Monday, December 3, 2018

SEPENGGAL KISAH LV

Asri terkejut.. tapi dadanya berdebar kencang. Pagi masih remang, tapi mengapa ia yakin bahwa mobil itu punya Bowo? Bukankah banyak mobil yang dimiliki orang dengan warna dan merk yang sama? Asri menghela nafas dalam2, rasa rindunya membuat ia merasa bahwa mobil yang lewat itu milik Bowo. "Pastinya bukan, untuk apa mas Bowo lewat tempat ini dipagi yang masih remang begini? Bukan.. mataku yang salah.." bisik Asri 

"Asrii.." tiba2 pak Marsam memanggil dari dalam rumah

Asri meninggalkan "taman bunga"nya dan menemui ayahnya.

"Bapak mau sarapan sekarang? Mau Asri buatkan nasi goreng?"

"Baiklah, itu juga bapak suka."

Pak Marsam keluar dan melihat lihat tanaman yang baru saja dirapikan oleh anaknya. Pak Marsam senang, rupanya Asri menyukai tanaman terutama tanaman bunga. Dirumah mereka sendiri dia tak pernah punya waktu .. dan baru terpikirkan ketika pindah ketempat ini. Pak Marsam juga bersyukur, karena ternyata tanaman itu bisa menghidupi mereka berdua. Tiba2 pak Marsam mencium bau masakan hangus..  setengah berlari ia masuk kedalam langsung kedapur. Dilihatnya Asri membuang nasi gosong ketempat sampah.

"Gosong?"

Asri tersipu... "Iya pak.." lalu ia membuat lagi bumbu..

"Memangnya kamu tinggal kemana tadi?"

"Nggak kemana mana sih pak.. nggak tau kok tiba2 jadi gosong.

Ya iyalah, Asri memasaknya sambil melamun .. Sejak membayangkan mobil Bowo lewat Asri merasa tak tenang. Belum tentu mobil Bowo.. tapi mengapa hati Asri berdebar debar? "kau bukan untuk aku.. siapalah aku ini.. tapi aku juga suka sama kamu..biarlah aku simpan rasa ini.. bukankah tak mungkin aku memilikimu? " Bisik Asri... dan sa'at itulah tercium olehnya bau gosong.. nasi yang hampir selesai dimasaknya hangus .. seperti hatinya yang terbakar cinta.

"Lha wong nggak ditinggal kemana mana kok bisa hangus..?" 

"Iya.. Asri melamun pak.." Asri terterus terang..

Pak Marsam tertawa. "Hayoo.. ngelamunin apa?"

"Enggak pak... nggak ngelamunin apa2.. cuma mengingat ingat kebutuhan kita minggu ini, Asri mau belanja sih.."

"O.. ya nanti dicatat kalau habis sarapan. Bapak tunggu didepan ya.."

Asri menghela nafas panjang2.. masa ia harus bilang pada bapaknya kalau dia ngelamunin Bowo.. malu dong.. lagian bapaknya kan sudah mengingatkan bahwa dia dan Bowo itu seperti bumi dan langit? Asri mengaduk nasi yang sudah dibumbuinya.. memasukkan telur kedalamnya dan mengaduknya lagi.. bau enaknya tercium sampai kedepan.. dimana bapaknya menunggu hidangan sarapan.

 

Pak Prasojo baru saja bangun ketika Bowo masuk kerumah. Bu Prasojo belum tampak.

"Tidur dimana kamu semalam le?" Tegurnya

"Bowo nggak tidur pak, main kerumah teman.."

"Kok sampai nggak tidur, nanti kamu sakit. Bukankah hari ini kamu ada janji dengan pak Thomas? Jangan mengecewakan dia lho, itu klien kita yang baru."

"Iya pak, Bowo tau, ini Bowo mau mandi dan segera berangkat kekantor," Bowo berlalu kemudian masuk kekamarnya. Dilihatnya kamar itu telah kosong, pasti Dewi tak berani lagi masuk setelah dia marah2 tadi malam. Bowo segera berteriak memanggil pembantu.

"mBoook.. "

Pembantu keluarga itu sudah setengah tua, tapi sudah sejak Bowo lahir dia ada di keluarga pak Prasojo. Simbok segera mendekat.

"Ya mas.."

"Tolong bersihkan kamarku ya mbok, ganti seprei dan semuanya termasuk selimut dan semua yang ada di tempat tidur itu. "

"Baik mas.."

Bowo pergi mandi  sementara simbok segera menggantikan seprei dan sarung bantal .. bahkan semuanya. Simbok juga heran seprei itu berbau wangi.. yang bukan parfum tuannya. Simbok tidak tau apa yang terjadi semalam, dan dia juga tak ingin bertanya apapun. Tapi tentang bau parfum itu simbok mengatakannya setelah Bowo selesai mandi. Itu setelah tempat tidur Bowo kembali rapi dan simbok siap membawanya kebelakang.

"Kok baunya lain mas?"

"Lain bagaimana?"

"Wanginya bukan seperti biasanya.." kata simbok sambil melangkah pergi.

"Ada siluman tidur disitu semalam.." kata Bowo sekenanya.

Simbok berhenti. "Siluman mas ?"

Bowo tertawa, "Sudah .. bawa kebelakang sana dan cuci sampai bersih. Jangan sampai bau siluman itu masih melekat disitu."

Simbok tak mengerti, tapi ia mengangguk dan pergi.

Bowo selesai berpakaian dan siap pergi lagi. Ia tak ingin sarapan karena ia tau pasti Dewi masih ada disitu.

"Bowo.." itu teriakan ibunya ketika melihat Bowo keluar dari rumah tanpa mampir kemeja makan.

"Kamu tidak sarapan dulu?"

"Nggak bu.. Bowo tetap berlalu menghampiri mobilnya. 

"Sebenarnya Dewi mau bareng sekalian kamu berangkat kekantor, " bu Prasojo mengikuti dari belakang. Tapi Bowo segera masuk kemobilnya dan menstarternya.

"Bowo..!" Keras suara bu Prasojo.. tapi mobil itu terus berjalan meninggalkan halaman rumah.

Bu Prasojo kesal sekali. Ia masuk dan kembali kemeja makan. Dilihatnya suaminya telah mulai menyendok sarapannya. 

"Anak bapak itu sungguh keterlaluan. Dia sama sekali nggak menghargai ibu sebagai orang tuanya.. ibu yang melahirkannya." omel bu Prasojo kesal.

"Ibu yang membuat dia kesal. Sudah tau bahwa Bowo tidak suka sama Dewi.. ibu nekat saja mendekat dekatkan mereka."

"Sst.. bapak jangan keras2," Bu Prasojo mengecilkan suaranya karena melihat Dewi keluar dari sebuah kamar. Kamar yang lain, bukan kamar Bowo.

"Dewi.. sini.. sarapan dulu..." bu Prasojo melambaikan tangannya kearah Dewi. Dewi mendekat dan duduk dimeja makan. Ia tak mengucapkan apa2. Mungkin agak rikuh pada pak Prasojo setelah Bowo membentak bentaknya semalam.

"Ayo duduklah, nggak usah takut. Ayo sarapan dulu.Kalau Dewi mau pulang pagi ini, ibu panggilkan taksi saja. Tapi kalau masih mau disini ya nggak apa2.. tadi Bowo tergesa gesa berangkat kayaknya harus kekantor pagi sehinggak nggak sempat sarapan dulu."

"Dewi mau pulang dulu aja bu, kan Dewi nggak bawa ganti."

"Baiklah, sarapan dulu aja nanti ibu carikan taksi."

Tiba2 simbok mendekat dan memberikan sesuatu.. yang kemudian diterima pak Prasojo.

"Pak, ini saya temukan dibawah kolong tempat tidurrnya mas Bowo, mungkin KTP nya mas Bowo pak."

Pak Prasojo menerima KTP itu dan mambacanya. Tapi itu bukan milik Bowo.

"Ini bukan punya Bowo.. ini kan ..Dewi Tantri.. punya kamu?" 

Dewi terkejut, wajahnya pucat. Ia segera mengambil KTP itu dari tangan pak Prasojo. Ada yang ditakutkannya. Dan  Dewi berharap semoga pak Prasojo tidak membaca keseluruhan KTP itu.

"Iya, ini punya saya, ma'af.. mungkin terjatuh dari tas saya ketika saya tertidur."

Pak Prasojo berdiri, dan bersiap berangkat kekantor. Tampaknya ada yang difikirkannya. Pasti lah, karena ia telah membaca keseluruhan KTP itu.

#adalanjutannyalho#

 

 

 

No comments:

Post a Comment

MAWAR HITAM 23

  MAWAR HITAM  23 (Tien Kumalasari)   Dewi berharap segera bisa sampai di rumah. Entah mengapa perutnya terasa sangat lapar. Oh iya, tadi pa...