Monday, December 31, 2018

SEPENGGAL KISAH 109

 SEPENGGAL KISAH  109

(Tien KUmalasari)

Asri berbicara tak terkendali. Sedih dan amarahnya memuncak, tak bisa ditahannya lagi. Bu Prasojo yang semula congkak dalam pendiriannya, hanya terbengong tak bisa menjawab sepatah katapun. Kata2 Asri yang meluncur sungguh tak terduga olehnya. Nafas bu Prasojo tersengal, menahan amarah dan sesal. Ia merasa seperti berdiri dipinggir laut, dan ombak bergulung gulung menerjang tubuhnya. Bu Prasojo limbung, dan jatuh terduduk didepan pintu. Namun Asri tak bergeming. Kecemasan tentang anaknya mengalahkan segalanya.

Asri melangkah keluar, dan simbok berlari menolong majikannya agar berdiri.

Hari mulai gelap, tubuh dan jiwanya meraba raba, dimana gerangan buah hatinya berada. Ia melangkah, menyusuri jalanan yang entah menuju kemana. Segerombolan anak kecil yang sedang bermain didekatinya, diamatinya dengan seksama, barangkali salah satunya adalah anaknya. Tubuh lunglai itu terus melangkah, mengamati sekelilingnya, mendongak keatas apakah Pandu ada diantara bintang2.

Pandu masih duduk dikursi .. seandainya ia pintar berkata kata, pasti sudah diungkapkannya banyak aksara dalam benaknya, dilisankan dari bibir kecilnya, betapa gelisah hatinya, betapa sepi disekelilingnya tanpa bapak dan ibunya. Tapi Pandu hanya terdiam, matanya muram, dan berkaca kaca.

Mimi dan bu Surya merasa iba. Mereka berjanji esuk hari akan melaporkannya pada polisi.

"Sayang, karena ini sudah malam,  kamu tidur disini dulu ya, besok kita akan bersama sama mencari ayah dan ibumu."

"Aku mau ibu..." selalu itu yang dikatakannya.

"Ya.. besok kamu pasti ketemu ibu. Oh ya, siapa tadi nama bapakmu?"

"Pak Bowo.." jawabnya lirih.

"Ibumu siapa?"

"Asri.."

Tiba2 Mimi terkejut. Baru sekarang ia menanyakan nama ibunya Pandu.Ia mengenal nama Asri, karena Asri adalah wanita yang sangat dicintai Damar sehingga ia tak ada artinya dehadapan Damar. 

"Asri... mama.. nama ibunya Pandu ini... Asri, mama ingat nama itu?"

"Itu.. Asri.. pacarnya Damar?"

"Entahlah, banyak nama yang sama didunia ini." Mimi mengibskan perasaannya tentang Asri yang dulu dicintai Damar. Bahkan mungkin sampai sekarang.

"Pandu sayang, sekarang kamu tidur ya, besok kita sama2 mencari ibumu, juga bapakmu.."

"Ya sayang, kamu akan bertemu mereka besok, jangan takut, ini ibu Mimi, ini nenek Surya.. kami sayang sama Pandu..ayo sayang.. tidur sama nenek ya?"

Pandu teringat neneknya yang ditinggalkannya ditoko es krim. Pandu lari karena ingin pulang kepada bapak ibunya. Pandu juga tidak mengeti mengapa ia amat gelisah kali itu. 

"Ayo... tidurlah, nanti nenek akan mendongeng buat Pandu"

Tak urung Pandu pun tertidur karena letih. Mimi dan bu Surya mengamati tubuh kecil itu dengan rasa haru. Ia bisa membayangkan bagaimana sedihnya terpisah dari orang tua. Bu Surya mengelus kepala Pandu dengan rasa sayang. Entah mengapa mereka bisa merasa sangat sayang pada si kecil yang siang tadi ditemukannya.

 

Pagi2 sekali Pandu terbangun. Seperti bingung ia memandangi kamar dimana ia terbangun dari tidur. Tiba2 Pandu teringat ibunya dan menangis lirih.." Ibuuu...

Mimi masuk dan merangkulnya." Sayang, nanti kita akan mencari ibu ya, sekarang Pandu mandi dulu, makan, lalu kita pergi bersama sama.

Mendengar mereka akan mengajaknya mencari ibunya, Pandu kemudian bangun, mengusap air matanya, dan menurut ketika Mimi menuntunnya kekamar mandi.

Selesai mandi, Mimi memakaikan celana dan baju kecil. Itu punya Nancy waktu masih kecil .. Pandu memandangi baju kaos dengan motif bunga didadanya.

"Ini baju perempuan," desisnya.

Mimi tertawa. :" Kamu anak pintar, ini memang baju perempuan, ini baju anaknya ibu waktu dia masih kecil. Pakai saja, nggak papa cuma sebentar, daripada kamu pakai baju kamu yang tadi, kan sudah kotor terkena debu."

Dengan ragu Pandu menurut. Pandu teringat, setap membeli baju ditoko, dan ada motif bunga2 pada baju itu, ibunya selalu bilang, ini baju untuk perempuan.

"Wah, bagus kok, kan bunganya kecil2, nggak kelihatan kalau punya perempuan kok. Bukankah sebentar lagi Pandu akan pulang dan bisa berganti pakaian Pandu sendiri?"

Pandu mengangguk senang. Ia sungguh berharap benar2 bisa pulang pagi ini seperti janji penolongnya.

Tiba2 ponsel berdering...

"Mimi, ini... dari anakmu... tumben pakai videocall segala.. lagi ditoko dia rupanya."

Mimi menerima ponselnya, dan sambil merangkul Pandu menjawab sapa anaknya. 

"Hallo Nancy kapan kamu balik kesini"

"Hari ini ma.. malam nanti pasti sudah sampai. Heeiii...siapa yang bersama mama? Itu... bukankah itu Pandu?"

Mimi terkejut mendengar anaknya mengetahui nama Pandu. Pandu yang melihat wajah Nancy di ponsel itu juga langsung berteriak. : Nancy..!"

"Lho, kalian saling kenal?"

"Aduh ma, itu kan yang ada di ponsel Mimi dan Mimi tunjukkan ke mama dulu itu."

"O... iya.. iya.. mama ingat... Ma, bener ma, itulah sebabnya  kenapa kemarin  Mimi bilang seperti pernah melihat anak ini."

"Hei.. Pandu... hahahaaa... kamu pakai baju Nancy Pandu.."

Pandu tersipu. Rasa gundahnya sedikit berkurang karena melihat Nancy. 

"Iya, aku pakaikan baju kamu,"

"Kok Pandu bisa ada disini ma?"

 "Oh ya, Pandu ini kemarin mama temukan dijalan lagi menangis, kehilangan ibunya."

"Ya ampun ma.. Pandu sendirian ? Nggak bisa pulang sendiri?"

"Nggak tau dimana rumahnya, makanya mama bawa pulang dulu, rencananya pagi ini mama mau laporkan ke polisi, biar kalau ada yang mencarinya bisa menghubungi mama, gitu."

"Pandu.. sayang.. jadi kamu tuh hilang? Dasar anak nakal. Ma, Nancy tau rumahnya Pandu, tunggu Nancy pulang aja ya, biar Nancy yang antar dia kerumahnya."

"Eee.. kamu itu, ini kasihan anaknya sudah panggil2 ibunya dari kemarin, pake suruh nungguin kamu segala. Nggak, kirimkan alamatnya, biar mama sama grandma yang mengantar kerumahnya."

"Oke mama... terserah mama saja, sebentar Nancy kirim alamatnya ya.. jauh kalau dari rumah kita sih."

"Ya sudah kirim aja."

"Nah Pandu, nenek sama ibu sudah tau alamat rumahmu, kita siap2 antar kamu kerumah ya?"

Pandu mengangguk, ada rasa lega setelah melihat Nancy dan janji penolongnya untuk mengantarnya pulang.

 

Pak Marsam sedang bersih2 ketika telephone berdering.

"Hallo.. "Jawab pak Marsam.

"Hallo, ini betul rumah keluarga Prabowo?" suara dari seberang. Pak Marsam heran, dari siapa ini kok suaranya asing.

"Ya bu.. betul.. saya bapaknya."

"Oh ya, bapak yang suka mengantar Pandu kesekolah itu kan?"

"Betul, ini siapa ya?"

"Kami dari sekolahnya Pandu, mau menanyakan kenapa hari ini Pandu tidak masuk sekolah, apa dia sakit? Nggak ada keterangan seperti biasanya kalau dia terpaksa nggak masuk sekolah."

Pak Marsam terkejut. :" Jadi Pandu tidak masuk sekolah? Waduh, saya tidak tau bu, sudah tiga hari dia menginap dirumah kakek neneknya. Coba nanti saya tanyakan kesana, dan segera mengabarkan kesekolah ya bu."

"Baiklah pak, terimakasih banyak."

Pak Marsam sangat bingung, dua hari anak dan menantunya tidak memberi kabar. Tak biasanya mereka menginap disana berlama lama.  Ia ingin menelon kerumah pak Prasojo, tapi diurungkannya. Ada rasa segan kalau2 dikira mengganggu atau menghalangi kebahagiaan mereka. Ia berkali kali menghubungi ponsel Asri dan Bowo tak tak pernah berhasil. 

Tiba2 pak Marsam dikejutkan oleh suara seperti orang terjatuh didepan pintu. Pak Marsam berlari keluar, dan mendapatkan Asri tergolek tak sadarkan diri.

#adalanjutannyaya#


No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...