Saturday, December 22, 2018

SEPENGGAL KISAH 95

SEPENGGAL KISAH  95

(Tien Kumalasari)

Damar menoleh kesana kemari, barangkali bisa menemukan yang dicarinya, tapi tak ada siapapun yang dikenalnya. Nancy tau siapa yang dicari ayahnya, dia juga tau bahwa ibunya Pandu adalah wanita yang dincintainya.

"Mereka sudah pergi,"

"Kemana? Mengapa kamu biarkan mereka pergi?"

"Ibunya Pandu memaksa, karena Pandu baru pulang sekolah. Nancy nggak bisa donk menahannya lebih lama."

Damar merasa sangat kesal dan Nancy tiba2 merasa kasihan. Mengapa papanya masih saja mencintai wanita yang sudah menjadi isteri orang, dan tampak sedih ketika mengetahui bahwa mereka telah pergi.

"Papa, tapi Nancy tau alamat rumahnya.."

 

Ketika selesai makan malam Asri menceriterakan kepada suaminya tentang pertemuannya dengan Nancy. Bowo juga heran mendengar ceritera Asri. 

"Jadi teman barunya Pandu itu kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya biru? Padahal bapak ibunya orang Solo?" tanya Bowo.

"Iya mas  itu yang dikatakannya pada Asri tadi." 

"Jangan2 bukan anaknya sendiri,"

"Maksudnya..?"

"Bisa jadi ... dia itu anak angkat.. atau.. anak hasil selingkuh.."

"Iih.. mas Bowo jahat deh, masa mengata ngatai orang selingkuh padahal nggak tau kebenarannya."

Bowo tertawa, " Ma'af, aku kan cuma bercanda..."

 Kehidupan yang bebahagia dan sudah sepuluh tahun lebih itu terasa sangat membuat iri bagi yang melihatnya. Mereka pasangan yang sangat serasi, hidup tenang, saling mengasihi, dan mereka juga baik terhadap sesama. 

"Oh ya Asri, besok aku akan ke Jakarta kira2 tiga atau empat hari,"

"Lho, kok tiba2?"

"Ada urusan perijinan yang harus aku tangani sendiri, tapi aku juga sama bapak kok ..."

"Oh, baiklah, nanti Asri persiapkan bekal mas yang harus dibawa. Cuma tiga empat hari kan?"

"Kamu mau ikut ?"

"Ada2 saja mas ini, kalau aku ikut Pandu bagaimana? Kasihan bapak kalau ditinggal sama Pandu sendiri. Mana Pandu itu sekarang penginnya yang macem2, dan kakeknya nurutin aja maunya cucunya."

"Iya, namanya sama cucu ya begitu itu. Ibuku juga kan sama Pandu juga begitu, apa yang diminta pasti dikasih, ya kan?"

"Iya mas, betul, kakek sama nenek itu nggak ada bedanya kalau sama cucu, maunya manjain terus."

"Lha kamu pengin apa, coba bilang, pansti mas Bowomu ini akan turutin semua yang kamu mau."

Asri tersenyum. Ia tau apa yang dikatakan suaminya bukan gurauan. Tapi Asri bukan wanita yang ingin memperalat cinta suaminya untuk sesuatu yang diinginkannya. Ia selalu menerima apa yang diberikan padanya dan tak pernah menuntut apapun. 

"Mas kan tau, semua itu sudah cukup untuk Asri,"

"Ya, aku tau.. Kamu akan selalu berkata begitu." Bowo mencium tangan Asri dengan penuh kasih sayang. 

"Bapak... besok mau ke Jakarta sama kakek Pras bukan?" tiba2 Pandu nyelonong mendekati ayahnya.

"Kamu nguping ya?" kata Bowo sambil tertawa

"Pandu dengar dari tadi, tapi mau langsung nanya ke bapak, dilarang sama kakek,"

"Kenapa?"

"Katanya Pandu harus nyelesaiin PR Pandu dulu baru boleh kesini."

"Ya benar kakek itu, Masa lagi belajar mau ditinggal kemana mana, lagi ngerjain PR lagi."

"Jadi benar, bapak mau ke Jakarta? Pandu boleh ikut?

"Dengar Pandu, Bapak ke Jakarta itu karena urusan pekerjaan, jadi anak kecil nggak boleh ikut. Lagian Pandu kan nggak libur?" Kata Asri 

"Iya bu, tapi Pandu pengin ke Jakarta lagi."

"Besok kalau Pandu liburan, kita akan sama2 kesana, jalan2.. sama ibu..sama kakek juga.."

"Bener ya pak?" Pandu bersorak, lalu berlari lagi kebelakang .

Pagi itu Bowo jadi berangkat ke Jakarta bersama pak Prasojo. Asri akan pergi belanja, untuk beberapa kebutuhan. 

"Bapak, Asri mau belanja, apa bapak mau ikut?"

"Ya enggak nduk, bapak dirumah saja. Lagian nanti kalau sa'at Pandu pulang dan kamu belum selesai belanja, siapa yang menjemput Pandu?"

"Ya nanti kita jemput sama2, sekalian kalau bapak membutuhkan sesuatu."

"Nggak, bapak nggak butuh apa2, semua masih cukup. Bapak dirumah sajalah."

"Baiklah, hati2 ya pak, nanti kalau Pandu minta apa2 jangan langsung dikasih lho pak, suruh tilpun Asri dulu." 

"Ya, baiklah."

Ketika Asri mau berangkat, telepone berdering, ternyata dari bu Prasojo.

"Hallo bu.."

"Hallo Asri, bapak sama suamimu baru saja berangkat,"

"Iya bu, syukurlah,bu sendirian donk,"

"Nggak apa2 Asri, kamu hati2 dirumah ya, "

"Baik bu, apa ibu mau tidur disini saja menemani Asri?"

"Nggak Asri, disini sudah ada ayahmu, ada Pandu, dan ibu sudah ada simbok, ibu cuma mau berpesan supaya kamu hati2.

"Baiklah, ibu, terimakasih. Ini Asri mau belanja, ibu mau dibelikan apa?"

"Ibu sudah belanja kemarin, masih cukup kok, ya sudah berangkat sana, nanti keburu siang."

Bu Prasojo menutup telephone nya,Asri senang atas perhatian ibu mertuanya. Sekarang  Asri bersiap untuk berangkat untuk belanja. Tempat belanja memang tidak terlalu jauh, tapi Asri membawa mobilnya karena mungkin belanjaannya akan banyak.

Jalanan ramai, dan tempat parkirpun hampir penuh. Untunglah masih ada tempat yang agak kepinggir.

Namu ketika ia baru mau memarkir mobilnya, dibelakangnya sebuah mobil nyelonong dan mendahuluinya memarkir ditempat yang akan dipakai Asri.

Asri merasa kesal sekali, ia ingin mendamprat pemilik mobil itu. Tapi ketika pengendaranya turun, Asri sangat terkejut melihat siapa dia.

#adalanjutannyalho"

1 comment:

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...