Monday, June 22, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 28

LESTARI PUNYA MIMPI  28

(Tiem Kumalasari)

 

"Tari... apa yang kamu lakukan disini ?"

"Mas jadi mau berangkat ?" tanya Tari tanpa menjawab pertanyaan suaminya.

Desy terpaku ditempatnya, wajahnya semakin pucat, hatinya berdebar mengira Tari akan marah padanya dan menghalanginya untuk bergi bersama suaminya. 

"Ibu..." sapanya gemetar. 

"Tari, mengapa wajahmu pucat? Kamu ketakutan? "

"Saya mohon ma'af.. saya..." kata Desy terbata-bata.

"Tari, apa maksudmu? Mengapa kamu datang sendiri? Mana Haris ?"

"Apakah mas kira aku ini seorang ibu yang begitu saja bisa meninggalkan anaknya? Aku datang untuk membantu kamu. Kamu tidak bisa pergi sendiri mas, ada hal yang bisa terjadi diluar perkiraan kita, dan itu menyangkut rumah tangga kita. Aku tak bisa membiarkannya."

"Maksud kamu, kamu mau ikut bersama kami?"

"Tentu saja, kalau tidak mengapa aku susah-susah datang kemari?"

"Tapi dimana anakku?"

"Dia ditempat yang aman, ayo pergi, jangan kelamaan, aku harus segera pulang."

"Ibu... saya.."

"Aku akan bicara sambil berjalan. Tenang saja, aku juga akan membantu kamu," kata Tari sambil menarik tangan Desy dan Janto, yang masih penuh tanda tanya dengan kedatangan Tari, terutama Janto yang menghawatirkan anaknya.

"Perawat yang kamu pesan itu sudah datang, tampaknya aku suka. Aku titipkan Haris sebentar bersamanya," kata Tari sambil berjalan,

"Oh, isteriku memang luar biasa.Terimakasih karena selalu menguatkan aku," kata Janto sambil memeluk pinggang Tari. Beberapa karyawan tersenyum melihat t bos brewok mereka merangkul isterinya dengan mesra.

Desy hanya diam, masih berdebar membayangkan apa yang akan terjadi nanti.Tapi dia bersyukur bu Janto tidak marah. 

Ketika dia akan mengambil motornya, Tari memegang lengannya.

"Bagaimana mungkin kamu datang bersama 'calon suami' tapi naik kendaraan sendiri-sendiri? 

"Tt..tapi..."

"Tinggalkan motor kamu disini, dan naik mobil bersama kami."

 

***

 

 Ketika mobil Janto berhenti didepan pagar halaman kost itu, dilihatnya tiga orang laki-laki berdiri didepan kamar kost Desy.

Yang satu seorang laki-laki bertubuh agak tinggi, memakai peci, berumur enampuluhan tahun, satunya lagi laki-lagi bertubuh sedang, berkumis tipis berwajah gelap, tak tampak ramah, satunya lagi laki-laki bertubuh tambun,tampak tidak lagi muda,  juga berkumis  bermata sipit. Ketika Janto dan isterinya serta Desy turun, laki-laki tambun itu menatap Desy lekat-lekat dengan pandangan penuh gairah, seakan ingin menelannya bulat-bulat.

Desy mendekat, menyalami laki-laki tinggi itu dan mencium tangannya.

"Ini pakde, katanya sambil menoleh kearah Janto."

Janto juga menyalami, bahkan menyalami ketiga-tiganya, sementara Tari hanya merangkapkan kedua tangannya.

Desy mengajaknya duduk diruang tamu tempat kost itu.

"Pakde, " kata Desy membuka percakapan setelah mereka semua duduk.

"Apakah dia laki-laki brewok itu calon suami kamu?"

Desy mengangguk pelan. Wajahnya selalu menunduk, karena laki-laki tambun itu tak pernah mengalihkan pandangan kearahnya. 

Janto dan Tari yakin bahwa dialah laki-laki bandut yang ingin beristeri ketiga kalinya.

"Apa benar itu nak,.. mm.. saya belum tau namanya," kata pakdenya Desy.

"Saya Harjanto."

"O, nak Harjanto... benar anda suka sama keponakan saya yang cantik ini dan ingin mengambilnya sebagai isteri?"

"Ya," jawab Janto singkat.

Lalu pakdenya Desy menatap laki-laki tambun itu, yang masih memandangi Desy yang duduk menunduk.

"Pak Kasno, jadi saya mohon ma'af karena ternyata Desy sudah punya calon suami."

"Benarkah anda calon suami Desy?" tanya si tambun yang dipanggil Kasno sambil menatap Janto.

"Benar."

"Lalu yang cantik disamping anda ini siapa?"

"Saya adiknya," jawab Tari sebelum Janto mengatakannya.

"Hm, cantik... sudah punya pacar ?" pertanyaan yang tidak sopan ini membuat wajah Tari menjadi gelap.

"Benar-benar laki-laki urangajar !! " batin Tari sambil memandang kearah lain.

"Saya terima alasan Desy menolak saya, tapi bolehkan saya berkenalan lebih dekat dengan dia?" katanya sambil menunjuk kearah Tari.

Harjanto menatap si tambun dengan wajah garang. Ingin rasanya dia menampar mulut lancang yang tidak tau sopan santun ini. 

"Desy, karena aku dan mas Janto sudah datang kemari dan menunjukkan kepada pakde kamu tentang hubungan kamu dan mas Janto, maka ijinkan kami pulang, karena aku meninggalkan bayiku."

"Haa.. rupanya sudah punya bayi? Pantas tubuhnya padat berisi."

Janto sudah mengepalkan tangan ingin menghajar mulut si bandot, tapi Tari menahannya.

"Bolehkah kami pulang?"

"Sebenetar nak, kalau memang benar nak Janto ingin mengambil keponakan saya sebagai isteri, saya akan menunggu nak Janto dirumah untuk membicarakannya, karena banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi menantu keluarga kami."

Janto menatap pakdenya Desy dengan masgul. Ini pasti hubungannya dengan uang. Desy sudah mengatakan kalau pakdenya mata duitan.

"Kami akan memikirkannya nanti bersama keluarga, karena soal mengambil isteri tidak bisa dibicarakan diantara kita saja." kata Tari menimpali.

"Baiklah, kapan kira-kira nak Janto bisa datang?"

"Saya belum bisa memastikannya."

"Pakde, saya sudah bicara dengan mas Janto, yang jelas saya sudah punya calon dan pakde tidak usah mencarikan saya calon suami.

"Bagaimana dengan uang yang sudah saya serahkan kepada pakde kamu ini?" kata si tambun lagi.

Tuh kan, pakdenya sudah mendapat bayaran.

"Pakde, pakde jual saja rumah bagian saya dari peninggalan simbah, untuk membayar uang yang sudah diserahkan sama pakde," kata Desy kesal.

"Desy, katanya kita mau bicara lagi, sebaiknya kamu ikut aku sekarang," kata Tari sambil mengedipkan sebelah matanya.

Desy segera mengerti, bahwa pembicaraan tidak usah terlalu lama. 

"Pakde, saya minta ma'af, karena kami ditunggu oleh keluarganya mas Janto."

"Kalau begitu aku ikut saja bersama kamu Desy, supaya semuanya segera selesai."

"Jangan pakde, tidak usah, nggak enak kalau pakde ikut serta. Biar saya saja."

"Kalau begitu buatlah surat pernyataan dulu."

"Pernyataan apa pakde?"

"Bahwa kamu menyerahkan rumah peninggalan nenek kamu."

"Baiklah, saya akan buat sekarang."

Janto serta merta mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas kerjanya, diberikannya kepada Desy.

"Buatlah segera, ini ballpoint nya.." kata Janto.

Desy membuat secara singkat bahwa rumah peninggalan neneknya akan diserahkan kepada pakdenya. Dia menandatangani surat itu. Janto juga memiliki materai yang dibubuhkan di surat itu.

"Ini pakde, saya kira semuanya sudah selesai."

Pakdenya Desy menerima surat itu, dan membacanya dengan rasa puas. Baginya yang penting adalah uang, dan bagi Desy, yang penting adalah terlepas dari belenggu pakdenya yang mata duitan.

"Ketika mereka berpisah, pakdenya masih berpesan.

"Nanti kalau sudah siap, saya tunggu nak Janto dirumah saya."

Janto tak menjawab. Ia menarik isterinya dan Desy agar segera pergi menjauhi orang-orang yang tak tau tatakrama itu.

***

Tari meminta Desy kerumahnya lebih dulu, untuk menghindari pakdenya dan juga kawan-kawannya berbicara lebih banyak.

Janto langsung kebelakang, mandi dan berganti pakaian bersih. Ia ingin segera menggendong Haris yang waktu itu sudah dimandikan Mamiek dan tengkurap di boxnya.

Janto berbincang sejenak dengan Mamiek, kemudian menggendong Haris kedepan.

Tari masih berbicara dengan Desy.

"Kamu tidak menyesal memberikan warisan simbah kamu kepada pakde kamu itu?"

"Tidak bu, saya lebih baik terlepas dari pakde. Dulu ketika simbah masih hidup, pakde juga selalu merongrong simbah untuk  meminta uang tak henti-hentinya. Perhiasan simbah sudah habis, tinggal kalung dan cincin yang saya pakai ini."

"Kamu benar, lebih baik tidak usah berhubungan lagi dengan pakdemu, biarpun masih saudara tapi kamu akan terus menerus disengsarakannya."

"Iya bu."

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"Saya akan mengganti nomor kontak saya dan berpindah tempat kost."

"Bagus, lebih baik kamu menghindari pakdemu, dan menjalani hidup kamu sendiri."

"Ya bu, sekarang saya sebatang kara, benar-benar tidak punya siapa-siapa."

"Anggap saja aku sebagai keluarga kamu. Semoga kamu segera mendapatkan jodoh yang baik dan bisa melindungi kamu."

"Aamin, terimakasih ibu."

"Malam ini tidurlah saja disini. Dibelakang ada kamarnya Mamiek, barangkali bisa untuk kamu berdua, aku akan bilang sama dia, dia perawat Haris, baru sehari disini."

 

***

 

Malam itu Desy tidur dirumah Janto, sekamar dengan Mamiek yang memang kamarnya agak luas,  Seranjang berdua tidak masalah karena Mamiek memang seorang yang ramah.

"Ma'af ya, saya mengganggu."

"Tidak apa-apa mbak, saya senang malah, ada temannya.. lagi pula ranjangnya juga cukup besar.."

"Disini baru sehari ini ya mbak?"

"Iya, tapi tampaknya saya betah, bu Janto sangat baik."

"Benar mbak."

"Ya sudah tidur saja, ini nsudah malam."

 

***

 

Tapi pagi setelah shalat subuh Desy pamitan.

Dilihatnya  Mamiek sudah berada didapur, membantu Tari menjerang air dan membuat minuman. Tari melarang tapi Mamiek nekat. Ia belum bisa memandikan Haris karena Haris belum bangun.

"mBak, saya pamit dulu ya," Desy berpamit ke dapur.

"Tidak minum dulu, ini mau saya buatkan lho mbak," kata Mamiek.

"Terimakasih mbak, nanti ditempat kost saja, saya harus bersiap-siap masuk kerja."

Desy melangkah kedepan, diikuti Tari.

"Tidak sekalian kekantor saja bareng pak Janto?" tanya Tari.

"Tidak bu, saya kan tidak membawa ganti. Nanti setelah mandi dan ganti baju saya berangkat kekantor sendiri saja."

"Baiklah, tapi kamu harus segera mencari tempat kost yang baru, dan jangan lupa nomor kontak kamu sebaiknya diganti segera."

"Iya bu, hari ini juga saya ganti, dan juga segera mencari tempat kost yang baru."

Desy pulang menembus pagi yang masih remang, diiringi rasa iba dihati Tari.

"Dulu aku pernah mencurigainya, dan sikapku itu hampir membuat rusak rumah tanga yang aku bangun penuh mimpi, ternyata dia  adalah gadis yang pantas dikasihani."gumam Tari penuh iba.

Tari masuk kekamar, membangunkan suaminya untuk sholat. 

"Jam berapa ini ?" tanya Janto sambil menggeliat.

"Jam lima kurang, baru saja Desy pulang."

"Pulang?"

"Dia harus ganti .baju juga, kan kemarin langsung dia kita bawa kemari."

"Oh, ya sudah. Hei... Haris sudah bangun juga.." kata Janto ketika melihat Haris mengangkat-ngangkat kedua kakinya dan mengoceh menggemaskan."

"Selamat pagi, anak bapak yang ganteng."

"Mas mandi dan sholat dulu, Haris biar bersama mbak Mamiek. Aku akan menyiapkan sarapan."

"Siap, tuan puteri," kata Janto sambil memeluk pinggang isterinya.

"Maaas, mandi sana.. lalu shalat," kata Tari sambil mengangkat Haris.

"mBak Mamiek, si ganteng sudah bangun.." teriak Tari, lalu Mamiek setengah berlari menghampiri.

"Adduuh.. mas ganteng sudah bangun, mandi dulu ya sama mbak.."

Tari senang, Haris juga tidak rewel dengan pengasuh barunya.

Ia segera kedapur, menyiapkan sarapan pagi.

***

Selesai memasak, Haris sudah bersih dan wangi. Sementara Haris menyusu ibunya, Mamiek membersihkan tempat tidur Haris dan mengambil semua pakaian kotor.

"mBak, yang dicuci pakaian Harus saja, lainnya biar aku."

"Nggak apa-apa bu, sekalian."

"Tapi nyucinya jangan bareng ya mbak."

"Tidak bu, yang pakaian mas Haris saya cuci pakai tangan. Lainnya saya masukkan ke mesin cuci. Saya selalu menyendirikan pakaian bayi, tidak tercampur pakaian orang dewasa."

"Bagus mbak, terimakasih sudah mengerti."

"Hm.. Haris sudah lebih dulu sarapan ya," sapa Janto yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

"Habisnya... kelamaan nunggu bapak... ya le?"

"Masak apa isteriku hari ini ?"

"Sayur bening sama goreng ayam, sudah siap tuh mas..."

"Baiklah, hm... bau ayam gorengnya menusuk hidung. "

"Tapi sayurnya juga harus dimakan, nggak boleh cuma ayam saja."

"Iya ibu, galak benar isteriku kalau so'al makan," kata Janto sambil membalikkan piring.

"Ambil sendiri ya mas, Haris masih belum kenyang nih.."

"Iya, nggak apa-apa. Minum yang banyak ya nak, biar cepat besar, setelah itu nanti bapak buatkan adik biar ada teman main kamu ya." kata Janto sambil melirik isterinya.

Tari mencibirkan bibirnya.

"Sadar ya, kalau mencibir begitu jadi tambah cantik.." gumam Janto sambil mencomot paha goreng.

"Iya lah... aku.. gitu lhoh."

Janto mengunyah makanannya dengan tersenyum nakal..

"Inilah hidup yang aku impikan, penuh wangi, bagai menari disebuah taman bunga, Ahaaa.. kan seperti film India" kata hati Tari sambil mengelus kepala anaknya. Tapi kemdian terkekeh sendiri, mambayangkan dirinya berkejaran ditaman bunga bersama suaminya, mendendangkan kidung-kidung penuh gelora cinta.

"Heeiii... mengapa tertawa? Ada yang lucu ?" tegur Janto.

"Iya, ada sebutir nasi belum sempat masuk kemulut," kata Tari berbohong.

Janto meraba sekitar bibirnya.

"Nggak ada tuh.."

"Sudah terjatuh, kata Tari sambil berdiri dan melangkah kekamar untuk menidurkan Haris.

 

***

 

 Tapi sesampai di kantor, Janto tak menemukan Desy dimejanya. Padahal biasanya Desy pasti datang lebih awal.

Janto menunggu, setengah jam.. sejam.. bahkan sampai jam sepuluh Desy belum tampak batang hidungnya. Ini tak seperti biasanya. Kalau mau datang terlambatpun Desy pasti meminta ijin atau mengabarinya.

Janto mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi, tapi tidak tersambung. Lalu Janto teringat bahwa Desy akan mengganti nomor kontaknya. 

"Apa yang terjadi? gumam Janto.

Karena penasaran Janto memanggil salah seorang satpam kantor. Ia disuruh kerumah kost Desy dan melihat keadaannya. Jangan-jangan Desy sakit lagi.

Tapi  begitu yang disuruhnya kembali, Janto mendapat keterangan yang mengejutkannya.

"Kata teman kost nya, Desy dijemput seseorang, diajaknya pergi.

Janto terpaku ditempat duduknya.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

37 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Tugiman,Dudut Bmbang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Yowa. Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Fifi, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Rapiningsih Yanthi , Dini Ekanti
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Madiun, Kediri, Malang Banyuwangi, Surabaya, Bali, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantaaabz emang mba Tien Joss selalu ada ide brilian
      Terima kasih mba semoga selalu sehat bahagia
      Terus semangat unt berkarya
      Salam sehat & bahagia
      πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ‘πŸ‘πŸ™πŸ™

      Delete
    2. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.. Trimakasih Bu Tien sdh diabsen.. Pokok e top bingit utk semua karya Bu Tien.. Semangat...

      Delete
    3. Matur nuwun Mbak Tien, salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan keluarga sehat selalu.

      Delete
    4. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, sugeng dalu mbak Tien Kumalasari.
      Alhamdulillah LPM episode 28 sudah terbit, skenarionya selalu bikin penasaran. .Desy dijemput siapa ya.. ??
      Salam sehat sejahtera buat mbak Tien sekeluarga.
      Besok lagi ya. .

      Delete
    5. Halo juga mba Tien. Wih mantap..... Lanjut, bikin penasaran terus. Salam dari Kuningan, semoga kita sehat" slalu, Aamiin

      Delete
  2. Halow juga Bu Tien ...
    Ceritanya makin seru..
    Makasih ya bu..
    Semoga selalu sehatπŸ€—

    ReplyDelete
  3. Halo jg mba Tien, Assalamu'alaikum...
    Trimakasih sll diabsen, Salam sehat dan setia selalu. Tetep semangat monggo dilanjut πŸ‘✋

    ReplyDelete
  4. Mba Tien ... pareng nyuwun no WAnipun nggih

    ReplyDelete
  5. Alamak....masalah lagi...mksh mb tien...sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Hallow juga mbk Tien....
    Trmkasih,salam sehat dan tetep semangat dr Sragen

    ReplyDelete
  7. Salam kembali MB Tien, pinter membuat momen2 yg merangsang keingintahuan kita. Lanjuut mbakπŸ‘πŸ€©

    ReplyDelete
  8. Hebat ... Semakin seru mbak Tien.
    Lanjut terus ...

    Salam hangat dari Yogya.

    ReplyDelete
  9. Makin seru nih. Ada aja masalah ya. Ditunggu selalu ide selanjutnya. Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  10. jambi hadiir mba Tien..
    terimakasiih... makin manteeb dan luaat biasa. .
    sehaat dan sukses terus mba...
    salaaam dari Jambi .

    ReplyDelete
  11. Mlm mb Tien... Jgn2 Desy dijemput pakdenya ya? Smg sj bukan sm calonnya... Kasihan Desy... Smg p Janto dan Tari bs membantu menyelesaikan permasalahan perjodohan ini... Lanjut mb Tien....

    ReplyDelete
  12. Puji Tuhan, ibu Tien tetap luar biasa. Selalu ada kejadian yg sulit ditebak, sehat menggemaskan,bikin penasaran. Yustin Har dkk selalu menunggu lanjutnya. Salam sehat penuh semangat dari Tj Priok.

    ReplyDelete
  13. Puji Tuhan, ibu Tien tetap luar biasa. Selalu ada kejadian yg sulit ditebak, sehat menggemaskan,bikin penasaran. Yustin Har dkk selalu menunggu lanjutnya. Salam sehat penuh semangat dari Tj Priok.

    ReplyDelete
  14. Ya ampun...kirain udah selesai mimpi nya tari... Di tunggu lanjutannya nya Bu...

    ReplyDelete
  15. Jakarta hadir
    Salam sehat jeng tien

    ReplyDelete
  16. Salam tahes ulales mbak tien.... semakin seru dan melebar konflik LPM Ditunggu... lanjutnya

    ReplyDelete
  17. Bunda Tien. Terima kasih... Bikin gemes aja alurnya... Sehat selalu bunda

    ReplyDelete
  18. Desy dijemput orang suruhannya pak bandot tua .... Kenapa Desy tak menolak ? Kecuali kalau dia di culik ............
    Salam sehat dari Tangsel mbak Tien .........

    ReplyDelete
  19. Hallo juga Mbak Tien, terima kasih sdh di absen..
    Semakin seru dan greget ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien
    Salam sehat selalu dari Bekasi.

    ReplyDelete
  20. Salam sehat bu tien ditunggu lanjutannya buuu semoga clbk

    ReplyDelete
  21. Pagi Mbak Tien, baru buka LPM 28, ...semoga sehat selalu, bikin deg-deg an he...he

    ReplyDelete
  22. Assmlkm..mbak tien..hatur nuhun..πŸ™πŸ˜˜

    ReplyDelete
  23. Menyimak terus. ....
    Mohon maaf blm kirim bahan koreksi naskah. Lanjut bu Tien, semakin mengaduk -aduk perasaan pembaca, "kkemrungsung" segera kepingin tau lanjutannya.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Mbak Tien ... alur cerita smakin menggemaskan .... baru tau mimpinya Tari sederhana, bagai film india .... semoga semakin mesra saja Tari dan Janto, dan Haris segera punya adik. Desy ? semoga aman aman saja
    Salam SEROJA mbak Tien dan semua pembaca

    ReplyDelete
  25. Selamat siang mbak Tien salut dg karyanya tetap semangat ya salam sehat dari medan

    ReplyDelete
  26. selalu ada kelanjutan yg tdk terduga...keren jeung tien...salam dr bandung

    ReplyDelete
  27. Ibu..." sapanya gemetar.
    "Tari, mengapa wajahmu pucat? Kamu ketakutan? "
    #"Desy, mengapa wajahmu.......

    Koreksi ya buk Tien πŸ™

    Mamiek baru saja masuk kerja,Tari dah mempercayai anaknya dan ditinggal pergi. Semudah itu kah...πŸ€”πŸ€”

    Lanjuut buk Tien , salam hangat dari tangerang πŸ™πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  28. Wah makin seru nih ceritanya... ternyata tidak seperti yang dibayangkan...saya seneng mbak Tien... semoga keluarga Tari dan Janto aman, bahagia selalu ya. Salam sehat selalu mbak Tien. ..

    ReplyDelete
  29. Sabar menanti munculnya Tari bunda Tien salam Tahes Ulales dr Jogya lanjuuuut ...

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  02 (Tien Kumalasari)   Arumi menyandarkan tubuhnya, menikmati rasanya naik mobil bagus nan halus hampir tak ...