bagaimana ia bisa membantu pengobatan ibunya? Karenanya setelah sarapan sekadarnya, Ayna menyiapkan makan untuk ibunya dikamar.
“Apa aku tidak usah masuk kerja saja hari ini?” kata pak Sarjono ketika memasuki kamar isterinya sebelum berangkat.
“”Jangan pak, bapak masuk kerja saja. Demikian juga Ayna. Ibu tidak apa-apa. Ayna sudah menyiapkan semuanya disini. Makan dan obat-obat yang harus aku minum.”
“Bagaimana rasanya badan ibu?”
“Tidak apa-apa, hanya mual, tapi Ayna sudah memberi aku minum obat mual. Nanti pasti reda, lalu aku makan.”
“Sebenarnya nggak tega meninggalkan ibu sendirian dalam keadaan sakit begini,” kata Ayna.
Bu Sarjono mencoba tersenyum. Diraihnya lengan Ayna yang berdiri disamping ranjangnya.
“Jangan khawatirkan ibumu nak. Ibu hanya tak ingin kamu sedih dan menderita. Ibu akan baik-baik saja.”
“Baiklah ibu. Tapi kalau ibu menginginkan sesuatu, ibu telpon Ayna ya,” kata Ayna sambil mencium tangan ibunya agak lama.
“Nanti sa’at istirahat makan siang bapak juga akan pulang.”
“Ya mas..”
***
Ayna sedang membantu menata barang yang baru datang ketika ponselnya berdering.
“Ayna,” sapa dari seberang.
“Dokter Bintang ?”
“Ya Ayna, bisakah kamu datang kerumah sakit?”
“Sekarang dokter ?”
“Kamu istirahat jam berapa?”
“Jam duabelas dokter.”
“Baiklah, nanti jam duabelas temui aku dirumah sakit ya.”
“Memangnya ada apa dok ?”
“Kita akan bicara tentang pengobatan untuk ibu.”
“Baiklah, saya akan minta ijin nanti.”
Ketika meletakkan ponselnya , hati Ayna berdebar-debar.
“Apa ya, yang akan dikatakan dokter Bintang nanti?” tanyanya dalam hati. Ayna lalu melangkah keruang pak Yoga.
Tapi sebelum masuk ia berpapasan dengan Deva. Aduuh, heran juga Ayna, akhir-akhir ini sering sekali Deva datang kerumah pak Yoga, dan pasti juga melongok-longok ke toko, membuatnya risih, seakan sedang diawasi.
“Ayna ?”
“Ya mbak Deva.”
“Mau ngapain kamu?”
“Saya mau keruang pak Yoga.”
“Ngapain keruang bapak?”
“Mau.. minta ijin sebentar.”
“Hmh, enak ya.. waktunya kerja pakai ijin segala,” kata Deva sengit.
“Saya ada perlu mbak, “ kata Ayna yang langsung mengetuk pintu ruang pak Yoga.
“Masuk...” suara pak Yoga dari dalam.
Tapi Deva langsung menerobos masuk mendahului Ayna.
“Deva? Tumben pakai ketuk pintu segala, biasanya kamu nyelonong saja kalau mau ketemu bapak.”
“Saya yang mengetuk pintu, bapak,” kata Ayna yang masih berdiri didepan pintu, membiarkan Deva duduk didepan pak Yoga.
“Ayna ? Ada apa ?”
Ayna menarik kursi yang ada disamping Deva, agak mundur, baru kemudian dia duduk.
“Bapak, kalau boleh nanti ketika sa’at istirahat saya mohon ijin sebentar.”
“Mau kemana Ayna ?”
“Baru saja dokter yang menangani ibu saya menelpon, saya ditunggu di rumah sakit siang ini.”
“Oh, baiklah Ayna, kalau perlu sekarang saja temuilah dokternya.”
“Tidak bapak, nanti saja jam duabelas, seperti janji saya kepada dokter itu.”
“Baiklah, tidak apa-apa. Dan saya ingatkan, katakan kalau kamu perlu bantuan.”
“Baik bapak, terimakasih banyak. Saya permisi,” kata Ayna sambil berdiri lalu keluar dari ruang pak Yoga.
Pak Yoga tampak menghela nafas.
“Kasihan anak itu,” gumam pak Yoga pelan.
“Memangnya ibunya sakit apa ?”
“Kanker..”
“Kanker? Aduh, itu penyakit yang berat.”
“Dan tampaknya sudah stadium lanjut. Itu sebabnya bapak sangat kasihan melihatnya.”
“Iya.”
“Kamu tampak tidak suka sama Ayna? Bapak beri tahu kamu ya, kekhawatiran kamu tidak beralasan. Mereka juga jarang ketemu. Bimo pulang dari kantor ketika semua karyawan sudah pulang.”
Deva hanya mengangguk. Cerita tentang ibunya Ayna membuat rasa cemburu nya sedikit luntur.
***
Jam duabelas kurang lima menit, Ayna membereskan pekerjaannya. Sebentar lagi dia bersiap pergi ke rumah sakit. Ia sudah bilang kepada teman-temannya, dan sudah minta ijin kepada pak Yoga.
“Selamat siang,” Ayna menoleh kearah datangnya suara.
“Ya bapak, ada yang bisa saya bantu?”
“Saya mencari mbak Ayna,” kata laki-laki setengah baya itu.
“Saya Ayna, ada apa bapak ?” tanya Ayna berdebar.
“Saya menjemput mbak Ayna, atas pesan dari dokter Bintang.”
Ayna terkejut.
“Dari dokter Bintang?” tanya Ayna tak percaya.
“Ya mbak, saya sopir rumah sakit yang melayani dokter Bintang. Dan sekarang mendapat tugas dari dokter Bintang untuk menjemput mbak Ayna.”
“Oh.. eh.. baiklah, sebentar..”
Lalu Ayna menelpon dokter Bintang.
“Benar Ayna, aku menyuruh sopir untuk menjemput kamu, supaya kamu bisa segera sampai dirumah sakit.”
“Oh, baiklah dokter, terimakasih banyak.”
Ayna segera mengemasi barang-barang yang akan ditinggalkannya, kemudian berpamit kepada teman-temannya.
Begitu Ayna naik keatas mobil, Deva yang kebetulan mau keluar melalui toko melihatnya.
“Siapa itu yang menjemput Ayna?” tanyanya kepada teman-teman Ayna.
“Kalau tidak salah dengar, dia sopir rumah sakit, disuruh dokter Bintang menjemput Ayna,” jawab salah seorang diantara mereka.
“Dokter Bintang?”
“Iya mbak.”
“Jadi yang menangani ibunya Ayna itu mas Bintang?” gumam Deva sambil keluar dari toko.
***
“Ternyata sudah tidak bisa dioperasi?” tanya Ayna cemas.
“Harus dilakukan kemo dulu, minimal enam kali, lalu kami akan melihatnya lagi,” kata dokter Bintang.
“Adakah harapan untuk ibu saya sembuh, dokter?”
“Harapan itu harus selalu ada Ayna, jangan pernah putus harapan. Apapun bisa terjadi, dan berharaplah agar yang terjadi adalah yang terbaik."
Ayna diam. Lagi-lagi apa yang dikatakan dokter Bintang tak sepenuhnya membuatnya lega.
“Ayna gadis yang kuat,” kata dokter Bintang menyemangati.
Ayna tak menjawab. Dan Bintang menatap sepasang mata bening yang tampak kuyu dan lelah. Ingin rasanya tangannya menggapai wajah pucat itu, dan mengusap pipinya yang basah oleh air mata.
“Ayna, katakan apabila ibu sudah siap, aku akan meminta kepada dokter yang menanganinya agar membuatkan jadualnya."
Ayna hanya mengangguk.
“Dokter, bolehkah saya tahu berapa besar biayanya? Supaya saya dan bapak bisa mempersiapkannya,” katanya lirih.
“Itu bisa difikirkan nanti, jangan mencemaskan so’al biaya.”
“Apa.. maksud dokter?”
“Aku kan sudah berjanji akan mencarikan keringanan biaya untuk ibu? Jadi kamu jangan memikirkan masalah itu lagi.”
Ayna tak menjawab. Ia tak sepenuhnya mengerti apa arti keringanan biaya itu. Barangkali dokter Bintang akan mencarikan surat tidak mampu, atau entahlah. Pikiran Ayna hanya kepada penyakit ibunya.
“Kamu akan langsung pulang atau kembali ke pekerjaan kamu?”
“Saya.. saya ingin kembali dulu ke toko, tadi saya hanya ijin sebentar.”
“Baiklah, sopir yang tadi sudah menunggu kamu.”
“Aap..apa..? Mengapa saya harus...”
“Tidak apa-apa, itu sopir pribadi aku. “
Ayna berdiri, lalu melangkah ke arah pintu. Sebelum membuka pintu ia menoleh kearah dokter Bintang dan membisikkan sebuah kata terimakasih.
“Terimakasih, dokter.”
Dokter Bintang mengangguk sambil tersenyum. Seandainya hati Ayna tidak sedang gelisah, pasti ia akan mengatakan, betapa gantengnya dokter yang baik hati ini.
***
“Tidak Ayna, aku tidak bersiap untuk itu,” kata bu Sarjono ketika Ayna mengatakan apa yang dikatakan dokter Bintang.
“Ibu, apapun yang terjadi, kita harus tetap berusaha. Semangatlah bu, ibu pasti akan sembuh dan pulih,” kata Ayna sambil memeluk ibunya yang masih terbaring lemah.
“Ya, nanti aku pikirkan,” kata bu Sarjono sambil balas memeluk anaknya.
“Ibu tadi sudah makan? Kok makanannya masih utuh begini? “ tegur Ayna ketika melihat kearah meja dimana ia menyiapkan makan dan obat-obatan untuk ibunya.
“Sudah, tadi makan sama bapak.”
“Hanya berkurang sedikit.”
“Ibu sudah kenyang.”
“Ini masih ada obat yang belum ibu minum. Apakah ibu masih mual?”
“Tidaaak, sudah.. jangan banyak bertanya dan berkata-kata pada ibu, ibu lagi segan berbicara,” kata bu Sarjono lalu membalikkan tubuhnya, memunggungi Ayna.
“Baiklah ibu, ibu istirahat saja dulu, Ayna keluar ya.”
Ayna melangkah keluar dengan sedih. Dilihatnya bapaknya sedang duduk sambil menatap langit-langit. Ayna yakin bahwa bapaknya tak berbeda dengan dirinya, sedih dan bingung.
Ayna mendekat dan duduk didepan bapaknya.
“Tadi dokter Bintang memanggil saya pak.”
“Iya, pasti hasil pemeriksaan lanjutan itu sudah diketahui.”
“Menurut dokter, ibu harus menjalani kemoterapi dulu, paling tidak enam kali.”
“Berapa biayanya nduk?”
“Dokter Bintang tidak menjawab ketika saya bertanya. Katanya dia akan mencarikan keringanan untuk pengobatan ibu.”
“Keringanan bagaimana? Aku sudah meminjam uang kantor, tapi hanya mendapat lima juta. Dan aku berkewajiban mencicilnya setiap bulan. Kira-kira cukup nggak ya ?”
“Sebenarnya pak Yoga juga menawarkan bantuan, tapi saya belum bilang apa-apa.”
“Baiklah, memang kita kan tidak punya banyak harta. Bisanya meminjam, jadi mau bagaimana lagi? Kalau perlu sepeda motor bapak akan bapak jual saja.”
Ayna merasa miris. Banyak yang harus dilakukan demi kesembuhan ibunya. Tapi ibunya tampak tak bersemangat.
“Kamu sudah bulang ibumu tentang apa yang disarankan dokter ?”
“Sudah.”
“Ibu bilang apa?”
“Ibu tampak segan bicara, katanya mau difikirkan dulu.”
“Pasti ibumu memikirkan uang untuk biayanya.”
“Bapak harusnya bilang sama ibu bahwa bapak sudah memegang uangnya.”
“Sudah.”
“Ya sudah, nanti kita bicara lagi sama ibu. Sekarang biarkan dia istirahat. Tapi bagusnya nanti sore kamu serahkan uang yang sudah bapak pegang itu kepada dokter Bintang. Katakan bapak nitip dulu, nanti kalau kurang akan dicarikan.”
“Baiklah.”
***
“Maaas, dengar, aku punya cerita bagus nih,” kata Deva sambil menarik tangan kakaknya dan diajaknya duduk didekatnya.
“Ada apa sih, hm.. aku tahu, kalau bermanis-manis begini ini pasti ada maunya. Ya kan?”
“Bukan, ih.. ini tentang Ayna.”
“Ayna ?” Nanda langsung bersemangat begitu mendengar nama Ayna disebut adiknya.
“Aku tadi kerumah bapak Yoga.”
“Kenapa sih kamu akhir akhir ini sering banget kerumah pak Yoga?”
“Sudah, nggak usah nanya yang macam-macam, mau dengar cerita tentang Ayna tidak?”
“Oke, baiklah, ada apa dengan dia?”
“Aku tadi ketemu dia ditokonya pak Yoga.”
“Lha iya, kan dia bekerja disana?”
“Siang hari ketika istirahat, dia pamit sama pak Yoga, katanya mau kerumah sakit menemui dokter yang menangani ibunya. Tahu nggak mas, tadi tuh mas Bintang menyuruh sopirnya untuk menjemput Ayna ditoko.”
“Masa?”
“Iya. Heran aku, mengapa ya mas Bintang begitu besar perhatiannya sama Ayna.”
“Iya, lebih banyak kesempatan dia untuk bertemu Ayna daripada aku nih.”
“O, jadi kalian ini sedang memperebutkan Ayna?”
“Sore ini aku mau ketemu Bintang.”
“Mau ngapain? Mau marah sama mas Bintang gara-gara penuh perhatian sama Ayna?”
“Bukan, mau .. ini.. dititipin uang sama ibu.. katanya untuk membantu Ayna.”
“Wauuww.. banyak perhatian untuk Ayna rupanya..”
“Kamu jangan sinis begitu, dia memang sedang membutuhkan bantuan. Tapi karena nggak yakin dia akan mau menerimanya, maka aku akan menyerahkannya pada Bintang.”
***
Sore itu Bintang tidak praktek, karena memang dia tidak praktek setiap hari Sabtu.
“Hei, untuk apa amplop ini?” seru Bintang ketika Nanda menyerahkan amplop berisi uang.
“Ini, aku sama ibu sama bapak ngumpulin uang untuk membantu Ayna.”
“Benarkah? Kalau begitu nanti kamu serahkan saja pada Ayna, karena dia bilang akan datang sore ini.”
“Benarkah?” kata Nanda dengan gembira.
“Benar, katanya mau bicara sesuatu.”
“Tapi lebih baik kamu saja nanti yang menyerahkan, aku tak yakin dia mau menerima kalau aku yang menyerahkan.”
Ketika dering ponsel Bintang terdengar, Ia menerimanya dengan segera. Dari Ayna.
“Ayna?” yang terdengar adalah tangis Ayna.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun ayna 7nya
ReplyDeleteAlhamdulillah Ayna dah tayang
DeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteGroup Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
0821 1667 7789 (admin)
#silaturahim
#cerbung/novel_populer
#jumpa_fans
Ayooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN... lalu ketuk.. EDIT PROFIL... isi biodatamu...lalu... SIMPAN... mudahk
Terima kasih mbak Tien ... AYNA 07 yg sudah tayang.
DeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Mtnuwun mbk Tien ,AYNA 7nya sdh hadir
DeleteSmg selalu sehat
Alhamdulillah AYNA Eps 07 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dari Tangerang.
Wah, jangan-jangan bu Sarjono sudah putus asa gak mau kemoterapi..? Terus Bintang dan Nanda pergi ke rumah Ayna.? Semoga bu Sarjono lekas sembuh dan sehat kembali. Aamiin YRA.
Alhamdulillah Ayna sudah hadir. Maturnuwun Bu Tien.
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah........
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Selamat pagi bu Tien, semalam saya juga gak bisa nungguin sampai tayangnya AYNA_07, wak-e nas 36,6 sak jane rakyo rapopo ta ? Tapi mbliyur....kekeselen yak-e. dadi baru pagi ini bisa baca Ayna, muga-2 semalam wis dikoreksi......
Delete1. Ayna mengambilkan obat mual, lalu membantu ibuny minum obatnya. Ayna merasa khawatir melihat wajah ibunya pucat.
# Ayna mengambilkan obat mual, lalu membantu ibunya minum obatnya. Ayna merasa khawatir melihat wajah ibunya pucat. #
2. “Kamu sudah bulang ibumu tentang apa yang disarankan dokter ?”
# “Kamu sudah bilang ibumu tentang apa yang disarankan dokter ?” #
Lho..... tenan ta sdah dikoreksi semalam ole bu Tien dan/atau mas Yoga saya cuman nemukan kesalahan yang nggak signifikan hanya kurang huf *a* dan satunga hurf *u* seharusnya huruf *i*
Terima kasih mbak Tien.
DeleteAlhamdulillah Ayna 7 SDH terbit . Suwun Bu Tien.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAlhamdulillah..... Udh tayang AYNA 7...teriamakasih bunda Tien.... Salam sayang dr Bekasi 😘😘😘
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh muncul
ReplyDeleteSuwun mb Tien.....salam sehat dr blora
Terimakasih bunda.. cerita sangat luar biasa menghibur kami.. semoga sehat selalu nggeh.. maaf baru bisa komen,padahal sya sudah baca dari awal cerbungnya bunda..
ReplyDeleteSemoga bunda sehat selalu..
Sya ALIF dr Tuban
Matur nuwun... Mbak tien... Sehat selalu
ReplyDeletePak Latief habis ini dapat piring ya...
ReplyDeletePiring apa Bu dokter...
DeletePiring terbang.. hehee..
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteLho kok sekarang muncul lagi, ada di urutan ke 6
DeleteTerima kasih bu Tien...
ReplyDeleteDeva tampaknya sadar...cuma Bu Sarjono masih belum mau periksa lanjutan. Padahal akan banyak bantuan loh...
ReplyDeleteMbahnya Sisri apa masih yaa...teman yang dari Madiun , Magetan, Sragen, siap membantu nganter demi Ayna.
Salam sehat mbak Tien ...sragentina punya ...
Oh iya Mbah Kliwon yg nyembuhkan mertuanya Basuki..👍👍👍
DeleteOh iya Mbah Kliwon yg nyembuhkan mertuanya Basuki..👍👍👍
DeleteAlhamdulillah AYNA 07 dah keluar.
ReplyDeleteMakasih Ibu Tien.
Alhamdulillah Ayna 7 sudah hadir kembali, trimakasih bu tien, semoga bu tien sehat selalu
ReplyDeleteTapi kenapa Ayna menangis ya??
Jadi penasaran nih
Alhamdulillah Ayna 7 sudah hadir kembali, trimakasih bu tien, semoga bu tien sehat selalu
ReplyDeleteTapi kenapa Ayna menangis ya??
Jadi penasaran nih
Alhamdulillah brlum ketiduran shg bisa baca Ayna 07. Ada apa dengan Ayna?Apakah bu Sarjono menolak untuk melanjutkan pengobatan? Ayo dokter Bintang beri pengertian pada bu Sarjono untuk mau dikhrmo demi anak dan suami. Terima kasih bu Tien..semoga tetsp sehat dan semangat berkarya
ReplyDeleteWaduh tambah parahkah sakitnya Bu Sardjono?atau....kenapa Ayna menangis?jawabnya....ada di episode selanjutnya..aduhai 😉
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah selesai baca AYNA 7 maturnuwun, sugeng dalu.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteAyna 7 sudah ada, Alhamdulillah, smoga mbak Tien tetep sehat ya, salam dari Cibubur
Alhamdulillah terima kasuh bunda Tien ..part#7 sdh tayang sbg penghantar tidur saya malam ini
ReplyDeletesmoga bunda m kel selalu sehat aamiin..
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah sugeng....
Alhamdulullah Ayna 7 sdh taya?g
ReplyDeleteTerima kasiih bu Tien... Salam sehat
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat semangat shg Ayna 07 hadir dg aduhai....
ReplyDeleteAyna menangis mungkin krn ibunya kesakitan, atau pingsan, atau pendarahan...
Semoga ada hikmahnya, membuat Ayna dan dr Bintang lebih dekat, lebih terlihat kesucian hatinya peduli menolong dan baik hati dg tulus...
Setia menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat semangat shg Ayna 07 hadir dg aduhai....
ReplyDeleteAyna menangis mungkin krn ibunya kesakitan, atau pingsan, atau pendarahan...
Semoga ada hikmahnya, membuat Ayna dan dr Bintang lebih dekat, lebih terlihat kesucian hatinya peduli menolong dan baik hati dg tulus...
Setia menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Alhamdulillah, Terima kasih Bu Tien. Salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteKok aku jadi ikut meng-haru biru yaa...?? Rasa-nya ikutan sedih, membayangkan Ibu-nya Ayna yang sudah sakit parah, ditambah dengan dilema: antara sakit-nya dan biaya.
ReplyDeleteBunda Tien berhasil membuat aku mewek nih...
TERIMA KASIH ya Bunda, CerBung-nya bener-bener menghanyutkan (meresapi - sampe ikut terbawa sedih). Hehehehe.. Semoga Bunda Tien senantiasa selalu sehat wal'afiat. ♥️😗🇦🇺
makin seru
ReplyDeleteTerimakasih mBak Tien Ayna ke tujuh sudah tayang
ReplyDeletesehat sehat selalu doaku
bagaimana Ayna tidak kalut muka ibu nya pucat badan lemas nggak mau pemeriksaan lanjut, baper deh;
butuh sandaran hati juga dalam kesendirian
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAyna7...sebelum merem baca duluu..
bener2 ikut trenyuh dgn situasi kelg ayna..antara kesembuhan n biaya..blm lg ditambah perhatian khusus dokter ganteng..
Knp ayna nelp nangis2 ya..jangan2.....
Tunggu lanjutan dgn setia...
Salam sehat selalu dr bandung..🙏
Bagaimana kondisi ibunya Ayna.? Makasi mba Tien. Sehat selalu ya
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, sdh hadir AYNA7.
ReplyDeleteSalam sehat selalu buat bunda..🙏
Alhamdulillah sudah tayang episode 7
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya
Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya
Jangan jangan bu Sarjono pingsan... Gara2 sakitnya?
ReplyDeleteAlhamdulillah Ayna 07 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selslu dan bahagia bersama keluarga
Salam hangat dari Bekasi
Pagi Bunda, sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.
ReplyDeleteBahagia selalu bersama keluarga.
Makasih untuk AYNA nya.
Matur suwun bunda Tien, semoga selalu sehat ulales, salam dari bumi Arema Malang
ReplyDeleteTAHES ULALES
DeleteAMAS AMAS KERA NGALAM
S3lamat pagi mbak Tien sayang dan teman-teman pembaca semuanya...
ReplyDeleteSaya baru baca pagi karena semalam sudah keburu tidur.
Hmmm...ada apa nih Ayna kok menangis? Ibunya tetap tidak mau dikemo, sementara keadaannya memburuk?
Yuk..dibawa ke Semarang saja..ada pijat refleksi yang mujarab untuk sembuhkan berbagai penyakit termasuk Ca ovarium.
Selamat ya p Latief wah hattrick nih juara bertahan 3 x berturut-turut. Hadiahnya sepeda..tunggu ya saya usulkan ke p Jokowi
Alhamdulillah sudah tayang Ayna 7. Terimakasih bu Tien. Semoga selalu sehat untuk bisa berkarya.
ReplyDeleteSlmt pgiii mba tienqu.. Shtsll y dan tetap semangat.. Mksicerbung lanjutan Aynanya.. Slmtseroja dri sukabumi🥰🥰
ReplyDeleteAssalamualaikum.. Met pagi
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Sehat selalu ya..
Salam sehat tuk para eyang eyang dan seluruh penggemar setia bu Tien
Mungkinkah Bu Sarjono sdh dipanggil duluan oleh Allah Swt, shg Ayna menangis....sy setya menunggu kelanjutannya. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon dan sehat wal afiat. Maturnuwun Bu Item, salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteKok masih unknown?
DeleteCoba jalankan penjelasan kakek habi
Alhamdulillah ayna lancar tayang, trimakasih bu tien, semoga bu tien sehat2 selalu dan dapat terus berkaya yg selalu di tunggu2 para fans beratnya
ReplyDeleteKenapa ayna menangis waktu telpon dr.bintang ..... ya bu tien lah yg paling tahu kenapa ..... kita tunggu saja episode berikutnya
Salam sehat semuanya dari mojokerto
Apa yg terjadi?...
ReplyDeleteKenapa Ayna menangis....?
Apakah bu Sardjono masuk rumah sakit ?
Salam sehat selalu mbak Tien
Selamat pagi Bunda.... Lagi sedih trus AYNA....
ReplyDeleteAyna.. kasihan kamu. Yang kuat ya sayang. Semangat terus utk kesembuhan ibu. Dan Deva, kenapa kamu tidak mempunyai empati sedikitpun pada orang yg sedang susah. Jauh sekali sifatmu dari ibumu yg penuh kasih.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien.. makin penasaran kelanjutannya. Smoga Mbak Tien sehat selalu. Salam seroja dari Semarang.
Waaa ikut nangiis...spti perjalanan hidupku 5 thn laku ... treatment yg hrs dilakoni...dg rasa campur aduk..
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh kulewati hingga hr ini dg keadaan yg sehat... Alhamdulillah
Sehat ya mbTien..cerita yg apiik
Always YulieslemanSendowo
Alhamdulillah bisa nyempatin nengok Ayna 7
ReplyDeleteSalam sehat sll katur mbak Tien sklg. Juga seluruh anggota WAG PCTK yg sll kompak. Barokallohu
18.23
Nyoba nglongok...
ReplyDeleteJebul....
Belum ada
He he he
Ayna menelpon dr Bintang sambil nsngis..ada apa ya... semoga bukan kabar buruk tentang ibu Ayna.
ReplyDeleteAyns 07 bar saja terbaca..sambil menunggu Ayna 8.Salam sehat dan terima kasih mbak Tien
Ditunggu
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSetia menanti Aina..
ReplyDeleteSalam sehat Bunda Tien..
Ngintip Ayna kenapq nangis ya
ReplyDeleteIkutan ngintip... ternyata blm datang Ayna. Setia menanti.
ReplyDeleteSiap
ReplyDelete