Monday, December 3, 2018

SEPENGGAL KISAH LIV

Bowo marah sekali. Seperti suara geledeg disiang hari ketika ia berteriak malam itu.

"Banguuuunn!!!! Kenapa kamu tidur disiniii????

Dewi terbangun, ia duduk tanpa membetulkan bajunya yang berantakan. Ia mengucek ucek matanya dan mengolet. Astaga.. itu bukan kelakuan perempuan baik2.. Mungkin maksudnya biar amarah Bowo mereda,karena gerakan tubuhnya benar2 tampak seperti "mengundang".. seksi dan mempesona.. mungkin banyak laki2 akan terpana dan tak mampu berkata kata karena terbakar nafsunya.. tapi kemarahan Bowo semakin memuncak.

"Keluar kamu... keluaaarrr!!"

"Mas Bowo... ma'af ya.. semalam aku sakit .. lalu...."

"Keluar dari kamar ini... cepaaaat....!!"

Bowo membuka pintu kamarnya sambil berteriak teriak..

Mendengar teriakan itu.. pak Prasojo dan isterinya keluar dari kamarnya. Dilihatnya pintu kamar  anaknya terbuka dan Bowo berdiri disana sambil menuding nuding.

"Keluaaaar!!!"

Bu Prasojo mendekat.. :" Ada apa ini? Ada apa Bowo?"

"Mengapa ibu membiarkan perempuan ini tidur dikamar Bowo? "

Dewi turun dari pembaringan dan keluar dari kamar sambil menangis. Pak Prasojo menggeleng gelengkan kepalanya. Ia tidak tau kalau Dewi menginap dirumahnya karena isterinya memang tidak menceriterakannya. 

"Bowo, semalam Dewi sakit perut, ibu tak tega membiarkannya pulang," bu Prasojo membela diri.

"Tapi kenapa dikamar Bowo bu, apa tidak ada kamar yang lain?"

"Kamar yang lain belum ditata, karena kasihan melihat dia kesakitan.. ibu biarkan dia tidur disana. Lagian Bowo.. kenapa kamu marah2? Kalau kamu tidak suka .. kan kamu bisa tidur dimana saja, banyak kamar dirumah ini yang kosong. Dewi kan tamu..harusnya kamu mengalah.."

Bu Prasojo mendekati Dewi yang menangis terisak isak..

" Sudah Dewi, tenangkan hatimu.. Bowo hanya terkejut melihat ada yang tidur dikamarnya," hibur bu Prasojo.

Pak Prasojo sudah kembali masuk kekamarnya.. seperti Bowo .. dia juga kurang suka mengetahui kejadian itu. Ia tau, isterinya memang berusaha mendekatkan Dewi dengan anaknya.. tapi ia belum ingin membicarakan itu. Malam telah larut, ia ingin kembali tidur. Didengarnya deru mobil keluar dari garasi. Pasti Bowo,dan pak Prasojo mendiamkannya. Tapi didengarnya isterinya berteriak.."Bowo..! Mau kemanaaa?"

Bowo mengendarai mobilnya kencang sekali, seperti degup jantungnya karena hatinya diliputi kemarahan. Ia punya tujuan yang pasti, kerumah Ongky. Ia telah menemukan sahabatnya, tempat ia mengadu suka dan dukanya.

Ongky mengomel ketika membukakan pintu untuk sahabatnya. 

"Apa kamu sudah gila? Ini pagi buta dan aku sedang bermimpi indah. Dasar !!"

Tapi Bowo tak menjawab. Ia langsung merebahkan tubuhnya disofa dan memejamkan matanya.

Ongky mendekati Bowo, ia tau pasti sahabatnya sedang punya masalah besar. 

"Heiii.. apa yang terjadi ?"

Tapi Bowo tak menjawab. Ia masih saja memejamkan matanya dan diam tak bergerak.

"Bowo, kamu masih hidupkah? Atau sudah mati?" Ongky menepuk nepuk pipi sahabatnya.

"Sakitt! Tau?" Akhirnya Bowo bergerak, menepis tangan Ongky yang masih ingin menepuk lagi pipinya.

"Masih lumayan aku tidak menempeleng kamu. Ada apa nih? Oh ya, biar aku buatkan kamu kopi dulu supaya lebih tenang ya.." Ongky berjalan kebelakang . . dan Bowo kembali memejamkan matanya.

Ketika mencium aroma kopi yang diulurkan sahabatnya itu, Bowo langsung membuka matanya dan kembali duduk. Kopi dalam gelas itu nyaris tumpah karena gerakan tubuh Bowo, dan Ongky kembali menyumpah nyumpah.

"Terimakasih Ongky.." Bowo mengambil kopi yang sudah diletakkan dimeja dan menghirupnya."

"Awas.. jangan langsung minum, masih panas tau.. bisa terbakar lidahmu nanti."

Bowo menyeruput kopi itu pelan2 tak perduli sahabatnya mengomel tak henti2nya.

"Sekarang ceriterakan, apa yang terjadi sehingga kamu kesini dipagi buta ini.. dan tingkahmu seperti orang kehilangan akal"

"Perempuan itu.. ketika aku pulang.. aku dapati tidur dikamarku.. dengan tubuh hampir telanjang."

Ongky melongo, tapi kemudian tertawa terbahak bahak. "Bagus donk.. seneng tengah malam dapat mainan.."

"Wong edan!!!" Bowo mengumpat.

"Kalau aku seneng ya aku tidak akan lari kesini, monyong !"

"O.. jadi kamu kemari karena ketakutan melihat "itu".? Ahaaa..anak baik.. anak manis.. "

"Ongky, jangan bercanda lagi, aku lagi bingung nih.."

"Bingung bagaimana, kalau kamu suka, kerjain dia, kalau nggak suka ya udah nggak usah dipikirin, diemin aja."

"Ibuku selalu berusaha mendekatkan aku sama dia.. aku benci dia, semakin hari kelakuannya semakin memuakkan, tapi ibuku mendukungnya. Lebih mendukungnya lagi setelah perempuan itu pernah mendonorkan darahnya buat ibuku."

"Dan itu senjata ampuh untuk menekan kamu?"

"Itu yang aku benci.. senjatanya itu.."

Semalaman keduanya tidak memejamkan mata, berbicara kesana kemari sampai pagi benar2 tiba. Bowo meninggalkan rumah Ongky katika udara masih remang. Ia harus kekantor dan karenanya ia harus pulang untuk mandi dan berganti baju.

Asri sudah terbiasa bangun pagi. Setelah sholat ia membersihkan rumah .. membuatkan teh untuk ayahnya dan merawat bunga2nya. Ketika dipandanginya bunga2 yang bermekaran, alangkah senang hati Asri. Ia berjalan kesana kemari diantara bunga2 cantik, benar2 seperti puteri dalam dongeng.. ingin rasanya Asri menari nari. Tiba2 entah kenapa, ia merasa rindu sekali pada Bowo. Ditepiskannya rasa itu, tapi susah sekali, diambilnya sekuntum mawar dan didekapnya kedadanya. "Kamu bukan milikku.. kamu bukan milikku mas.." lalu bertitiklah air matanya. Sudah dua kali ia merasa kehilangan orang yang dicintainya. Itu menyakitkan. "Apakah aku tak berhak mencintai dan dicintai? Mengapa selalu begini?" bisiknya sedih, seakan mengadu kepada bunga yang didekapnya.

Ketika itu ia menoleh kejalan karena mendengar mobil menderu. Asri berdebar debar, seperti melihat mobil Bowo melintas.

#ada lanjutannyalho"

No comments:

Post a Comment

MAWAR HITAM 23

  MAWAR HITAM  23 (Tien Kumalasari)   Dewi berharap segera bisa sampai di rumah. Entah mengapa perutnya terasa sangat lapar. Oh iya, tadi pa...