SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 19
(Tien Kumalasari)"Operasi?" hampir bersamaan Galang dan Putri terpekik lirih.
"Ya, itu yang terbaik. Jangan takut, banyak yang mengalaminya. Tidak apa2.." hibur dokter itu.
Melangkah keluar dari ruangan dokter itu wajah Putri tampak pucat. Ada rasa takut mendengar kata operasi. Tapi Galang berfikir lain. Operasi pasti membutuhkan banyak biaya. Cukupkah tabungan yang sudah dikumpulkan Putri? Sementara mendekati setahun rumah kontrakan itu harus dibayar lagi. Dan kegelisahan itu terbawa keduanya dalam angan2 berbeda, sampai tiba dirumah.
Galang merasa iba melihat wajah Putri tampak pucat.
"Kamu takut Putri?"tanya Galang khawatir.
"Sedikit, sakitkah?"
"Enggak, nggak terasa malah, kan dibius?"jawab Galang. Ia tak mau menampakkan kegelisahannya tentang biaya operasi itu pada Putri.
Ia menyuruh simbok mengambilkan air putih.
"Ada apa jeng Putri?" tanya simbok khawatir.
"Nggak apa2 mbok, posisi bayinya sungsang, kemungkinan harus operasi," terang Galang sambil memberikan Putri minum.
"Owalah.. jeng Putri takut? Jangan takut jeng, seringkali terjadi begitu, tapi kalau jeng Putri sering melakukan olah raga menungging, kadangkala bisa mapan sendiri kok bayinya."
"Menungging bagaimana mbok?"tanya Galang.
"Begini lho jeng."
Dan simbokpun menunjukkan gaya menungging dengan bertumpu pada kedua lutut, meletakkan kedua bahu dilantai dan terlihatlah adegan menungging itu.
Putri menutup mulutnya, geli melihat gaya simbok.
"Begini lho jeng, bener.. keponakan simbok dulu juga hamilnya sungsang begitu, terus sering2 disuruh bidan menungging beberapa sa'at, setiap pagi dan sore, akhirnya melahirkan normal lho," kata simbok sambil bangkit.
"Iya Putri, dicoba aja siapa tau berhasil. Biar simbok membantu. Ya mbok," kata Galang.
"Ya, nanti akan simbok ajarin. Sekarang istirahat saja dulu," kata simbok.
***
Sementara itu di Solo bu Broto merasakan perasaan tak enak. Menurut perhitungannya kurang lebih sebulan lagi Putri akan melahirkan. Tak ada kabar berita, mungkin Putri takut menelpon. Hanya sekali Galang menelpone yaitu ketika ia meninggalkan sepasang gelang untuk menantunya itu. Itupun hampir ditolaknya kalau bu Broto tak memaksa. Sekarang bu Broto begitu merindukan anaknya.
"Ada apa ta bu, dari tadi diam saja. Aku ngajakin ngomong ya nggak nyambung."
"Aku kangen Putri pak..," jawab bu Broto pelan. Dirasanya selama ini pak Broto sudah nggak perduli lagi pada anak gadisnya.
"Mengapa kangen bu, Putri kan sudah nggak perduli lagi pada kita."
"Putri itu kan satu2nya anak kita, masa bapak sedikitpun nggak punya rasa kangen."
"Nggak, dia memilih laki2 kéré itu daripada aku."
"Ah, bapak kok ngomong gitu. Itu namanya menghina kehidupan seseorang. Jelek2 dia itu menantu kita lho pak,"sesal bu Broto.
Pak Broto terdiam. Apapun pembicaraan Tentang Putri selalu membuatnya sakit hati.
"Aku mau ke Jakarta," tiba2 bu Broto memecahkan kesunyian karena pak Broto diam membisu..
"Apa? Ibu mau ke Jakarta?" kata pak Broto sambil matanya menatap tajam.
"Pengin sekali ketemu anakku pak. Apalagi menurut perhitungan ibu, sebentar lagi Putri akan melahirkan."
"Nggak usah bu.. bapak bilang nggak usah ya nggak usah. Putri itu sudah tega meninggalkan kita, mengapa kita harus perduli sama dia?"kata pak Broto sambil meninggalkan isterinya sendiri, yang kemudian berurai air mata.
***
"Mas..," panggil Putri pada suatu pagi sebelum Galang berangkat kerja.
"Ya..," jawab Galang sambil menatap isterinya.
"Perut kamu sakit? Kamu pucat benar, merasa mau melahirkan?"
"Bukan mas, aku cuma mau bilang, apa mas nggak capek kerja dari pagi sampai malam."
"Ya enggaklah, namanya bekerja itu ya sudah pasti capek, tapi ini bukan apa2. Aku baik2 saja, jadi kamu nggak usah menghawatirkan aku,"jawab Galang sambil menyentuh lembut perut isterinya.
"Apa belum ada jawaban dari perusahaan2 dimana mas melamar dulu?"
Tiba2 Galang teringat pada tawaran Widi. Akankah dia terima tawaran itu? Tapi ia segan ketemu lagi sama Widi. Ia tampak masih sangat mengharapkannya. Dia tak pernah jatuh cinta pada Widi padahal berteman sudah 4 tahunan lebih. Memang sih Widi tuh cantik, pintar, tapi yang namanya cinta tak diketahui kapan datangnya. Padahal kalau sama Putri, walau waktu kecil pernah bertemu tapi sekali saja.pertemuan berikutnya langsung membuatnya jatuh cinta. Bahkan setelah tau bahwa Putri bukan perawan. Bahwa Putri telah mengandung anak dari laki2 lain, hal itu tak pernah menyurutkan rasa cintanya.
"Mas, Putri hanya ingin agar mas tak terlalu capek."
"Baiklah Putri, semoga segera ada perusahaan yang mau menerima aku ya."
Namun ketika Galang hendak melangkah pergi, Putri menahannya.
"Sebentar mas?"
"Ada apa?"
"Ini mas, kalau tidak keberatan, aku mau minta tolong agar mas mau menjualkan ini," kata Putri sambil mengulurkan sebuah bros emas bermata berlian.
Galang terkejut.
"Ini? Untuk apa dijual? Barang bagus seperti ini belum tentu aku mampu membelikannya."
"Mas, aku nggak begitu suka bentuknya. Lagi pula, dengar mas dan jangan memprotes. Sebentar lagi aku mau melahirkan dan harus operasi. Beayanya tidak sedikit. Memang sih mas selalu memberikan uang untuk dikumpulkan, tapi sebentar lagi kita juga butuh membayar kontrak rumah lagi. Jadi biarlah ini untuk memenuhi kebutuhan kita itu, semoga tercukupi."
"Tapi Putri, ini kewajibanku."
"Ini kewajiban kita berdua mas, aku mohon, jangan menolak."
Galang merasa sedih, mengapa isterinya ikut memikirkan apa yang sesungguhnya juga dia pikirkan.
"Tolong mas.," dan mata Putri mulai berkaca kaca. Luluh hati Galang, dipeluknya Putri dengan kasih sayang.
"Ma'afkan aku Putri," bisik Galang pilu.
"Mengapa minta ma'af mas, ijinkan Putri ikut memikirkannya."
***
Sepanjang perjalanan, bahkan ketika sedang membawa penumpang, Galang memikirkan akan menjual bros itu atau tidak. Dulu ibu mertuanya memberi sepasang gelang yang cukup untuk membeli mobil yang dipergunakannya untuk mencari uang. Sekarang isterinya ingin agar dia menjual bros miliknya untuk mencukupi beaya operasi dan kontrak rumah. Terbayang mata indah yang berkaca kaca penuh permohonan, yang dia tak ingin melakukannya sebenarnya. Tapi kata2nya sangat menyentuh sanubarinya
IJINKAN PUTRI IKUT MEMIKIRKANNYA.
Galang menghela nafas panjang.
Didepan sebuah toko emas dia menghentika mobilnya. Galang tak sadar, sepasang mata sedang mengawasinya.
***
besok lagi ya
Episode 21
ReplyDeleteBagus sekali cerita bersambung nya
DeleteTlg cerbung 21
ReplyDeleteBgus cergamnya..SMG jdi pelajaran unk ortu yg adigung..dan SMG Galang dan putri kehidupannya mapan tanpa bantuan ortunya
ReplyDelete