BAGAI REMBULAN 23
(Tien Kumalasari)
Teriakan Lusi membuat bingung suster perawat. Tak seorangpun tahu kapan Susan pergi. Dan tiba-tiba lenyap seperti ditelan bumi.
Satpam rumah sakit ditugaskan mencari. Tanpa hasil.
Lusi terduduk disofa diruangan itu. Badannya bagai tertindih selaksa beban. Sama sekali tak disangkanya Susan bisa kabur. Lalu Lusi bergegas keluar. Didalam mobil Anjas masih terkantuk-kantuk. Lusi membanting pintu mobil sekuat-kuatnya, membuat Anjas hampir terlempar dari jok belakang tempat dia terbaring dan pulas.
“Ada apa sih ma?”
“Tidurlah terus sepanjang hidupmu,” hardik Lusi sambil memacu mobilnya, pulang.
“Kemana kita?”
“Pulang, bodoh !! Susan kabur dari rumah sakit,”
“Kabur ? Apa maksudnya ?”
“Kabur ya kabur, artinya dia minggat !!”
“Lhoh, kok bisa?”
Lusi tak menjawab, ia merasa bahwa anak laki-lakinya benar-benar tak berguna. Ia terus memacu mobilnya pulang. Pikirnya, Susan pasti pulang kerumah.
Ia memasuki halaman rumah, tapi dilihatnya rumahnya masih terkunci.
Lusi turun, diikuti Anjas yang masih saja mengucek-ucek matanya. Ketika membuka pintu, dilihatnya kopor Susan sang semula teronggok didepan pintu sudah tak ada. Lusi memasuki kamar Susan, berharap anaknya sudah tidur dikamarnya, tapi tak ada. Lusi teringat ada tas Susan yang semula tertinggal ketika dia mengangkat tubuh Susan sa’at pingsan, dan tas itu juga tak ada. Lusi menyesal tidak menyimpan tas itu. Barangkali ada uang didalamnya, atau ATM.. atau apa.. yang membuat Susan berani minggat.
“Aneh.”
“Gimana ma?”
“Susan sudah pulang, lalu kembali kabur setelah mengambil barang-barangnya. Benar-benar anak setan !” Lusi kembali mengumpat Susan. Rasa sayang ketika melihatnya pingsan lenyap diterjang air bah kemarahan yang memuncak.
“Kemana dia?”
“Mana mama tahu, bodoh ! Bukankah kamu juga tahu bahwa mama sedang bingung?’
Ketika didengarnya suara mobil berhenti didepan rumah, Lusi setengah berlari keluar. Ia berharap Susan kembali, tapi yang muncul adalah Indra bersama Naya.Lusi terkejut, rupanya anak muda yang bersama Susan dirumah makan itu adalah anaknya Indra.
“Lusi, aku mau bertemu Susan.”
“Siapa anak muda itu?”
“Anakku. Mana Susan?”
“Kamu tidak usah berpura-pura Indra, kamu maling berteriak maling bukan?”
“Apa maksudmu?”
“Bukankah kamu menyembunyikan Susan, lalu pura-pura datang kemari untuk mencari Susan? Kamu kira aku ini orang bodoh?”
“Kamu bukan bodoh, tapi kamu dungu, pengecut dan penjahat.”
“Apa?”
“Katakan dimana Susan !”
“Aku sedang mencari Susan !! Mana yang dungu diantara kita?”
“Tak mungkin kamu mencari Susan. Dia sakit berhari-hari dirumah sakit saja kamu tak perduli. Kalaupun kamu mencari kamu pasti hanya akan menyakiti dia.”
“Orang gila! Pergilah atau aku laporkan kamu ke polisi karena telah menculik anakku.”
Indra terdiam, melihat kemarahan Lusi, yang tampaknya memang kehilangan Susan. Mungkin Susan sudah kembali, lalu kabur, atau entahlah. Tapi kabur kemana? Indra menghela nafas.
“Aku bingung karena Susan tak masuk kerja, aku pikir dia masih sakit karena baru saja keluar dari rumah sakit.”
“Pergilah, kamu membuat kepalaku bertambah pusing.”
Indra menggamit tangan Naya, mengajaknya pergi dari sana.
***
“Kemana kita?” tukang taksi bertanya kepada Susan yang sejak tadi tak mengatakan akan pergi kemana.
“Bawa saja yang jauh dari sini. Jauh..”
“Jauh kemana mbak,” tanya tukang taksi bingung.
“Jalan saja.. dan jangan berhenti kalau aku tidak menyuruh kamu berhenti.”
“Baiklah, tapi nanti ongkosnya bisa berlipat.”
“Tak apa pak, aku punya uang.”
Susan masih merasa lemas, kepalanya terasa berat dan pusing. Harus ada tempat untuk ia menumpang, dimana? Rumah Indra? Rumah Tikno, semuanya membuatnya sungkan. Lalu Susan minta berhenti disebuah hotel. Setelah membayarnya, ia meminta tolong agar sopir taksi menolong membawa kopernya kedalam.
Susan memesan sebuah kamar, tubuhnya mulai limbung, dan pasti akan terbating keras apabila seseorang tidak menangkap tubuhnya.
“Susan?”
Susan membuka matanya yang terasa berat, tapi sempat menangkap wajah itu. Wajah sok ganteng yang pernah dibencinya. Bagaimana dia bisa berada disini? Ia tak sempat bertanya karena kemudian ia benar-benar pingsan. Petugas hotel mengantarkan Liando yang membopong Susan kedalam kamar yang dipesannya. Liando membaringkan tubuh Susan diranjang. Mata itu masih terpejam. Liando bingung akan melakukan apa.
“Susan.. Susan...”
Lalu Liando memanggil dokter keluarga langganannya agar pergi ke hotel itu.
“Susan..” sesekali dipanggilnya nama itu, tapi tubuh itu masih tetap diam tak bereaksi. Liando semakin bingung, lalu ditelponnya Dayu.
“Dayu, kamu dimana?”
“Dalam perjalanan pulang dari mengantarkan makanan ibu. Katanya kamu ada meeting dihotel ? Mau pulang?”
“Tidak, kamu datanglah ke hotel.”
“Apa? Mengapa aku harus ke hotel?”
“Aku sudah selesai meeting, cepatlah kemari, Susan pingsan.”
“Kamu bersama Susan?” suara Dayu meninggi.
“Dayu.. kamu belum-belum sudah ingin mencakar aku ya? Dengar, aku baru mau pulang ketika melihat Susan memasuki hotel lalu pingsan sebelum masuk kekamarnya.”
“Bukankah dia sudah pulang kerumahnya?”
“Ayolah Dayu, jangan banyak bertanya, segera kemari, aku bingung.”
“Mengapa tidak dibawa kerumah sakit saja?”
“Aku sudah memanggil dokter, tapi aku butuh kamu Dayu.”
***
Dayu memasuki kamar hotel setelah Liando memberi petunjuk. Dilihatnya seorang dokter sedang memeriksa keadaan Susan. Liando menarik tangannya mengajaknya duduk disofa.
“Aku sudah mau pulang, tiba-tiba melihat dia mau pingsan. Aku bawa dia kekamarnya,” Liando mengulangi keterangannya, khawatir Dayu curiga.
“Mengapa dia memesan kamar hotel? Apa dia tidak pulang?”
“Entahlah, aku belum sempat bicara sama dia. Tampaknya dia lemah sekali.”
“Sudah mengabari mas Naya?”
“Belum. Aku bingung .”
Ketika LIando mau mengambil ponselnya, dokter sudah selesai memeriksa Susan.
“Bagaimana dok ?”
“Tekanan darahnya lemah sekali, saya sarankan anda membawanya kerumah sakit.”
“Oh, baiklah dokter, terimakasih.”
“Bagaimana keadaan mama?”
“Sehat dok, kapan-kapan datanglah kerumah.”
“Baik. Sekarang akan saya panggilkan ambulan agar membawa dia kerumah sakit.”
“Terimakasih banyak dok.”
***
“Ini benar-benar aneh. Susan lenyap tak berbekas, tak bisa dihubungi, sementara mama nya ketika aku datang malah menuduh aku menculiknya. Gila nggak sih.” Kata Indra kesal.
“Kalau begitu apa sebaiknya lapor polisi saja mas,” kata Seruni.
“Gimana aku mau melapor, ada mamanya yang juga kehilangan. Pastilah mamanya juga sudah melapor.
“Berkali-kali Naya mencoba menelpon tidak bisa. Naya yakin pasti ponselnya tertinggal dirumah, Naya tahu biasanya Susan menyimpan di tas yang tertinggal itu.
Ya sudah Naya, kamu tenang dulu.. jangan panik.
Ketika ponsel berdering, Naya segera mengangkatnya.
“Hallo.. Liando ?”
“Naya, kamu dimana?”
“Dirumah.. aku baru bingung mencari Susan..”
“Susan bersamaku.”
“Apa?”
“Aku dan Dayu bersamanya, sedang dalam perjalanan kerumah sakit.”
“Apa? Sakit apa lagi dia?”
“Belum jelas, aku ketemu ketika dia masuk hotel dalam keadaan limbung dan kemudian pingsan. Cepat menyusul kerumah sakit sekarang.”
“Baiklah..segera.”
“Susan sakit?” tanya Indra...
“Iya bapak, tapi belum jelas bagaimana ceritanya. Naya kesana dulu.”
“Ya sudah, hati-hati, kabari bapak kalau ada apa-apa.”
“Baik bapak..” kata Naya sambil bergegas pergi setelah mencium tangan bapak dan ibunya.
“Apa yang terjadi pada anak itu?” tanya Seruni.
“Aku juga bingung. Tapi pasti terjadi sesuatu dirumah Susan. Kita tunggu saja sampai Susan bisa mengatakan semuanya.”
“Perlukah mas mengabari Lusi ?”
“Tidak, kita harus tahu dulu permasalahannya, jangan-jangan Susan justru kabur dari ibunya.”
***
Dayu dan Aliando duduk diruang tunggu. Susan sedang dirawat. Ini disebuah rumah sakit langganan keluarga bu Diana, berbeda dengan rumah sakit dimana Lusi membawa Susan ketika pingsan.
Keduanya tak berbicara apapun, karena semua pertanyaan tak akan bisa terjawab sampai Susan bisa membuka mulutnya.
Ketika Naya datangpun, tak banyak yang bisa dikatakan Liando.
“Ada apa sebenarnya?”
“Kami juga belum tahu. Tadi aku meeting di hotel dari jam 9 sampai jam setengah duabelas, lalu ketika aku mau pulang, aku melihat Susan dengan diiringi sopir taksi yang membawakan kopornya. Aku heran melihat Susan memesan kamar, tapi sebelum melangkah kekamar yang dipesan, dia terlihat limbung. Aku sempat menangkapnya sebelum tubuhnya terbanting ke lantai. Lalu aku membawanya kekamar yang telah dipesannya. Aku memanggil dokter keluarga, dan juga memanggil Dayu untuk menemani aku.”
“Lalu..?”
“Dokter menyarankan agar Susan dibawa kerumah sakit. Tapi aku belum mendapatkan keterangan apapun tentang kejadian yang sesungguhnya.”
“Mas Naya tenang saja, mbak Susan sudah ditangani, dia akan baik-baik saja,” kata Dayu menenangkan Naya yang tampak kalut.
“Terimakasih Dayu.”
Beberapa sa’at lamanya merekapun terdiam, dan hanya bisa menunggu. Naya sesekali berdiri, dengan gelisah.
“Naya, duduklah, Susan tak apa-apa,” kata Liando.
Naya baru saja meletakkan kembali pantatnya dikursi tunggu, ketika suster yang keluar dari ruang ICU menyebut namanya.
“Adakah yang namanya Nayaka?”
Naya berdiri dan bergegas menghampiri.
“Saya Nayaka.”
“Pasien menyebut-nyebut nama bapak.”
“Baiklah,” dan Nayapun menghambur masuk kedalam. Dilihatnya Susan memejamkan mata, wajahnya pucat.
“Susan..” bisik Naya lirih.
“Naya.. aku..”
“Bagaimana perasaan kamu?”
“Aku ingin melihat wajahmu..”
“Ini aku Susan.. “
“Aku mohon, jangan sampai mama tahu bahwa aku dirawat lagi.”
“Dirawat lagi? Setelah peristiwa didepan rumah makan itu?”
“Tidak.. aku .. dikeram didalam kamar selama dua hari, lemas tidak diberi makan..”
“Ya Tuhan, mama kamu melakukannya?”
“Aku pingsan lalu mama membawaku kerumah sakit. Tapi ketika mama pulang dan aku sadar, aku melarikan diri. Aku bisa mengambil kopor dan tas yang tertinggal, lalu pergi tanpa tujuan,” kata Susan tersendat.
“Mengapa tidak kerumahku? Bapak sama ibu pasti akan menerima kamu.”
“Aku menuju ke sebuah hotel, pingsan disana, dan untungnya bertemu Liando.”
“Susan, alangkah sengsaranya hidup kamu.”
“Aku tak punya siapa-siapa, ketika mama yang melahirkan aku begitu tega menyiksa aku.”
“Kamu punya aku Susan, aku cinta kamu,” bisik Naya ditelinga Susan.
Susan mengangkat tangannya, memegangi kepala Naya.
“Kamu istirahatlah dulu, dan harus segera sehat. “
“Terimakasih Naya. Tolong, ada uang di tas aku, ada ATM yang entah ada berapa isinya, tolong bayarkan ke hotel itu.”
“Sudah, itu nanti aku yang urus, sekarang kamu tidur. Perawat akan segera membawamu ke ruang inap.”
***
Liando dan Dayu heran mendengar penuturan Naya tentang Susan.
“Mengapa Susan dikeram oleh ibunya?”
“Masa memperlakukan manusia seperti hewan peliharaan saja?”
“Apa lagi dia anak kandungnya. Kok tega-teganya.”
Liando dan Dayu mengomentari berganti-ganti.
“Tapi apa ya sebabnya Susan dikeram? Tidak boleh bekerja, apa begitu?” tanya Liando.
“Sepertinya Susan bermaksud pergi dari rumah, karena aku melihat kopor yang sudah disiapkan didepan pintu,” kata Naya yang sudah memasuki rumah itu sebelum dikunci.
“Ooh.. ya, Susan ingin pergi dari rumah, tapi kemudian mamanya menghalangi.”
“Untunglah mas Naya sudah kerumah itu sebelumnya, jadi bisa mengira-ira kejadiannya.”
“Aku kesana karena Susan tidak masuk kerja. Bapak mau menelpon, takut dikira minta segera masuk kerja. Jadi akulah yang menelpon berkali-kali tanpa hasil. Sampai dua hari aku masih mengira dia masih sakit dan belum siap bekerja. Tapi aku merasakan sesuatu yang tak enak. Entah mengapa sore setelah pulang membantu bapak di kantor, aku nekat kerumahnya. Aku melihat rumah itu kosong, lalu ada kopor tergeletak didepan pintu, dan sebuah kamar yang terbuka tapi kosong. Aku tak menemukan siapapun ketika itu. Oh ya, ada tas tangan Susan tergeletak dikamar itu. Sa’at itu aku mengira Susan diculik. Aku mengajak bapak kerumah itu lagi tapi rumahnya sudah terkunci. Entah apa yang terjadi.”
“Susan pasti tak akan mau pulang kerumahnya.”
“Biar dirumah aku saja,” kata Dayu.
“Atau dirumah aku,” kata Naya.
“Bagus, banyak sahabat yang bersedia membantu, jadi kita tak perlu menghawatirkannya. Sekarang tinggal menunggu Susan sembuh, dan kita serahkan saja pada dia, dia mau tinggal dimana,” kata Liando.
***
“Seruni, aku berangkat kekantor ya,” Indra berpamit kepada isterinya.
“Naya tidak perlu ikutkah ?”
“Naya sedang sibuk mengurus Susan, biarkan saja.”
“Tapi keadaannya semakin membaik kan?”
“Katanya sudah lebih tenang, walau masih tampak lemas.”
“Kasihan anak itu, untunglah Dayu mau menemani. Katanya nanti malam Yayi juga mau ikut menemani di rumah sakit.”
“Ya sayang, biar dia merasa punya banyak orang yang mengasihinya. Semula kan dia merasa sendirian. Semoga dia sudah nyaman dan cepat pulih.”
“Aamiin, semoga hanya satu Lusi saja ibu yang tega kepada anaknya, dan semoga dia segera sadar.”
“Ya sudah, aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa Naya suruh mengabari bapak ya.”
Tapi baru selangkah Indra turun dari teras, dilihatnya sebuah mobil polisi berhenti didepan pagar. Indra dan Seruni terkejut, polisi itu melangkah mendekati mereka.
“Selamat pagi,” sapa salah seorang polisi dari dua orang yang mendekat.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” kata Indra.
“Benarkah ini rumah bapak Indra?”
“Sayalah Indra.”
“Ma’af pak, saya membawa surat penangkapan untuk bapak.”
Indra dan Seruni terkejut.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah..trmksh mbak Tien...pas longok pas nongol BR 23 nya...salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien.
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman sehat dan sukses selalu.
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya,
Sastra, Wo Joyo,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Ema,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Matur nuwun Mbak Tien. Lanjut....
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman sehat dan sukses selalu.
Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 23 sudah hadir.
DeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang, juga untuk sahabat-sahabat Kojora Pagi
Alhamdulillah....
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
This comment has been removed by the author.
DeleteSugeng dalu setor koreksi, sbb :
Delete1. “Kabur ? Apa _msksudnya ?”_
# *_maksudnya ?_*
2. “Orang gila! Pergilah atau aku laporkan kamu ke _;polisi_ karena telah menculik anakku.”
# *_polisi_*
3. “Berkali-kali Naya _mncoba_ menelpon tidak bisa. Naya yakin pasti ponselnya tertinggal _dirumaha,_ Naya tahu biasanya Susan menyimpan di tas yang tertinggal itu.
# *_mencoba_*
# *_dirumah_*
4. Cepat menyusul _kwrumah sakit sekarang.”_
# *_kerumah sakit sekarang"_*
5. _Indra dan Dayu_ heran mendengar penuturan Naya tentang Susan.
# *_Liando dan Dayu_*
6. Tapi aku merasakan sesuatu yang _tak enak.,_ Entah mengapa sore setelah ......
# *_tak enak._*
hadeuuh Lusi bener2
ReplyDeleteWaduh Lusi bener dech... Bukannya sadar malah makin menjadi gemes banget...
ReplyDeleteHehe
Bu Tien memang top.. Bisa membawa lembaca larut dalam cerita.. Trm kasih bu.. Selalu Sehat dan terus berkarya
Alhamdulillah..dah tayang awal..
ReplyDelete.
Salam sehat bu tien.
.
Malang
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Bagaimana ini...pak Indra maunya menolong,kok malah ditangkap
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien,ditunggu kelanjutannya,sukses sll,salam sehat
Matur nuwun... Mbak tien... semakin emosi membacanya... Smg mbak tien sehat selalu jasmani rohani ekonomi semakin berimajinasi mengolah ceritac
ReplyDeleteAlhamdulillah ...MTR Nwn mbak Tien.. salam sehat bahagia selalu.. 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah ...MTR Nwn mbak Tien.. salam sehat bahagia selalu.. 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah BR~23 tetap hadir walau hari Minggu... maturnuwun Bu Tien, semoga tetap sehat semangat dan terus berkarya.. Aamiin..
ReplyDeleteIhhh jadi pingin njitaak si Lusi...😬 terimakasih Bu Tien, salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteAlhamdulillah BR23 sdh hadir, suwun mbak Tien...
ReplyDeleteSalam sehat sll dr Bekasi
Alhamdulillah Bagai Rembulan sudah tayang...
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien...
Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia selalu aamiin
Salam sehat dan hangat dari Purworejo
Alhamdulillah eps 23 sdh ada... Bikin gregett. Mks bu Tien di tunggu lanjutannya
ReplyDeleteAlhamdulillah Bagai Rembulan 23 sdh tayang
ReplyDeleteDuuh Lusi, bikin kesel aja...
Semakin seru dan bikin gregetan ceritanya
Terima kasih Mbsk Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
Salam hangat dari Bekasi
Trims bu tien. Itu surat penangkapn laporan penculikan ya. Nanti lusi masuk penjr karna laporan palsu. Mudah2an mengikuti jejak sardiman, tobat. Ato menemani sardimn mengisi hari tuanya dgn kebaikn. Bu tien yg bikin skenarionya... ya bu tien
ReplyDeleteMakin seru nih, tks bu Tien, semoga ibu selalu sehat...🙏 salam dari Yogya...💖🙏
ReplyDeleteMtnuwun Mbk Tien....
ReplyDeleteLusiiiii........Lusi...
Salam sehat mb
Aihhhh...aya aya wae....
ReplyDeleteHalow mbak Tien smg sehat selalu..ada ya mbak org spt lusi smg kejadian susan bisa membuat lusi sadar dan tobat..salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteSelamat malam semuanya,, terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteLusi...lusi...benar2 gila..
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat selalu.
Hadeeehhhh... Lusi semakin gila... mosok Pak Indra dilaporkan sebagai penculik Susan.. pantasnya dia dimasukkan ke RSJ aja. Orang stress gila pula.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien... gak sabar lho menunggu bsk utk baca lanjutannya. Salam seroja dari Semarang.
Met malam Bunda, semoga selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya kami selalu setia menunggu karyamu....
ReplyDeleteJangan takut pak Indra...disamping anda punya pengacara handall... Pasti akan dibela para pembaca 🤭🤭..(sekedar meluapkan emosiku 😂)...... Mantap mbak Tien..👍
ReplyDeleteSelamat malam mvak Tien..
ReplyDeleteTrimakasih BR 22&23
Duuuuh...semoga lusiiii yg dipenjara..jahatnya udh kebangeteeen...pengen ngruwes mulutnya itu...hhhh..😈
Salam sehat dari bandung..
Alhamdulillah..salam sehat dari Kediri Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang lagi. Salam seroja bu Tien. Magelang hadir.
ReplyDeleteWaaawww makin seruuu ditunggu kelanjutannya buuu
ReplyDeleteWaah seruu...
ReplyDeleteTrima kasih bu.. Salam sehat tuk ibu dan. Keluarga.
Bu Lusi sudah tdk terkontrol emosinya
ReplyDelete... Apakah gangguan jiwa....
Semoga arah cerita menelusuri kejiwaan bu Lusi...
Salam sehat selalu mbak Tien
Matur nuwun Bu Tien mugi ibu sehat dll njih.saking Kulo hartiwi DS jkrt.ditenggo episode selanjutnya.
ReplyDeleteAlhamdulillah mtur nuwun Bun..
ReplyDeleteSalam sehat slalu...
Waduh...tegaangg...masak pakIndra mo ditahan...
ReplyDeleteLanjuuttt mb Tien ...episode menegangkan selanjutnya
Salam sehat mb Tien...terus berkarya
Yulie Sleman
Waduh butuh saksi yang banyak nih untuk menguatkan alibi p Indra..dasar Lusi stress..tetap sehat dan semangat ya Bu Tien selalu ditunggu episode selanjutnya
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien
ReplyDeleteSalam sehat
Maturnuwun mbak Tien. Ceritanya makin seru. Saya membongkar di google cerbung2 mbak Tien sebelum Buah Hati. Salut..saya suka semua. Kecuali satu yang bikin saya kurang sreg, yaitu kisahnya Adhitama yang akhirnya berpoligami dengan Anggi dan Mirna, yaitu cerbung Dalam Bening Matamu. Padahal jalinan kisahnya sangat menarik.
ReplyDeleteSaya ingin mengkoleksi novel yang sudah terbit. Di manakah memesannya? Terimakasih mbakyu
Iyeng Sri Setiawati di Semarang
Pesan ke saya baru ada 3 buku. Japri saya ya..
DeleteJaprinya di mana? Tolong WA saya di nomor 08179226969. Maturnuwun
DeleteNumpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny