Monday, June 1, 2020

LESTARI PUNYA MIMPI 10

LESTARI PUNYA MIMPI  10

(Tien Kumalasari)

 

Nugroho terdiam seketika. Wajahnya berubah sendu. Mata tajam itu tampak suram. Tari merasa iba dan ingin merengkuhnya. Ya Tuhan, jangan sampai hatiku luluh. Dia orang lain, bukan siapa-siapa bagiku.

Kemudian Nugroho mengangguk lemah, membalikkan badan kemudian kembali kemobilnya.

"Ya Tuhan, ya Tuhan.... dia mencintai aku sampai kehilangan akal warasnya. Semoga pernyataanku tadi membuatnya sadar bahwa dia tak harus mengingatku lagi." bisiknya pilu.

Hampir titik air mata Tari memandangnya, lalu memandangi kemana mobil Nugroho bergerak dan menghilang diantara keramaian. 

Tari mengerjap-ngerjapkan matanya, agar telaga bening yang mengambang disana tak tampak lagi. Ia kembali ke mobil Janto, yang mnungguinya sambil menatapnya penuh perhatian.

Janto terus menatapnya sampai Tari sudah duduk disampingnya. Menangkap kesedihan yang tampak pada wajahnya.

"Sudah ?"

Tari mengangguk.

"Mengapa tadi kamu menunjuk-nunjuk kearahku?"

"Aku bilang, bahwa aku mau menikah sama kamu."

"Haa... apa itu hanya untuk menyingkirkan dia? Bagaimana yang sesungguhnya?"

"Apa maksudmu ?"

"Bohong itu dosa.."

"Maksudnya?"

"Bagaimana kalau aku  benar-benar melamar kamu?"

Tari menoleh kearah Janto. Mencari kesungguhan pada wajahnya. Bukankah Janto suka bercanda? Tapi Janto menatap lurus kedepan, tak ada wajah lucu yang suka mengodanya dan mengejeknya.

"Kamu bercanda  bukan?"

"Aku serius."

"Mas Janto ? Aku kan...

"Kamu boleh menolaknya. Tapi satu yang ingin aku ingatkan sama kamu, Nugroho akan terus mengeharmu."

Tari menghela nafas. Ia tak pernah mencintai Janto, tapi Janto sangat baik. Selalu menjaganya dan menghiburnya ketika dia sedang sedih. 

"Tapi bulan depan aku akan dipindahkan ke Jawa Timur."

"Apa ?"

"Itu temmpat yang jauh. Mungkin lebih jauh dari Magelang."

Tari berfikir dan menimbang. Tak ada cinta dihatinya, tapi bukankah cinta akan tumbuh bersama berjalannya waktu? Hal terbaik unuk menghindari Nugroho ialah apabila dia segera menikah. Lalu pergi jauh? Bukankah dengan demikian  Nugroho tak akan bisa mengganggunya lagi?

"Tapi kamu tidak usah memusingkan kata-kataku. Aku bukan pemerkosa. Maksudku.. pemerkosa rasamu."

 

***

 

  Malam itu Tari terus memikirkan Janto. Laki-laki baik yang selalu bisa menghiburnya, membuatnya tersenyum dan tertawa dikala duka sedang melanda. 

"Kamu sudah dewasa nduk, sudah sa'atnya berumah tangga..."

"Bu Yana ingin agar kamu jadi menantunya.."

"Tapi ibu tidak akan memaksa, kalau kamu tidak suka ya tidak apa-apa."

"Dia pegawai negeri, tapi kerjanya ada diluar kota."

Kata-kata ibunya terngiang kembali ditelinganya. Kata demi kata yang harus dipikirkannya. Apa dia harus menerima Hartono? Tidak, dia sama sekali tidak menarik. Bukan hanya wajahnya, tapi juga sikapnya.

Jadi akan diterimakah Janto?"

Tari memijit keningnya karena kepalanya serasa berdenyut. Pernikahan bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Ia harus menjalaninya dengan sepenuh hati. Bukan seperti Nugroho yang kemudian sama sekali tak pernah mengacuhkan isterinya.

Ah, kok Nuroho lagi? 

Tari  memejamkan matanya. Memeluk guling erat-erat. Tapi yang terbayang adalah wajah Nugroho. Tari benci dengan perasaannya sendiri. Wajah masam penuh kesedihan itu terbayang kembali. Wajah yang menggambarkan kekecewaannya karena Tari mengaku bahwa dirinya akan segera menikah.

"Tidak mas, pergilah jauh-jauh dari pikiranku." bisiknya lirih.

"Aku akan menikah, aku akan menikah, aku akan menikah.." ucapnya berkali-kali, berharap ia bisa segera terlelap.

***

Hari-hari berikutnya, Janto bersikap biasa saja. Ia tak mengulang kata-kata bahwa dia akan melamarnya. Dia tetap kocak dan penuh canda. Seperti tak pernah terjadi percakapan tentang pernikahan diantara mereka. Rupanya Janto membiarkan Tari memikirkannya masak-masak, dan Janto tak akan mengusiknya.

Itu membuat Tari lebih tenang. Kalau Janto bertanya sekarang, dia pasti belum bisa menjawabnya.

"Hari Minggu kamu pulang?"tanya Janto ketika mereka pulang kantor bersama-sama.

"Iya mas, sudah janji mau masak-masak lagi untuk adik-adikku."

"Perlu diantar ?"

"Tidak usah, aku mau mampir belanja dulu, nanti kalau ditungguin jadi nggak tenang."

"Baiklah."

"Kamu jadi dipindahkan ke Jawa Timur?"

"Bulan depan, mungkin akhir bulan depan, jadi masih ada waktu satu setengah bulan lagi untuk kita bisa bertemu seperti ini."

Entah mengapa  tiba-tiba Tari merasa sedih. Membayangkan Janto jauh darinya, betapa akan sepi hidupnya. Siapa teman mengadu, siapa teman untuk bersandar dibahunya?

Apa sebaiknya Tari menerima saja lamaran Janto? 

"Kok melamun?"

"Tidak.. "

"Sedih ya mau berpisah dengan aku?"

"Bahu siapa tempatku bersandar nanti mas?" tanya Tari berterus terang.

"Nanti juga pasti ada."

Tari agak kesal dengan jawaban Janto. Dia seakan tak lagi mengingat akan lamaran terhadapnya. Tak sekalipun mengingatkannya juga. Apa dia bersungguh-sungguh?

  "Nanti kalau pulang akan ada yang aku bicarakan sama bapak dan ibu."

"Tentang apa?"

Tiba-tiba Tari merasa malu kalau harus berbicara tentang lamaran Janto.Sesungguhnya dia sedang memancing Janto agar kemudian Janto menebak  bahwa dirinya akan bicara tentang lamarannya.

"Ada yang melamar aku dikampung," tiba-tiba Tari ingin memanas-manasi Janto.

Tapi jawaban Janto sungguh membuatnya kesal.

"Haaa... aku senang."

"Mengapa kamu yang senang ?"

"Kalau kamu senang, aku juga senang.."

"Tapi aku tidak senang."

"Lho, mengapa? Apa dia tidak tampan? Sudah tua? Duda? Atau kamu mau dijadikan isteri muda?"

Tari merengut. Ia menatap kedepan, tak menjawab sepatah katapun. Ia ingin melihat Janto cemburu, tapi tak terlihat rasa itu. 

"Kok tiba-tiba cemberut."

Tari tak menjawab. Ia bahkan tak berbicara apapun sampai ketika Janto mwnurunkannya didepan rumah kostnya.

 

***

 

 Tapi pagi harinya Janto malah menjemputnya.

"Mengapa kemari?"

"Menjemput kamu, takut kamu bangun kesiangan, ternyata sudah dandan cantik."

"Hm.. sudah lama aku cantik, " kata Tari dengan cemberut. Ia masih merasa kesal.

Janto tertawa.

"Mengapa ya, hari ini senyumnya menghilang?"

"Ayo mas, berangkat, keburu telat."

"Tidak, masih jam tujuh. Kita makan pagi dulu di Nonongan."

"Nasi liwet?"

"Iya. Ayo berangkat."

Tiba-tiba Tari teringan Nugroho lagi. Kencan pertamanya adalah di nasi liwet Nonongan. Begitu menyenangkan ketika itu. Karena Tari baru menemukan cinta pertamanya.

"Bagaimana kalau tidak nasi liwet?"

"Aku ingin sekali nasi liwet. Kamu harus mau, jangan sampai membuat aku kecewa sebelum kepergianku."

Tari tak bisa apa-apa selain menurutinya. Mengapa ingatan terhadap Nugroho selalu saja ada.

***

Dan Janto membawnya kepada penjual nasi liwet yang sama. Padahal ada beberapa penjual disepanjang jalan itu.

Ketika mereka sudah duduh di tikar, penjual nasi liwet itu menatap wajahnya lekat-lekat.

"Saya seperti pernah melihat mbaknya ini."

Tari tak mengacuhkannya. 

"Pernah makan disini kan mbak?"

"Ah, lupa bu, iya barangkali."

"Aku mau sama ampela ati bu," kata Janto.

Tuh kan, ini juga membawa ingatannya kearah Nugroho lagi. Siapa yang menyuruh Janto datang kemari, kemudian pesan ampela ati seperti Nugroho ketika itu.

Tapi kali ini Tari tak mengingatkannya bahwa ampela ati bisa memicu kolesterol tinggi. 

"Aku ayam suwir saja bu."

Diantara makan itu Janto selalu menatap Tari.

"Ada apa sih, melihat aku seperti itu?"

"Aku heran kamu tidak tampak gembira sejak pulang dari kantor kemarin."

"Sedih, kan mau kamu tinggalkan?"

"Ah, yang benar..."

Tari menghabiskan nasi liwetnya, lalu membuang pincuk bekas wadah nasi liwet itu ketempat sampah yang disediakan.

"Sudah? Nggak nambah?"

"Tidak mas, sudah sa'atnya ke kantor."

Janto membayar jajanannya lalu menggandeng Tari masuk ke mobilnya.

***

 

 Minggu itu Nugroho pergi ke Magelang. Entah mengapa dia sangat rindu akan anaknya. Barangkali sedih dan kecewa karena Tari mau menikah, membuatnya sepi dan merasa tak memiliki siapa-siapa. Tadinya dia berharap Tari akan menerimanya. Apalagi Tari kan sudah mengenal Asty, dan Asty tidak menolak seandainya dirinya amennikah lagi.

Tapi semua itu sudah buyar dengan perkataan Tari bahwa dia akan segera menikah. 

"Aku memang gila," bisiknya sambil terus memacu mobilnya.

"Astari... bapak kangen."

Dan ketika memasuki halaman rumah ibunya di daerah Plengkung, wajah Nugroho berseri-seri. Dilihatnya Asty sedang menggendong anaknya diteras.

Begitu mobil berhenti, Nugroho bergegas turun kehalaman dan mendekati Asty serta anaknya. Tapi begitu tangannya terulur untuk menggendong anaknya.. Asty mundur kebelakang.

"Mas, cuci kaki dan tanganmu dulu baru boleh menjamah anakmu."

"Oh, iya..." kata Nugroho yang kemudian bergegas kebelakang. 

Didengarnya ibu mertuanya menyambut Nugroho dengan gembitra. 

"Dengan siapa le?"

"Sendiri bu, seperti  biasa. Nug mau ke kamar mandi dulu bu."

"Benar, tidak boleh memegang anakmu sebelum cuci kaki tangan sampai bersih."

Asty masih berdiri di teras. Ia tak perlu menyiapkan minum bagi suaminya karena mertuanya pasti sudah menyuruh pembantu untuk melakukannya. Ia terus saja menggendong Astari dan menciuminya ber-kali-kali.

"Bapakmu datang nak, bergembiralah," bisiknya.

Seperti mengertiu Astari mengerjapkan matanya dan tersenyum merekah.

Gemas Asty memciuminya lagi berkali-kali.

Ketika Nugroho mendekat, Asty kemudian beranjak kebelakang, barangkali ada yang harus dilakukannya. Lagi pula ia tak perlu menemani  suaminya karena selamanya dia tak merasa  dibutuhkannya.

Tapi kemudian Nugroho menahannya.

Asty, duduklah dulu.

Asty duduk. Kembali dadanya berdebar. Apakah suaminya akan mengatakan kapan akan menikah lagi, atau bahkan sudah menikah, lalu ingin mengajaknya pulang kerumah ini?

"Ada apa?" tanya Asty datar.

"Aku hanya ingin bercerita."

"Oh, tentang pernikahan mas?"

"Tidak, dia menolaknya."

"Lalu, apa yang akan mas lakukan?"

"Tidak ada, aku terima keputusannya."

Asty terdiam. Pemberitahuan itu dirasanya tak begitu penting. Tapi ia enggan berkomentar.

"Dia gadis yang baik."

"Ya, tentu saja, dan itu sebabnya kamu tergila-gila bukan?" katanya tanpa nada sakit hati.

"Asty, kamu pasti mengenal dia."

Asty mengerutkan keningnya. Di Solo siapakah gadis yang aku kenal dan kira-kira dekat dengan suamiku? Kata batinnya.

"Aku mengenal dia jauh sebelum kita menikah. Kami saling jatuh cinta, kemudian terputus karena aku harus menikahi kamu."

"Oh, kasihan gadis itu. Tapi aku mengenalnya?"

"Dia, Lestari Rahayu."

Asty hampir terjatuh dari tempat duduknya karena dia hanya meletakkan pantatnya diujung kursi, berharap tak akan lama berbicara dengan suaminya. 

"Tari ?"

Nugroho mengangguk. Kali itu Asty merasa sedih dan marah. Sedih karena telah merusak kebahagiaan sahabatnya, marah karena Tari tak pernah berterus terang padanya.

 

***

 

Tari sibuk memasak didapur bersama Sugi. Berkali-kali adik-adiknya menengok kebelakang, karena mencium harum masakan dari arah dapur.

"Belum masak ya mbak?"

"Sebentar, kamu nih, memangnya sudah sangat kelaparan?" tegus Suci sambil merengut.

"Iih, mbak Suci galak... Kabuuuuurrr...." teriak salah satu adiknya diikuti yang lain, sambil tertawa-tawa  gembira.

"Sudah Suci, angkat saja ikannya, dan langsung tata dimeja."

"Ini sudah matang?"

"Ya sudah, kan sudah kering begitu, nanti gosong kalau dilanjutin."

"Oke..." kata Suci gembira.

Hari Minggu adalah hari-hari yang menyenangkan, apalagi ketika Tari pulang kerumah dan memasak buat keluarganya.

"mBak.. bagaimana dengan lamaran bu Yana?"

"Sst.. apa sih kamu itu, tiba-tiba menyinggung bu Yana," tegur Tari.

"Sebenarnya aku berharap, mbak tidak menerimanya. Sunggu orang itu tidak menyenangkan. Kalau cari suami itu harusnya seperti mas Bugroho."

"Ssst, diam Suci, disuruh mengentas ikan kok malah ngomong yang enggak-enggak."

Suci memeletkan lidahnya, sambil menata ikan yang sudah dientasnya dari penggorengan.

"Tapi bener lho mbak, jangan sama anaknya bu Yana," kata Suci berkali-kali.

"Tenang saja..." kata Tari sambil tersenyum.

Suci menata piring dan semua perlengkapan makan, sambil bersenandung. Senang mendengar jawaban kakaknya.

Tiba-tiba didengarnya suara mobil berhenti didepan rumah. Lalu suara ibunya menyapa tamu.

"Ya ampuun, nak Janto.. ayo silahkan masuk, lagi pada didapur tuh."

Tari mengentas sayur lalu diletakkan dimeja, kemudian menjenguk keluar. Benar, Janto yang datang.

"Tari, aku datang mau sekalian mencicipi masakan kamu," teriak Janto dari luar."

"Iya nak, kebetulan sa'atnya makan, silahkan masuk."

"Terimakasih bu."

"Tari, sudah selesai masaknya? Ini, ajak nak Janto makan sekalian."

Tari meninggalkan dapur sambil beroesan pada adiknya.

"Suci, tambahkan satu piting untuk mas Janto."

"O, mas Janto? Jangan-jangan mbak pacaran sama dia," seloroh Suci.

"Ssst..."

Tapi tiba-tiba ponsel Tari berdering. Ya ampun, Asty sangat rajin menelponnya.

"Hallo Asty.."

"Tari, kamu itu keterlaluan !!"

Tari terkejut, nada suara Asty sangat tidak enak didengar. Ada apa nih?

"Asty, aku salah apa?"

"Ternyata pacarnya mas  Nugroho itu kamu! Mengapa kamu tidak berterus terang Tari, kamu jahat! Aku benci sama kamu Tari."

"Asty.. "

"Baru tadi mas Nugroho datang dan mengatakan semua itu."

"Ma'af Asty, aku hanya tak ingin melihat kamu terluka."

"Sekarang ini, aku mau kamu menerima mas Nugroho menjadi suamimu."

Tari berjalan kearah teras, memegang sandaran kursi lalu duduk dengan tangan gemetar.

"Apa maksudmu?"

"Aku mau kamu menerima lamaran mas Nugroho Tari!"

Mana Mungkin Tari menerimanya?"

"Tidak Asty, aku sudah mau menikah."

"Kamu bohong !"

"Tidak, ini, calon suamiku ada disini. Mau bicara sama dia?"

Janto yang duduk didepan Tari memelototkan matanya.

 

***

 

besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

39 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Akhirnya datang juga
    Matur nuwun bu tien
    Cilacap selalu menunggu
    Semangat

    ReplyDelete
  3. Terimakasih bu Tien. Salam sehat selalu dari Magelang.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah... matur nuwun Mbak Tien eps 10 sdh tayang, cerita yg selalu menghibur tp juga ikut emosi dan pasti penasaran utk tahu lanjutannya.
    Salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien selalu sehat dan tetap berkarya. Aamiin...

    ReplyDelete
  5. Hallow mb Yuyun. Mb Jum mib Dul. Mb Umi Bunda Nismah mb Sapti mb Dewi mb Wida mb Retno mb Enda mb Yistinhar mb Wedeye mb Yowa mb Nani mb WiaTiya mb Ranti mb Wikardiyanti mb Nur Aini mb Ting Hartinah mb Meyrha
    Hallow ms Dudut ms Anton ms Ngatno ms Os ms Sukarno ms Hadi Kakek Habi ms Tugiman ms Hermanto ms Gianto mas Gilang
    Halloe Pangkalpinang Sawahlunto Jambi Padang Nias Bekasi Tangerang Tangsrl Jakarta Batang Blitar Magelang. Kediri. Malang Medan Madiun Kediri Banyuwangi Bengkulu Bandung Surabaya Jogya
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sugeng enjang mbak Tien Kumalasari, matur nuwun LESTARI PUNYA MIMPI jilid 10nya.. Makin seru Dan bikin penasaran lanjutannya..
      Kok ada ya wanita rela berbagi cinta? Asty yang Nrimo Ing Pandum dan Tari yang gak mau melukai perasaan sahabatnya. .. piyé iki..?

      Salam hangat dan salam sehat untuk keluarga di Solo.

      Delete
  6. Alhamdulillah .. aq pertama baca dan komen ... makasih mbak Tien .. meski ada sdikit salah ketik, tpi tau lah maksudnya .. semakin seru menderu .. Janto apa Nugroho ya ... Mbaak Tien, dibuat sm Janto aja yaa ..

    ReplyDelete
  7. Mantap mba Tien, terima kasih..., lanjuuut..hehe

    ReplyDelete
  8. Makasih mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  9. Seru... Penasaran episode selanjutnya.
    Terima kasih bu Tien..
    Semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  10. Asty orang yg tegar dan baik hati. Krn taat pd orang tua rela cinta yg hambar msh bertahan. Persahabatan dg Tari baik n murni. Semoga cinta pertama yg suci Tari n Nug bisa bersatu abadi... Ibu Tien luar biasa... Salam hormat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  11. Asty orang yg tegar dan baik hati. Krn taat pd orang tua rela cinta yg hambar msh bertahan. Persahabatan dg Tari baik n murni. Semoga cinta pertama yg suci Tari n Nug bisa bersatu abadi... Ibu Tien luar biasa... Salam hormat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah... matursuwun mb Tien. Salam sehat dan setia sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  13. terima kasih Mba Tien, saya terus ikuti dan tambah seru saja, Mba coba tiap episode muncul jangan terlalu malam.....

    ReplyDelete
  14. Makin penasaran..lanjut mb Tien

    ReplyDelete
  15. Bunda Tien..... Masih saja piawai... Tetima kasih bunda...

    ReplyDelete
  16. Apa yg terjadi dg Tari dan Janto.... ??Mbak tien dari Sby menunggu episode berikutnya

    ReplyDelete
  17. Semakin rumit dan menarik nih...Lanjut mba Tien. Ditunggu... Salam sehat dan semangat. Makasih

    ReplyDelete
  18. terima kasih bunda Tien,mlam tadi krn ada aktifitas sibuk ketiduran ..baru habis subuh di share ke waroeng2 sebelah krn Tari akhir2 ini terlalu malam baru hadir...tp yaaa ditunggu thankqyu...bunda....lanjuuut....

    ReplyDelete
  19. Terima kasih mbak Tien, semakin seru dan bikin penasaran...
    Salam sehat dari Bekasi..

    ReplyDelete
  20. Makin seruuuu. Ya ampun mba Tien kereeen, lanjut....

    ReplyDelete
  21. dari Gangsar Caruban,,,
    Heeemmm bunda Tien selalu deeh... diakhir penggalan ceritanya bikin penasaran pr pembaca setia niihhh....meski dibeberapa kalimat ada salah ketiknya namun kami memaklumi dan bisa mereka maksut ketikan bunda Tien....pas lagi ngantuk berat kalii....,salam SEHAT& SEMANGAT selalu bunda Tien...,Gangsar Caruban

    ReplyDelete
  22. dari Gangsar Caruban,,,
    Heeemmm bunda Tien selalu deeh... diakhir penggalan ceritanya bikin penasaran pr pembaca setia niihhh....meski dibeberapa kalimat ada salah ketiknya namun kami memaklumi dan bisa mereka maksut ketikan bunda Tien....pas lagi ngantuk berat kalii....,salam SEHAT& SEMANGAT selalu bunda Tien...,Gangsar Caruban

    ReplyDelete
  23. Apakah kisah adit mirna anggi akan terulang lgi di sini ????
    Hanya buk Tien yg tau 😁😁😃😃
    Tangerang hadir buuuk ☝️
    Monggo di lanjut mawon , slam sehat sllu 🙏🙏😘😘

    ReplyDelete
  24. Madiun sllu hadir Bu Tien.. Dr kmrn comment eee tibaknya blm terkirim hehehe... Sehat sllu utk Bu Tien n penggemar.. Salam sehat bahagia

    ReplyDelete
  25. Betulkah nanti Nug sakit keras krn cintanya kandas, lalu Tari iba dan Asti sangat mendukung (spt Bayu dg Lestari dulu?) Ibu Tien luar biasa... Salam sehat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  26. Betulkah nanti Nug sakit keras krn cintanya kandas, lalu Tari iba dan Asti sangat mendukung (spt Bayu dg Lestari dulu?) Ibu Tien luar biasa... Salam sehat dari Yustin Har Priok.

    ReplyDelete
  27. Sorry....
    Kaya Bayu sama Lastri...

    ReplyDelete
  28. Sorry....
    Kaya Bayu sama Lastri...

    ReplyDelete
  29. Type Asty, mungkin ada, tapi tidak banyak. Orang yang rela mengorbankan perasaan hatinya, demi orang yang dicinta dan didambakannya. Dan didasari demi kebahagiaan orang yang dicintainya .....luar biasa.
    Tari seharusnya juga harus bisa bersikap. Untungnya apa dan ruginya apa ? Diantara untung dan ruginya, pasti banyak ruginya, yang pasti bagaimana pandangan orang dan setulus tulusnya hati Asty, pastilah ada sedikit rasa sakit, karena ada orang kedua. Saudara kembar saja, jarang yang mau dinikahi oleh satu orang. Tetapi semua kembali ke mbak Tien, semoga senantiasa sehat.
    Hadi - Tangsel

    ReplyDelete
  30. Selamat malam mb Tien. Salam sehat selalu buat mb Tien & kelg. Bali hadir menantikan eps 11 yg tentunya makin meng-aduk2 emosi pecintanya.

    ReplyDelete
  31. Cinta memang selalu tak bisa diduga, terlalu banyak labirin didalamnya.
    Hmmm, tapi koq saya ngga suka kalo Tari jadi sama Janto...🤭🤭🤭
    Salam dari Bandung Bu Tien, pengen koleksi semua novelnya Bu Tien.

    ReplyDelete
  32. Bu tien sy tinggal di Magelang tidak jauh dari daerah plengkung, jadi pengen main kerumah ibunya mas nug penasaran pengen ketemu mas nug yg ganteng dan gagah itu

    ReplyDelete
  33. Lestari punya mimpi 8 dan 9 kok Ndak ada link nya

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...